Anda di halaman 1dari 3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Uji Sensitivitas

Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer , sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat
terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatuantimikroba untuk dapat menunjukkan pada
kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
anti mikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh
metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. "biasanya
metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya
aktivitas anti mikroba (Djide, 2008).

Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2008)

Resisten adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap suatu antimikroba atau


antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adanya mutasi
spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten
(resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten
terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).

Penyebab terjadinya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik


yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang
tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik
perlu diperhatikan (Djide, 2008)

Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat


antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan
Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide,. 2008)

2.2 Media MHA

Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat hidup dan
berkembang-biaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA adalah pepton (6 g), kasein
(17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan tersebut dilarutkan dalam & liter air
(Fadhlan, 2010)

2.3 Antibiotik

Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggir. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan
dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan
khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Suwandi, 2003).

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam jumlah
amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi terutama di bidang kesehatan, karena kegunaannya
dalam mengobati berbagai penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru
sangat dibutuhkan dalam bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten terhadap
antibiotik-antibiotik yang sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian eksplorasi untuk
mendapatkan isolasi bakteri yang dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan
oleh alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan
mikroorganisme (Suwandi, 2003).

Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakteri. Dalam
melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna penanggulangan penyakit infeksi
bakteri, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan tes sensitivitas0 kuman terhadap antibiotik
yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap
antibiotik (Waluyo, 2008).

Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena toksisitas selektifnya.


Kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi pejamu tanpa
merusak sel. Pada kebanyakan kasus, toksisitas lebih relatif dari pada absolut, yang
memerlukan kontrol konsentrasi obat secara hati-hati untuk menyerang mikroorganisme
sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Terapi antimikroba selektif mempunyai keuntungan
dengan adanya perbedaan biokimia yang timbul antara mikroorganisme dan manusia (Suwandi,
2003).

DAPUS

Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Suwandi, U. 2003. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Pusat
Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai