Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

HITUNG LEOKOSIT (WHITE BLOOD CELL/WBC)

Oleh :
Nama : KOMANG WAHYU JUNYATMIKA
NIM : P07134018101
Kelas : II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2019/2020
HITUNG LEOKOSIT (WHITE BLOOD CELL/WBC)

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah leukosit /mm3 darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterprentasikan hasil hitung leukosit darah probandus.

II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual
dengan menggunakan kamar hitung (Imroved Neubaure).

III. PRINSIP
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis,
kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan menggunakan factor konversi jumlah leukosit per µl darah dapat
diperhitungkan.

IV. DASAR TEORI

Sistem pertahanan tubuh manusia tidak lepas dari peranan leukosit. Leukosit
merupakan sel yang dapat merespon adanya benda-benda asing yang masuk ke dalam
tubuh yang dapat menimbulkan peradangan dan infeksi. Pada umumnnya, leukosit
mempunyai berbagai macam jenis dan fungsi. Secara garis besar, jenis-jenis leukosit
memiliki tugas yang sama yaitu sebagai pertahanan terhadap benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Jenis-jenis leukosit tersebut yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan
monosit. Sistem pertahanan tubuh tidak selamanya mampu untuk melawan benda asing,
misalnya virus, bakteri patogen, atau produk-produk bakteri. Oleh karena itu, perlu
adanya dukungan untuk meningkatkan daya guna leukosit, yaitu berupa zat
nonenzimatik. Zat nonenzimatik tersebut dapat berupa vitamin. Vitamin yang berperan
dalam perbaikan sel yaitu vitamin C dan E. Vitamin E digunakan untuk mempertahankan
dan melindungi lipid di dalam tubuh, sedangkan vitamin C berfungsi untuk melindungi
cairan dalam tubuh, seperti plasma darah (Sizer et al., 2000; Wahyuniari et al., 2009).

Selain itu, vitamin C melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan
melindungi vitamin E (Ibitoroko et al., 2011). Vitamin E itu terbagi menjadi 2 jenis yaitu
tokoferol dan tokotrienol. Tokotrienol diyakini memiliki sifat antioksidan tinggi yaitu 50
kali lebih besar dalam induksi peroksidasi lipid dan 6,5 kali lebih besar sebagai
pelindung dari kerusakan oksidatif sitokrom bila P-450 dibandingkan dengan α-
tokoferol. Menurut fungsinya di dalam tubuh, vitamin E memegang peranan penting
dalam perbaikan sel (Sanagi et al., 2006).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi vitamin E khususnya tokoferol


dapat meningkatkan jumlah leukosit yaitu limfosit maupun neutrofil (Handajani et al.,
2009; Wahyuniari et al., 2009). Sedangkan tokotrienol memungkinkan berperan pula
dalam peningkatan jenis-jenis leukosit karena salah satu sifatnya sebagai antioksidan
yang berperan dalam sel darah. Proses kenaikan jumlah leukosit tidak lepas dari proses
pembentukan leukosit. Oleh karena itu, kajian mengenai jenis-jenis leukosit dengan
pemberian vitamin E tokotrienol dan efek gabungannya dengan Asam askorbat
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan, tentang seberapa besar manfaat
vitamin E tokotrienol dan asam askorbat terhadap diferensiasi sel darah putih pada sistem
imun di dalam tubuh.

Pemeriksaan darah rutin lengkap merupakan pemeriksaan yang sering diminta


oleh klinisi karena dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap rutin dapat
terdiagnosis beberapa penyakit kelainan darah dan dapat ditentukan arah pemeriksaan
lebih lanjut dari penderita tersebut. Pemeriksaan darah rutin antara lain adalah uji kadar
hemoglobin; jumlah eritrosit, leukosit, trombosit; nilai hematokrit, laju endap darah
disingkat LED dan menentukan indeks eritrosit (Verbrugge & Huisman 2015),
(Rabinovitch et al. 2010), (Lima-oliveira et al. 2013).

Menghitung sel-sel darah dari ketiga jenis sel darah leukosit, eritrosit, dan
trombosit dihitung jumlahnya persatuan volume darah. Upaya itu biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat hitung elektronik.Pada dasarnya alat semacam itu yang
lazimnya dipakai bersama alat pengencer otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan
tepat.Harga alat penghitung elektronik mahal dan mengharuskan pemakaian dan
pemeliharaan yang sangat cermat. Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya
alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Cara-cara
menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap
menjadi upaya dalam laboratorium (Ratwita 2007), (Bureau 2012), (Ernst et al. 2008).

Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan darah rutin yang


dilakukan di laboratorium klinik. Karena seringnya permintaan pemeriksaan hitung
jumlah leukosit, untuk menghitung leukosit secara manual akan memakan waktu yang
cukup lama dan kurang cepat, maka dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit
secara automatik yang mana alat ini menggunakan aliran listrik dengan prinsip
impedansi. Walaupun harga mesin automatik cukup mahal, namun alat ini mampu
memeriksa dengan cepat, tepat dan mudah (Katrina et al. 2015), (Carraro et al. 2015).

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Pipet thoma leukosit (skala :0,5 – 11)
 Kamar hitung Imroved Neubaure)
 Cover glass khusus
 Mikroskop Binokuler
b. Spesimen pemeriksaan
 Darah kapiler, darah vena dengan antikougulan EDTA
c. Reagen
Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan beikut:
1. Turk : Asam asetat gliseal 3 ml
Gentian violet 1% 1ml
Akuades 100 ml

Penambahan gentian violet bertujuan untuk memberi warna pada inti dan granula
lekosit. Larutan ini melisiskan eritrosis dan trombosit tetapi tidak leukosit maupun
eritrosis berinti.

2. HCL 1 %
3. Asam asetat 2%

VI. CARA KERJA


A. Mengisi Pipet Leukosit
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan disimpan diartas meja praktikum
2. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga selkala 0,5 tepat.
3. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
4. Masukan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis
tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 drajat dan larutan Turk diisap
perlahan-lahan sampai tanda 11. Hati-hati jangan sampai ada glembung udara.
5. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan
karet penghisap.
6. Pipet tersebut dikocok selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung,
letakanlah dalam sikap horizontal.

B. Mengisi Kamar Hitung


1. Letakanlah kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang
mendatar di atas meja.
2. Kocoklah pipet yang isi tadi selama 3 menit terus menerus, jagalah jangan
sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu selama waktu mengocok.
3. Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes)
dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 drajat pada permukaan
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung
itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya.
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit dapat dihitung.
Jika tidak segera dihitung maka kamar hitung dapat diletakkan pada sebuah
cawan petri tertutup yang berisi segumpalan kapas basah.

C. Menghitung Jumlah sel


1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran 10x. turunkan lensa
kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam posisi datar.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah lensa obyektif dan
fokus mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit
jelas terlihat.
3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada
sudut-sudut seluruh permukaan yang dibagi.
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun
ke bawah dan kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari
kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat bidang besar.
b. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas suatu
bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
haruslah dihitung. Sebaiknya sel-sel yangmenyinggung garis batas sebelah
kanan atau bawah tidak boleh dihitung.

 Perhitungan

Keempat bidang pada bilik hitung leukosit masing-masing memiliki luas 1 mm 2 , jadi,
luas seluruh bidang adalah 4 mm2. Karena kedalaman setiap bilik hitung leukosit
adalah 0,1 mm, volume seluruh bilik hitung leukosit adalah 4 x 0,1 = 0,4 mm3. Jadi
kalau jumlah leukosit yang ditemukan dibagi 4 dan dikali 10, diperoleh jumlah
leukosit per 1 mm3 darah (dengan pengenceran). Karena pengencerannya adalah 1 :
20, jumlah leukosit per 1 mm3 darah (tanpa pengenceran) sama dengan hasil di atas
dikali 20. Karena 1 liter sama dengan 1 juta (10 6) mm3, jumlah leukosit per liter darah
(tanpa pengenceran) sama dengan nilai tersebut dikali 106.
jumlah leukosit yang ditemukan x 10 x 20
jumlah leukosit per liter= x 10
4

6
= jumlah leukosit yang ditemukan x 50 x 10

6
= jumlah leukosit yang ditemukan x 0,05 x 10

VII. HASIL
 Nilai Rujukan : 4500- 11.000 /mm3 darah
SI : 4,0 – 10,0 x 109/L
 Hasil Pengamatan
Nama Probandus : I Putu Virgata Adi Satya Candra
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 18 thn
 Perhitungan Jumlah Leukosit
Jumlah Leukosit 129
×P = ×20
V 0,4
= 129× 50
= 6.450/mm3

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum diatas dalam perhitungan sel leukosit pada alat manual improved
neubauer sangat sulit untuk mengontrol atau mendapat akurasi dan presisinya (Cadena-
herrera et al. 2015), disebabkan sel leukosit bercampur dengan kotoran pada objek gelas
maka pada waktu pembacaan hitung jumlah leukosit memerlukan waktu yang cukup
lama agar diperoleh hasil yang maksimal (Hansen et al. 2006)
Kesalahan-kesalahan pada tindakan menghitung leukosit :
A. Jumlah darah yang diisap kedalam pipet tidak tepat, jika :
1. Bekerja terlalu lambat sehingga ada kebekuan darah
2. Tidak mencapai garis tanda 0,5
3. Memakai pipet basah
4. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah dihisap karena melewati
garis tanda0,5
B. Pengenceran dalam pipet salah, jika:
1. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol
berisi larutan turk
2. Tidak menghisap larutan turk sampai tanda garis11
3. Terjadi gelembung udara didalam pipet pada waktu menghisap larutan turk
4. Terbuang sedikit cairan pada waktu mencabut karet penghisap dari pipet
5. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan turk
6. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung
C. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung
D. Kamar hitung/kaca penutup kotor.

Fungsi utama leukosit adalah sistem pertahanan imun tubuh untuk menahan atau
menyingirkan benda asing yang berpotensi merugikan. Radiasi tubuh dengan sinar-x atau
setelah terpapar dengan obat-obatan dan bahan kimia yang mengandung inti benzene.
Beberapa obat umum seperti kloramfenikol (antibiotik), tiourasil (pengobatan
tirotokosis) dan berbagai macam obat hipnotik barbiturate, Analgesik dalam keadaan
yang sangat jarang dapat menimbulkan leucopenia (Sherwood L, 2012).

Basofil adalah jenis leukosit ,yang paling sedikit jumlahnya. Granla pada basofil
mengandung heparin (antikoagulan), histamine, dan substansi anafilaksis. Basofil
berperan dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan imunoglobulinE (IgE)
(Kiswari R, 2014).Fungsi utama eosinofil adalah pertahanan melawan parasit, respon
alergi dalam mengeluarkan fibrin yang terbentuk selama peradangan. Peningkatan
jumlah eosinofil biasa disebabkan karena sesudah penyinaran (paparan radiasi), dan
penyakit kulit (Kiswari R, 2014). Fungsi utama monosit adalah memproses dan
mempersentasikan antigen. Fungsi utama neutrofil adalah pertahankan tubuh terhadap
infeksi bakteri serta berperang penting dalam proses peradangan . Fungsi utama limfosit
untuk mengenali dan menghilangkan ancaman bagi tubuh.

IX. SIMPULAN
Pada praktikum hitung leukosit dengan probandus I Putu Virgata Adi Satya
Candra, jenis kelamin laki-laki, umur 18 thn. Di dapatkan hasil 6.450/mm 3 , dapat
disimpulkan bahwa jumlah leukosit pasien normal.
DAFTAR PUSTAKA

Bureau, B.S. (2012). International Standard quality and competence, Medical laboratories-
Requirements for Quality and Competence.

Cadena-herrera, D. et al. (2015). Validation of Three Viable-Cell Counting Methods : Manual,


Semi-Automated, and Automated. Biotechnology Reports. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/ j.btre.2015.04.004.

Carraro, P. et al. (2015). Complete Blood Count at the ED: Preanalytic Variables for
Hemoglobin and Leukocytes. American Journal of Emergency Medicine. Available
at: http://dx.doi.org/10.1016/ j.ajem.2015.05.011.

Ernst, D.J. et al. (2008). Procedures and Devices for the Collection of Diagnostic Capillary
Blood Specimens; Approved Standard-Sixth Edition. Clinical And Laboratory
Standards Institute, 28(25).

Handajani, N. S. & Dharmawan, R. 2009. Pengaruh VCO Terhadap Hitung Jenis Leukosit,
Kadar Glukosa dan Kreatinin Darah Mus musculus Balbc Hiperglikemi dan
Tersenstasi Ovalbumin. Jurnal Bioteknologi. 6 (1): 1-10
Hansen, C. et al. (2006). Comparison of FACSCount AF System, Improved Neubauer
Hemocytometer, Corning 254 Photometer, SpermVision, UltiMate and Nucleo
Counter SP–100 for Determination of Sperm Concentration of Boar Semen.
Theriogenology, 66, pp.2188–2194.

Ibitoroko, G. M., Adebayo, A. O., Confidance, W. K. 2011. Effect of Vitamin C and E on


Hematological Parameters in Albino Rats Treated With Gasoline. Global
Veterinaria, 7 (4): 347-352

Kiswari R, 2014. Hematologi dan Transfusi. Semarang : Penerbit Erlangga

Lima-oliveira, G. et al. (2013). Original papers. Biochemia Medica, 23(3), pp.308–315.

Rabinovitch, A. et al. (2010). Validation, Verification, and Quality Assurance of Automated


Hematology Analyzers; Approved Standard-Second Edition. Clinical And
Laboratory Standards Institute, 30 (June).

Ratwita, G. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta: Dian Rakjat. Sizer, F., Whitney,
E. 2000. Nutrition Concept and Controversies. Thomson Learning Library of
Congres Cataloging.

Sanagi, M. M., Heng, S. H., Ibrahim, W. A. W., and Naim, A. A. 2006. Separation of Tocol-
Derivaties by Elevated Temperature Normal-Phase Liquid Chromatography. Jurnal
Teknologi, 45(C): 29–40

Sherwood L, 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6.

Verbrugge, S.E. & Huisman, A. (2015). Verification and Standardization of Blood Cell
Counters for Routine Clinical Laboratory Tests. Clinics in Laboratory Medicine,
35(1), pp.183–196. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/ j.cll.2014. 10.008.

Wahyuniari, I., Soesatyo, M. HNE., Ghufron, M., Sumiwi, A. A., & Wiryawan, S. 2009.
Minyak Buah Merah Meningkatkan Aktifitas Proliferasi Limfosit Limfa Mencit
Setelah Infeksi Listeria Monocytogenesis. Jurnal Veteriner. Vol 10. 3:143-149

Anda mungkin juga menyukai