Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HEMATOLOGI II

“ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME / APTT”

(MASA PROTROMBIN PARSIAL TERAKTIVASI)

OLEH :

NAMA : KOMANG WAHYU JUNYATMIKA

NIM : P07134018101

KELAS : 2B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020
I TUJUAN
A Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan Activated
Partial Trhomboplastin Time (aPPT)
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan Activated
Partial Trhomboplastin Time (aPPT)
B TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan Activated Partial
Trhomboplastin Time (aPPT)
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan
Activated Partial Trhomboplastin Time (aPPT)
3. Mahasiswa dapat mengetahui adanya kelainan factor-factor
pembekuan darah

II METODE
Metode yang digunakan adalah metode Electromechanical clot
detection dengan menggunakan alat Semiotomatis (alat CoaData 4004)

III PRINSIP
Menginkubasi plasma sitrat yang mengandung semua faktor
koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin
parsial (fosfolipid) dengan bahan pengaktif (misalnya kaolin, ellagic acid,
mikronized silica, atau celite koloidal). Setelah ditambah kalsium maka
akan terjadi bekuan fibrin. Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.

IV DASAR TEORI
aPTT adalah uji yang dilakukan pada spesimen darah yang telah
diberi sitrat. Plasma dikeluarkan dan dimasukkan kedalam tabung sampel,
tempat zat ini direkalsifikasi, ditambahkan suatu reagent yang
mengandung faktor aktif permukaan seperti koalin dan fosfolipid. Uji ini
dapat dilakukan secara manual, namun lebih sering dievaluasi dengan
menggunakan instrument otomatis yang menggunakan reagent yang
bersangkutan. aPTT menilai jalur koagulasi intrinsik dan jalur bersama
(Sacher A R & McPherson A R, 2004).
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial
thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai
aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII
(faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma
tromboplastin antecendent, PTA), Faktor IX (factor Christmas), faktor
VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). (Wijanda
Hidajati S, 2012., Roger S. Riley, 2005)
Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating
anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi
instrinsik dan bersama jika kadarnya < 7 detik dari nilai normal, maka
hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal. APTT memanjang dijumpai
pada:
Defisiensi bawaan
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
1. FaktorVIII
2. FaktorIX
3. FaktorXI
4. FaktorXII
Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan
kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor), defisiensi vitamin K,
defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia. Defisiensi didapat dan kondisi
abnormal seperti : Penyakit hati (sirosis hati) Leukemia (mielositik,
monositik) Penyakit Von Willebrand (hemophilia vaskular) Malaria
Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular
coagulation (DIC) Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau
circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi) Selama terapi
antikoagulan oral atau heparin. (Roger S. Riley, 2005)
Penetapan Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara
manual (visual) atau dengan alat otomatis (koagulometer), yang
menggunakan metode fotooptik dan elektro-mekanik. Teknik manual
memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi.
Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak
dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan.
Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan
cepat dan teliti. (Roger S. Riley, 2005)
Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang
mengandung semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan
trombosit dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan
pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal).
Setelah ditambah kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin. Waktu
koagulasi dicatat sebagai APTT. (Roger S. Riley, 2005)
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan
antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1.
Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel
dipusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 2.500x. Plasma
dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam pada suhu 20±5oC. Jika
dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam pada suhu 20±5oC
kalau sampling dengan antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC
kalau sampling dengan tabung CTAD. (Roger S. Riley, 2005)
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa
bervariasi untuk tiap laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen
yang digunakan. pemberian heparin dapat meningkatkan nilai APTT
karena terjadi pemanjangan waktu pembekuan darah. Pemanjangan
tersebut masih dapat dikatakan dalam batas aman untuk tidak terjadi
perdarahan jika nilai APTT setelah pemberian heparin 1,5 - 2,5 dari nilai
APTT normal. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium:
1. Pembekuan sampel darah
2. Sampel darah hemolisis atau berbusa
3. Pengambilan sampel darah pada jalur intravena (misal pada
infusheparin). (Maureen A Smythe, 2001., Roger S. Riley, 2005., Agnelli
G, Caprini JA, 2007)

V ALAT DAN BAHAN


a) Alat
1. Kuvet
2. Mikropipet 50 µL
3. Alat semiotomatis (CoaData 4004)
4. Mixer Roller
5. Stir Bar
b) Spesimen Pemeriksaan
 Darah Vena (Antikoagulan Sodium Citrate)
c) Reagent
1. Larutan Bahan Kontrol
2. Aquadest
3. Reagen cair TEClot APTT
4. Reagen aPTT-S
5. Reagen CaCl2 0,025M

VI PROSEDUR KERJA
 Persiapan Sampel
1. Ditabung penampung Plasma Sitrat harus terbuat dari plastik,
bertutup rapat (Centrifuge Tube)
2. Dilakukan segera pemeriksaan, bila ditunda hanya dalam batas
waktu ± 2 jam setelah pengambilan pada suhu kamar
3. Jangan menginkubasi Plasma pada suhu 37°C > 1 menit
 Persiapan & Penyimpanan Control
1. Dilarutkan bahan Kontrol dengan 1,0 ml aquabidest dan
diamkan selama 5 menit pada suhu kamar agar terjadi
rehidrasi
2. Dihomogenkan hingga larut dengan sempurna selama 15
menit dengan menggunakan Mixer Roller
3. Diamkan kembali pada suhu kamar selama 15 menit
4. Dibagilah sebanyak yang dibutuhkan ke tabung plastik
bertutup rapat (Centrifuge Tube) dan segera simpan pada
suhu 2° – 8°C
5. Diambil bila dibutuhkan dan diamkan pada suhu kamar
sebelum digunakan. Kontrol yang sudah dipakai tidak
boleh disimpan kembali ke lemari es
6. Distabilitas bahan Kontrol hanya 24 jam pada suhu 2° -
8°C dan rentan terhadap perubahan suhu
 Persiapan & Penyimpanan Reagen
1. Reagen Cair TEClot APTT & CaCl2 0,025M adalah reagen
siap pakai, diamkan terlebih dahulu pada suhu kamar
setelah dikeluarkan dari lemari es dan kemudian
homogenkan
2. Diambilah seperlunya reagen TEClot APTT & CaCl2
0,025M dan masing – masing dipindahkan ketabung reagen
yang baru (penambahan reagen baru harus menggunakan
tabung baru jangan dicampur dengan yang lama)
3. Disimpan kembali vial TEClot APTT & CaCl 2 0,025M
yang belum terpakai ke lemari es bersuhu 2° – 8°C (jangan
biarkan vial TEClot APTT & CaCl 2 0,025M pada suhu
kamar karena akan menurunkan stabilitas reagen), CaCl2
disimpan pada suhu 2° – 8°C
4. Reagent APTT-P tidak perlu diinkubasi. Hanya CaCl 2
0,025M yang perlu diinkubasi.

CATATAN:
a. Gunakan Pipet Tip, kuvet dan stir bar yang selalu baru
b. Penambahan reagen ke dalam cuvete harus dilakukan
dengan cepat
c. Volume pemipetan reagen dan plasma harus tepat
d. Perhatikan STABILITAS reagen dan control terhadap
SUHU
 Faktor yang dapat mempengaruhi laboratorium
1. Pembekuan sampel darah
2. Sampel darah hemolisis atau berbusa
3. Pengambilan sampel darah pada jalur intravena (misal pada
infus heparin).
 Cara Kerja dengan Alat:
1. Pada keadaan STANDBY tanpa kuvet untuk semua channel
pengukuran, pada layar akan tertera nilai temperatur dari
blok inkubasi dan juga metode pemeriksaan yang dipilih.
Gunakan kursor panah [←∕→] untuk memilih metode
pemeriksaan aPTT. Tekan Enter untuk melakukan
pemeriksaan aPTT.
2. Dialat akan melakukan pembacaan nilai blanko secara
otomatis
3. Dipipet 50 µl plasma sitrat + 50 µl reagen aPTT-S
masukkan kedalam kuvet yang berisi stier. Buka light
protection cap dan segera masukkan kuvet dengan tepat
kedalam channel pengukuran. Tutup kembali light rptection
cap
4. Dialat secara otomatis akan mengenali kuvet yang
dimasukkan dan timer akan menghitung mundur waktu
inkubasi plasma sitrat
5. Disinyal suara akan terdengar untuk mengindikasikan sisa
waktu inkubasi 5 detik
6. Setelah waktu inkubasi selesai alat dalam keadaan adjS
(adjust Sample) artinya alat sedang melakukan penyesuaian
signal untuk sample
7. Dipipet 50 CaCl2 yang telah diinkubasi (prewarmed) dan
masukkan tip pipet melalui light protection cap secara tegak
lurus dan lakukan pemipetan dengan cepat
8. Segera setelah hasil diperoleh maka printer secara otomatis
akan mencetak hasil dalam Detik dan Rasio
9. Dikeluarkan kuvet dari channel pengukuran diikuti dengan
menekan tombol CH(n) (sesuai letak kuvet dalam channel
pengukuran)

VII NILAI NORMAL


Nilai Normalnya yaitu 20 – 32 detik

VIII PEMBAHASAN

aPTT adalah uji yang dilakukan pada spesimen darah yang


telah diberi sitrat. Plasma dikeluarkan dan dimasukkan kedalam
tabung sampel, tempat zat ini direkalsifikasi, ditambahkan suatu
reagent yang mengandung faktor aktif permukaan seperti koalin
dan fosfolipid. Uji ini dapat dilakukan secara manual, namun lebih
sering dievaluasi dengan menggunakan instrument otomatis yang
menggunakan reagent yang bersangkutan. aPTT menilai jalur
koagulasi intrinsik dan jalur bersama (Sacher A R & McPherson A
R, 2004).
Tromboplastin parsial adalah fosfolipid yang berfungsi
sebagai pengganti platelet factor 3 (PF3), dapat berasal dari
manusia, tumbuhan dan hewan, dengan aktivator seperti kaolin,
ellagic acid, micronized silica atau celite. Reagen komersil yang
dipakai misalnya CK Prest 2 yang berasal dari jaringan otak kelinci
dengan kaolin sebagai aktivator. Reagen Patrhrombin SL
menggunakan fosfolipid dari tumbuhan dengan aktivator
micronized silica. (Roger S. Riley, 2005)
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial
thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai
aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu
faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI
(plasma tromboplastin antecendent, PTA), Faktor IX (factor
Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X
(faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan
faktor I (fibrinogen). (Wijanda Hidajati S, 2012., Roger S. Riley,
2005)
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang sensitif
terhadap kelainan dalam jalur intrinsik (XII, XI, IX, dan VIII) dan
kurang sensitif terhadap pemeriksaan defesiensi protrombin dan
fibrinogen. Pemeriksaan aPTT ini ditunjukkan untuk mengetahui
adanya defisiensi faktor pembekuan atau adanya inhibitor dalam
jalur intrinsik. Bilamana aPTT memanjang menunjukkan adanya
dari satu atau beberapa faktor pembekuan (prekalikrein, HMWK,
faktor XII, XI, IX, VIII, X, V, II atau fibrinogen) atau adanya
inhibisi pada proses koagulasi (heparin, lupus anti koagulan, fibrin-
kfibrinogen degradation product) atau karena adanya faktor
inhibitor spesifik (Pediatri S, 2004).
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya
bekuan yang terbentuk bila ditambahkan reagen tromboplastin
parsial dan aktivator serta ion kalsium kedalam plasma pada suhu
37oC. Reagent tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai
pengganti platelet factor 3 (Suryaningrum WA, 2013).
Dalam jurnal Santosa B (2008), disebutkan bahwa normal
aPTT adalah 35-45 detik, juga dalam penelitian Suryaningrum
WA(2013) disebutkan nilai normal aPTT berkisar 23,7-32,5 detik.
Namun nilai normal ini ditentukan dari reagensia, cara
pemeriksaan dan alat yang digunakan.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena
dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan
perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi
silikon. Sampel dipusingkan selama 15 menit dengan kecepatan
2.500x. Plasma dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam pada
suhu 20±5oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam
2 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan antikoagulan
citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan tabung
CTAD. (Roger S. Riley, 2005)
Faktor-faktor Pra-Analitik Yang Mempengaruhi NilaiaPTT
Beberapa faktor-faktor pra-analitik yang seringkali
mempengaruhi nilai aPTT: Pengambilan sampel, antikoagulan
yang tidak sesuai, kontaminasi koalin dengan sisa thromboplastin,
penundaan analisis sampel, cara pemipetan yang tidak akurat,
malfungsi alat, suhu waterbath tidak tepat, kalsium klorida tidak
tepat konsentrasinya atau tidak segar, waktu dan kecepatan
sentrifugasi yang tidak tepat (Adiyanti SS,2014).
Pengaruh Lama Sentrifugasi Terhadap NilaiaPTT
Sentrifugasi merupakan proses memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk memisahkan komponen larutan dengan
menggunakan sentrifuge. Sentirifugasi sampel darah dilakukan
untuk mendapatkan plasma rendah trombosit yang merupakan
salah satu syarat penting untuk pemeriksaan koagulasi darah,
termasuk juga pemeriksaan aPTT (Priyani ERT, 2016).
1. Sentrifugasi menjadi salah satu proses pra analitik yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan aPTT (Adiyanti SS,
2014), pengaruh dari sentrifugasi yang tidak sesuai adalah
meningkatnya jumlah trombosit, sehingga faktor trombosit
(Pf3) yang terdapat pada trombosit akan mempercepat
pembentukan fibrin (Pratiwi DT,2016).

IX KESIMPULAN
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang sensitif terhadap
kelainan dalam jalur intrinsik (XII, XI, IX, dan VIII) dan kurang sensitif
terhadap pemeriksaan defesiensi protrombin dan fibrinogen.
Pemeriksaan aPTT ini ditunjukkan untuk mengetahui adanya defisiensi
faktor pembekuan atau adanya inhibitor dalam jalur intrinsik. Bilamana
aPTT memanjang menunjukkan adanya dari satu atau beberapa faktor
pembekuan (prekalikrein, HMWK, faktor XII, XI, IX, VIII, X, V, II atau
fibrinogen) atau adanya inhibisi pada proses koagulasi (heparin, lupus
anti koagulan, fibrin-kfibrinogen degradation product) atau karena
adanya faktor inhibitor spesifik

X DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti SS. 2014. Pre Analitik pemeriksaan hemoestasis. Universitas

Agnelli G, Caprini JA. The Prophylaxis of Venous Thrombosis in


Patients with Cancer Undergoing Major Abdominal Surgery:
emerging options. J Surg Oncol 2007;96:265-272.

Maureen A Smythe. Use of the Activated Partial Thromboplastin Time


for Heparin Monitoring. (Am J Clin Pathol 2001;115:148-155).

Pediatri S. 2004. Gangguan Koagulasi. Vol 1. No 1. Hal 60-67.

Pratiwi DT. 2016. Pengaruh lama sentrifugasi terhadap masa


rekalsifikasi. KTI. UNIMUS.

Priyani ERT. 2016. Pengaruh kecepatan sentrifugasi


tergahadap masa rekalsifikasi. KTI.UNIMUS

Roger S. Riley. Activated Partial Thromboplastin Time (APTT). April


2005.

Sacher AR, McPherson AR. 2004. Alih bahasa Bahrm, Dewi. Edisi 11;

Santosa B. 2008. Penundaan plasma sitrat pada suhu kamar (27OC)


terhadap hasil pemeriksaan aPTT (activated Partial Tromboplastin
Time). ISJD. Vol 1. No 1. Hal 15-20.

Suryaningrum WA. 2013. Gambaran jumlah trombosit dan aPTT pada


penderita demam berdarah dengue yang di rawat di RSI Sultan
Agung Semarang. Skripsi. UNIMUS.

Wijanda Hidajati S. Stabilitas sampel plasma sitrat selama penyimpanan


untuk pemeriksaan APTT dan PT. (Dept Patologi Klinik 2012).

Anda mungkin juga menyukai