Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I

DISUSUN OLEH:

NAMA : NOVERYAN YUSUF MALOTA

NIM : B1D120055

KELAS : 2020 B

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
laporan praktikum Hematologi I sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Saya sadar laporan praktikum Hematologi I ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif serta membangun, guna menghasilkan laporan praktikum
yang lebih baik di masa yang akan datang.

Makassar, 08 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Praktikum I : Praktikum Pengamatan morfologi Eritrosit

Praktikum II : Praktikum Pengamatan morfologi Leukosit

Praktikum III : Praktikum Pengamatan morfologi Trombosit

Praktikum IV : Pemeriksaan HB metode sahli

Praktikum V : Hematokrit

Praktikum VI : LED
I. PRAKTIKUM PENGAMATAN MORFOLOGI ERITROSIT

Eritrosit adalah kepingan darah yang berbentuk bulat dengan

sedikit ceruk di tengahnya, agak mirip donat. Sel darah ini dibuat di

sumsum tulang melalui proses yang disebut erythropoiesis.

Eritrosit memiliki bentuk yang sangat elastis dan dapat berubah

bentuk untuk menyesuaikan diri ketika mengalir melewati kapiler darah

yang kecil. Sifatnya ini membuat eritrosit mampu menyebar dengan cepat

dalam aliran darah untuk sampai ke berbagai organ di tubuh.

Usia sel darah merah biasanya berkisar antara 120 hari (4 bulan).

Setelahnya, sel yang sudah tua dan rusak akan dipecah di organ limpa dan

digantikan dengan yang baru.

Sel darah yang belum matang disebut dengan retikulosit.

Jumlahnya, bisa mencapai 1-2% dari eritrosit keseluruhan.

Hemoglobin dalam sel darah merah berperan mengikat oksigen,

membentuk bulatan pada kepingan darah, dan memberikan warna merah

pada darah. Nantinya, eritrosit akan mengalir ke seluruh tubuh untuk

mengedarkan oksigen. Fungsi lain sel darah merah adalah membantu

proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida di paru-paru ketika

bernapas.

1. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit dalam sampel

darah dan mengamati bentuk eritrosit menggunakan haemocitometer.

2. Prinsip Percobaan
Darah akan diencerkan menggunakan larutan Hayem, kemudian

akan melisiskan sel darah selain eritrosit dan akan mempermudah

perhitungan eritrosit.

3. Alat dan Bahan

a. Cawan Petri

b. Hemacytometer

c. Larutan Hayem

d. Sampel Darah

e. Mikroskop

f. Deckgelas

g. Tissue

4. Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan

b. Mengambil Tissue

c. Memipet darah sampai tanda 0,5 serta encerkan dengan

larutan,pengenceran sampai tanda 101

d. Menghomogenkan selama 3 menit

e. Ambil deck gelas

f. Masukkan sampel kedalam kamar hitung

g. Diamkan selama 5 di atas tissue yang telah di bahasi di dalam

cawan petri

h. Amati dengan perbesaran 10x,40x,dan 100x.


5. Hasil Pengamatan

Gambar 1.1 Pengamatan Eritrosit dengan perbesaran 100x.

6. Pembahasan

Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak

dan berfungsi mengikat oksigen yang diperlukan untuk oksidasi

jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang.

Terdapat kira-kira 5 juta sel darah merah per mm3.

Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul

yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen

dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit

melewati pembuluh kapiler.

Untuk melakukan pemeriksaan Eritrosit, pertama-tama siapkan alat

dan bahan setelah itu ambil tisu lalu basahkan dan letakan di cawan

petri lalu ambil sampel darah menggunakan pipet thoma khusus

pemeriksaan eritrosit sampai tanda batas 0,5 dan diencerkan

menggunakan larutan hayem sampai tanda batas 101 pada pipet, perlu

diketahui dalam Haemacytometer terdapat 2 jenis pipet, yaitu pipet


dengan batu berwarna merah dan batu berwarna putih, karena pada

praktikum kali ini kita melakukan pemeriksaan eritrosit maka yang

digunakan adalah pipet dengan batu berwarna merah yang memang

digunakan sebagai pipet pemeriksaan pada eritrosit. Setelah itu

homogenkan selama 3 menit, setelah 3 menit, tetesi pada kamar bilik

yang diatasnya telah diletakkan deck glass, setelah itu inkubasi

didalam cawan petri yang telah berisi tissue yang telah dibasahi

selama 5 menit, tujuan dari inkubasi itu sendiri agar sel darah merah

pada kamar hitung mengendap dan tidak bergerah kemana- mana.

Fungsi larutan hayem yaitu Larutan ini merupakan larutan yang

isotonik dengan sitoplasma eritrosit dan memiliki kemampuan untuk

melisis sel darah putih.

Langkah terakhir amati di bawah mikroskop dengan perbesaran

kecil cari ruang tengah dari 9 ruangan besar. Kemudian dengan

perbesaran kuat, hitung semua eritrosit dalam 5 kotak dari 25 ruangan

kecil. Tiap kotak (5 kotak) masing-masing dibagi menjadi 16 ruangan

kecil. Jadi yang dihitung 80 ruangan kecil. Penghitungan dimulai dari

ruangan kiri atas dari 4 persegi kecil ke kanan, kemudian dari baris

kedua dari kanan ke kiri dan seterusnya.


Pada praktikum kali ini kami menemukan beberapa jenis eritrosit

antara lain, Eliptosit, Poikilositosis, Keratosit, Schistosit.

Eliptosit, Berbentuk memanjang seperti batang, cerutu atau sosis.

Terdapat pada kondisi klinis seperti anaemia hemolitik, anemia def

besi, anemia sel sabit dan talasemia.

Keratosit, Memiliki bentuk menyerupai dua tanduk, hasil dari

vakuola yang pecah.

Schistosit, terbentuk akibat dari proses fragmentasi fragmen sel

terbentuk di limpa dan gumpalan fibrin intravascular.

Poikilositosis, Bermacam-macam bentuk.

Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu: jenis kelamin,

umur, kondisi badan, aktivitas harian dan stres. Menurut Oktavia

(2011) faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu spesies,

kondisi pakan, kandungan bahan organik, kondisi lingkungan, umur

dan musim.
II. PRAKTIKUM PENGAMATAN MORFOLOGI LEUKOSIT

Leukosit, atau sel darah putih, adalah salah satu komponen darah

yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh alias sistem imun. Leukosit

normal orang dewasa berkisar antara 4.500-11.000/mikroliter (mcL) darah.

Jika hasilnya abnormal, Anda mungkin mengalami kondisi yang

disebut dengan leukositosis (sel darah putih terlalu tinggi) atau leukopeni

(sel darah putih terlalu rendah).

Leukosit berfungsi melacak dan melawan mikroorganisme atau

molekul asing penyebab penyakit atau infeksi, seperti bakteri, virus,

jamur, atau parasit.

1. Tujuan Percobaan

Untuk menghitung jumlah sel darah putih (leukosit) pada sampel

darah pasien.

2. Prinsip Percobaan

Darah akan diencerkan menggunakan larutan Turk, kemudian

akan melisiskan sel darah selain leukosit dan akan mempermudah

perhitungan leukosit.

3. Alat dan Bahan

a. Hemacytometer

b. Bilik Hitung/Kamar hitung

c. Pipet thome Leukosit

d. Cawan petri

e. Aspirator
f. Deck gelas

g. Tabung EDTA

h. Spoit

i. Larutan Turk

j. Sampel darah

k. Tissue

4. Cara Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Mengambil darah pasien menggunakan spoit 3CC sebanyak 1 – 2

CC, lalu disimpan di tabung EDTA agar tidak lisis.

c. Menghomogenkan darah dalam tabung.

d. Mengambil aspirator (spoit yang dihubungkan dengan selang

kecil), lalu pasangkan dengan pipet toma yang berwarna putih,

yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan leukosit.

e. Memipet darah sampai tanda 0,5 pada pipet thoma, lalu

tambahkan larutan turk sampai tanda 11 sebagai pengecencer.

f. Menghomogenkan selama 3 menit.

g. Mengambil deckglass, lalu letakan diatas kamar hitung.

h. Memasukan sampel kedalam kamar hitung, biarkan sampai

sampel meresap masuk sesuai dengan ukuran kamar hitung.

i. Mengambil cawan petri yang telah di masukan tissue dan air,

digunakan sebagai tempat inkubasi kamar hitung selama 5 menit.


j. Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x, dan

100x, setelah kamar hitung selesai di inkubasi dicawan petri.

5. Hasil Pengamatan

Gambar 2.1 Hasil Praktikum Pengamatan Leukosit dengan perbesaran

100x

6. Pembahasan

Leukosit adalah sistem pertahanan tubuh yang mobil terhadap

benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel-sel leukosit

dibentuk dalam sumsum tulang dan jaringan limfe (limfosit). Leukosit

dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu granulosit (neutrofil, eosinofil dan

basofil) dan non granulosit (monosit dan limfosit). Leukosit hidup

selama 4-5 hari, 50-70% dari leukosit adalah neutrofil.

Neutrofil akan meningkat (neutrofilia) sebagai respon terhadap

inflamasi atau infeksi. Neutrofil dapat memusnahkan parasit-parasit

yang masuk ke dalam tubuh, dan dapat pula mencegah reaksi lokal

terhadap alergi agar tidak menyebar ke seluruh tubuh. Basofil


mengandung heparin dan histamin. Zat-zat ini dikeluarkan apabila ada

inflamasi .

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel

darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal

adalah 5000- 9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3,

keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut

leukopenia.

Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan

granular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak

homogen, dan intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit

granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup

berupa tetesan setengah cair) dalam http://repository.unimus.ac.id 9

sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak

variasi dalam bentuknya.

Hasil penelitian Putra (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan selisih nilai hemoglobin, hematokrit, laju

endap darah, hitung trombosit, hitung leukosit, hitung segment

neutrofil, hitung limofisit dan hitung monosit sebelum dan sesudah

hemodialisis menggunakan dialyzer baru dan re-use ke-4. Hal ini

disebabkan oleh kinerja, efisiensi dan kualitas membran dialyzer yang

masih baik serta proses pencucian yang sesuai dengan standar sampai

penggunaan ulang ke-4, untuk hitung eosinofil yang didapatkan hasil

signifikan, dapat dijelaskan oleh karena first use syndrome pada


penggunaan dialyzer baru yang dapat memicu hipereosinofilia. Hasil

penelitian Wicaksono (2009) ada perbedaan leukosit antara pre

hemodialisa dan post hemodialisa.

Pada praktikum kali ini yaitu menghitung jumlah leukosit dengan

menggunakan metode pipet dengan alat Haemacytometer, yang

bertujuan untuk mengetahui cara menghitung jumlah leukosit dalam

suatu sampel, pada pemeriksaan ini kita menggunakan larutan atau

reagen turk sebagai pengencer, kegunaan reagen turk pada

pemeriksaan leukosit ini adalah melisiskan sel darah lainnya selain

leukosit sehingga leukosit mudah terlihat dan terhitung.

Sampel darah yang digunakan pada praktikum kali ini merupakan

sampel darah salah satu teman mahasiswa dalam kelompok, sampel

darah didapatkan dengan cara pengambilan darah vena dengan

menggunakan spoit 3cc, setelah sampel darah didapatkan, sampel

darah disimpan pada tabung EDTA agar tidak membeku, darah

dimasukan dengan cara dialirkan dari dinding tabung agar darah tidak

lisis lalu di homogenkan. Setelah itu, diambil aspirator yang berupa

spoit yang disambungkan dengan selang kecil berwarna putih.

Aspirator ini nanti kemudian akan disambungkan dengan pipet

thoma khusus pemeriksaan leukosit, perlu di ketahui dalam

Haemacytometer terdapat 2 jenis pipet, yaitu pipet dengan batu

berwarna merah dan batu berwarna putih, karena pada praktikum kali

ini kita melakukan pemeriksaan leukosit maka yang digunakan adalah


pipet dengan batu berwarna putih yang memang digunakan sebagai

pipet pemeriksaan pada leukosit. Setelah itu, dipasangkan aspirator

diujung pipet thoma, lalu diambil sampel darah yang telah

dihomogenkan sampai batas 0,5 pada pipet dan diencerkan

menggunakan larutan turk sampai batas 11 pada pipet, setelah itu

homogen kan selama 3 menit. Setelah 3 menit, tetesi pada kamar bilik

yang diatasnya telah diletakkan deck glass, setelah itu inkubasi

didalam cawan petri yang telah berisi tissue yang telah dibasahi

selama 5 menit, tujuan dari inkubasi itu sendiri agar sel darah merah

pada kamar hitung mengendap dan tidak bergerah kemana- mana.

Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang memakai garis

bagi “improved neubauer”.Luas: seluruh bidang yang dibagi” adalah 9

mm2 dan bidang itu dibagi lagi menjadi 9 “bidang besar” sehingga

memliki luas masing-masing 1 mm2 .Dan bidang besar dibagi lagi

menjadi 16”bidang sedang yang luas adalah masing-masing ¼ x ¼

mm².

Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah berlainan

pembagianya : ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi

menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu

seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm². Tinggi

kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan

kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Maka volume diatas

tiap-tiap bidang menjadi sebagai berikut :


1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm²

1 bidang sedang = ¼ x ¼ x 1/10 = 1/160 mm³

1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 9/10 mm³

Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm

Nilai Normal Leukosit :

a. Dewasa : 4000-10.000/ mm³

b. Bayi/ anak : 9000-12.000/ mm³

c. Bayi Baru Lahir : 9000 -30.000 / mm³

N : jumlah sel

V : volume kamar hitung → 4/10

P : pengenceran  → 20

Pada praktikum kali ini kami menemukan beberapa jenis leukosit

antara lain, Eosinofil, dan Monosit,.

Eosinofil, Leukosit bergranula, mempunyai 2 lobus dalam intinya,

merupakan 1- 2% dari seluruh jumlah leukosit. Leukosit ini akan


meningkat jumlahnya dalam darah pada peristiwa alergi dan infeksi

(terutama cacing) dalam tubuh. Dengan pemberian steroid jumlah

eosinophil akan menurun.

Monosit, Leukosit dengan sitoplasma tak bergranula, berinti besar

dengan ukuran dua kali lebih besar dari eritrosit, terbesar dalam

sirkulasi darah, dan dbuat pada jaringan limpatik.


III. PRAKTIKUM PENGAMATAN MORFOLOGI TROMBOSIT

Trombosit (platelet) dikenal juga dengan sebutan keping darah dan

berperan penting dalam proses pembekuan darah. Selain itu, trombosit

juga kerap digunakan dalam metode skrining (deteksi dini) dan

mendiagnosis berbagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada

penggumpalan darah.

Trombosit dapat ditemukan di dalam darah dan limpa. Sel darah ini

tidak berwarna dan memiliki siklus hidup hanya selama 10 hari. Tubuh

Anda akan memperbarui persediaan trombosit dengan menghasilkan

trombosit baru di sumsum tulang.

Saat terjadi luka, trombosit akan menggumpal untuk menghentikan

perdarahan. Setelah perdarahan berhenti, luka akan berangsur pulih dan

sembuh. Bila Anda tidak memiliki cukup trombosit di dalam darah, tubuh

akan kesulitan untuk menghentikan perdarahan saat Anda terluka.

1. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui dan menghitung jumlah trombosit dalam darah

menggunakan metode secara manual.

2. Prinsip Percobaan

Darah diencerkan dalam pipet thoma eritrosit dengan

menggunakan larutan rees ecker, kemudian di masukkan ke dalam

kamar hitung. Jumlah sel trombosit dihitung dalam volume tertentu

dengan menggunakan faktor konversi jumlah sel trombosit/µ darah

dapat di perhitungkan.
3. Alat dan Bahan

a. Haemacytometer (aspirator, kamar hitung, pipet toma)

b. Mikroskop

c. Cawan petri

d. Spoit 3cc

e. Tabung EDTA

f. Torniquet

g. Reagen Rees Ecker

h. Deckglass

i. Alcohol swab 70%

j. Sampel darah

k. Tissue

4. Cara Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Mengambil darah pasien menggunakan spoit 3CC sebanyak 1 – 2

CC, lalu disimpan di tabung EDTA agar tidak lisis.

c. Menghomogenkan darah dalam tabung.

d. Mengambil aspirator (spoit yang dihubungkan dengan selang

kecil), lalu pasangkan dengan pipet thoma yang berwarna merah,

yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan eritrosit.

e. Memipet darah sampai tanda 0,5 pada pipet thoma, lalu

tambahkan larutan rees ecker sampai tanda 101 sebagai

pengecencer.
f. Menghomogenkan selama 3 menit.

g. Mengambil deckglass, lalu letakan diatas kamar hitung.

h. Memasukan sampel kedalam kamar hitung, biarkan sampai

sampel meresap masuk sesuai dengan ukuran kamar hitung.

i. Mengambil cawan petri yang telah di masukan tissue dan air,

digunakan sebagai tempat inkubasi kamar hitung selama 5 menit.

j. Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x, dan

100x, setelah kamar hitung selesai di inkubasi dicawan petri.

5. Hasil Pengamatan

Gambar 3.1 Morfologi Trombosit dengan Perbesaran 100x

6. Pembahasan

Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu

sel muda yang besar dalam sum-sum tulang. Megakariosit matang

ditandai proses replikasi endomiotik inti dan makin besarnya volume

plasma, sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granular dan

terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit mampu menghasilkan


3000-4000 trombosit, waktu dari diferensiasi sel asal (stem cell)

sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari. Umur

trombosit pada darah perifer 7-10 hari. Trombosit adalah sel darah tak

berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1-4 mikrometer dan

volume 7-8 fl.

Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang

berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor

glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agresiasi yang

mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma

dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk

sistem kanalikuler.

Fungsi rees ecker digunakan pada pemeriksaan hitung trombosit

dalam darah, jumlah trombosit dihitung pada mikroskop

menggunakan bilik hitung.

Untuk langkah cara kerjanya pertama-tama siapkan alat dan bahan

kemudian siapkan cawan petri yang telah diisi tissue basah lalu balik

hitung improve tutup dengan deck glass kemudian ambil pipet toma

merah lalu sambungkan dengan spoit/spiil setelah itu lakukan

pemipetan darah sampai angka 0,5 lalu usap dengan tissue dan pipet

rees ecker.
IV. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN MENGGUNAKAN METODE

SAHLI

Hemoglobin atau Hb adalah protein yang berada di dalam sel darah

merah. Protein inilah yang membuat darah berwarna merah. Dalam kadar

yang normal, hemoglobin memiliki banyak fungsi bagi tubuh. Oleh karena

itu, kadar normal hemoglobin perlu selalu dijaga.

Selain memberi warna, hemoglobin juga berfungsi membantu sel

darah merah mendapatkan bentuk alaminya, yaitu bulat dengan bagian

tengahnya lebih pipih. Dengan bentuk seperti ini, sel darah merah dapat

dengan mudah bergerak dan mengalir di dalam pembuluh darah.

Jika jumlah atau bentuk hemoglobin mengalami kelainan, sel darah

merah tidak dapat berfungsi dengan baik dalam mengangkut oksigen dan

karbon dioksida. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya berbagai

masalah kesehatan, termasuk anemia.

1. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui kadar haemoglobin pada darah degan

menggunakan metode sahli atau metode konversional.

2. Prinsip Percobaan

Darah ditambah dengan HCl 0,1 N akan diubah menjadi hematin

asam dan dan ditambahkan aquadest sampai warna berubah menjadi

warna kecoklatan sesuai dengan warna standar pada tabung sahli.

3. Alat dan Bahan

a. Alat
1) Haemometer (standar warna, tabung sahli, pipet tetes, pipet Sali,

batamg pemgaduk, dan aspirator).

2) Spoit 3cc

3) Tabung EDTA

4) Torniquet

b. Bahan

1) HCl 0,1 N

2) Aquadest

3) Alcohol swab 70%

4) Sampel darah

5) Tissue

1. Cara kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Mengambil darah pasien menggunakan spoit 3CC sebanyak 1 – 2

CC, lalu disimpan di tabung EDTA agar tidak lisis.

c. Menghomogenkan darah dalam tabung.

d. Memasukkan HCl 0,1 N kedalam tabung sahli sampai skala 2 pada

tabung.

e. Mengisap sampel darah menggunakan aspirator pipet sahli sampai

garis tanda 20 cmm atau sebanyak 20µ, hapus darah yang melekat

disebelah luar ujung pipet.

f. Mengalirkan darah yang dipipet tadi kedalam tabung sahli yang

berisi HCl 0,1 N, jangan sampai terjadi gelembung udara.


g. Membilas pipet sebanyak 2 – 3 kali didalam tabung untuk

membersihkan sisa darah yang masih tertinggal didalam pipet.

h. Menghomogenkan darah dengan HCl 0,1 N yang ebrada pada

tabung, lalu inkubasi selama 5 menit.

i. Menambahkan aquadest setetes demi setetes sambil di homogenkan

menggunakan batang pengaduk, ditambahkan aquadest sampai

warna sampel sesuai dengan warna standar pada haemometer.

j. Baca kadar haemoglobin dalam satuan gram/dl.

2. Gambar pengamatan

Gambar 4.1 Pemeriksaan Hb

3. Pembahasan

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah

merah atau eritrosit yang memberi warna merah pada darah.

Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.


Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain

metode sahli, oksihemoglobin atau sianmethemoglobin.

Prosedur yang hendak dicapai dalam melakukan pewarnaan gram

ini adalah pertama - tama dipersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan termasuk kelengkapan alat pelindung diri (APD).

Memipet larutan HCL 0,1 N kemudian memasukan ke dalam

tabung hemometer sampai tanda 2. Mebghisap darah dengan

menggunakan pipet hb sampat tanda 20µ. Menghapus darah yang

terdapat pada ujung pipet menggunaka tissue. Kemudian sampel darah

didalam campur dengan HCL O,1 N. Mendiamkan selama 5 menit

(untuk membuat suatu larutan menjadi saling berikatan sehingga

menjadi suatu larutan yang homogen). Meneteskan larutas aquadest

setetes demi seteteshingga menyamai warna standar. Membaca hasil

dengan melihat miniskus bawah.

Larutan HCL 0,1 N adalah reagen dasar yang digunakan secara

umum dalam penentuan kadar hemoglobin dengan cara sahli.

Penggunaan HCL dikarenakan asam klorida adalah asam monoprotik

yang sulit menjalani reaksi redoks.

Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini 12,2 gr/dl. Bisa

disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan normal.

Metode sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang

besar, alatnya tidak dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis

hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan


karbosihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan

sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik.

Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah

metode yang dianjurkan oleh international committee for

standardization in hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan

juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin

dapat terukur kecuali sulfhemoglobin. Telah dipaparkan di atas,

bahwa ada beberapa metode yang digunakan untuk menetapkan kadar

Hb,

Nilai rujukan

Laki – laki : 14 – 18 gr/dl

Perempuan : 12 – 16 gr/dl
V. PRAKTIKUM HEMATOKRIT

Hematokrit adalah kadar sel darah merah dalam darah. Kadar sel

darah merah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menjadi pertanda

Anda sedang menderita penyakit tertentu, misalnya anemia atau dehidrasi.

Hematokrit (Ht) menunjukkan jumlah persentase perbandingan sel

darah merah terhadap volume darah. Sel darah merah ini memiliki peranan

penting bagi kesehatan tubuh, yaitu sebagai pembawa oksigen dan nutrisi

ke seluruh bagian tubuh.

Kadar hematokrit dinyatakan dalam satuan persen, misalnya

hematokrit 20% berarti ada 20 mililiter sel darah merah dalam 100

mililiter darah.

1. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit pada darah

probandus.

2. Prinsip Percobaan

Darah vena dengan antikoagulan dimasukkan kedalam tabung

wintrobe dan di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm, sehingga

terjadi pemadatan sel darah merah di bawah tabung.

3. Alat dan Bahan

a. Microcapiller

b. Creastoseal

c. Reader microcapiller

d. Darah
e. Sentrifusi

f. Spoit 3cc

g. Tourniquet

h. Alcohol swab

i. Plester

j. Tabung EDTA

4. Cara Kerja

a. Ambil pipet microcapiller

b. Masukkan darah kedalam pipet microcapiller yang bertanda merah

dibagian ujungnya

c. Tutup ujung pipet microcapiller dengan creastoseal

d. Letakkan bagian ujung tabung yang tersumbat menjauhi alat

pemusing (sentrifusi)

e. Lakukan sentrifusi ( selama 1-3 menit) dalam sentrifusi micro

hematocrit dengan kecepatan 3000RPM

f. Letakkan hasil tersebut lalu sejajar dengan garis O sejajar dengan

perbatasan antara eritrosit dan creastoseal

g. Garis 100 sejajar dengan ujung dari plasma

h. Geser garis skala sejajar dengan perbatasan antara eritrosit dengan

buffy coat.

i. Setelah itu baca skala yang sejajar dengan garis skala yang

berwarna putih tadi.


5. Hasil Pengamatan

Gambar 5.1 Hasil Pengamatan Hematokrit

6. Pembahasan

Hematokrit atau volume eritrosit yang di manfaatkan (packed cell

volume/PCV) adalah proporsi eritrosit dalam darah lengkap. Pada

praktikum penetapan nilai hematokrik (Hct) menggunakan metode

mikro (mikrometode) dan sampel darah EDTA. Pada metode

mikro,sampel darah dimasukkan dalam sebuah tabung kapiler sekali

pakai, Riswanto (2013) menyatakan bahwa tabung ini yang

mempunyai ukuran panjang 75mm dengan diameter 1mm. tabung

kapiler ini ada 2 macam, yaitu tabung yang dilapisi ammonium

heparin dan tabung yang tidak menggandung antikoagulan. Tabung

kapiler yang berheparin memiliki sebuah tanda garis berwarna merah

disalah satu ujungnya, digunakan untuk sampel darah kapiler segar

tanpa antikoagulan. Tabung kapiler yang tak berisi antikoagulan


memiliki tanda garis berwarna biru, yang digunakan ketika praktikum

untuk sampel darah mengandung antikoagulan (EDTA).

Untuk mengukur hematokrit, sel-sel eritrosit dalam darah

dipadatkan dalam sebuah tabung dengan cara diputar pada kecepatan

tertentu dan dalam waktu tertentu sehingga membentuk kolom pada

bagian bawah tabung. Padatnya kolom eritrosit yang diperoleh dengan

pemusingan darah ditentukan oleh radius sentrifus, kecepatan

sentrifus, dan lamanya pemusingan.

Untuk langkah cara kerjanya pertama-tama siapkan alat dan bahan

kemudian ambil pipet microcapiller lalu masukkan darah ke pipet

microcapiller yang bertanda merah dibagian ujunya kemudian tutup

ujung pipet microcapiller dengan creastoseal lalu letakkan bagian

ujung tabung yang tersumbat menjauhi alat pemusing (sentrifusi)

kemudian lakukan sentrifusi (selama 1-3 menit) dalam sentrifusi

micro hematokrik dengan kecepatan 3000 RPM setelah itu letakkan

hasil tersebut lalu sejajar dengan garis 0 sejajar dengan perbatasan

antara eritrosit dengan creastoseal kemudian garis 100 sejajar dengan

ujung dari plasma lalu geser garis skala sejajar dengan perbatasan

antara eritrosit dengan buffy coat setelah itu baca skala yang sejajar

dengan garis skala yang berwarna putih tadi.

Pada praktikum kali ini, kami mengukur nilai hematokrit Ny.Putri

sebanyak 60 – 63 %. Diketahui jumlah normal hematokrit pada pria :

40 - – 48 %, wanita : 37 – 43 %. Bisa terlihat disini hasil hb dari


Ny.Putri tinggi, nilai hematokrit di dalam tubuh dipengaruhi oleh

banyak faktor diantaranya :

a. Sampel darah yang apabila diambil pada daerah lengan yang

terpasang jalur intra-vena, nikai hematokrit cenderung rendah

karena terjadi hemodilusi.

b. Pemasangan tali torniquet yang terlalu lama berpotensi

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa

meningkat.

c. Pengambilan darah kapiler : tusukan kurang dalam sehingga

volume yang diperoleh sedikit dan darah harus diperas-peras

keluar, kulit yang disutuk masih basah oleh alkohol sehingga

darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat

dalam bekerja.
VI. PRAKTIKUM LED (LAJU ENDAP DARAH)

Laju endap darah adalah salah satu bagian dari tes hematologi atau

pemeriksaan darah untuk mengukur berapa lama waktu yang

dibutuhkan sel darah merah untuk menggumpal atau mengendap ke dasar

tabung reaksi kaca. Tes ini umumnya dilakukan bersamaan dengan tes lain

guna mendiagnosis peradangan atau infeksi tertentu yang mungkin

diderita.

Ketika seseorang mengalami reaksi inflamasi dalam tubuhnya, sel

darah merah akan mulai saling menyatu dan ini mempengaruhi seberapa

cepat sel darah merah mengendap ketika diperiksa di laboratorium.

Semakin cepat laju endap darah seseorang menandakan semakin mungkin

terjadi inflamasi dalam tubuh seseorang.

Tes laju endap darah hanya dapat memberikan informasi bahwa

dalam tubuh seseorang terjadi reaksi inflamasi, namun tes LED saja tidak

dapat menentukan penyebab inflamasi tersebut. Oleh karena itu, tes LED

harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain untuk menentukan

penyebab reaksi inflamasi dalam tubuh seseorang. Pemeriksaan lain yang

dibutuhkan tergantung dari gejala yang seseorang alami.

1. Tujuan Percobaan

Untuk memeriksa darah pasien normal atau tidak melalui

kecepatan pemisahan antar plasma darah dan packed cells

2. Prinsip Percobaan
Darah dengan anti koagulan yang telah dicapur dengan baik

dituang dalam tabung westergreen dan diletakkan pada rak

westergreen selama 1 jam, dicatat kecepatan pengendapan eritrosit

dalam mm sebagai laju endap darahnya.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Pipet ukur

2) Filer

3) Tabung westergreen

4) Rak westergreen

5) Tabung untuk Na citrat

6) Spoit 3cc

7) Tabung EDTA

8) Torniquet

b. Bahan

1. Antikoagulan Na sitrat 3,8 %

2. Plester

3. Sampel darah

4. Cara Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Mengambil darah pasien menggunakan spoit 3CC sebanyak 1 – 2

CC, lalu disimpan di tabung EDTA agar tidak lisis.

c. Menghomogenkan darah dalam tabung.


d. Membandingkan darah dan Na citrat 3,8 %.

e. Memipet Na citrat 3,8 % sebanyak 0,5 ml menggunakan pipet ukur

dan filler, sampai angka 0 pada pipet ukur.

f. Memindahkan Na citrat yang didalam pipet ukur kedalam tabung

khusus Na citrat sebanyak 0,5 ml.

g. Memasukan 2 ml darah kedalam tabun yang berisi 0,5 ml Na citrat

3,8%, lalu homogenkan.

h. Memasukkan darah yang telah dicampur Na citrat kedalam pipet

westergreen sampai angka 0, tidak boleh kurang dan tidak boleh

lebih.

i. Mengelap bagian bawah pipet westergreen, lalu simpan di rak

westergreen, setelah itu tulis identitas pasien dan waktu ketika

meletakkan tabung kedalam rak.

j. Menunggu selama satu jam, lalu baca penurunan eritrosit dengan

membaca tinggi plasma.

5. Hasil Pengamatan

Gambar 6.1 Hasil Pengamatan LED dengan Nilai Normal.


6. Pembahasan

Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan mengendapnya eritrosit

dari sampel darah yang akan diperiksa dalam suatu alat tertentu yang

dinyatakan dalam milimeter per jam (mm/jam). LED sering juga

diistilahkan dalam bahasa asingnya Bloed Bezenking Snelheid (BBS),

Blood Sedimentation Rate (BSR), Bloed Sedimentation Erythrocyte

(BSE), Blood Sedimentation (BS), Erythrocyte Sedimentation Rate

(ESR). Dalam bahasa Indonesia diistilahkan sebagai Kecepatan

Pengendapan Darah (KPD).

Proses LED menentukan kecepatan eritrosit (dalam darah yang

telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertikal dalam

waktu tertentu. Pengukuran jarak dari atas kolom eritrosit yang

mengendap sampai ke atas batas cairan dalam periode tertentu

menentukan laju endap darah.

Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap

pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di

laboratorium cara untuk memeriksa LED yang sering dipakai adalah

cara Wintrobe dan cara Weetergren. Nilai rujukan cara Wintrobe

untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 -10 mm/jam, sedang

pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan

untuk pria 0-10 mm/jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

LED adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah

eritrosit/uL darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih
besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan

menyebabkan LED cepat.

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.

Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah

pembentukan roleaux sehingga LED cepat, sedangkan kadar albumin

yang tinggi menyebabkan LED lambat.

Sampel darah yang digunakan pada praktikum kali ini merupakan

sampel darah salah satu teman mahasiswa dalam kelompok, sampel

darah didapatkan dengan cara pengambilan darah vena dengan

menggunakan spoit 3CC, setelah sampel darah didapatkan, sampel

darah disimpan pada tabung EDTA agar tidak membeku, darah

dimasukan dengan cara dialirkan dari dinding tabung agar darah tidak

lisis lalu di homogenkan.

Sebelum masuk kedalam cara kerja pertama-tama yang harus kita

lakukan yaitu melakukan perbandingan antara darah dan Na citrat,

untuk metode westergreen adalah 4 : 1. Jika kita ingin membuat total

campuran antara darah dan Nacitrat sebanyak 2,5 ml maka

perhitungannya sebagai berikut :

Darah 4/5 x 2,5 = 2ml

Na Citrat 3,8% 1/5 x 2,5 = 0,5 ml

Total secara keseluruhan adalah 2,5 ml. Perbandingan inilah yang

akan digunakan dalam menentukan LED nantinya.


Pada praktikum kali ini, kami mengukur Laju Endap Darah pada

sampel darah Ny.Sari didapatkan sebanyak 45 mm/jam. Dan

diketahui jumlah normal LED pada wanita : 0-15 mm/jam dan untuk

pria : 0-10 mm/jam, dan pada hasil yang ditunjukan diatas

menunjukkan hasil yang tidak normal karena hasil pengukuran LED

Ny. Sari keluar dari range normal LED pada wanita. Bila LED > 50

mm/jam, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan mengenai kadar

protein dalam serum, immunoglobulin, anti nuclear antibody, dan

faktor reumatoid sebab bisa mengarah kepada TBC, dan tiroid. Jika

nilai LED mencapai >100 mm/jam, maka memiliki indikasi infeksi

serius, malignansi, paraproteinemia, atau hiperfibrinogenemia.

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari uji

LED antara lain, kadar fibriogen, rasio sel darah merah dibandingkan

dengan plasma darah, kondisi sel darah merah yang abnormal, dan

beberapa faktor teknisi.

Anda mungkin juga menyukai