Anda di halaman 1dari 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Gerakan usus in situ
Peristaltic

: merupakan mekanisme utama dari gerakan maju isi usus yang lunak.

Segmentasi

:gerakan usus untuk memotong-motong makanan menjadi bagian yang lebih

kecil
Pendulum

: gerakan usus yang berfungsi untuk mencampurkan isi lokal usus dengan getah

pencernaan
Tabel 1 kerutan usus
Perlakuan
1.Normal 37o C
2.Suhu 33 o C
3. Suhu 40 o C
4. Asetilkolin
5. Adrenalin

Frekuensi (kali/menit)
18
12
22,5
Naik
16

Tinggi gelombang (mm)


2
1,5
5
Naik
0,1

Pembahasan
Usus halus merupakan bagian yang paling penting dari saluran pencernaan. Fungsi
pencernaan dan absorbsi usus halus penting untuk hidup.Pembuangan sedikit (kurang dari 30%)
segmen usus halus umumnya tidak menyebabkan gejala-gejalayang berat, karena terdapat
hipertropi dan hiperplasi kompensasi mukosa yang tersisa dengan perlahanlahan kembali ke
fungsi absorbsi normal (adaptasiusus halus). Akan tetapi, apabila lebih dari 30% usus halus yang
diambil atau di bypass, menyebabkan kematian (Cunningham, 2002).Usus halus dapat
bergerak karena adanya aktivitas otot usus halus, sehingga mengakibatkan terjadinya gerakan
peristaltik. Peristaltik berfungsi untuk menggerakkan kimus sepanjang usus dan meningkatkan
pergeseran kimus dengan permukaan mukosa usus, sehingga kimus dapat dicerna dan nutrien
dapat diabsorbsi (Thomas, 2003; Cunningham, 2002). Gerakan peristaltik usus halus dapat
berubah oleh pengaruh virus, bakteri, parasit dan toksin. Radang usus halus dapat menyebabkan
penurunan konduksi transmural. Jika konduksi transmural turun, maka gerak peristaltik usus

halus akan turun Apabila usus halus mengalami trauma, terdapat pengurangan gerakkan usus
halus disebabkan karena hambatan langsung pada otot polosnya (Berkes, dkk, 2003;
Cunningham, 2002), gerakan lain pada usus yaitu segmentasi yang berfungsi untuk memotongmotong makanan menjadi bagian yanglebih kecil, gerakan pendulum (bandul lonceng) yang
berfungsi untuk mencampurkan isi lokal usus dengan getah pencernaan. Setelah abdomen kelinci
dibuka dapat terlihat gerakan gerakan yang terjadi dalam usus,setelah gerakan dalam usus
diamati,usus halus dikeluarkan dan dipotong sepanjang kurang lebih 3 cm dan dimasukan
dalama larutan tyrode 37oC,usus dicuci dan diikat kedua ujungnya dan dihubungkan dengan alat
pencatat kontraksi.
Larutan tyrode adalah larutan yang isotonis dengan larutan interstisial yang digunakan
dalam percobaan fisiologis atau kultur jaringan larutan ini menyurupai larutan ringer tapi
mengandung magnesium gula sebagai sumber energy dan menggunakan bikarbonat atau HEPES
sebagai penyangga(Schwartz 2000)
pada percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap usus kelinci, dalam praktiknya
diberikan pengaruh suhu yang berbeda-beda yaitu 37 0 C, 330 C, dan 400 C . pada suhu 370 C
frekuensi kerutan usus kelinci yaitu 18 kali / menit dengan tinggi gelombang 2mm kemudian
suhu diturunkan menjadi 330 C frekuensi kerutan menurun menjadi 12 kali/menit dan tinggi
gelombang yaitu 1,5 mm,setelah larutan dikembalikan pada suhu normal dan dibiarkan selama 5
menit suhu larutan tyrode dinaikan kembali menjadi 40 0 C frekuensi kerutan usus mengalami
peningkatan menjadi 22,5 kali/menit dengan tinggi gelombang 5 mm. percobaan pengaruh suhu
ini menunjukan bahwa pada suhu rendah aktivitas gastrointestinal mengalami penurunan dan
pada suhu tinggi aktivitas gastroinstestinal mengalami peningkatan.
Pada pemberian asetilkolin terjadi perubahan Frekuensi dan meningkatnya tinggi
kontraksi. Hal ini sesuai dengan literatur yang kami dapat menurut Isnaeni (2006), sedangkan
pada saat usus diberi perlakuan dengan adrenalin terjadi penuruana frekuensi kerutan usus
menjadi 16 kali /menit Dengan demikian peningkatan motilitas usus dipengaruhi oleh asetilkolin
yang merupakan neurotransmitter dari syaraf parasimpatis dan penurunan motilitas usus halus
dipengaruhi oleh adrenalin yang merupakan nerutransmitter syaraf simpatis. Sehingga dapat
diketahui bahwa syaraf parasimpatis dapat meningkatkan aktivitas gastrointestinal dan syaraf
simpatis dapat menurunkan aktivitas gastrointestinal.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gerakan usus in situ
pada kelinci terdiri dari tiga gerakan, yaitu gerakan segmentasi, pendulum, dan peristaltik.
Namun, yang dapat dilihat secara kasat mata hanya gerakan segmentasi dan peristaltic. Pengaruh
suhu terhadap frekuensi dan kekuatan kontaraksi yaitu semakin tinggi suhu maka akan terjadi
peningkatan frekuensi dan kekuatan kontraksi usus dan semakin rendah suhu akan menurunkan
frekuensi dan kekuatan kontraksi. Pemberian asetilkolin dapat menaikan frekuensi kerutan usus
sedangkan pemberian adrenalin akan menurunkan frekuensi kerutan usus.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, J.G. 2002.Textbook of veterinary physiology. 3rd Ed. London, Toronto : W. B.
Philadelphia [USA]: Saunders Company.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta[ID]:Kanisius.
Schwartz, dkk.1995. Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah edisi VI . Jakarta[ID]: EGC.
Thomas, A. (2003) Gut motility, sphincters and reflex control. J. Anes Intens Care Med. 7: 5758.

Anda mungkin juga menyukai