TRANSPIRASI
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan dalam bentuk uap dari
jaringan, ini dapat saja terjadi tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan
air dari jaringan tanaman melalui bagian-bagian tanaman yang lain dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang
hilang melalui stomata. Oleh karena itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi dapat
dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan. Faktor dalam mempengaruhi
transpirasi adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaaan daun, tebal
dan tipisnya kutikula. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi
adalah cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah.
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan,
karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat
kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan
kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan
penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit.
Untuk itu, dilakukan lah percobaan sederhana ini dengan tujuan untuk
mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur
kecepatan absorpsi airnya. Alat yang digunakan diantara nya fotometer, sumbat
karet berlubang, silet atau ccutter, ember, katong plastik dan getah karet. Sedangkan
bahan yang digunakan diantara nya tanaman pacar air (Impatiens balsamina L)
yang kokoh, air dan vaselin. Praktikum ini menggunakan tiga kondisi, yaitu dengan
kondisi dalam suhu ruang, di depan kipas angin, dibawah sinar (tanpa vaselin
bagian atas daun dioles vaselin dan diolesi vaselin dibagian bawah daun). Dari
percoban yang telah dilakukan, di dapat hasil kecepatan transpirasi (mm 3/s) secara
berurutan menurut ke lima perlakuan tadi yaitu 0,1423 mm 3/s, 0,1123 mm3/s, 0,067
mm3/s, 0,13 mm3/s dan 0,067 mm3/s.
Transpiration can be defined as the process of losing in vapor form from the
network, this can only happen plant through the stomata. Possible loss of water from
plant tissue through parts of other plants that can happen, but the portion of the loss
is very small compared to the loss through the stomata. Therefore, in calculating the
amount of water lost is generally focused on water loss through stomata.
Transpiration can be influenced by factors in the environment. Factors influencing
transpiration is the number and location of the stomata, thick and thin surfaces of
leaves, thick and thin cuticle. While environmental factors that affect transpiration is
light, temperature, humidity uadara, wind and soil water content. Transpiration is
also a process that endangers the lives of plants, because if transpiration exceed the
absorption by the roots, the plant can water shortages. When the water content
exceeded the minimum threshold can lead to death. Great transpiration also force
many plants mengedakan absorption, it is necessary for energy not less.
For that reason, this simple experiment was for the purpose of measuring the
speed of leaf transpiration indirectly by measuring the speed of water absorption.
The tools used among its photometer, perforated rubber stoppers, or ccutter razor
blades, buckets, plastic and rubber latex katong. While the materials used her
between water henna plant(Impatiensbalsamina L)robust, water and petroleum jelly.
This practicum uses four condition, with the condition at room temperature, in front
of the fan, under the beam (without vaseline and upper leaves smeared with
vaseline) and exposed to direct sun conditions. From the experiment has been done,
can result transpiration rate (mm3/ s) respectively, according to five treatments
before ie 0.1423 mm3/ s, 0.1123 mm3/ s, 0,067 mm3/ s, 0.13 mm3/ s and 0,067 mm3/
s.
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari
jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang
hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu
jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi
kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
c. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar
0,1 % dari total transpirasi (Gardner, 1991).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.
Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan
menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh
tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan,
ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk
besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air
yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan
zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka
penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut
akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian
besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke
atas melalui arus transportasi.Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan,
kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.
Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya
dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar
ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara
daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju
transpirasi tersebut dapat digunakan potometer . Transpirasi pada tumbuhan yang
sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan
karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.Sebagian besar transpirasi
berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih
sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang
diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang
ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain
dari batang, bunga dan buah.Transpirasi menimbulkan arus transpirasi
yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem
(Siregar. 2003).
1. Light
Plants transpire more rapidly in the light than in the dark. This is largely because light
stimulates the opening of the stomata (mechanism). Light also speeds up
transpiration by warming the leaf.
2. Temperature
Plants transpire more rapidly at higher temperatures because water evaporates
more rapidly as the temperature rises. At 30C, a leaf may transpire three times as
fast as it does at 20C.
3. Humidity
The rate of diffusion of any substance increases as the difference in concentration of
the substances in the two regions increases.When the surrounding air is dry,
diffusion of water out of the leaf goes on more rapidly.
4. Wind
When there is no breeze, the air surrounding a leaf becomes increasingly humid thus
reducing the rate of transpiration. When a breeze is present, the humid air is carried
away and replaced by drier air.
5. Soil water
A plant cannot continue to transpire rapidly if its water loss is not made up by
replacement from the soil. When absorption of water by the roots fails to keep up
with the rate of transpiration, loss of turgor occurs, and the stomata close. This
immediately reduces the rate of transpiration (as well as of photosynthesis). If the
loss of turgor extends to the rest of the leaf and stem, the plant wilts.
The volume of water lost in transpiration can be very high. It has been estimated that
over the growing season, one acre of corn (maize) plants may transpire 400,000
gallons (1.5 million liters) of water. As liquid water, this would cover the field with a
lake 15 inches (38 cm) deep. An acre of forest probably does even better.
(Ludanov,2014).
1.Cahaya
Tanamanterjadi lebih cepat dalam cahaya dari dalam gelap. Hal ini terutama karena
cahaya merangsang pembukaan stomata(mekanisme).Cahaya juga mempercepat
transpirasi oleh pemanasan daun.
2. Suhu
Tanaman terjadi lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi karena air menguap
lebih cepat karena suhu naik. Pada 30 C, daun mungkin terjadi tiga kali lebih cepat
seperti halnya pada 20 C.
3. Kelembaban
Tingkatdifusisetiap kenaikan substansi sebagai perbedaan konsentrasi zat di kedua
wilayah increases.When udara di sekitarnya kering, difusi air dari daun berlangsung
lebih cepat.
4. Angin
Ketika tidak ada angin, udara sekitarnya daun menjadi semakin lembab sehingga
mengurangi laju transpirasi. Ketika angin hadir, udara lembab terbawa dan
digantikan oleh udara kering.
5. Air tanah
Sebuah pabrik tidak dapat terus terjadi dengan cepat jika kehilangan air yang tidak
dibuat oleh pengganti dari tanah. Ketika penyerapan air oleh akar gagal untuk
bersaing dengan laju transpirasi, hilangnyaturgorterjadi, dan stomata dekat. Hal ini
langsung mengurangi laju transpirasi (serta fotosintesis). Jika hilangnya turgor
meluas ke seluruh daun dan batang,layutanaman.
Volume air yang hilang di transpirasi bisa sangat tinggi. Diperkirakan bahwa selama
musim tanam, salah satu acre jagung (jagung) tanaman dapat terjadi 400.000 galon
(1,5 juta liter) air. Seperti air cair, ini akan menutupi lapangan dengan danau 15 inci
(38 cm) yang mendalam. Acre hutan mungkin tidak lebih baik.
METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hai Selasa, 4 April 2017 di Laboratorium Biologi
FKIP Untan pukul 08.00- selesai. Alat yang digunakan diantara nya fotometer,
sumbat karet berlubang, silet atau ccutter, ember, katong plastik dan getah karet.
Sedangkan bahan yang digunakan diantara nya tanaman pacar air (Impatiens
balsamina L ) yang kokoh, air dan vaselin.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu dipilih tumbuhan Impatiens balsamina L
dengan batang yang kokoh, lalu bagian basal batang dipotong dan secepatnya
dimasukkan tumbuhan ke dalam air. Kemudian ujung batang Impatiens balsamina L
dimasukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak
sampai patah. Setelah itu, fotometer diisi dengan air. Caranya dengan merendam
fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air
didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah terisi oleh Impatiens balsamina L)
disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air). Dengan memegang gelas
fotometer saat sumbat karetdimasukkan, hati-hati jangan sampai pecah. Perlahan-
lahan mulai diangkat seluruh system fotometer dari air dan tempat pada
penyokongnya dan mengoleskan bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat
karet dengan vaselin. Impatiens balsamina L dibiarkan sebentar untuk bertranspirasi
sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung tabung
fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah
berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang
ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu kecepatan transpirasi diukur
minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan
dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir (bawah matahari),
bagian atas lamina Impatiens balsamina L diolesi dengan vaselin lalu diukur kembali
dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian
bawah lamina Impatiens balsamina L dengan vaselin dan diukur kembali di bawah
matahari terang benderang. Yang terakhir, menganalisa data dan membandingkan
kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin dan
matahari terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa
dan dengan vaselin baik atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.
HASIL PENGAMATAN
Transpirasi tumbuhan adalah suatu proses penguapan atau pelepasan uap air
pada tumbuhan melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Aliran molekul air ini berasal
dari akar, batang, dan akhirnya ke daun lewat xilem. Adanya kegiatan transpirasi
daun menyebabkan daun memiliki daya isap terhadap air dan zat-zat terlarut di
dalamnya dari batang maupun akar. Daya-daya yang menyebabkan air naik dari
akar ke batang hingga ke daun, yaitu:
Adanya tekanan akar sekalipun hanya menaikkan aliran air dalam beberapa
meter saja.
Adanya daya kohesi dan adhesi antarmolekul air dengan dinding kapiler
xilem.
Adanya daya kapiler xilem (pembuluh kayu) sekalipun hanya dapat setinggi
beberapa puluh meter.
Adanya daya isap daun sehingga memperlancar aliran molekul air dari akar ke
batang hingga dikeluarkan dari daun melalui stomata atau kutikula.
Pada percobaan ini dilakukan dengan tiga macam kondisi. Kondisi pertama
dalam suhu ruang dengan tiga kali pengulangan, kondisi kedua di depan kipas
dengan tiga kali pengulangan, kondisi ketiga dibawah sinar matahari dengan
perlakuan tanpa diolesi vaselin dan diolesi vaselin dibagian atas daun dan diolesi
vaselin di bagian bawah daun. Selanjutnya praktikan mengamati pergerakan air
(jarak) yang ada di fotometer selama 300 detik (s) dan diukur seberapa besar
kecepatan transpirasi tumbuhan tersebut (mm3/s).
Kondisi terakhir yaitu kondisi diletakkan pada matahari secara langsung yang
diperlakukan dengan diolesi vaselin di bagian bawah daun. Perlakuan dilakukan
selama 300 detik dan diamati peubahan jarak pada fotometer dan dihitung
kecepatan transpirasi airnya. Pada perlakuan ini di dapat kecepatan transpirasi
sebesar 0,067 mm3/s.
Pada ke tiga kondisi dengan perlakuan yang berbeda beda yang telah
dilakukan dapat kita simpulkan bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan berbeda
beda pada tiap kondisi. Hal ini ada kaitannya dengan faktor internal dan faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi. Jika kita hubungkan
kondisi dalam percobaan ini (dalam suhu ruang, di depan kipas angin, dibawah sinar
dan langsung terpapar sinar matahari) dengan kecepatan transpirasi, maka faktor
eksternal lah yang berpengaruh terhadap hasil kecepatan transpirasi. Faktor
eksternal tersebut berupa cahaya, angin dan kelembaban. Salisbury dan Ross
(1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan
membuka dan menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi
dan sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi, karena sinar
matahari akan menyebabkan temperature permukaan daun menjadi tinggi dan uap
air di permukaan daun mengering, karena konsentrasi di luar tubuh lebih rendah dari
pada di dalam, sehingga air berdifusi dari dalam ke luar.
Untuk faktor internal nya yaitu dapat berupa jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis
permukaaan daun, tebal dan tipisnya kutikula.
Seperti yang kita ketahui, terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi kecepatan transpirasi, diantara nya :
2. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
3. Kebasahan udara (Kelembaban udara) Pada hari cerah udara tidak banyak
mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam
daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata
lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun,
jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke
konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah
menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi
alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1
sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun
melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul
uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban.
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang
hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun
dengan meningkatnya kelembaban udara
5. Keadaan air dalam tanah Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang
pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya.
Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan
daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa
kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah
adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air
tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan
laju transpirasi akan segera tampak Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air
ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah.
Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika
kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin, Lakitan. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasir, M. ,Purnomo dan Sudjino. 1994. Pengaruh Gas Belerang dari Kawah
Sikidang di Dataran Tinggi Dieng Terhadap Struktur Vegetasi dari Faal
Tumbuhan di Sekitarnya. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Biologi UGM.
Suyitno, Suryani Dyah, Ratnawati. 2003. Tanggapan Stomata dan Laju Transpirasi
Daun Vaccinium varingiaefolium (BI.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan
Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang Kawah Sikidang
Dataran Tinggi Dieng. Vol 3 (2). FMIPA UNY.
LAMPIRAN PERHITUNGAN