Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur atau suatu peningkatan
ukuran dari organisme, sedangkan perkembangan merupakan proses
menuju kedewasaan yang dimana bertambahnya fungsi alat tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling
berhubungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor dari dalam tubuh yang meliputi faktor genetis dan factor
fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor dari luar tubuh yaitu
faktor yang berasal dari lingkungan atau ekosistem. Salah satu faktor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
adalah hormon.
Hormon tumbuh dapat berupa hormon tumbuh alami, maupun
hormon tumbuh sintetis. Hormon tumbuh alami dapat diperoleh dari organ
tumbuh tanaman yang masih muda, misalnya ujung tanaman dan ujung
akar. Tetapi sumber keduanya sulit dicari. Sedangkan hormon tumbuh
sintetis adalah hormon tumbuh yang dibuat oleh pabrik, misalnya IAA
(Indoleacetic acid) atau dipasaran disebut Rootone F. Rootone F selain
sulit tersedia di tempat yang mudah dijangkau oleh para petani di
pedesaan, harganya juga relatif sangat tinggi.

Hormon yang terdapat

dalam tanaman jumlahnya hanya sedikit. Oleh karena itu, perlu adanya
penambahan zat ataupun hormon yang mendukung pertumbuhan akar

maupun batang. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan tanaman


menjadi lebih cepat.
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan hormon alami ialah
bawang merah. . Bawang merah (Allium Cepa L.) merupakan sayuran
umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran,
penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek
antiseptik senyawa anilin dan alisin yang dikandungnya. Bawang merah
mengandung vitamin C, kalium, serat dan asam folat. Selain itu, bawang
merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin
dan giberelin. Hormon yang terdapat pada bawang merah dapat dijadikan
zat pengatur tumbuh alami dengan cara mengekstraknnya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba meneliti apa pengaruh
pemberian ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan tanaman, disini
penulis menggunakan tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) sebagai
objek.
1.2.

Rumusan Masalah
Apa pengaruh pemberian ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan
tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)?

1.3.

Hipotesa
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yang diberi ekstrak bawang
merah

lebih

cepat

pertumbuhannya

dibanding

tanaman

Bayam

(Amaranthus tricolor L.) tanpa ekstrak bawang merah

1.4.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dibuatnya
karya tulis ilmiah Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah Terhadap
Pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor L.) Ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah terhadap
pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor L.).
2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan Bayam (Amaranthus
tricolor L.) dengan pemberian ekstrak bawang merah dan pertumbuhan
Bayam (Amaranthus tricolor L.) tanpa pemberian ekstrak bawang
merah.

1.5.

Manfaat Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah terhadap
pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor L.).
2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan.

BAB II
KAJIAN TEORI
1.1.

Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran (diantarnya
volume, massa, dan tinggi) serta jumlah sel secara irreversible (tidak dapat
kembali ke bentuk semula). Pertumbuhan bersifat kuantitatif (dapat
diukur)

menggunakan

auksanometer.

Pertumbuhan

terjadi

karena

pertambahan jumlah sel dan pembesaran sel. Proses ini terjadi akibat
pembelahan mitosis pada jaringan bersifat meristematik. Contoh,
pertambahan tinggi batang dan jumlah daun.
1.2.

Tahapan Pertumbuhan
a) Struktur Biji
Pada biji tanaman dikotil maupun monokotil: Epikotil (bagian atas
kotiledon) di ujung epikotil terdapat Plumula (ujung batang & calon daun)
merupakan poros embrio yang tumbuh ke atas yang selanjutnya akan
tumbuh menjadi daun pertama, sedangkan Hipokotil (bagian bawah
kotiledon) di ujungnya terdpat radikula (calon akar) adalah poros embrio
yang tumbuh ke bawah dan akan menjadi akar primer.
Pada tanaman monokotil, misalnya jagung, kotiledon mengalami
modifikasi menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum berfungsi sebagai
alat penyerap makanan yang terdapat di dalam endosperma, sedangkan
koleoptil berfungsi melindungi plumula. Selain itu, pada jagung juga
terdapat koleoriza yang berfungsi melindungi radikula. Pada biji dikotil
yang berkecambah, embrio menyerap nutrient dari endosperma (cadangan
makanan) sehingga kotiledon mengecil pada akhirnya kisut dang lepas.
b) Proses Perkecambahan

Proses Fisika:
1. Terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi) akibat dari potensial air
rendah pada biji yang kering.
Proses Kimia:
2. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan hormone
giberelin (GA).
3. Hormon GA mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar endosperma)
untuk sintesis dan mengeluarkan enzim.
4. Enzim bekerja menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam
kotiledon dan endosperma. Proses ini menghasilkan molekul kecil larut
dalam air, missal enzim amylase menghidrolisis pati dalam endosperma
menjadi gula. Selanjutnya gula dan zat lain diserap dari endosperma
oleh kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman.
c) Macam Perkecambahan
Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan, ada dua tipe
perkecambahan, yaitu :
1. Perkecambahan Epigeal
Ciri Perkecambahan ini ialah terangkatnya kotiledon dan plamula
ke permukaan tanah. Pemanjangan terjadi pada bagian hipokotil (ruas
batang dibawah kotiledon). Perkecambahan ini umumnya terjadi pada biji
tanaman Dicotyledoneae (kecuali kacang kapri), contoh : kacang hijau,
kacang kedelai, kapas.
2. Perkecambahan Hipogeal
Ciri Perkecambahan ini : Tertinggalnya kotiledon didalam tanah,
sedang plamula tetap menembus tanah. Pemanjangan terjadi pada epikotil
(ruas

batang

diatas

kotiledon).

Umumnya

terjadi

pada

biji

monocotyleddoneae, contoh : Jagung, padi. dan Dicotyledoneae yaitu


hanya kacang kapri.

Pada akhir perkecambahan terbentuk akar, batang dan daun.


Selanjutnya, tumbuhan mengalami pertumbuhan, yaitu :
1. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan yang terjadi karena aktivitas meristem apikal
(terdapat pada ujung batang dan ujung akar), menyebabkan pemanjangan
akar dan batang.
2. Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas pembelahan mitosisi
pada jaringan meristem sekunder (lateral) sehingga mengakibatkan
diameter batang dan akar bertambah besar. Meristem lateral terbagi atas :
Kambium vaskuler (terletak diantara xylem dan floem menyebabkan
pembelahan sel kearah dalam membentuk xylem dan kearah luar
membentuk floem. dan Kambium gabus (jaringan pelindung yang
menggantikan fungsi jaringan epidermis yang rusak/mati). Pertumbuhan
sekunder terjadi pada tumbuhan dikotil.
2.3.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


1. Faktor internal (dalam)
a) Faktor genetis
Gen mengandung factor-faktor sifat keturunan yang dapat
diturunkan pada keturunnanya. Gen juga berfungsi untuk mengkontrol
reaksi kimia didalam sel, misalnya sintesis protein. Pembentukan yang
merupakan dasar penyusun tubuh tumbuhan, yang dikendalikan oleh gen
secara langsung. Maka gen dapat mengatur pertumbuhan melalui sifat
yang diturunkan dan sintesis-sintesis yang dikendalikan.
b) Faktor Interseluler/Fisiologi

Proses yang terjadi merupakan proses fungsional tingkat seluler.


Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat
pada suatu bagian tumbuhan. Hormon tumbuhan disebut fitohormon.
Beberapa hormon yang dimiliki tumbuhan antara lain :
Auksin
Hormon ini ditemukan pada titik tumbuh batang dan selubung
daun pertama tanaman monokotil yang disebut koleoptil, ujung akar, dan
ujung batang

serta jaringan yang masih bersifat meristematis. Fungsi

Auksin :
1. Merangsang aktivitas cambium untuk membentuk xylem dan floem
2. Mencegah rontoknya daun, bunga dan buah
3. Merangsang pembentukan buah dan bunga
4. Memacu pembentangan dan pembelahan sel
5. Merangsang pemanjangan (sel) tunas ujung tanaman
6. Membantu pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi)
7. Merangsang pembentukan akar lateral dan serabut akar
8. Merangsang dominasi apical, yaitu terhalangnya tunas lateral oleh
adanya tunas ujung tanaman. Jika tunas ujung tanaman dipotong, maka
tunas-tunas lateral akan tumbuh.
9. Memelihara elastisitas dinding sel
Tanaman yang semula tumbuh tegak jika direbahkan maka auksin akan
terkumpul disisi bawah, menyebabkan ketidakseimbangan sel baguan
atas dengan bagian bawah sehingga batang tumbuh membengkok
keatas.
Aktivitas auksin akan terhambat oleh cahaya matahari. Karena
pada bagian tanaman yang terkena cahaya auksin akan tidak merata
sehingga pertumbuhan terhambat. Sehingga tempat gelap akan tumbuh
lebih panjang. Hal ini karena kandungan auksin pada tempat terang lebih

rendah dari tempat gelap. Oleh karena itu, batang tumbuh membengkok
kearah datangnya cahaya.
Giberelin
Berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Etilen
Berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun.
Sitokinin
Berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis)
Asam absisat
Berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun
Kalin
Berperan dalam proses organogenesis
Asam traumalin
Berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami
kerusakan jaringan.
2. Faktor Ekternal (Luar/Lingkungan)
a) Air
Air termasuk senyawa utama yang sangat dibutuhkan tumbuhan.
Air berfungsi antara lain untuk fotosintesis,mengaktifkan enzimatik,
menjaga kelembaban, dan membantu perkecambahan biji. Tanpa air, reaksi
kimia dalam sel tidak dapat berlansung sehingga mengakibatkan tumbuhan
mati.
b) Cahaya
8

Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan


mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi
tumbuhan. pada intensitas cahaya berlebih maka auksin dan klorofil akan
rusak sehingga menghambat pertumbuhan. Sebaliknya, pada intensitas
kurang cahaya tumbuhan mengalami etiolasi. Fotoperiodisme adalah
Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran (panjang hari). Berdasarkan
panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek
contohnya aster, krisan,dahlia, ubi jalar, kedelai, dan anggrek.
2. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran lebih dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan hari
panjang, contohnya Bayam (Amaranthus tricolor L.), kentang, gandum,
kol, bit gula, selada, dan tembakau.
3. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsive terhadap
panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya
bunga matahari. mawar, kapas, mentimun dan tomat.
c) Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika
kelembapan udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu
akar untuk menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah.
Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
d) Nutrien
Zat makanan bisa terdapat dalam air, udara, dan tanah (umumnya)
dalam bentuk ion. Nutrien digunakan tumbuhan untuk sumber energy dan
sumber materi untuk sintesis berbagaikomponen sel yang diperlukan
9

selama pertumbuhan. Jika kebutuhan kurang maka akan terjadi defisiensi


(tumbuh tidak sempurna hingga bisa mati) Nutrien dibedakan atas :
1. Makronukrien (unsure makro/butuh dalam jumlah banyak), Misalnya :
C, H, O [defisiensi : Pertumbuhan dan metabolisme terhambat,
akhirnya mati ], N (Nitrogen) [Daun pucat, klorosis/menguning dan
gugur), P (Fosfor), K (Kalium), Ca (Kalsium) [Daun tidak terbentuk] , S
(Sulfur), Mg (Magnesium).
2. Mikronutrien (unsure mikro/butuh dalam jumlah sedikit). Misalnya : Fe
(Besi) [Klorosis], Cl (Klor) [layu], B (Boron), Mn (Mangan), Mo
(Molibdenum), Zn (Seng), Cu (Tembaga).
e) Suhu
Suhu berpengaruh dalm proses fotosintesis, respirasi, transpirasi,
dan reproduksi. Pada suhu optimum (suhu tertentu saat tumbuh dan
berkembang dengan baik berkisar 10 38C). Umumnya tumbuhan tidak
tumbuh pada suhu 0C dan diatas 40C.
f) Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi
aerob pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan
energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam
perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan. Apabila tumbuhan kekurangan
Oksigen dapat mengalami kematian.
g) pH medium (Tingkat keasaman)
Derajat keasaman tanah (pH tanah) sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada kondisi pH
tanah netral unsur-unsur yang diperlukan, seperti Ca, Mg, P, K cukup
tersedia. Adapun pada pH asam, unsur yang tersedia adalah Al, Mo, Zn,
yang dapat meracuni tubuh tumbuhan.

10

Secara khusus, inti dari penelitian ini adalah keterkaitan antara


Hormon

auksin

mempengaruhi

dengan

intensitas

pertumbuhan

dan

cahaya

matahari

perkembangan

yang

tanaman

akan
Bayam

(Amaranthus tricolor L.).


2.4.

Bayam (Amaranthus tricolor L.)


Bayam (Amaranthus tricolor L.) merupakan tumbuhan yang biasa
ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini
berasal dari Amerika tropis namun sekarang tersebar ke seluruh dunia.
Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting.
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), tanaman Bayam (Amaranthus
tricolor L.) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Amaranthaceae (suku Bayam-bayaman)

Genus

: Amaranthus

Spesies

: Amaranthus tricolor L.

Bentuk tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) adalah terna


(perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5-2 meter, berumur semusim
atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 2040 cm dan berakar tunggang. Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
mempunyai daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing serta
urat-urat daun kelihatan jelas. Bayam (Amaranthus tricolor L.) banyak
mengandung vitamin dan garam-garam mineral penting yang diperlukan
11

tubuh. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dapat tumbuh sepanjang tahun,


baik pada dataran rendah maupun tinggi, namun demikian Bayam
(Amaranthus tricolor L.) lebih baik dibudidayakan di dataran rendah dan
merupakan bentuk sayuran komoditas dataran rendah. pH tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
adalah 6-7, temperatur yang dikehendaki adalah 35-400 C. Sayuran daun
banyak menyerap unsur N,P,K dan mineral Mg,Ca,Fe. Jenis tanah yang
baik untuk tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) adalah tanah pasir
berlempung dengan kandungan pupuk organik tinggi. Kualitas Bayam
(Amaranthus

tricolor

L.)

(Amaranthus

tricolor)

ditentukan

oleh

pertumbuhan fase vegetatif yaitu kualitas bagian tanaman yang bernilai


ekonomi. Maksudnya adalah bagian tanaman yang dapat dikonsumsi atau
di makan, yaitu bagian batang dan daun. Dari segi produksi yang
menguntungkan di pasaran terutama sebagai sayuran segar maka bobot
basah sangat menentukan.
2.5.

Bawang Merah
Bawang merah adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu
berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Orang Jawa mengenalnya
sebagai brambang. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbi,
meskipun beberapa tradisi kuliner juga menggunakan daun serta tangkai
bunganya sebagai bumbu penyedap masakan. Tanaman ini berasal dari
daerah Asia Tengah dan Asia Tenggara. Dalam sistematika tumbuhan
(taksonomi) bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut :

12

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan dengan pembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan bebijian)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan dengan bunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu atau monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Liliaceae (suku bawang-bawangan)

Genus

: Allium

Spesies

: Allium Cepa L.

Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang


berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk
silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan
membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan
membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisanlapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan
merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.
Bawang merah mengandung vitamin C, potassium, serat dan Acid
Folic selain itu juga mengandung kalsium, zat besi dan protein dengan
kandungan yang tinggi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur
tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberein. Kegunaan lain bawang
merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat
karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin
oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan
alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida.

13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Objek
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Bayam
(Amaranthus tricolor L.)

3.2.

Lokasi Dan Waktu Penelitian


Tempat

: Di Rumah (Tempat kediaman DIAN SANITA PUTRI)


Jl. Gatot Subroto, Bengkalis

Waktu
3.3.

: Rabu, 29 oktober Kamis, 27 november 2014

Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
3. Variabel kontrol

3.4.

: Ekstrak bawang merah


: Pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor L.)
: Air, suhu, cahaya

Unit Perlakuan
Tanaman A
Tanah bakar Bayam (Amaranthus tricolor L.) ekstrak bawang merah
air
Tanaman B
Tanah bakar Bayam (Amaranthus tricolor L.) - air

14

3.5.

Alat
1)
2)
3)
4)
5)

Poly bag (2 buah)


Gelas ukur
Mistar, kertas, dan alat tulis.
Timbangan
Wadah besar/pot

3.6.

Bahan
1) Biji Bayam (Amaranthus tricolor L.)
2) Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
3) Tanah bakar
4) Ekstrak bawang merah
5) Air

3.7.

Cara Kerja
1. Tahap Penyemaian
a) Siapkan wadah besar yang berisi tanah bakar sebagai tempat untuk
melakukan pembibitan.
b) Buat lubang kecil sebanyak 20 buah didalam wadah besar yang berisi
tanah bakar tersebut.
c) Masukkan biji Bayam (Amaranthus tricolor L.) kedalam lubang yang
telah disediakan satu persatu.
d) Tutup lubang tersebut menggunakan tanah bakar.
e) Siram dengan sedikit air secara merata.
f) Lakukan penyiraman setiap hari, setelah hari ke 4/5 setelah
penyemaian. Ukur tinggi batang Bayam (Amaranthus tricolor L.). Jika
telah mencapai 7-8 cm, ambil 2 batang Bayam (Amaranthus tricolor L.)
tingginya sama.

15

2. Tahap Pemindahan
a) Masukkan tanah bakar kedalam polybag, dengan berat yang sama kirakira 3 kg.
b) Pindahkan 2 batang Bayam (Amaranthus tricolor L.) kedalam polybag
dengan label yang berbeda, label A untuk non perlakuan dan label B
untuk perlakuan.
c) Siram dengan air secara merata.
d) Tunggu 1-2 hari.
3. Tahap Perlakuan
a) Setelah tumbuhan tersebut menyesuaikan diri. Lakukan perlakuan pada
polybag B (beri ekstrak bawang merah), sedangkan polybag A tidak
diberi perlakuan. Siram keduanya dengan air
b) Jika perlakuan dilakukan pada pukul 17.00 WIB, lakukan setiap hari
dengan waktu yang sama. Disini peneliti memberi perlakuan setiap
pukul 17.00 5 hari sekali
c) Sehari setelah perlakuan, ukur tinggi batang Bayam (Amaranthus
tricolor L.) tersebut, dan catat hasilnya dalam bentuk tabel.
d) Jika pengukuran dilakukan pada pukul 17.00 WIB. Seterusnya lakukan
dengan waktu yang sama.
e) Lakukan perlakuan dan pengukuran setiap hari hingga diperoleh 8 data.
Pembuatan Ekstrak Bawang Merah
1. Ambillah 6 siung bawang merah, kupas kulitnya lalu haluskan
menggunakan blender
2. Ambil esktrak atau air bawang tersebut
3. Masukkan 100 ml air ke dalam ekstrak bawang lalu aduk merata
4. Simpan selama 1 hari
5. Beri ekstrak bawang merah pada tanaman
16

3.8.

Teknik Analisis Data


Menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Kuantitatif yaitu
teknis analisis data yang menggunakan angka. Dalam penelitian ini,
penulis mengamati perubahan tinggi Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari
hari- kehari, dan menuangkan hasil pengukuran tersebut dalam bentuk
tabel dan grafik batang.

3.9.

Deskripsi Hasil Penelitian


Tabel tinggi batang tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
dalam cm.

Hari
Ke

Tgl/Bln/Hari

Tanaman Bayam A
(Non Perlakuan)

Tanaman Bayam B
(Perlakuan)

06/11/2014

7,3

09/11/2014

8,7

9,2

12/11/2014

9,4

11

15/11/2014

10

13,3

12

18/11/2014

11,7

14,8

15

21/11/2014

13

16

18

24/11/2014

14,8

16,8

21

27/11/2014

15,6

18,5

17

Grafik tinggi tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) dalam cm


Tinggi

3.10. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak
bawang

merah

memberikan

pengaruh

terhadap

tanaman

Bayam

(Amaranthus tricolor L.). Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yang


diberi ekstrak bawang merah lebih cepat tumbuh daripada tanaman Bayam
(Amaranthus tricolor L.) yang tidak diberi ekstrak bawang merah. Dari
hasil percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi ekstrak
bawang merah berubah menjadi hormon auksin bagi tanaman Bayam
(Amaranthus tricolor L.). Hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang terjadi
pada pertumbuhan tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yang
diberikan ekstrak bawang merah dengan yang tidak diberi ekstrak.
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yang diberi ekstrak bawang
merah lebih cepat tumbuh dan tinggi akhirnya juga lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) tidak
diberikan ekstrak.

18

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak bawang merah
terhadap

pertumbuhan

Bayam

(Amaranthus

tricolor

L.),

dapat

disimpulkan bahwa ekstrak bawang merah dapat mempengaruhi proses


pertumbuhan tanaman.
Dari penelitian yang telah yang dilakukan terhadap petumbuhan
Bayam (Amaranthus tricolor L.) tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
yang ekstrak bawang merah dan tanpa ekstrak bawang merah akan
mempunyai perbedaan. Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yang
diberi perlakuan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan tanaman
Bayam (Amaranthus tricolor L.) tanpa perlakuan. Hal ini terjadi karena
adanya zat pengatur tumbuh alami yaitu hormon auksin yang terdapat
dalam ekstrak bawang merah mempercepat proses pemanjangan akar dan
batang.
4.2.

Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran
antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh hasil yang representatif, hendaknya dilakukan
penelitian lanjutan.
2. Untuk mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai pengaruh
pemberian eksFrak bawang merah terhadap pertumbuhan Bayam
(Amaranthus tricolor L.) , dapat digunakan penelitian dengan tanaman
yang berbeda.

19

Anda mungkin juga menyukai