Anda di halaman 1dari 10

Laporan Fisiologi Hewan

Laju Respirasi Invertebrata

Nama : Freliana Septiani

NIM : 20031141

Kelompok :5

Dosen : Dr. Fitri Arsih, S.Si., M.Pd

Asisten : Aditya Willy Putra

: Audy Islami

Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Padang

2021
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merumuskan hipotesis setelah mengamati wacana.
2. Mahasiswa mampu mengamati proses terjadinya respirasi hewan
invertebrata.
3. Mahasiswa mampu memprediksi pengaruh bobot tubuh terhadap laju
respirasi hewan invertebrata.
4. Mahasiswa mampu menganalisis perbedaan laju respirasi pada hewan
dan hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan.
5. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam
bentuk grafik.
6. Mahasiswa mampu menjawab permasalahan melalui analisa
penerapan konsep.

B. Waktu dan Tempat


Hari /Tanggal : Kamis / 21 Oktober 2021
Pukul : 09.41 – 12.20 WIB
Tempat : Laboraturium Fisiologi Hewan, FMIPA, Universitas Negeri
Padang

C. Dasar Teori
Proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida oleh
darah melalui permukaan organ pernapasan. Proses tersebut disebut
pernapasan. Oksigen merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh untuk
mengoksidasi zat makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein sehingga
menghasilkan energi (Burhanuddin, 2010).
Respirasi mencakup pengambilan oksigen, mengedarkannya ke sel-sel,
dan melepaskan karbondioksida. Proses respirasi melibatkan medium
respirasi, membran respirasi, dan organ pernapasan (Martini, 2012).
Organ respirasi pada setiap individu berbeda tergantung pada habitat
dan cara hidupnya. Hewan akuatik memiliki organ pertukaran gas yang
khusus yang disebut insang. Organ respirasi pada hewan terestrial berbeda
dengan hewan akuatik. Organ-organ tersebut diantaranya paru-paru difusi,
paru-paru buku, trakea, paru-paru alveolar, dan paru-paru sempurna.
(Jumhana, 2006).
Oksigen yang didapat dari lingkungan ini kemudian digunakan dalam
proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Fungsi lain dari
respirasi adalah untuk menjaga keseimbangan pH dan keseimbangan elektrik
dalam cairan tubuh. Difusi gas antara organ respirasi dengan lingkungan dapat
terjadi karena adanya perbedaan tekanan gas (Isnaeni, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi suatu organisme
diantaranya usia, berat badan, jenis kelamin, suhu, aktivitas, dan emosi.
Semakin tua usia suatu organisme maka semakin sedikit respirasi yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh penurunan regenerasi sel. Semakin berat
suatu organisme maka semakin banyak respirasi yang dibutuhkan, karena
jumlah sel yang dimiliki organisme tersebut menjadi lebih banyak (Isnaeni,
2006).
Mekanisme respirasi pada serangga, contohnya kecoa dan belalang,
meliputi tiga fase, yaitu fase inspirasi, pertukaran gas, dan fase ekspirasi. Fase
inspirasi memerlukan waktu seperempat detik, spirakel pada bagian dada
terbuka, udara masuk. Fase pertukaran gas memerlukan waktu sekitar satu
detik, spirakel daerah dada ataupun perut menutup. Fase ekspirasi
memerlukan waktu sekitar satu detik, spirakel daerah perut terbuka selama
kurang lebih sepertiga detik. Setelah masuk ke dalam trakea, oksigen menuju
trakeol, kemudian masuk ke dalam sel-sel tubuh secara difusi. Karbondioksida
yang merupakan sisa pernapasan dikeluarkan juga melalui sistem trakea yang
bermuara pada spirakel (Sunarto, 2004).
Respirasi pada reptil, contohnya cicak, mekanisme respirasinya
berlangsung melalui azas pompa hisap (suction pump). Pergerakan tulang-
tulang dada ke arah luar menimbulkan tekanan subatmosfir di dalam rongga
dada dimana terdapat paruparu. Tekanan udara di luar tubuh lebih tinggi
daripada di dalam paru-paru sehingga udara masuk ke dalam paru-paru
menuruni gradien tekanan (Santoso, 2009).
Respirasi sangat berkaitan dengan proses metabolisme dalam tubuh.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh
tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002).
Respirasi berperan sebagai penyedia oksigen yang kemudian
digunakan untuk proses metabolisme sehingga dihasilkan energi yang
bermanfaat untuk menjalankan sistem-sistem kehidupan (Isnaeni, 2006).
Laju metabolisme juga berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung
pada adanya oksigen. Laju respirasi dapat diketahui dengan mengukur
banyaknya gas karbondioksida, uap air, dan energi yang dihasilkan. Semakin
besar nilai komponen –komponen tersebut, maka semakin besar laju
respirasinya (Tobin, 2005).
Prinsip kerja respirometer adalah dengan mengamati banyaknya
oksigen yang digunakan untuk pernapasan hewan uji dalam satu waktu yang
ditandain dengan pergerakan cairan uji (eosin) pada pipa skala. Reagen yang
digunakan dalam uji respirometer ini KOH dan eosin. KOH digunakan untuk
mengikat karbondioksida yang dihembuskan oleh hewan uji dan
mengubahnya menjadi K2CO3. Eosin bekerja sebagai penanda skala dan
bergerak karena adanya penyurutan volume udara dalam tabung respirometer
(Pearson Education, 2015).

D. Alat dan Bahan


 Alat
1. Respirometer lengkap
2. Jarum suntik
 Bahan
1. Hewan invertebrata (jangkrik dan belalang)
2. Eosin
3. Kapas
4. KOH 4%
E. Cara Kerja

Melakukan penimbangan terhadap 2 atau 3 hewan uji yang masih


satu spesies.

Menyusun Respirometer sebagaimana mestinya.

Memasukkan segumpal kecil kapas kedalam tabung spesimen


kira-kira 1 cm didalamnya.

Meneteskan KOH 20% kedalam kapas dengan menggunakan


pipet tetes sampa jenuh, hindarkan tetesan KOH mengenai isi
tabung spesimen.

Memasukkan hewan uji yang diperlukan kedalam tabung


spesimen diatas plastik hitam.

Mengisolasi sistem dengan mengoleskan vaselin sehingga tidak


terjadi kebocoran gas oksigen atau karbondioksida.

Menginjeksikan eosin pada respirometer (manometer) hingga


skala 12 dan usahakan tidak ada gelembung udara.

Meletakkan perangkat percobaam pada posisi idela, biarkan 5


menit lalu hitung perubahan skala yang ditunjukkan oleh eosin
pada manometer.

Melakukan percobaan yang sama dengan hewan yang berbeda.


F. Hasil Pengamatan
1. Pada jangkrik kecil

Menit Konsumsi O2
1 2
5 0,4 ml 0,5 ml
10 0,8 ml 0,8 ml
15 1,1 ml 1,1 ml

2. Pada jangkrik besar

Menit Konsumsi O2
1 2
5 1,4 ml 0,4 ml
10 2,5 ml 0,9 ml
15 3,3 ml 0,9 ml

4. Pada belalang kecil

Menit Konsumsi O2
1 2
5 0,01 ml 0,1 ml
10 0,02 ml 0,2 ml
15 0,12 ml 0,27 ml

6. Pada belalang besar

Menit Konsumsi O2
1 2
5 0,18 ml 0,3 ml
10 0,51 ml 0,5 ml
15 0,68 ml 0,6 ml
G. Pembahasan
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung Oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
Karbondioksida keluar dari tubuh. ( Syaifuddin; 2002 ). Respirasi adalah
pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruhan proses
pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-
sel tubuh ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²)
yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²)
yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui
paru.
Berdasarkan data pengamatan, laju respirasi pada jangkrik lebih cepat
dibandingkan dengan belalang. Hal ini dipengaruhi oleh jenis aktifitas yang
dilakukan oleh jangkrik dan ukuran tubuh jangkrik. Dapat dilihat jangkrik
kecil (2) pada 5 menit pertama menghirup oksigen lebih cepat dibandingkan
dengan jnangkrik kecil (1). Sedangkan pada jangkrik besar, jangkrik besar (1)
lebih banyak menghirup oksigen dibandingkan jangkrik besar (2).

Data belalang dapat diamati bahwa pada belalang kecil (2) menit ke 15
lebih banyak menghirup oksigen dibandingkan belalang kecil (1). Sedangkan
pada belalang besar, belalang besar (1) lebih banyak menghirup oksigen
dibandingkan dengan belalang besar (2).

Eosin merupakan indikator oksigen yang dihirup oleh organisme yang


menjadi bahan percobaan melalui respirometer. Saat organisme menghirup
oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer sehingga
eosin bergerak masuk ke arah respirometer. Dengan demikian, pengamat
dapat melihat banyaknya oksigen yang dibutuhkan.

Cara mengukur volume oksigen yang dihirup oksigen adalah dengan


melihat skala pada pipa respirometer. Volume dihitung berdasarkan selisih
posisi awal eosin dengan dengan posisi terakhir eosin pada pipa berskala, per
satuan waktu yang telah ditentukan.

Fungsi dari kristal KOH atau NaOH pada percobaan adalah sebagai
pengikat CO2 agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat
maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak akan
bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.

Kristal KOH atau NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat


higroskopis. Berikut ini adalah reaksi antara KOH dengan CO2,

 KOH + CO2 → KHCO3


 KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O

Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi diantaranya:

 Berat tubuh: Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin


banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses
respirasinya.
 Ukuran tubuh: Makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen
makin banyak.
 Kadar O2: bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan
meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan
oksigen.
 Aktivitas: Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan
energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak
kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.
H. Kesimpulan
 Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
Oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
Karbondioksida keluar dari tubuh.
 Faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah berat tubuh, ukuran tubuh,
kadar O2, aktivitas.
 Eosin merupakan indikator oksigen yang dihirup oleh organisme yang
menjadi bahan percobaan melalui respirometer
 Cara mengukur volume oksigen yang dihirup oksigen adalah dengan melihat
skala pada pipa respirometer.
 Fungsi dari kristal KOH atau NaOH pada percobaan adalah sebagai pengikat
CO2 agar tekanan dalam respirometer menurun.
Daftar Pustaka

Affandi, R. dan Tang, U. M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.

Chown, S. L. and S. W. Nicolson. 2004. Insect Physiological Ecology. Oxford


University Press. New york.

Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Kedokteran EGC.
Jakarta.

Martini. 2012. Fundamental of Anatomy & Physiology Ninth Edition. Pearson


Education. San Fransisco.

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang.

Anda mungkin juga menyukai