Anda di halaman 1dari 14

AKUMULASI HARA MINERAL DALAM SEL TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu
oleh Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si. dan Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.S.

oleh:
Kelas A 2015
Kelompok 2

Aulia Fuji Yanti (1501665)


Bagustian Bayu Irianto (1507493)
Dewi Utami Tuzzahra (1503625)
Puspa Nurwindi (1500704)
Rosna Istarie (1401829)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul Praktikum
Akumulasi Hara Mineral dalam Sel Tumbuhan

B. Waktu dan Tempat


Hari : Rabu, 12 Spetember 2018
Waktu : 07.00 - 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A UPI

C. Tujuan
Menentukan ratio akumulasi ion Cl- dalam sel dengan Cl- dalam air tempat
tumbuhan hidup.

D. Dasar Teori
1. Hara dan Mineral
Unsur hara adalah zat yang diperlukan hewan ataupun tumbuhan
untuk pembentukan jaringan, pertumbuhan, dan kegiatan hidup lainnya.
Unsur hara bisa bersifat organik (berasal dari makhluk hidup) maupun
anorganik ( benda tak hidup).
Bagi tanaman, unsur hara adalah senyawa anorganik di dalam
tanah yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan
tumbuhan. Setiap tanaman memerlukan sedikitnya 16 jenis unsur hara
yang diantaranya terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro
(Pengertianmenurutparaahli, tanpa tahun).
2. Akumulasi Hara dan Mineral pada Tumbuhan
Absorbsi hara mineral oleh akar tumbuhan dapat dibagi ke dalam
tiga fase. Fase pertama ialah difusi berupa pergerakan hara mineral (ion)
ke sel-sel pada permukaan akar. Selanjutnya fase kedua terjadi
pertukaran ion. Pertukaran ion ini berupa masuknya ion hara mineral ke
sel-sel melalui dinding sel. Fase ketiga adalah akumulasi ion, yaitu fase
aktif yang membutuhkan energi yang berasal dari proses respirasi
(buprak). Ion akan digunakan apabila salah satu bagian tumbuhan
memerlukannya. Jika daun memerlukan ion maka ion yang diserap akan
langsung diangkut ke daun untuk kemudian digunakan dalam proses
forosintesis. Jika belum diperlukan, maka ion-ion akan disimpan di
dalam vakuola (Pandu, 2016).
Ion yang terdapat pada sitoplasma ataupun vakuola bersifat
mobile dimana pada saat konsentrasi ion diluar sel lebih rendah, maka
ion yang berada di dalam sel akan keluar sehingga konsentrasi ion
menjadi seimbang. Begitu juga sebaliknya. Penyerapan ion air dan
mineral hara dilakukan sesuai dengan kebutuhan tumbuhan dengan selau
menjaga keseimbangan ion pada tubuhnya (Pandu, 2016).
3. Klorida
Lebih dari 120 bahan organik berklorin telah teridentifikasi pada
tumbuhan tingkat tinggi (Engvild dalam Wahyudin,dkk, 2016). Klorida
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tekanan turgor dan fotosintesis (Mc.
Cauley dkk dalam Wahyudin,dkk, 2016). Klorida memiliki kemampuan
bergerak cepat melintasi membran sel, sehingga memiliki fungsi sebagai
zat terlarut osmotik. Akumulasi Cl dalam tumbuhan berkontribusi besar
dalam peningkatan hidrasi sel dan tekanan turgor, yang bermanfaat untuk
pemanjangan sel (Maas dalam Wahyudin,dkk, 2016).
4. Titrasi
Titrasi merupakan cara untuk menetapkan kadar suatu larutan
dengan mereaksikan sejumlah larutan tertentu yang volume dan
normalitasnya sudah diketahui kadarnya (larutan standar) secara bertahap
(Susianto, Tanpa Tahun). Untuk mengetahui keberadaan klorida dalam
suatu larutan maka digunakan titrasi menggunakan AgNO3 atau metode
Mohr. Metode ini yang terkenal adalah dimana alkali atau alkali tanah
klorida bereaksi dengan perak nitrat dengan adanya beberapa tetes
larutan kalium kromat sebagai indikator, adalah cara yang sederhana,
langsung serta akurat untuk penentuan klorida (Wahyudin, 2016).
5. Eceng Gondok (Eicchornia crassipes)

Gambar 1. Eicchornia crassipes


(Chandler, 2006)
Eceng gondok memiliki tinggi sekitar 0,4 hingga 0,8 meter,
daunnya tunggal dan tidak memiliki batang. Tumbuhan ini memiliki
tangkai yang tersusun berjejal di atas akar (roset akar). Tumbuhan ini
berwarna hijau dengan panjang 7 hingga 25 cm, berbentuk bulat telur
dengan ujung daun yang meruncing (acuminatus), bertepi rata,
permukaan mengkilat, dan tangkai daun menggelembung. Daunnya licin
berwarna hijau. Bunga eceng gondok termasuk pada bunga majemuk
berbentuk bulir (spica) dengan panjang mahkota 2 hingga 3 cm,
polypetalus dan kelopaknya berbentuk tabung serta memiliki akar yang
serabut (Ahli pengobatan, 2016).

E. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum akumulasi hara mineral
dalam sel tumbuhan
No. Nama Alat Jumlah
1. Buret 1 Unit
2. Gelas Erlenmeyer 250 ml 2 Unit
3. Kain kassa 2 Lembar
4. Mortar dan pestel 1 Set
5. Pipet 5 Unit
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum akumulasi hara mineral
dalam sel tumbuhan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) 1 Tumbuhan
2. Air kolam tempat Eceng Gondok hidup 1,5 Liter
3. Natrium Klorida 0,05 N 10 ml
4. Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% 3 ml
5. Larutan AgNO3 1 Tabung
6. Aquades 1 Botol
7. CaCO3 0,25 gram

F. Langkah kerja
1. Langkah kerja pembuatan indikator
10 ml larutan Natrium
klorida standar diencerkan
ditambah 1 ml Kalium
dengan aquades hingga
Kromat (K2CrO4) 5%
volumenya mencapai 50
ml

di titrasi dengan larutan


Normalitas AgNO3 AgNO3 sampai terjadi
dihitung perubahan warna coklat
kemerahan

Bagan Alur 1. Langkah kerja pembuatan indikator

2. Langkah kerja akumulasi hara mineral dalam sel tumbuhan


1 ml cairan yang berasal
dari Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) ditambah 1 ml Kalium
yang hidup dalam kolam Kromat (K2CrO4) 5%
diencerkan dengan aquades
hingga volumenya 50 ml

dicatat volume AgNO3


dititrasi dengan larutan
yang digunakan dan
AgNO3 sampai terjadi
dihitung konsentrasi CI-
perubahan warna coklat
dalam sel Eceng Gondok
kemerahan
(Eichhornia crassipes)

Bagan Alur 2. Langkah kerja akumulasi hara mineral dalam sel


tumbuhan
3. Langkah kerja akumulasi hara mineral dalam air

1 ml air kolam diencerkan


ditambah 1 ml Kalium
dengan aquades sampai 50
Kromat (K2CrO4) 5%
ml

dicatat volume AgNO3 dititrasi dengan larutan


yang digunakan dan AgNO3 sampai terjadi
dihitung konsentrasi CI- perubahan warna coklat
pada air kolam kemerahan

Bagan Alur 3. Langkah kerja akumulasi hara mineral dalam air


G. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Perhitungan Akumulasi Hara Mineral dalam Sel Tumbuhan dan Air (media tumbuh) dari Setiap Kelompok
Ekstrak Air (Media)
Vol. Vol.
Kel. Tanaman Sumber Air Ratio Keterangan
AgNO3 N Cl- AgNO3 N Cl-
(ml) (ml)
Kolam dekat
1. Ipomea aquatica 6,2 24,8 x 10-4 1,6 6,4 x 10-4 3,875 Terjadi akumulasi
sawah Rancaoray
-4 -4
2. Eichhornia crassipes Kolam Bareti 5,6 22,4 x 10 1 4 x 10 5,6 Terjadi akumulasi
3. Hydrilla sp. Kolam Botani 4,9 38,2 x 10-4 1 7,8 x 10-4 4,9 Terjadi akumulasi
Kolam ikan
4. Nymphaea sp. 4,4 17,6 x 10-4 0,9 3,6 x 10-4 4,9 Terjadi akumulasi
pribadi
14,04 x
5. Lemna Air curug Sigay 1,8 0,8 62,4 x 10-4 2,25 Terjadi akumulasi
10-3
Kolam pribadi
6. Eichhornia sp. 4,6 18,4 x 10-4 0,9 3,6 x 10-4 5,1 Terjadi akumulasi
(Cimahi)
Kolam belakang
7. Nymphaea sp. 4,2 3,3 x 10-3 1,8 1,4 x 10-3 2,357 Terjadi akumulasi
gedung Isola
8. Pistia sp. Air kolam Botani 3,2 2,5 x 10-3 1,1 0,86 x 10-3 2,9 Terjadi akumulasi
Air kolam -4 -4
9. Lemna perpusilla 2 8 x 10 1,8 72 x 10 1,11 Terjadi akumulasi
Rancaekek
Tabel 4. Pengamatan Akumulasi Hara Mineral dalam Sel Tumbuhan dan
Air (media tumbuh) dari Setiap Kelompok
Gambar Pengamatan
Kel. Bahan
Sebelum di titrasi AgNO3 Sesudah di titrasi AgNO3

Air kolam
dekat sawah Tidak ada dokumentasi
Rancaoray

Gambar 4.1 Air kolam dekat sawah


Rancaoray sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 1A, 2018)
1

Ekstrak daun
Ipomea
aquatica

Gambar 4.2 Ekstrak daun Ipomea Gambar 4.3 Ekstrak daun Ipomea
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 1A, 2018) (Dok. Kelompok 1A, 2018)

Air kolam
Bareti

Gambar 4.4 Air kolam Bareti Gambar 4.5 Air kolam Bareti
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 2A, 2018) (Dok. Kelompok 2A, 2018)
2

Ekstrak daun
Eichhornia
crassipes

Gambar 4.6 Ekstrak daun Eichhornia Gambar 4.7 Ekstrak daun Eichhornia
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 2A, 2018) (Dok. Kelompok 2A, 2018)
Gambar Pengamatan
Kel. Bahan
Sebelum di titrasi AgNO3 Sesudah di titrasi AgNO3

Air kolam
Tidak ada dokumentasi
Botani

Gambar 4.8 Air kolam Botani


sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 3A, 2018)
3

Ekstrak daun
Hydrilla sp.

Gambar 4.9. Ekstrak daun Hydrilla Gambar 4.10 Ekstrak daun Hydrilla
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 3A, 2018) (Dok. Kelompok 3A, 2018)

Air kolam
ikan pribadi

Gambar 4.11 Air kolam ikan pribadi Gambar 4.12 Air kolam ikan pribadi
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 4A, 2018) (Dok. Kelompok 4A, 2018)
4

Ekstrak daun
Nymphaea sp.

Gambar 4.13 Ekstrak daun Nymphaea Gambar 4.14 Ekstrak daun Nymphaea
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 4A, 2018) (Dok. Kelompok 4A, 2018)
Gambar Pengamatan
Kel. Bahan
Sebelum di titrasi AgNO3 Sesudah di titrasi AgNO3

Air curug
Tidak ada dokumentasi
Sigay

Gambar 4.15 Air curug Sigay


sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 5A, 2018)
5

Ekstrak daun
Lemna

Gambar 4.16 Ekstrak daun Lemna Gambar 4.17 Ekstrak daun Lemna
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 5A, 2018) (Dok. Kelompok 5A, 2018)

Air kolam
pribadi
(Cimahi)

Gambar 4.18 Air kolam Gambar 4.19 Air kolam


pribadi (Cimahi) sebelum titrasi pribadi (Cimahi) sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 6A, 2018) (Dok. Kelompok 6A, 2018)
6

Ekstrak daun
Eichhornia sp.

Gambar 4.20 Ekstrak daun Eichhornia Gambar 4.21 Ekstrak daun Eichhornia
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 6A, 2018) (Dok. Kelompok 6A, 2018)
Gambar Pengamatan
Kel. Bahan
Sebelum di titrasi AgNO3 Sesudah di titrasi AgNO3

Air kolam
belakang
gedung Isola

Gambar 4.22 Air kolam belakang Gambar 4.23 Air kolam belakang
gedung Isola sebelum titrasi gedung Isola sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 7A, 2018) (Dok. Kelompok 7A, 2018)
7

Ekstrak daun
Tidak ada dokumentasi
Nymphaea sp.

Gambar 4.24 Ekstrak daun Nymphaea


sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 7A, 2018)

Air kolam
Botani

Gambar 4.25 Air kolam Botani Gambar 4.26 Air kolam Botani
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 8A, 2018) (Dok. Kelompok 8A, 2018)
8

Ekstrak daun
Pistia sp.

Gambar 4.27 Ekstrak daun Pistia Gambar 4.28 Ekstrak daun Pistia
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 8A, 2018) (Dok. Kelompok 8A, 2018)
Gambar Pengamatan
Kel. Bahan
Sebelum di titrasi AgNO3 Sesudah di titrasi AgNO3

Air kolam

Gambar 4.29 Air kolam Gambar 4.30 Air kolam


sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 9A, 2018) (Dok. Kelompok 9A, 2018)
9

Ekstrak daun
Lemna
perpusilla

Gambar 4.31 Ekstrak daun Lemna Gambar 4.32 Ekstrak daun Lemna
sebelum titrasi sesudah titrasi
(Dok. Kelompok 9A, 2018) (Dok. Kelompok 9A, 2018

H. Pembahasan
Pada praktikum akumulasi unsur hara mineral dalam sel tumbuhan,
kelompok kami menggunakan tumbuhan Eichhornia crassipes (eceng
gondok). Sebelum menguji akumulasi ion klorida di dalam sel tumbuhan
Eichhornia crassipes, dilakukan pembuatan larutan standar yang dijadikan
sebagai pembanding. Reaksi titrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi
Cl- dalam tumbuhan. Pada awal titrasi AgNO3 akan mengikat ion Cl- yang
terlarut dalam air, menghasilkan senyawa AgCl yang tidak berwarna. Apabila
ion Cl- pada larutan telah habis, maka AgNO3 akan mengikat senyawa kalium
kromat yang merupakan indikator. Apabila telah terjadi reaksi yang
menghasilkan AgCrO4 yang berwarna maka mengindikasikan bahwa ion Cl-
pada larutan telah habis bereaksi. Hasil yang diperoleh dalam pembuatan
larutan standar adalah larutan berwarna coklat kemerahan yang warnanya
dijadikan sebagai indikator.
Pada praktikum yang telah dilakukan, hasil menunjukkan bahwa ratio
akumulasi Cl- yang tertinggi adalah pada tumbuhan Eichhornia crassipes
(eceng gondok) dengan akumulasinya 5,6 dan yang terendah adalah
tumbuhan Lemna perpusilla dengan akumulasinya 1,1. Urutan ratio
akumulasi Cl- dari yang tertinggi ke terendah antara lain : Eichhornia
crassipes, Eichhornia sp., Nymphaea sp. (kolam pribadi), Hydrilla sp.,
Ipomea aquatica, Pistia sp., Nymphaea sp. (kolam isola), Lemna sp., Lemna
perpusilla. Semua tumbuhan yang digunakan dalam praktikum
mengakumulasi mineral klorin yaitu dilihat dari hasil ratio akumulasi setiap
tumbuhan yang lebih dari 1.
Dari data hasil praktikum kelas, konsentrasi Cl- dalam tumbuhan pada
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi Cl- pada air
kolamnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara
pada tumbuhan, antara lain tempat tumbuh/habitat tumbuhan tersebut, jenis
tumbuhan, dan kebutuhan Cl- setiap tumbuhan yang berbeda.

I. Simpulan

Konsentrasi ion Cl- dalam sel terendah pada tanaman Lemna pepusilla
dengan konsentrasi ion Cl- sebesar 8 x 10-4 dan tertinggi pada tanaman Hydrilla
sp. dengan konsentrasi ion Cl- sebesar 38,2 x 10-4. Sedangkan konsentrasi ion
Cl- dalam air terendah pada air kolam pribadi di Cimahi dan air kolam pribadi
kelompok 4 dengan konsentrasi Cl- 3,6 x 10-4 dan tertinggi pada air curug
Sigay sebesar 62,4 x 10-4. Sehingga ratio akumulasi ion Cl- dalam sel tertinggi
pada tanaman Eichornia crassipes dengan air kolam Bareti dengan ratio 5,6
sedangkan untuk ratio akumulasi Cl- terendah pada tanaman Lemna perpusilla
dengan air kolam Rancaekek dengan ratio 1,11.
DAFTAR PUSTAKA

Ahli Pengobatan. (2016) Eceng Gondok- Ciri Tanaman Serta Khasiat dan
Manfaatnya. [Online]. Diakses dari : http://www.tanobat.com/eceng-gondok-
ciri-tanaman-serta-khasiat-dan-manfaatnya.html [15 September 2018]
Pandu, Ken. (2016). Fungsi Rambut Akar dalam Proses Penyerapan Air dan
Hara Tanah. [Online]. Diakses dari : http://www.ebiologi.net/2016/01/fungsi-
rambut-akar.html. [15 September 2018]
Pengertian para ahli. (Tanpa Tahun). Pengertian Unsur Hara. [Online]. Diakses
dari : http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-unsur-hara/. [15
September 2018]
Susianto, Nirwan. (Tanpa Tahun).Titrasi Asam Basa. [Online]. Diakses dari :
https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/ [15 September 2018]
Wahyudin, Decyana, dkk., (2016). Akumulasi Hara dan Mineral dalam Sel
Tumbuhan. [Online]. Diakses dari :
http://www.academia.edu/2317104/LAPORAN_PRAKTIKUM_FISIOLOGI
_TUMBUHAN_fix [15 September 2018]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Eicchornia crassipes


Chandler, Tim. (2006). Eicchornia crassipes. . [Online]. Diakses dari :
http://www.florafinder.com/Species/Eichhornia_crassipes.php [15 September
2018]

Anda mungkin juga menyukai