Oleh :
M. Hazim Efendi B1A016094
Heksa Hardiyanti B1A016095
Wardah Arumsari B1A016096
Solikhul Amin B1A016097
Rombongan : B2
Kelompok :4
Asisten : Fitria Fadilah Anggarin
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Dinding sel dapat mengaktivasi pompa proton yang terletak pada membran
plasma aktifnya pompa proton tersebut dapat memutuskan ikatan hidrogen diantara
serat selulosa dinding sel, putusnya ikatan hidrogen menyebabkan dinding mudah
merenggang sehingga tekanan dinding sel akan menurun dan terjadilah pelenturan sel
sehingga mengakibatkan tingginya metabolisme nitrogen dalam sel.Nitrogen
merupakan unsur penyusun asam amino yang merupakan prekursor metabolit
sekunder. Nitrogen sangat berperan sebagai penyusun senyawa protein dalam sel.
metabolisme nitrogen membutuhkan energi yang diperoleh dari metabolisme
karbohidrat, hal ini berarti karbohidrat yang ada dapat dipakai sebagai sumber energi
dan sumber karbon untuk membentuk metabolit sekunder (Kumianjani ,2015).
Menurut Alnopri (2004), Nitrat reduktase merupakan salah satu enzim
tanaman yang aktivitasnya menjadi faktor pembatas proses asimilasi nitrat yang
berperan penting terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Alnopri (2004)
dalam Junnica, et al., 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas nitrat
reduktase, baik faktor dalam (umur fisiologis jaringan, jenis tumbuhan, hormon,
energi pereduksi dari fotosintesis dan respirasi, struktur anatomi organ dan faktor
genetik) dan faktor luar (nutrisi, temperatur, cahaya dan air) (Hartiko dalam
Widyastuti, 1991).
Akumulasi nitrat pada tanaman berhubungan dengan karakter genetik dan pengaturan
beberapa faktor misalnya pemupukan nitrogen. Kandungan nitrat pada jaringan tanaman
tergantung pada cara pemupukan N dan proses reduksi nitrat oleh enzim nitrat reduktase
di dalam tanaman (Lastra, et al., 2009). Menurut Fernandez et al. (2012) enzim nitrat
reduktase mempengaruhi konversi nitrat menjadi ion amonium yang direpresi oleh
adanya amoniak. Sehingga amoniak atau ion amonium lebih disukai untuk digunakan
sebagai sumber nitrogen.
Nitrat yang masuk ke dalam akar, selanjutnya akan mengalami reduksi di
sitosol menjadi nitrit dengan bantuan enzim nitrat reduktase (NR). Selanjutnya akan
terjadi reduksi nitrit dengan bantuan enzim nitrit reduktase (NiR). Proses terakhir ini
menghasilkan amonium yang terjadi di plastida sel akar. Amonium mengalami
metabolisme membentuk asam amino yang ditranslokasi ke bagian lain melalui floem
atau disimpan di plastida (Smith, et al, 2009). Asam amino yang terbentuk, selain
disintesis menjadi protein juga dapat disintesis menjadi asam nukleat, alkaloid, dan
senyawa lain (Cezar, 2015). Asimilasi nitrat selain meningkatkan status protein, asam
amino dan pertumbuhan, juga akan meningkatkan asam organik, menurunkan
kandungan pati, fitohormon, nisbah akar: tajuk, menghambat pembungaan dan
senesen (Stitt, 1999).
Nitrat yang terserap melalui epidermis dan korteks akar akan disimpan di
vakuola. Proses reduksi nitrat dilakukan secara bertahap menjadi nitrit di sitosol, dan
selanjutnya tereduksi menjadi amonium setelah masuk plastida akar (Smith et al.,
2009). Sebenarnya, hara N masuk dalam tanaman dapat juga dalam bentuk amonium
(Stitt, 1999). Namun ion amonium dalam jumlah banyak bersifat racun, dan harus
segera diproses menjadi asam amino di akar. Selain di akar, proses reduksi nitrat juga
dapat terjadi di daun. Pada kondisi suplai nitrat terbatas, maka proses reduksi nitrat
akan banyak terjadi di akar. Selain itu ketersediaan nitrat, tipe tanaman juga
menentukan dimana reduksi nitrat terjadi (Smith et al., 2009). Tanaman pohon atau
semak banyak melakukan reduksi nitrat di akar, namun tanaman herba proses reduksi
nitrat banyak terjadi di daun. Menurut Stitt (1999), reduksi nitrat dan nitrit
memerlukan NADH dalam sitoplasma dan feredoksin tereduksi dalam plastida.
Sintesis pereduksi NADH tersebut membutuhan transpor elektron fotosintetik dalam
daun saat siang, dan dalam gelap atau organ non-fotosintetik diperoleh dari respirasi.
Yang perlu dicatat dalam asimilasi N apabila hara yang diserap dalam bentuk nitrat,
maka reduksi akan membutuhkan energi.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung gelap, tabng
reaksi, timbangan analitik, spektrofotometer, cutter, gunting, gelas ukur,
mikropipet.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sampel daun kacang
tanah (Arachis hypogea), akuades, larutan NaNo3 5 M, larutan buffer 0,1 M
(Na2HPO4 dan NaH2PO4), N-naftil etilin diamine (NED) 0,02%, larutan sulfanil
amide 1% (SE) dalam HCl 3 N.
B. Metode
A. Hasil
Perhitungan :
Komppos = 0,395
𝑌−0,0854
X=
0,0651
0,395−0,0854
=
0,0651
0,3096
=
0,0651
= 4,75
Urea = 0,190
𝑌−0,0854
X=
0,0651
0,190−0,0854
=
0,0651
0,1046
=
0,0651
= 1,60
KNO3 = 1,46
𝑌−0,0854
X=
0,0651
0,146−0,0854
=
0,0651
0,0606
=
0,0651
= 0,93
B. Pembahasan
Reaksi denitrifikasi ini dapat terjadi dalam keadaan lingkungan anaerob pada
tekanan oksigen yang sangat rendah (reduktif). Walaupun demikian denitrifikasi juga
dapat terjadi dalam keadaan aerob apabila terdapat mikrohabitat anion. Mikroba
denitrifikasi utama di dalam tanah ialah genera Pseudomonas danAlcaligenes.
Mikroba lain yang juga mampu mereduksi nitrat
adalah Azospirillum, Rhizobium, Rhodo-pseudomonas, dan Propionibacterium. (
Walpole, 2003 )
Unsur hara N termasuk unsur yang dibutuhkan dalam jumlah paling banyak
sehingga disebut unsur hara makro primer. Umumnya unsur Nitrogen menyusun 1-5%
dari berat tubuh tanaman. Unsur N diserap oleh tanaman dalam bentuk ion amonium
(NH4+) atau ion nitrat (NO3-). Sumber unsur N dapat diperoleh dari bahan organik,
mineral tanah, maupun penambahan dari pupuk organik. N berfungsi untuk menyusun
asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida, dan klorofil pada tanaman, sehingga
dengan adanya N, tanaman akan merasakan manfaat sebagai berikut:
1. Membuat tanaman lebih hijau
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, jumlah cabang)
3. Menambah kandungan protein hasil panen.
Tanaman yang kekurangan unsur hara N akan menunjukkan gejala :
1. Seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan (klorosis) akibat kekurangan
klorofil
2. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan atau jumlah cabang sedikit
3. Perkembangan buah menjadi tidak sempurna dan seringkali masak sebelum
waktunya
4. Pada tahap lanjut, daun menjadi kering dimulai dari daun pada bagian bawah
tanaman (Hardjowigeni, 2003).
Pupuk KNO3 (Potasium Nitrat atau disebut juga Kalium Nitrat) adalah pupuk
kimia dengan kandungan Kalium (K) dan nitrogen (N). Pupuk KNO3 merupakan
kombinasi unsure nitrogen (N) dan kalsium (K) dalam bentuk K2O (potasium oxide
atau kalium oxide). Kalium dan nitrogen adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan bagi
tanaman. Pupuk ini sangat efektif digunakan karena kebutuhan unsure K dan N bias
diberikan dalam satu kali aplikasi. Kandungan K2O pada KNO3 antara 45-46% dan N
13%. Pupuk KNO3 sangat ccok digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsure kalium
pada tanaman yang sensitive ada tanaman yang sensitive pada clorida (Cl) seperti
tembakau (Oesman, 2017).
Pupuk urea dan pupuk kompos adalah dua jenis pupuk yang banyak digunakan
dalam pertanian. Kedua jenis pupuk ini mengandung unsure hara yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk urea adalah pupuk organic yang dibuat dari bahan sintetis dan bukan
alami, mengandung nitrogen sebanyak 46%. Berbeda dengan pupuk urea yang hanya
mengandung unsure hara nitrogen, pupuk kompos yang merupakan pupuk organic
mengandung lebih banyak unsure hara baik makro maupun mikro yang dibtuhkan oleh
tanaman. Pupuk kompos terutama didominasi oleh adanya unsure nitrogen (N), forsfor
(P), kalsium (Ca), alium (K) dan magnesium (Mg). Kompos adalah pupuk yang terbuat
dari bahan organic seperti dedaunan, batang ranting lapuk, kotoran ternak dan lain-
lain. Pupuk ini merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi bahan-bahan organik
(Putra et al., 2014).
Larutan Penyangga (buffer) merupakan larutan yang berfungsi menstabilkan
pH, sehingga setelah proses ekstraksi, daun dalam kondisi stabil dan mampu
memperkecil proses degradasi pigmen sekaliggus membersihkan daun atau
mensterilkannya (Ridlo et al., 2015). Larutan NaNO3 dengan ion nitrat berfungsi
sebagai subtrat yang akan dipecah oleh enzim nitrat reduktase menjadi NO2 (Poedjiadi,
1994). Menurut Daintith (2005), Penambahan reagen sulfinil amida (SA) dan n-
Etilendiamin (NED) pada larutan berfungsi untuk mengetahui terjadinya proses
reduksi nitrat yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi pink. Perubahan
warna menjadi pink menunjukkan bahwa nitrat tereduksi semuanya atau nitrat telah
habis bereaksi.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada nilai
absorbansi radiasi elektromagnetik dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang berlainan akan
menimbulkan cahaya yang berlainan, sedangkan campuran cahaya yang berbeda
panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi
seluruh spektrum Nampak 400-700 nm. Spektrfotometri terjadi apabila terdapat
pepindahan electron dari tingkat energy yang lebih tinggi. Perpindahan electron tidak
diikuti oleh arah perubahan spin, hal tersebut dikenal dengan sebutan tereksitasi
singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbnsi) dari suatu kumpulan atom atau molekul
dinyatakan oleh hukum Beer-Lambert (Lehninger, 1982).
Berdasarkan hasil yang diperoleh kelompok 4 pada praktikum kali ini
menunjukkan nilai absorbansi ANR pada pupuk kompos sebesar 0,395 ppm, pada
pupuk urea sebesar 0,190 ppm, dan pada KNO3 sebesar 0,146 ppm. Nilai absorbansi
ANR pada pupuk kompok lebih tinggi daripada pupuk urea dan KNO3 karena pada
pupuk kompos didominasi oleh unsur Nitrogen. Hal ini sesuai dengan Putra et al
(2014), menyatakan bahwa pupuk kompos yang merupakan pupuk organic
mengandung lebih banyak unsure hara baik makro maupun mikro yang dibtuhkan oleh
tanaman. Pupuk kompos terutama didominasi oleh adanya unsure nitrogen (N), forsfor
(P), kalsium (Ca), alium (K) dan magnesium (Mg).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI
Press.
Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi Organik di
Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosia. Vol.11 (1), pp. 13-18.
Junnica Fitriana, Krispinus Kedati P., dan Lina Herlina. 2008. Aktivitas Enzim Nitrat
Reduktase Kedelai Kultivar Burangrang akibat Variasi Kadar Air Tanah
pada Awal Pengisian Polong. Semarang : FMIPA Universitas Negeri
Semarang
Kumianjani AB.E, Dumanik RI,& A.M Siregar.L. 2015. Pengaruh Pemberian N 2,4-
D Terhadap Pertumbuhan dan Metabolisme Kalus Kedelai Pada Kondisi
Hipoksida Secara Invitro. Jurnal Agroekoteknologi .Vol.4.(1).pp,1673 –
1680.
Ridlo, A., Sri, S., & Endang, S., 2015. Aktivitas Anti Oksidan Fikosianin dari Spirula
Sp. Menggunakan Metode Transfer Elektron dengan DPPH (1,1- difenil-
2-pikrilhidrazil). Jurnal Kelautan Tropis, 18(2), pp. 58-63.
Stitt, Mark. 1999. Nitrate regulation of metabolism and growth. Current Opinion in
Plant Biotecnology 2:178-186.
Walpole, R.E. 2003. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyut dan Ilmuwan edisi ke-
4. Bandung: ITB.