Keberadaan Bakteri Endosimbion di Serangga Dapat Dijadikan
Pengendalian Biologi di Masa Depan
Winda Asih Mitrasari1, Purnama Hidayat2 1 Mahasiswa Entomologi Sekolah Pascasarjana IPB, 2Dosen Proteksi Tanaman IPB
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di dunia dan dianggap
sebagai salah satu kelompok makhluk hidup paling sukses di bumi. Hal ini tercermin dalam berbagai habitat tempat mereka hidup, kelimpahan dan kekayaan spesies mereka. Baru 80% dari serangga ini belum dapat dideskripsikan oleh para ahli. Tetapi ada kemungkinan jumlahnya sekitar 5,5 juta spesies. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama, sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami. Di alam, serangga tidak hidup sendiri namun juga berinteraksi dengan lainnya. Interaksi ini dapat memiliki dampak yang kuat pada sejarah evolusi mereka. Keberhasilan ekologis serangga seringkali difasilitasi oleh mikroorganisme simbiosis. Banyak spesies serangga yang terlibat dalam beberapa jenis hubungan simbiosis dengan mikroorganisme, terutama bakteri. Endosimbion dengan bakteri telah terbukti memberikan berbagai keuntungan kebugaran pada inang serangga mereka seperti peningkatan gizi, toleransi suhu atau peningkatan resistensi patogen atau parasitoid. Albert Bernhard Frank menggunakan istilah simbiosis untuk menggambarkan orang-orang yang tinggal bersama di masyarakat untuk menggambarkan hubungan mutualistik pada liken di tahun 1877. Kemudian ahli mikologi Jerman Heinrich Anton de Bary di tahun 1879 mendefinisikan simbion sebagai organisme berbeda yang hidup bersama. Buchner (1930) telah menerbitkan ulasan yang luas bahwa serangkaian hubungan simbiosis mewakili perkembangan evolusi, dari tipe primitif sederhana ke asosiasi yang lebih kompleks, yang sejajar dengan evolusi serangga itu sendiri. Simbiosis adalah semua jenis interaksi biologis jangka panjang dan dekat antara dua organisme biologis yang berbeda, bisa berasal dari spesies yang sama atau berbeda. Proses simbiosis terjadi sangat lama dan panjang antara mikroorganisme dengan serangga. Simbiosis oleh Buchner (1930) dapat dibedakan menjadi dua kategori berbeda berdasarkan interaksi fisik yaitu ektosimbion dan endosimbion. Ektosimbion adalah mikroorganisme simbion yang ditemukan dan terjadi di luar tubuh serangga. Endosimbion adalah bakteri yang hidup di dalam tubuh atau sel dalam hubungan saling menguntungkan. Mikrosimbion berkembang bebas di lumen saluran usus atau di bagian caeca (sekum) usus serangga, di sel epitel pada saluran usus, di wilayah mesoderma tetapi mempertahankan hubungannya dengan epitel, dan di sel-sel khusus (misetosit) atau jaringan khusus (misetoma) tanpa ada hubungan dengan saluran usus. Ada dua jenis transmisi simbion yaitu transmisi horizontal dan vertikal. Dalam transmisi horizontal, setiap generasi baru memperoleh simbion hidup bebas dari lingkungan. Contohnya adalah bakteri pengikat nitrogen di akar tanaman tertentu. Transmisi vertikal terjadi ketika simbion ditransfer langsung dari induk ke keturunannya. Ada juga kombinasi dari jenis-jenis ini, di mana simbion ditransfer secara vertikal untuk beberapa generasi sebelum terjadi pergantian inang dan simbion baru diperoleh secara horizontal dari lingkungan. Mekanisme endosimbion Bakteri endosimbion yang berada di dalam tubuh serangga merupakan sebuah proses ko-evolusi yang terjadi sejak bermilyar tahun lamanya. Berdasarkan fungsi dan peran terhadap serangga inang keberadaan bakteri endosimbion dikelompokkan menjadi dua yaitu obligat dan fakultatif. Douglas (1998) mengemukakan bahwa simbion obligat diwariskan ke keturunannya dan menyediakan nutrisi penting. Sekitar 10% dari semua spesies serangga membawa simbion nutrisi. Simbion primer biasanya menempati organ inang khusus yang disebut bacteriomes. Simbiosis ini membuat bakteri maupun serangga tidak dapat hidup tanpa yang lain. Contohnya adalah Buchnera aphidicola yang menginfeksi Acyrthosiphon pisum dan menyediakan inangnya dengan asam amino esensial. Sedangkan endosimbion fakultatif atau sekunder adalah tidak penting untuk kelangsungan hidup inang dan kehadiran mereka dapat netral, dapat menguntungkan atau merugikan inang. Endosimbion ini kadang-kadang ditransfer secara horizontal antara inang dan hidup dalam hemolimfa serangga (bukan bakteriositik khusus). Contohnya adalah Wolbachia, Rickettsia, Cardinium, Spiroplasma, Hamiltonella, Regiella dan Serratia. Endosimbion fakultatif telah diketahui berdampak pada keberhasilan pengendalian biologis secara signifikan. Peran bakteri endosimbion fakultatif pada serangga yang sudah diketahui diantaranya mampu memanipulasi sistem reproduksi melalui mekanisme feminisasi, male-killing, induksi partenogenesis dan inkompatibilitas sitoplasmik. Endosimbion dapat memiliki konsekuensi fenologis dan ekologis yang signifikan pada inangnya, yang dapat berpotensi digunakan dalam pengendalian biologis hama. Kelangsungan hidup dan persistensi endosimbion fakultatif pada serangga terutama tergantung pada transmisi vertikal, tetapi transmisi horizontal juga dapat terjadi. Pemindahan endosimbion fakultatif antara individu dari spesies yang sama dan melintasi spesies telah ditunjukkan dalam berbagai penelitian laboratorium. Contohnya dalam penelitian lain, potensi penularan endosimbion melalui tanaman ditunjukkan di mana Rickettsia dipindahkan dari Bemisia tabaci ke tanaman, pindah ke dalam floem, dan kemudian diakuisisi oleh B. tabaci lainnya.
Penelitian endosimbion pada beberapa serangga
Serangga rayap. Dengan harga minyak yang terus meningkat dan perkiraan persediaan minyak akan habis, para ilmuwan telah mencari cara-cara yang efisien yang dapat dijadikan sumber bahan bakar. Lignin membantu membuat tanaman kaku dan mampu berdiri tegak oleh para ilmuwan ingin diubah menjadi bahan bakar seperti etanol dengan mengganggu degradasi bahan selulosa. Senyawa kimia yang keras atau suhu tinggi diperlukan untuk memecah tanaman sebelum selulosa dapat diubah menjadi energi. Mikrobioma usus rayap adalah salah satu yang paling kompleks dari kelompok hewan. Bagian belakang saluran pencernaan (hindgut) dari rayap memiliki lebih dari 1.000 spesies bakteri. Rayap dapat mencerna kayu dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang sangat singkat. Output gula dari enzim yang dibuat oleh rayap itu sendiri dan output dari simbion dan protozoa kecil yang hidup dalam saluran pencernaan rayap dapat membantu mencerna bahan kayu. Alih-alih menggunakan bahan kimia yang keras atau panas berlebih untuk melakukannya, rayap menggunakan berbagai mikroba khusus dalam hindguts mereka untuk memecah dinding sel bahan tanaman dan mengkatalisasi melalui proses pencernaan. Andreas Brune (1998) menyatakan bahwa hindgut didominasi oleh dua garis keturunan bakteri utama, treponema dan fibrobacter. Treponema telah lama dikenal dalam usus rayap karena bentuk “sekrup gabusnya” yang khas, tetapi fibrobakter merupakan penemuan baru yang menarik, karena mereka memiliki kerabat dalam rumen sapi yang diketahui memecah selulosa. Fibrobacter dan treponema mengubungkan ke enzim yang mampu menghancurkan kay.. Rayap dapat secara efisien mengubah miligram lignoselulosa menjadi gula yang dapat difermentasi dalam hindguts. Serangga nyamuk. Nyamuk merupakan serangga yang memiliki sifat sebagai vektor penyakit utama, seperti malaria dan demam berdarah yang ditularkan oleh beberapa spesies dari Anopeles dan Aedes. Nyamuk A. aegypti menjadi masalah serius ketika asosiasinya dengan virus dengue menyebabkan penyakit demam berdarah pada manusia. Dampak dari penyakit demam berdarah bagi manusia dapat berujung pada kematian. Kemudian Eliminate Dengue Project melakukan penyisipan bakteri Wolbachia ke nyamuk. Hasilnya yaitu fenomena ketidakcocokan sitoplasma ini menyebabkan serangga betina terinfeksi Wolbachia hanya akan mampu menghasilkan keturunan jika kawin dengan jantan yang terinfeksi Wolbachia dengan strain yang sama. Betina terinfeksi Wolbachia akan tetap menghasilkan keturunan apabila kawin dengan jantan bebas infeksi Wolbachia, namun semua keturunannya akan terinfeksi Wolbachia. Sifat bakteri endosimbion yang dapat bersimbosis secara mutualisme maupun parasitisme (patogen), sehingga dengan adanya bakteri endosimbion yang bersifat patogen pada Aedes albopictus sangat berpotensi sebagai agensi pengontrol populasi nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor pembawa penyakit demam berdarah. Sejauh ini baru diketahui bahwa bakteri simbion yang bersifat patogen pada serangga antara lain Wolbachia sp., Bacillus sp. Xenorhabdus sp., Photorhabdus sp., Serratia sp., dan lain-lain berdasarkan penelitian Adi (2017). Serangga penggerek buah kopi. Buah kopi merupakan bagian terpenting dalam produksi kopi. Hama penting yang menyerang buah kopi yaitu Hypothenemus hampei (hama penggerek buah kopi). Hama ini menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras maupun yang belum mengeras. Infeksi Wolbachia pada imago betina H. hampei telah dilaporkan pada beberapa negara dan dapat memanipulasi inkompatibilitas sitoplasma dan mempengaruhi rasio sex. Hasil penelitian Mariño 2017 bahwa eliminasi bakteri Wolbachia dengan perlakuan antibiotik dapat mengurangi fekunditas dan peletakan telur oleh imago betina.
Prospek di masa depan
Singkatnya, beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara bakteri dengan serangga. Bidang penelitian endosimbion yang sangat menjanjikan dan mendesak adalah manipulasi bakteri ini untuk mengendalikan serangga vektor penyakit dan hama penting tanaman di lapangan. Hal ini menjadi strategi yang menjanjikan untuk mengurangi populasi atau membatasi penularannya.