PEMBAHASAN
CONTOH MIKROBIOLOGI TERAPAN
1. MIKROBIOLOGI RUMEN
Kemampuan ternak ruminansia untuk memanfaatkan pakan hijauan atau pakan lain
yang mengandung serat kasar yang tinggi tergantung sepenuhnya kepada keberadaan mikroba
di dalam rumen. Apabila populasi mikroba di dalam rumen mengalami gangguan maka
secara ternak ruminansia akan terganggu. Pada hakekatnya, mikroba di dalam rumen dan
ternak ruminansia membangun sebuah simbiosisme yang saling menguntungkan kedua belah
pihak.
Populasi mikroba rumen terdiri atas bakteri, protozoa, dan jamur (fungi). Sebagian
besar dari populasi mikroba rumen adalah bakteri yang jumlahnya mencapai 1010 - 1011 sel
per gram isi rumen. Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi selnya (bulat
[cocci], batang [rod], dan spiral), atau berdasarkan kepada ukuran selnya (dari 0,3 hingga 50
mikrometer). Bakteri bisa juga digolongkan menurut lokasi keberadaannya di dalam rumen.
Ada bakteri yang hidup dalam cairan rumen (bakteri fase cair), yang berasosiasi dengan
partikel padat (fase padat) atau hidup melekat pada dinding rumen. Dari sudut pandang ilmu
nutrisi ternak ruminansia, bakteri lebih sering digolongkan menurut substrat yang digunakan
atau substrat yang dihasilkan selama proses metabolismenya.
1.1 Bakteri Rumen
Bakteria rumen berbentuk bulat atau seperti cocci dengan ukuran 1-250 3
.
Rumen dihuni bakteria yang bersifat anaerob obligat, beberapa bersifat anaerob fakulatif.
Bakteria kecil merupakan jumlah dari setengah seluruh biomas rumen tetapi berperanan besar
dalam pekeerjaan metabolik.
Pekerjaan metabolik bakteria relatif besar ukurannya meskipun pekerjaan mikrobia
besar ini tak dapat dikesampingkan, mikrobia besar ini misalnya : selenomonas, oscillospira,
flagellata, protozoa dan phycomycetes.
1.2 Jamur Rumen
Sebagaimana diuaraikan oleh Trinci et al. (1994) bahwa awal penemuan jamur rumen
ini melalui sejarah panjang yaitu saat Braune (1913) dan Hsuing (1930)mendiskripsi
Callimastix frontalis dan C. equi sebagai protozoa. Mikroba yang pertamakali diisolasi dari
caecum kuda ini memiliki polyflagella dan dikelompokkan ke dalam satu genus dengan
parasit copepoda air tawar, sedangkan C. jolepsi ditemukan di dalam tubuh keong air tawar.
Jenis lain yang ditemukan di dalam rumen serta memiliki monoflagella dikelompokkan ke
dalam genus Piromonas dan Sphaeromonas. Namun Weissenberg (1950) berkesimpulan
bahwa C. cyclopsis mungkin bukan dari jenis protozoa melainkan adalah spora kembara
(zoospora) dari jamur. Pendapat ini didukung oleh Vavra dan Joyon (1966) ketika mereka
menemukan bagian vegetatip jamur yang berupa thallus. Oleh karena itu Vavra dan Joyon
mengelompokkan jenis yang memiliki poliflagella, Callimastix frontalis kedalam genus baru
protozoa Neocallimastix dan memberikan nama Neocallimastix frontalis. Sampai dengan
tahun 1977 jamur rumen masih belum banyak menarik perhatian para ahli untuk menelitinya.
Clarke (1977) misalnya dalam salah satu bab yang berjudul “The Gut and Its
Microorganisms” hanya menyebut ragi (yeast) dan kapang (moulds) sebagai jamur dan
dijumpai rumen. Demikian pula disebutkan bahwa kedua jenis jamur tersebut hanya
lewat/singgah (transients) di saluran pencernaan hewan ruminansia. Hal ini dibuktikan bahwa
pembiakan kedua jenis jamur tersebut dengan simulator kondisi di dalam rumen tidak
menghasilkan pertumbuhan.
2. MIKROBIOLOGI MAKANAN
Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang
mengkaji tentang peran mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan
dan keracunan makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan
manusia. Banyak sekali produk makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan atau
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme, seperti roti, tape, tempe, anggur, bir dan
sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat bermanfaat untuk produksi makanan dan
minuman namun demikian pada sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan
dan keracunan makanan. Makanan dapat menjadi media untuk membantu penyebaran
berbagai jenis penyakit. Sampai saat ini banyak produk komersial dengan nutrisi tinggi yang
dikenal dengan single cell protein (SCP), memanfaatkan mikroorganisme seperti Chlorella.
Produk lain, seperti yakult merupakan minuman yang mengandung bakteri Lactobacillus.
Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga merupakan media
kultur yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Makanan dapat menjadi terawetkan
melalui fermentasi atau mengalami kerusakan bergantung pada kehadiran mikroorganisme
dan kondisi penyimpanan.
Mikroorganisme dapat digunakan untuk mengubah bahan baku makanan menjadi
produk-produk yang bermanfaat, seperti anggur, keju, saus dan bir. Makanan juga dapat
berperan sebagai media penularan penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme
yang menimbulkan kerusakan makanan merupakan bagian yang penting dari mikrobiologi
makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan dari produsen
hingga ke konsumen akhir.
Mikrorganisme dapat menyebabkan penyakit melalui 2 cara ketika memakan makanan
yang terkontaminasi. Seseorang dapat terinfeksi melalui patogen berperantara makanan,
kemudian tumbuh dalam tubuh yang bersangkutan. Pada kasus yang lain, komponen toksik
dibentuk ketika mikroorganisme tumbuh dalam makanan sebelum dicerna dengan
memperlihatkan gejala-gejala penyakit setelah dikonsumsi. Kontaminasi oleh
mikroorganisme penyebab penyakit dapat terjadi pada saat tertentu ketika pengolahan
makanan.
3. MIKROBIOLOGI Pasca-PANEN
ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba pada masa pasca-panen
(pertanian pangan, tanaman industri, tanaman obat dll)
Mikrobiologi pasca panen pada kasus beras, beras sebagai jenis bahan-makanan, merupakan
substrat yang paling parah ditumbuhi oleh mikroba, terutama oleh jamur dan ragi. Beberapa
jenis jamur yang dapat berkembang di dalam beras seperti Aspergillus, Penicillium, dan
Fusarium.
Kehadiran jamur dan ragi pada beras berhubungan erat dengan lingkungan tempat asal
bahan tersebut, yaitu :
1. Lapangan tempat padi tumbuh dan dipelihara
2. Kontaminasi selama pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan
3. Udara
4. Benda-benda asing seperti bagian dari tanaman lain, debu, kotoran hewan, dan sebagainya
yang terbawa bersama beras
Banyak jenis jamur dan ragi yang tumbuh pada beras kemudian disebut jamur gudang. Akibat
adanya pertumbuhan jamur dan ragi pada beras, bukan saja akan menyebabkan keadaan yang
dengan cepat diketahui seperti penurunan volume atau berat, perubahan warna, kadang-
kadang tercium bau asam, tetapi juga ada masalah yang sangat penting yang berhubungan
dengan kasus keracunan dan terjadinya gejala penyakit kanker, yaitu produksi dan kemudian
akumulasi mikotoksin, atau toksin yang dihasilkan oleh jamur. Berbagai jenis jamur telah
sejak lama diketahui menghasilkan mikotoksin, pada beras jenis-jenis yang sudah diketahui
kemampuannya untuk menghasilkan mikotoksin adalah jenis jamur Aspergillus dapat
menghasilkan 34 jenis mikotoksin, jenis jamur Penicillium dapat menghasilkan 45 jenis
mikotoksin, dan jenis jamur Fusarium dapat menghasilkan 6 jenis mikotoksin.
4. MAKANAN FERMENTASI DAN PROTEIN SEL TUNGGAL
Makanan fermentasi adalah makanan yang diolah menggunakan mikroba lain
untuk merubah kandungan zat makanan yang terkandung di dalamnya. Makanan fermentasi
ini memang akrab untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. Yang membuat makanan
fermentasi akrab di telinga masyarakat Indonesia tentu saja masalah pengolahannya.
Fermentasi menggunakan ragi sebagai bahan utama pengolah bahan makanana yang
difermentasi. Fermentasi sendiri merupakan bagian terpenting dari pengolahan makanan tipe
ini. Ragi dalam proses fermentasi berfungsi sebagai zat pengikat gizi supaya makanan tidak
rusak dengan adanya bakteri yang hidup di dalamnya. Proses fermentasi dalam makanan
adalah untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba, mempertahankan gizi yang dikehendaki
dan menciptakan kondisi yang tidak baik bagi mikroba yang merugikan.
Protein sel tunggal merupakan produk pengembangan bahan makanan berkadar
protein tinggi yang berasal dari mikroba melalui mekanisme biteknologi. Istilah protein sel
tunggal (PST) digunakan untuk membedakan bahwa protein sel tunggal berasal dari mikro
organisme bersel tunggal atau banyak, contohnya seperti bakteri atau alga. Pemanfaatan
mikroorganisme tersebut dilakukan untuk menghasilkan kualitas produk makanan berprotein
tinggi. Sejarah penggunaan protein sel tunggal secara komersial dimulai pada era Perang
Dunia pertama di negara Jerman dengan memproduksi khamir torula. Operasi utama dalam
memproduksi protein sel tunggal adalah dengan cara fermentasi yang bertujuan untuk
mengoptimalkan konversi substrat menjadi massa mikrobial. Contoh penggunaanna antara
lain Mikoprotein dari Fusarium, Substrat: tepung gandum dan ketan serta Spirulina dan
Chlorella. Contoh diatas dipilih oleh para ilmuwan dalam mengembangkan protein sel
tunggal disebabkan kadar protein lebih tinggi dari protein kedelai atau hewan dan memiliki
pertumbuhan yang cepat dan tepat.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai sumber
protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme
yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan,
dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan pangan atau
pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan rendah.
Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain alga
Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen
Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.
5. MIKROBIOLOGI INDUSTRI
Industri mikrobiologi adalah kegiatan industri yang melibatkan jasad hidup (mikroba)
sebagai jasad pemroses. Karenanya selama proses berlangsung, segala kegiatan akan
melibatkan reaksi secara ensimatik.
Mikroba yang mempunyai kemampuan di dalam proses industri, pada umumnya
terdiri dari :
1) Kelompok utama
- Bakteri
- Fungi
- Mikroalga
2) Kelompok lain
- Protozoa
- Virus
Salah satu keuntungan di dalam industri mikrobiologi ialah bahwa bahan baku tidak
selamanya harus menggunakan bahan segar, tetapi dapat juga bahan sisa/ limbah atau bahkan
bahan buangan sekalipun. Juga pelaksanaan proses tidak selamanya harus dilakukan di
lingkungan pabrik yang mempunyai bangunan khusus, di alam terbuka pun, seperti misalnya
dalam bentuk kolam, saluran dan sebagainya, proses dapat berlangsung.
5.1 Sektor Industry-mikrobial
Bidang kegiatan industri-mikrobial yang tergantung kepada hasil yang didapatkan,
terbagi ke dalam beberapa sector-kegiatan, antara lain : sector kimia, sector farmasi, sector
makanan,sector pertanian, dan sebagainya.
5.2 Contoh Industry-mikrobial
Kegiatan industry-mikrobial tidak saja hanya dilakukan di dalam skala besar seperti
di dalam bentuk pabrik /industry besar dengan modal besar dan secara banyak, tetapi dapat
pula berjalan di dalam skala kecil dengan modal terbatas dan sarana sederhana. Yang terakhir
misalnya dalam bentuk pabrik bahan makanan yang difermentasikan secara tradisi
(tempe,oncom,kecap,terasi,pindang,dan sebagainya) yang sampai saat ini masih tetap
berbentuk kegiatan kecil atau sedang yang masih berbentuk kegiatan turun menurun di
lingkungan keluarga terbatas.
Beberapa contoh kegiatan industry microbial yang perlu untuk diketengahkan antara lain :
5.2.1 Pembuatan Alkohol
Alkohol merupakan senyawa organik yang sangat bermanfaat. Maka dari itu usaha untuk
membuat alkohol pun semakin besar. Inilah reaksi pembuatan alkohol:
Mereaksikan Alkil Halida (Haloalkana) dengan Basa
Reaksi antara alkil halida dengan basa akan menghasilkan alkohol dan garam. RX + KOH →
ROH + KX Cara ini digunakan secara khusus untuk membuat amil alkohol dalam skala
besar, yaitu dengan mereaksikan kloropentana dan KOH. Dari hasil eksperimen dapat
disimpulkan bahwa alkil iodida lebih cepat reaksinya daripada alkil bromida maupun alkil
klorida. Selain itu halida primer menghasilkan hasil alkohol yang lebih banyak dibandingkan
dengan alkil halida sekunder maupun tersier.
Mereduksi Aldehida dan Keton
Reaksi aldehida oleh hidrogen menghasilkan alkohol primer. RCHO + H2 → ROH
Sedangkan reaksi keton oleh hidrogen menghasilkan alkohol sekunder. ROR + H2 → ROH
Alkohol tersier tidak dapat dihasilkan melalui reaksi reduksi.
Hidrolisis Alkil Hidrogensulfat
Pembuatan alkohol dengan cara hidrolisis alkil hidrogen sulfat banyak digunakan
untuk membuat etanol perdagangan. Senyawa etil hidrogensulfat yang diperlukan dibuat dari
reaksi adisi H2SO4 pada etena. Contoh:
CH3-CH2-SO3H + H2O → CH3CH2OH + H2SO4
Hidrasi Alkena
Alkena jika dikenai reaksi hidrasi dengan adanya asam encer akan menghasilkan alkohol.
Sebagai contoh, hidrasi etilena akan menghasilkan etil alkohol (etanol). Reaksinya adalah:
CH2=CH2 + H2O ⇌ CH3CH2OH
Hidrolisis Ester
Rumus ester suatu asam organik adalah RCOOR'. Bila ester tersebut dihidrolisis dapat
menghasilkan alkohol dan asam karboksilat menurut persamaan reaksi:
RCOOR' + H2O ⇌ RCOOH + R'OH
Cara hidrolisis ini ditempuh saat tidak ada cara lain untuk membuat suatu alkohol yang
diperlukan.
Menggunakan Reagen Grignard
Alkohol primer, sekunder dan tersier dapat dibuat dengan reagen Grignard. Reagen Grignard
adalah senyawa organometalik dengan rumus umum RMgX.
Langkah 1: CH3-Mg-Cl + HCHO → CH3-CH2-OMgCl
Langkah 2: CH3-CH2-OMgCl + H2O → CH3-CH2-OH + MgCl(OH)
5.2.2 Pembuatan sirup glukosa
Proses pembuatan Sirup glukosa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Hidrolisis secara enzimatis.
- Hidrolisis secara asam.
1. Hidrolisis secara enzimatis
Hidrolisis secara enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan
tertentu. Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih spesifik,
kondisi prosesnya dapat dikontrol, biaya pemurnian lebih murah, dihasilkan lebih sedikit abu
dan produk samping, dan kerusakan warna dapat diminimalkan. Pada hidrolisis pati secara
enzimatis untuk menghasilkan sirup glukosa, enzim yang dapat digunakan adalah α-amilase,
β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan isoamilase.
Tahapan pembuatan sirup glukosa dengan cara hidrolisis menggunakan enzim terdiri
dari likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi, dan evaporasi. Tingkat mutu sirup glukosa yang
dihasilkan ditentukan oleh kadar air, warna sirup, dan tingkat konversi pati menjadi
komponen-komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin, yang dihitung sebagai ekuivalen
dekstrosa (DE). Nilai ekuivalen dekstrosa (DE) sirup glukosa yang tinggi dapat diperoleh
dengan optimalisasi proses likuifikasi dan sakarifikasi, sedangkan kadar padatan dan warna
sirup glukosa yang sesuai standar (SNI) diperoleh dengan proses evaporasi.
2. Hidrolisis secara asam
Hidrolisis pati dengan menggunakan katalis asam, molekul pati akan dipecah secara
acak oleh asam dan gula yang dihasilkan sebagian besar merupakan gula pereduksi. Pada
hidrolisis pati menggunakan katalis enzim, molekul pati akan dipecah atau diputus oleh
enzim secara spesifik pada percabangan tertentu. Hidrolisis pati secara asam hanya akan
mendapatkan sirup glukosa dengan dektrosa equivalen (DE) sebesar 55. Sedangkan hidrolisis
pati secara enzimatis akan mendapatkan sirup glukosa dengan DE lebih dari 95%.
5.2.3 Pembuatan Asam Asetat
Dalam pabrik pembuatan asam asetat lebih sering menggunakan metode karbonilasi
methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam pabrik yakni proses
monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks Rhodium (cis−
[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang
didukung oleh ruthenium.
5.2.4 Pembuatan Asam Sitrat
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan
kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring
dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya
dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan
dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan ekstraksi
menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina yang diikuti dengan
re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
5.2.5 Pembuatan Enzim
Bakteri tunggal mampu memproduksi enzim dalam jumlah yang kecil, semakin
banyak mikroorganisme yang terlibat maka akan menghasilkan jumlah enzim yang lebih
banyak. Proses penggandaan mikroorganisme inilah yang disebut dengan proses fermentasi.
Untuk menghasilkan enzim dalam skala industri, tetap saja diawali oleh sebotol kecil
mikroorganisme yang dipersiapkan untuk itu. Umumnya mikroorganisme dalam bentuk
kering atau sudah dalam bentuk terbekukan untuk menjaga dari gangguan lingkungan yang
mampu mengubah keadaan mikroorganisme tersebut atau malah dapat mematikannya.
Mikroorganisme tertentu yang dipersiapkan tersebut dinamakan “production strain”, atau
mikroorganisme jenis tertentu yang merupakan cikal bakal produk enzim.
Hal yang sangat penting diperhatikan dalam proses fermentasi adalah sterilisasi.
Untuk memperoleh enzim sesuai dengan yang diinginkan, strain produksi dan bahan baku
yang digunakan dalam proses pembuatan enzim haruslah benar-benar terjaga dari kontaminan
atau mikroorganisme lain yang tidak diinginkan. Hal ini untuk menjaga produk dan
menghilangkan kegagalan produk, Jika strain produksi tidak dijaga dari kontaminan,
kemungkinan akan terjadi penggandaan yang tidak terkendali, mikroorganisme “antah
barantah” akan muncul dengan tujuannya masing-masing dan dalam keadaan ini produk yang
diinginkan tidak akan diperoleh. Strain produksi, disebut juga bibit untuk produksi enzim,
pada mulanya dibiakan dalam labu kecil yang mengandung nutrien. Nutrien adalah
persediaan bahan makanan untuk mikroorganisme tertentu yang akan dikembangbiakkan.
Labu tersebut ditempatkan dalam inkubator, sebuah alat yang mampu menjaga temperatur
optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme yang dimaksud.
5.2.6 Inokulum Rhizobium
Contonya : Legin
Legin adalah Inokulum Rhizobium yang mengandung bakteri Rhizobium untuk inokulasi
(menulari) tanaman legum. Legin singkatan dari Legume Inoculant (Legume Inoculum).
Bakteri Rhizobium adalah bakteri yang dapat bersimbiosis dengan tanaman legum,
membentuk bintil akar, dan menambat nitrogen dari udara sehingga mampu mencukupi
kebutuhan nitrogen tanaman sekurang-kurangnya sebesar 75 %.
Tersedia 6 (enam) macam Legin yaitu :
- Legin Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
- Legin LCC (Legume Cover Crops, Legum Penutup Tanah) untuk Calopogonium caeruleum
(CC), Calopogonium mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP), Pueraria javanica (PJ),
dan Flemingia congesta (FC).
- Legin Korobenguk (Mucuna pruriens)
- Legin Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala)
- Legin Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
- Legin Tanaman Hutan untuk Albizzia falcataria (AF), Acacia mangium (AM), dan Acacia
auriculiformis (AA).
5.2.7 Pembuatan keju
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi
berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis keju
yang diproduksi di seluruh dunia. Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda,
tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai
dalamfermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain
misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses
pemanasan susu. Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju.
6. MIKROBIOLOGI KESEHATAN
Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh
inang disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit disebut pathogenesis. Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang
memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan
infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini
dapat menimbulkan penyakit. Patogen merupakan beberapa jenis mikroorganisme atau
organisme lain yang berukuran yang lebih besar yang mampu menyebabkan penyakit.
Derajat kemampuan suatu pathogen oportunistik untuk menyebabkan penyakit
disebut virulensi. Komponen mikroorganisme yang meningkatkan pathogenesis disebut
factor virulensi. Jika suatu mikroorganisme lebih mampu menyebabkan suatu penyakit,
dikatakan lebih virulen dari yang lain. Factor virulensi beberapa pathogen mudah
diidentifikasi. Sebagai contoh, sel Streptococcus pnemoniae yang memiliki kapsul bersifat
virulen dan menyebabkan pneumonia, sebaliknya yang tidak berkapsul bersifat avirulen.
Strain virulen dari Corynebacterium diptheriaemenghasilkan suatu toksin yang menyebabkan
diphtheria. Untuk kebanyakan pathogen, factor virulensi tidak begitu nyata.
Mekanisme suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit infeksi, adalah melalui
tahapan sebagai berikut :
a. Harus menginfeksi inang (suatu pathogen primer harus memasuki inang).
b. Harus melakukan metabolism dan memperbanyak diri dalam jaringan inang.
c. Harus melawan pertahanan inang, untuk sementara.
d. Harus merusak inang.
7. MIKROBIOLOGI KESENJATAAN
Penggunaan jasad/agensia biologi di dalam sistem perang, tidak mengenal waktu. Artinya
senjata tersebut dapat dipergunakan di waktu perang ataupun di waktu damai. Bahkan masa
damai merupakan waktu yang paling menguntungkan untuk penggunaan senjata tersebut
kalau dibandingkan dengan masa perang.
a. Dapat membunuh atau melumpuhkan lawan secara langung ataupun tidak langsung secara
cepat ataupun lambat.
Jenis jasad hidup yang umum dipergunakan sebagai agensia-persenjataan, umumnya teriri
dari : Bakteri, Jamur dan Virus.
7.3 Persyaratan jasad
Syarat utama untuk suatu jenis jasad sebagai agensia-persenjataan biologi antara lain :
sifat kerahasiaan, baik dalam bentuk, sifat, cara penyebaran, cara penggunaan serta kecepatan
dapat diketahui/dideteksi.
1) Mudah menyebar pada daerah yang luas. Penyebarannya dapat melalui udara, angin, air,
hewan ataupun manusia.
2) Sukar dilihat (karena tidak berwarna, berbentuk halus), sukar diraba dan sukar dicium (tidak
berbau).
3) Mempunyai daya penyakit yang tinggi secara langsung (tanpa masa inkubasi) ataupun sacara
tidak langsung (melalui masa inkubasi terlebih dahulu ).
Disamping itu diperlukan lagi persyaratan dasar yang harus dimiliki oleh jasad sebagai
agensia biologi, yaitu :
1) Kemampuan jasad untuk beradabtasi secara cepat/singkat tanpa harus mengurangi sifat
keganasan.
2) Kemampuan jasad untuk menetap di dalam lingkungan baru/asing secara cepat/singkat tanpa
mengurangi keganasannya.
4) Kemampuan jasad untuk melakukan penyebaran pada wawasan sebaran yang luas melalui
angin, air, hewan ataupun manusia.
5) Kemampuan untuk memperbanyak diri didalam waktu yang singkat tanpa berubah sifat
asli/asalnya.
8. MIKROBIOLOGI ANALITIK
Ada beberapa teknik dasar di dalam analisa mikrobiologi yang harus diketahui,
meliputi : teknik transfer aseptis, Agar Slants (Agar miring), Turbiditas media broth
(kekeruhan kaldu),Teknik Dilusi (pengenceran), TeknikPour-Plate (lempeng tuang), Teknik
Spread Plate (lempeng sebar), Teknik Streak Plate (lempeng gores). Selanjutnya yang akan
dibahas hanya teknik transfer aseptis.
Teknik transfer aseptis a dalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan
kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi.