PENDAHULUAN
1014 bakteri. Populasi bakteri merupakan flora mikroba normal. Flora normal dapat
ditemukan di banyak situs dari tubuh manusia. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada
tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga
dapat ditemukan pada orang sehat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari flora normal?
2. Apa fungsi flora dan Penggolongan normal ?
3. Bagaimana Proses Pembentukan flora normal ?
4. Pada bagian manakah letak flora normal pada tubuh manusia?
5. Apa saja jenis – jenis flora normal?
6. Bagaimana dampak positif dan negative flora normal pada tubuh manusia?
7. Apakah factor – factor yang mempegaruhi flora normal tubuh manusia?
8. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan flora normal pathogen pada tubuh
manusia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari flora normal.
2. Untuk mengetahui fungsidan Penggolongan flora normal.
3. Untuk mengetahui Proses Pembentukan flora normal.
4. Untuk mengetahui letak flora normal pada tubuh manusia.
5. Untuk mengetahui jenis – jenis flora normal.
6. Untuk mengetahui dampak positif dan negative flora normal pada tubuh manusia.
7. Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi flora normal pada tubuh manusia.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan flora normal
pathogen pada tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Grafik 1. Perubahan flora normal pada bayi usia 7 hari pertama. (Dikutip dari Mitsuoka, 1987)
Sebagian peneliti berspekulasi bahwa flora normal bayi baru lahir diperoleh dari
saluran pada saat proses kelahiran, menelan udara yang menempel di payudara ibu pada
saat menyusui, dari jari-jari ibu, serta perawat yang terlibat dalam perawatan paska proses
kelahiran. Bakteri yang terdeteksi pada bayi tersebut secara konsisten sesuai dengan
bakteri yang dijumpai di lingkungan jalan lahir serta di jari-jari perawat yang terlibat
dalam perawatan bayi. Meskipun bifidobakteria jumlahnya dominan pada hari kelima
setelah lahir, namun mempunyai spesies yang spesifik (infant type) dibandingkan
bifidobakteria yang dijumpai di dalam usus ibu (adult type).
Dengan demikian timbul spekulasi bahwa bifidobakteri ini bukan berasal dari
saluran cerna ibu. Spekulasi lain mengatakan bahwa bifidobakteria ini berasal dari
kolostrum. (Mitsuoka, 1987)
Pemberian ASI dan susu formula, telah banyak dibuktikan bahwa bayi yang
mendapatkan ASI secara bermakna kurang peka terhadap infeksi saluran cerna,
dibandingkan kelompok bayi yang mendapatkan susu formula. Perbedaan mortalitas dan
morbiditas kedua kelompok bayi ini dimungkinkan oleh karena adanya bahan yang berada
di dalam susu ibu, yang mempunyai peran perlindungan terhadap infeksi.
Bila feses bayi yang mendapatkan ASI diperiksa dibawah mikroskop, maka akan
tampak kuman gram positif lebih dominan dibandingkan gram negative. Sedangkan yang
mendapatkan susu formula, didapatkan kuman gram negatif lebih dominan dibandingkan
dengan gram positif. Pada tinja bayi yang mendapatkan ASI, per gram fesesnya dijumpai
bifidobacteria sebanyak 1010 hingga 1011. Sedangkan kuman coliform dan enterococci
sebanyak 108per gram feses, termasuk kuman anaerobik lainnya dan bacteroides yang
berfungsi sebagai kuman pembusuk (Grafik 2). pH tinja bayi yang mendapatkan ASI
berkisar 4.5-5.5, lebih rendah dibandingkan yang mendapatkan susu formula.
Grafik 2. Perbandingan Flora Normal Pada Usus Bayi Dengan AsI dan Susu Formula. (Mitsuoka,
1987)
Flora normal usus pada bayi yang mendapatkan ASI dan susu formula berbeda.
Walaupun sebagian besar bayi dengan ASI mengandung bifidobacteria, namun sebagian
kecil dari kelompok ini tidak dijumpai bidobacteria. Sedangkan kuman aerob seperti
bakteri E - coli dan enterpcocci sebanyak 10 kali lebih besar dibandingkan yang
mendapatkan ASI. Kuman anaerob dan bacteroides dan jumlah sama. Sedangkan pH
fesesnya lebih netral , sekitar 5.7 - 6.7. (Mitsuoka, 1987)
Manusia sebagai inang dari mikroba, kebanyakan mikroba asli di dalam tubuh
manusia adalah komensal, yaitu mereka memafaatkan hubungan dengan inang tetapi
inangnya tidak terprngaruh oleh mikroba. Mikroba komesal memperoleh makanannya dari
sekresi dan buangan produk – produk buangan tubuh manusia. Mikroorganisme asli yang
lain mempunyai hubungan mutualistic dengan inangnya yaitu mereka memanfaatkan
inangnya sambil juga hidup dari situ. Keuntungan bagi inang di dalam hubungan
mutualistic dapat dirangkum sebagai berikut:
Mikroba adalah pemakan sisa, menggunakan bahan buangan. Banyak bakteri di
dalam usus melakukan hal ini. Bakteri usus dapat menyintesis vitamin – vitamin B yang
utama serta vitamin E dan K. Vitamin yang dihasilkannya merupakan sumbangan nyata
dalam memenuhi persyaratan vitamin pada inang.
Adanya mikrobe asli cenderung meniaakan mikroorganisme patogenik dan dengan
demikian, berfungsi melindungi inang terhadap penyakit. Peniadaan ini mungkin
disebabkan oleh persaingan akan nutrisi atau karena dihasilkannya substansi yang
menghambat patogenik tersebut.Sebagai contoh, laktobacillus di dalam vagina
menghasilkan asam yang melindungi vagina terhadap infeksi oleh gonokokus, yaitu bakteri
yang menyebabkan penyakit gonerea. Banyak galur Escherichia coli di dalam usus
menghasilkan kolisin yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri - bakteri usus
yang patogenik. (Jawetz dkk, 2005)
2.4. Letak flora normal pada tubuh manusia
2.4.1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-
benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai
untuk pertumbuhannya. Kulit mempunyai keseragaman yang luas dalam hal struktur
dan fungus di berbagai situs tubuh. Perbedaan - perbedaan ini berfungsi sebagai
faktor ekologis selektif, untuk menentukan tipe dan jumlah mikroorganisme yang
terdapat pada setiap situs kulit. Pada umumnya beberpaa bakteri yang ada pada kulit
mampu bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisidal.
Sebagai contoh, kelenjar keringat mengeksresikan lisozim, suatu enzim yang
dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengeksresikan lipid yang
kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri : asam-asam
lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain. Kebanyakan
bakteri kulit dijumpai pada epitelium yang seakan - akan bersisik (lapisan luar
epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel yang mati. Kebanyakan bakteri
ini adalah spesies Staphylococcus (S.epidermisis dan S. aureus) dan sianobakteri
aerobik, atau difteroid . Jauhdi dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri
anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes. Letak bakteri-bakteri ini pada
atau di dalam kulit diperlihatkan pada gambar 1.
Infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak hidup
normal dalam rongga mulut dapat terjadi karena terjadi kontak dengan orang lain yang
sedang menderita penyakit atau binatang atau memakan/meminum makan/air yang
telah tercemar oleh kuman-kuman pathogen. Infeksi dalam rongga mulut dapat bersifat
primary atau sekundair dari suatu infeksi sistemik.
Menurut Hardie dan Bowden (1974) gambaran dari jumlah kuman yang
disebut dalam literatur, bukan suatu nilai yang pasti tapi sangat tergantung dari sampel
yang diperiksa diambil. Ini disebabkan oleh ;
2. Media pembiakan yang digunakan dan tata cara pemeriksaan yang tidak sama.
Kemampuan hidup dan melekat dari kuman pada jaringan mulut merupakan
faktor penting terdapatnya jenis kuman tersebut hidup normal didalam mulut, kuman
yang tidak mempunya hal tersebut akan terbawa oleh saliva atau tertelan bersama-
sama makanan(Gibbons, van Houte and Liljemark, 1972).
Gibbons dan Nygaard (1970) menyatakan bahwa ada 2 pelekatan kuman yaitu ;
Staphylococcus
Berukuran 0,8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi
enzyme katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam
suasana aerobik dan anaerobik. Yang membedakan micrococcus dengan yang lain
adalah dalam kemampuan melakukan oxidasi glukosa. Staphylococcus dapat hidup
dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %, sifat ini
digunakan untuk memisahkannya dari specimen dan merupakan ”vegetative bacteria”
sehingga sering digunakan untuk percobaan kemampuan membunuh kuman penyakit.
Infeksi ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal anastesi, fraktur atau
penyebaran dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan lebih banyak
pada mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973). Winkler dan van Amerongen (1959)
menyatakan staphylococcus auereus jarang ditemukan pada infeksi root canal.
Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi tractus genitourinarius,
pneumoniaEndocarditis, septikemia dan enterocollitis.
Problem yang paling serius dari infeksi staphylococcal adalah terjadi kedaruratan
dan penyebaran kuman akibat kuman telah resisten terhadap anti-biotik. Ditemukan 85 %
sampai 95 % infeksi nosokomial karena staphylococcus aureus resisten terhadap
Penicillin G(Oven, Kirsten, dan Bulow, 1969). Disisi lain resistensi kuman terhadap
kuman ini insidennya rendah tapi bertambah setiap tahunnya(Barrett dkk, 1970; Ross
dkk, 1974). Staphylococcus menjadi resisten terhadap penicillin G dan penicillin V atau
ampicillin dengan memproduksi enzyme penicillinase, yang mana rantai molekul
hydrolyzes beta lactam merusak aktivitas anti-mikroba. Diakui bahwa kemampuan
mengurai penicillinase tergantung kepada adanya plasmid yang dapat mengubah dari
resisten menjadi rentan berarti menjadi trancducting bacteriphage.Karena sering terjadi
resisten terhadap anti-biotik maka dilakukan pemeriksaan sensitivitas terhadap anti-
biotika dari strain staphylococcus yang diambil dari spesimen infeksi dalam rongga
mulut(Myrvik, Pearsall, dan Weiser, 1974).
Peptococcus
Streptococcus
Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis
dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau
berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai
yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media
Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya calase-
negative. Klassifikasi didasarkan reaksi hemolitik tehadap media “blood agar steak
plates” atau ”blood agar pour plates” yaitu alpha, beta dan gamma. Koloni dari alpha
hemolytic streptococcus dikelilingi oleh zona hijau sebagai hasil partiel lysis dari sel
darah dari media maka disebut sebagai streptococcus ”viridans” atau greening
streptococcus. Warna hijau tergantung asal darah yang digunakan, darah domba berwarna
lebih hijau dan zona lysis lebih tipis dibandingkan darah manusia. Koloni beta-hemolitic
streptococcus dikelilingi oleh zona bening sebagai hasil lysis yang sempurna dari
erythrocytes yang terdapat dimedia agar darah. Koloni dari gamma-streptococci tidak
menimbulkan reaksi hemolitik pd plat agar darah, kuman ini biasanya disebut simply
nonhemolytic streptococci. Lancefield(1933) membuat klassifikasi dari streptococcus
berdasarkan antigen karbohydrat yang terdapat pada dinding sel dari beta-hemolytic
streptococci. Bahan antigen didapatkan dari culture dari berbagai sumber menggunakan
0,2 N HCL. Ekstrak akan menghasilkan precipitin ring yang positif bila bereaksi dengan
homologous antiserum yang berasal dari kelinci yang disuntik dengan streptococcusyang
mati/lemah. Dengan demikian beta-hemolytic streptococci dibedakan menjadi; grup
A,B,C,D,E,F,G,H dll. Sedangkan pada alpha-hemolytic dan non-hemolytic streptococci
hanya dijumpai pada beberapa saja.
Produksi levans adalah dapat larut(soluble) dan dapat dirusak atau dipergunakan
sebagai sumber energi oleh kuman lainnya(Leach dkk., 1972). Streptococcus salivarius
merupakan porsentase tertinggi dari hasil kultur dari daerah dorsum dari lidah tetapi
terdiri dari kurang 1 % dari streptococcus yang terdapat dalam plaque gigi(Carlsson,
1967; van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1971). Kuman ini sering menyebbkan
”subacute bacterial endocarditis”
Bentuknya tidak sama karena perbedaan atas sifat “ biochemical activity” dan
“carbohydrate fermentation reactions”(Guggenheim, 1968), dan soesiees ini diidentifikasi
terutama dengan eliminasi proses. Colman dan Williams (1972) menunjukkan bahwa
dinding sel dari streptococcus mitis ditandai dengan tidak adanya rhamnose dan adanya
“ribitol teichoic acid” ini merupakan kekhususan dari spesies ini. Seperti streptococcus
yang lain streptococcus mitis merupakan penyebab dari “subacute bacterial endocarditis”.
Clark (1924) menemukan streptococcus pada 72 % material yang diambil dari caries
dentis, maka kuman ini memainkan peranan penting dalam terbentuknya caries gigi. Dia
juga menemukan spesies lain mempunyai marfologi dan reaksi kultur yang dinamakan
streptpcoccus mutans, biasa ditemukan pada kultur murni.
Hasil percobaan pada binatang dan manusia diyakini bahwa Streptococcus mutans
sebagai penyebab caries gigi bersama-sama dengan spesies lainnya( Gibbons dkk, 1974;
Ikeda dan Sandham, 1971; Littleton, Kahehashi dan Fitzgerald, 1970; Loesche dkk, 1975;
Shklair, Keene Simonson 1972; Shklair, Keene dan Cullen ,1974; Street, Goldner dan
LeRiche, !976. Penilitian pada binatang Gibbons(1972) menunjukan bahwa dalam
terjadinya caries menemukan peran enterococci bersama-sama dengan streptococcus
salivarius, streptococcus sanguis dan streptococcus mitis. Spesies ini tidak sekariogenik
streptococcus mutans. Atas dasar streptococcus mutans adalah penyebab utama caries
dentis, ada pemikiran untuk membuat vaksin dari caries dentis. Meskipun demikian
masih diperlukan berbagai penelitian sebelum menerapkan immunisasi terhadap caries.
Selain dari yang diatas terdapat dua kuman yang jarang ditemukan yaitu
Streptococcus pyogenes dan streptococcus faecalis. Streptococcus pyogenes merupakan
spesies prototype “Lancefield’s group A streptococci” yang jarang dijumpai sebagai flora
normal dalam mulut, biasanya didapatkan dari pemeriksaan pasien dengan infeksi
tenggorokan streptococcus tanpa gejalanya(Ross, 1971). Streptococcus faecalis dan
berbagai macam spesies yang jumlahnya sedikit pada manusia.
Bahn dkk, 1960; Williams dkk, 1950; Winkler dan van Amerongen, 1959
melaporkan dijumpai enterococci pada pemeriksaan spescimen yang diambil dari
berbagai tempat didalam mulut. Gold, Jordan dan van Houte (1975) dari penelitiannya
menemukan 60 % - 75 % enterococci. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah
streptococcus faecalis.
Peptostreptococcus
Veillonella
Genus veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan Veillonella
parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai diameter 5µm tidak bergerak,
gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat,
memanfaatkan lactic, succinic dan asam2 lain sebagai sumber energi(Rogosa, 1964).
Rogosa (1956) menemukan media khusus untuk membiakan dari spesimen yang berasal
dari klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam usus dan
sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak diberbagai tempat di
dalam mulut(Hardie dan Bowden, 1974).
Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari
spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis, periodontitis,
pulmonary gangrene dan tonsilitis(Nolte, 1973), peranan dari Veillonella pada infeksi
campuran ini belum betul2 jelas, walaupun dinding sel memiliki lipopolysaccharide
dengan kemampuan endotoxic(Hofstad dan Kristoffersen, 1970; Mergenhagen dan Varah,
1963; Mergenhagen, Zipkin dan Varah, 1962) dan pengeluaran endotoxin menunjukan
menyebabkan terjadinya ”local Shwartzman reaction” dari kulit (Mergenhagen, 1960;
Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961), dan palatal mucosa dari kelinci(Rizzo dan
Mergenhagen, 1964). Bila Veillonella terdapat pada plaque dan gingival crevice,
endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis marginalis kronis dan periodontitis
marginalis kronis melalui diaktifkannya ” Complement cascade”(Snyderman, 1973).
Rothia dentocariosa pertama kali ditemukan dari carious dentin oleh Onisi(1949),
juga ditemukan pada abscess, darah dan cairan spinal dari manusia(Brown, Georg dan
Waters, 1969); meskipun dinyatakan sebagai penyebab penyakit manusia tapi tidak selalu
dipastikan.
Lactobacillus
Kedua spesies ini merupaka parast pada manusia, juga binatang. Pada manuasia
merupakan flora normal yang hidup didalam mulut, tractus gastro-intestinal dan vagina.
Dalam keadaan normal lactobacillus hidup didalam mulut dalam jumlah kecil karena
daya lengket terhadap jaringan mulut kurang (van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1972).
Kuman ini mempunyai hubungan dengan terjadinya caries gigi (Enright, Friesell
dan Trescher, 1932), tapi sebagai etiologi belum terbukti (Loesche, !974), hanya diduga
karena kuman ini hidup dan berkembang pada pH 5, pada percobaan invitro enamel tidak
mengalami demeralisasi pada pH dibawah ini. Juga ditemukan peningkatan jumlah
lactobacilli bila terdapat caries (Snyder dkk, 1962; Snyder dkk, 1963), penambalan
seluruh gigi yang caries menurunkan jumlah lactobacillus (Kesel dkk, 1958; Shklair dkk,
1956), peningkatan jumlah lactobacillus juga terjadi pada pasien yang memakai gigi
tiruan(Shklair dan Mazarella, 1962) dan alat orthodonsi(Bloom dan Brown, 1964 ; Owen,
1949; Sakamaki dan Bahn, 1968). Sekarang terdapat konsensus bahwa lactobacillus
bukan penyebab yang spesifik dari caries gigi manusia(Sims, 1970) dan peningkatan
lactobacillus disebabkan karena dia menyukai suasana asam dan terdapatnya tempat
melekat(van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1972), meskipun demikian lactobacillus
memounyai sumbangan dalam meningkatkan caries gigi, kuman ini tidak didapatkan dari
pembiakan spesimen yang berasal dari akar gigi(Winkler dan van Amerongen, 1950).
Coliforms
Famili dari Enterobacteriaceae tidak selalu atau predominant hidup dalam mulut
manusia yang tinggal di dunia barat. Meskipun coliform dijumpai pada mulut normal ,
pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk sementara waktu, meskipun demikian kuman
ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan mulut, sering ini disebabkan karena
pemakaian antibiotik yang membunuh kuman gram-positif. Dalam hal ini terjadi pada
infeksi yang disebab kuman campuran. Mashberg, Caroll dan Morrissey (1970)
melaporkan osteomyelitis dari mandibula yang disebabkan mixed flora dengan
predominant adalah Enterobacter aerogenes dengan Escherichia coli dan alpha-hemolytic
streptococcus.
Klebsiella
Proteus
Proteus vugaris merupakan kuman yang sering ditemukan pada kultur berbagai
infeksi. Kirner dkk, (1969) menemukan pada beberapa kasus abses submadibula, Slack
(1953) kuman ini jarang dijumpai pada saluran akar dan biasa dijumpai pada bacterial
parotitis (Rose, 1954).
Pseudomonas
Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan
bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini ditemukan
dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid, kebanyakan spesies
bergerak, berbentuk tunggal atau”tufted monopolar flagella.
Hasil penelitian Clement (1953) menemukan kadar kuman rongga mulut yang
tinggi pada masyarakat Afrika yang hidup dalam kondisi primitif.
Sutter, Hurst dan Landucci (1966) melakukan penelitian pada 350 individu
menemukan Pseudomonas spesies, khususnya Pseudomonas aeruginosa dijumpai 8 %
dalam saliva.
Fox dan Isenberg (1967) menemukan dalam prosentase yang kecil didalam
saluran akar, kadang ditemukan pada gigi yang non vital. Leake dan Leake (1970)
menemukan Pseudomonas aeruginosa pada neonatal suppurative parotitis.Infeksi dapat
terjadi karena invasi kuman kedalam jaringan setelah mengalami septicemia. Hecht dan
Work (1970) menemukan acute suppurative parotitis pada orang dewasa yang disebabkan
oleh Staphylococci dan Pseudomonas. Goldberg (1968) melaporkan tentang bakteriemia
yang disebabkan Pseudomonas. Goldberg (1966) melaporkan tentang infeksi pasca
operasi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa.
Reade dan Radden (1963) melaporkan chronic osteomyelitis dengan sequestrum tulang
maxilla pada orang dewasa.
Campylobacter
Genus Compylobacter terdiri dari bentuk selinder yang ramping, kurva, bergerak,
bakteri gram-negatif yang microaerophilic. Pada permukaan koloni kuman ini tumbuh
dalam keadaan aerob dan dapat pula pada kondisi anaerob. Tidak memfermentasi karbo
hidrat. Terdapat 4 spesies, yang pada umum patogen pada binatang, dimana diantaranya
dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Spesies tersebut adalah ; Compylobacter fetus
fetus, Compylobacter fetus venerealis, Compylobacter coli dan Compylobacter sputorum
sputorum. Spesies yang lain adalah Fusobacterioum nucleatum terdapat pada peradangan
gingival crevice lebih banyak dari keadaan normal(van Palenstein Helderman, !
975).Penulis berpendapat meningkatnya kuman gram-negatif merupakan factor pemicu
terjadinya peradangan dari daerah tersebut.
Hemophilus
Miscellaneous bacteria
Anaerobes
Bowden dan Hardie (1971) melaporkan tentang anaerob rods dan filament yang
terdapat dalam rongga mulut. Klassifikasi dari Bacteriodes sangat membingungkan untuk
beberapa tahun. Beberapa toxonomi dan schema identifikasi telah
dipublikasikan(Loesche, Socransky, dan Gibbons, 1964; Sawyer, Macdonald dan
Gibbons, 1962; Barnes dan Goldberg, 1968; Spiier, 1971; Werner, Pulverer dan
Reichertz, 1971). Holdeman, Cato dan Moore (1977) telah menyampaikan informasi
terbaru tentang teknik kulturisasi dan karakter biokimia organisme ini.
Bacteriodes
Dua puluh dua spesies dan beberapa subspesies atau serotypes dari genus
Bacteriodes yang dilukiskan dalam ” Bergey’s Manual(Buchanan dan Gibbons, 1974).
Microorganisme ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel berbetuk sambungan
(terminal) dan melembung ditengah2(center swilling) dan vacuoles, bentuk filamen
sering dijumpai, biasanya variasi morphologi sedikit. Kebanyakan didapat dari
pembiakan spesimen yang berasal dari rongga mulut khususnya gingival crevice. Hanya
beberapa dari genus ini yang benar2 pathogen tapi kebanyakan patogen karena pengaruh
yang lain. Bacteriodes oralis ditemukan pada infeksi rongga mulut, saluran pernafasan
dan tractus genetalia. Bacteriodes melaninogenicus ditemukan didalam rongga mulut,
memproduksi pigmen hitam bila tumbuh dalam media agar darah. Spesies ini
menguraikan enzyms collagenase, berperan pada chronic periodontitis, telah terdapat
diadalam rongga mulut sebelum gigi-geligi tumbuh (Hurst dan Fenderson, 1969). Tapi
secara umum hidup dalam sulcus gingiva setelah gigi erupsi. Kelstrup (1966)
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaannya dengan terjadinya
peradangan sulcus. Brown, Williams dan Harrell (1941)melaporkan bahwa koloni dari
Bacteriodes merusak atau melukai(injured), organisme masuk kedalam saluran kelenjer
lympha dan peredaran darah sehingga masuk kedalam paru2, hati, tulang dan sendi.
Sabiston, Grigsby dan Sangerstrom (1976) menemukan Bacteriodes dari pembiakan
spesimen dari infeksi pyogenik gigi.
Fusobacterium
Selenomonas
Treponema
Mycoplasma
Genus Mycoplasma adalah organisme prokaryotic yang sangat kecil yang dapat
dikultur dengan media steril buatan. Dengan menggunakan kontras bakteri yang lain akan
terlihat tidak terdapat dinding sel dan sangat pleomorphic. Botman dan Kenny (1971)
memeriksa Mycoplasma pneumoniae menggunakan mikroskop elektron menunjukan
bentuk kuman filamen yang bermanik-manik dengan ukuran 125 – 250 nm, ukuran yang
pasti sulit ditentukan karena bentuknya yang pleomorphisme. Mycoplasma didapat dari
pembiakan spesimen yang berasal dari infeksi pleuropneumonia pada binatang ternak.
Organisme ini tidak dapat tersaring oleh filter bakteri maka dipercaya bahwa infeksi
tersebut adalah infeksi virus. Ketika organisme yang sama menimbulkan penyakit pada
binatang lain, kemungkinan juga manusia ditemukan, maka dinamakan organime tersebut
Pleuropneumonia-like organism atau PPLO. Pada 1967 diusulkangenus Mycoplasma
yang baru yaitu Mollicutes. Media untuk membiakkan Mycoplasma terdiri dari peptones,
yeast extract dan serum. Koloninya sangat kecil dengan diameter 10 – 100 µm dengan
bentuk seperti telur goreng(fried egg appearance). Tehnik pembiakan dan perwarnaan
sangat berbeda dari bakteri lain(kenny, 1974). Organime ini dibagi dalam group
berdasarkan reaksi biokimia dan kebutuhab oxygen dan pembagian spesies berdasarkan
kemampuan menghambat pertumbuhan oleh anti-serum yang khas. Sejak kurangnya
dinding sehingga tidak rentan terhadap penicillin. Morton dkk, 1951 orang pertama yang
menemukan Mycoplasma dari pembiakan spesimen yang berasal dari rongga mulut.
Kemudian peneliti lain (Engel, dan Kenny, 1970; Fox, Purcell dan Chanock, 1969;Razin,
Michmann dan Shimshoni, 1964; Shklair dkk, 1962; Taylor-Robinson dkk; 1964)
menemukan berbagai spesies dari Mycoplasma yang ada dalam mulut.Spesies
Mycoplasma dalam mulut adalah ; Mycoplasma orali, Mycoplasma pharyngis dan
Mycoplasma salivarium, bersifat microaerophillic sampai anaerob, merupakan normal
flora tanpa efek patogen.
2.4.5. Oropharynx
Oropharynx atau bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan juga difteroid. Tetapi
kelompok bakteri terpenting yang mrupakan penghuni asli oropharynx ialah
Steptococcus α-hemolitik , yang juga dinamakan Streptococcus viridans. Juga
memperlihatkan adanya Branhamellacatarrhalis, spesies Haemophilus, serta galur –
galur Pneumococcusavirulen (Streptococcus pneumonia). Bagian terdalam saluran
pernafasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau
gekembung paru – paru) tidak mengandung mikroorganisme. Hal ini disebabkan
saluran pernafasan berlapiskan silia, yaitu embel – embel rambut yang menyapu
mikroorganisme dan bahan-bahan lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian
sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang bersama
dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama - tama membantu
melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang
dihirup. (Pratiwi, 2008)
2.4.6. Perut
Isi perut yang sehat praktisnya steril karena adanya asam hidrokolat di dalam
sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera
menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun
menurun. (Hartati, 2012)
2.4.7. Usus Kecil
Usus kecil bagian atas atau usus 12 jari mengandung beberapa bakteri. Diantara
yang adalah, sebagian besar adalah coccus dan bacillusgram prositif. Pada duodenum
terdapat 105 – 108 bakteri/gram. Di dalam jejenum atau usus halus kosong (bagian
kedua usus kecil, diantara usus12 jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala
dijumpai spesies-spesies enterococcus , lactobacillus, & difteroid. Khamir Candida
ablicans dapat juga dijumpai pada usus kecil ini. Pada usus halus bagianatas,
lactobacillus dan enterococcus mendominasi dan pada usus halusbagian bawah yang
mendominasi adalah flora tinja. Pada bagian ususkecil yang jauh (ileum), mikrobiota
mulai menyerupai yang dijumpai padausus besar. Bakteri anerobik dan enterobakteri
mulai nampak dalam jumlah besar. (Jawetz dkk, 2005)
2.4.8. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar mengandung populasi mikrobe
yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen
tinja ialah kurang lebih 1012 organisme per gram. (Lima puluh atau enam puluh
persen dari berat kering bahan tinja dapat terdiri dari bakteri dan mikroorganisme
lain). Ada lebih kurang 300 kali bebih banyak bajteri anaerobik ketimbang bakteri
anaerobik fakultatif (seperti Escherichia coli) di dalam usus besar.Bacillus gram
negatif yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. Fragilis,B. Melaninogenicus, B.
Oralis). Bacillus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium. Spesies-
spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai dalam usus tergolong dalam genus
Escherichia, Proteus, Klebsiella dan Enterobacter. Peptostreptococcus (Streptococus
anaerobik) juga umum.Khamir Candida ablicans juga dijumpai. Pada kolon sigmoid
dan danrectum, terdapat sekitar 1011 bakteri/gram isi kolon. (Jawetz dkk, 2005)
Gambar Jumlah mikroorganisme yang terdapat pada usus kecil dan usus besar.
Usus besar adalah tangki induk bakteri yang berpartisipasi dalam tahap akhir
pencernaan makanan. Karena di sini bahwa bakteri disajikan dengan polisakarida yang
tidak dapat diuraikan oleh enzim manusia.Proses degradasi polisakarida di usus besar
disebut fermentasi sebagaikolon. Polisakarida ini berasal dari bahan tanaman
(misalnya selulosa, xilan dan pektin) dan dari sel-sel manusia (misalnya pada
polisakarida yang lem sel-sel usus bersama-sama) dan mudah terdegradasi oleh bakteri
kolon. Polisakarida hasil fermentasi dalam produksi asetat, butirat dan propionat, yang
digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh sel mukosa dari usus besar. Jadi,
usus besar dapat dianggap sebagai organ pencernaan dimana bakteri melakukan
sebagian besar pekerjaan. (Pratiwi, 2008)
menampilkan hanya sebagian kecil dari spesies bakteri total yang terjadi sebagai
flora normal manusia. Selain itu, tabel ini tidak menunjukkan jumlah relatif atau
konsentrasi bakteri di daerah tertentu. (Youmans, 1975)
Spesies Mikroba Predominan yang
sering dijumpai pada anatomi tubuh
manusia.
(dikutip dari Youmabs, 1975)
Kingdom : Bacteria
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
S. sanguis memiliki stuktur DNA yang terdiri dari 2.388.435 bp. Organisme
ini mempunyai kode 2.274 protein yang terdiri dari 61 tRNA dan rRNA. Gen
dalam bakteri S. sanguis dapat mempertahankan sintesis adesi protein pada
permukaan sel. (Jawetz et al., 2008).
2. Streptococus Aureus
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
Kingdom :Bacteria
Phylum :Proteobacteria
Class :Gammaproteobacteria
Ordo :Pasteurellales
Family :Pasteurellaceae
Genus :Haemophilus
4. Moraxella catarrhals
Gambar Moraxella Catarrhals
Salah satu bakteri flora normal yang mendiami selaput mukosa pada saluran
pernafasan manusia adalah Moraxella catarrhals. Moraxella catarrhals yang
sebelum ini disebut Branhamella catarrhals dan sebelumnya lagi Neisseria
catarrhals adalah anggota normal flora pada 40-50% anak-anak sekolah yang sehat.
Moraxella catarrhals dimasukkan dalam genus Moraxella karena anggota lain dari
genus Moraxella berbentuk tongkat dan jarang menyebabkan infeksi pada manusia.
Hasil penelitian DNA hybridization dan 16S rRNA membuktikan bahwa spesies
catarrhals termasuk dalam genus Moraxella. Oleh sebab itu, bakteri ini diberi nama
Moraxella catarrhalis. Namun, beberapa bidang medis masih menggunakan nama
Branhamella catarrhals untuk bakteri ini. (Jawest Ernest, dkk. 1996)
M. catarrhals dapat di bedakan dari Neisseria oleh tidak adanya peragian
karbohidrat dan adanya pembuatan DNase. Bakteri ini menghasilkan esterase
butirat yang merupakan dasar bagi tes-tes fluorometrik secara cepat yang bertujuan
untuk identifikasi. Kelompok Moraxella mencakup enam spesies. Kelompok ini
tidak bergerak, tidak melakukan fermentasi dan oksidase-positif. Pada sediaan apus,
Moraxella tampak sebagai batang gram-negatif yang kecil, kokobasil/ kokus.
Sebagian besar bersifat peka terhadap penisilin dan obat anti mikroba lainnya. Bila
ditanam pada perbenihan yang diperkaya (misalnya Mueller-Honton, dimodifikasi
oleh Thayer- Martin), dalam 48 jam M. catarrhals akan membentuk koloni tidak
berpigmen atau opak abu-abu agak merah muda. (Jawest Ernest, dkk. 1996)
M. catarrhals merupakan bakteri gram negatif, aerobic, diplococcus, non
motil, tidak membentuk spora, kemoorganotrofik, oksidase-positif dan katalase-
positif, test reduksi nitrit dan nitrat memberikan hasil positif. Dimana dapat
berkoloni berdua atau berempat dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan
bersama bakteri lainnya pada manusia. M. catarrhals merupakan anggota flora
normal pada saluran napas bagian atas. (Jawest Ernest, dkk. 1996)
Klasifikasi Moraxella catarrhals
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Moraxellaceae
Genus : Moraxella
Species : M. catarrhalis
Nama binomial Moraxellacatarrhali
(Jawest Ernest, dkk. 1996)
Endotoksin pada M. catarrhalis berupa lipopolisakarida. Lipopolisakarida ini
serupa dengan yang ditemukan pada spesies Neisseria yang mungkin berperan
dalam proses penyebaban penyakit. Beberapa kelompok M. catarrhalis memiliki
pili atau fimbriae, yang dapat membantu pelekatan ke epitel saluran respirasi.
Beberapa strain menghasilkan protein yang memberi perlawanan terhadap
serangan dari struktur membrane . M. catarrhalis juga mengeluarkan protein yang
spesifik dalam pengambilan besi, yang bertindak sebagai reseptor bagi transferrin
dan lactoferrin. Reson tubuh melawan Moraxella catarrhalis muncul seiring
bertambahnya umur.
5. Strptococus Salivarius
Gambar. Streptococcus salivarius
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Sifat dari Streptococcus mutans merupakan bakteri anaerobik fakultatif,
nonhemofilik asidogenik, dan dapat memproduksi polisakarida ekstraseluler dan
intraseluler. Streptococcus mutans tidak termasuk bakteri yang didapat sejak lahir,
melainkan bakteri yang didapat sesuai perkembangan usia. Streptococcus mutans
mempunyai sifat-sifat tertentu yang berperan penting dalam proses karies gigi,22
S. Mutans memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga
mengakibatkan penurunan pH; S. mutans membentuk dan menyimpan polisakarida
intraselular dari berbagai jenis karbohidrat, yang selanjutnya dapat dipecahkan
kembali oleh bakteri tersebut sehingga dengan demikian akan menghasilkan asam
terus-menerus; S. mutans mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraselular (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak
pada permukaan gigi; S. mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan
glikoprotein dari saliva pada permukaaan gigi. (Yunarto Y, 2010).
Flora normal ini ada pada bagian mulut, hidung, sputum, Throat
Morfologi
Bentuk : bulat atau oval,memanjang seperti rantai. bersifat : gram positif, tidak
bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob.
Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan
air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45ºC .
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan
tersusun seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu
panjang rantai. Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Streptococcus merupakan bakteri gram positif, namun pada biakan yang
lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan gram positifnya dan terlihat
seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi semalaman Selain itu,
Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk spora, dan ada yang berkapsul .
Kingdom : Bacteria
Filum : Protebacteria
Kelas : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Species : Neisseria Meningitidis
Flora normal ini ada pada bagian mulut, hidung, sputum, Throat
Morfologi
Bakteri neisseria meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan
karakteristik morfologinya dan Neisseria gonorroeae. Ciri khas bakteri ini adalah
berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter kira-kira 0,8 um. Neisseria
meningitis tidak bergerak (non motif) dan tidak mampu membentuk spora,
masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan bagian yang rata
atau cekung berdekatan. Bakteri meningikokus ini dapat mengalami otolisis
dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan alkali. Bakteri neisseria
meningitis ini memiliki enzim oksidase. Mikroorganisme ini paling baik tumbuh
pada perbenihan yang mengandung zat-zat organik yang kompleks (mislanya:
darah atau protein binatang dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5%)
Ganococus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan
Neisseria lain
11. Corynebacterium
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Suborder : Corynebacterineae
Family : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebacterium
Spesies : Corynebacterium diphtheria
Morfologi
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri gram positif, bersifat
aerob, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini berbentuk basil
seperti palu (pembesaran pada salah satu atau kedua ujung) dengan diameter 0,1 –
1 μm dan panjang beberapa μm. Ada 4 biotipe C. diphtheriae, yaitu: gravis, mitis,
intermedius dan belfanti. Chang et al. membedakannya berdasarkan kultur dan
reaksi biokimia. Pada medium rutin, jenis gravis menghasilkan koloni besar,
kasar, irreguler, warna abu-abu, dan tidak mengakibatkan hemolisis eritrosit. Jenis
mitis membentuk koloni kecil, halus, konveks dan dapat mengakibatkan hemolisis
eritrosit. Jenis intermedius terlihat sebagai koloni kecil dan halus dengan bintik
hitam di tengahnya serta mengakibatkan hemolisis eritrosit.(Sukarno, dkk., 2013).
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Atinomycetaceae
Genus : Actinomyces
Species : Actinomyces israelii
Morfologi
( Penjelasan)
1. Staphylococcus epidermidis
Hari Pertama
Mengisolasi bakteri Staphylococcus epidermidis pada media Blood Agar
Plate (BAP), kemudian diinkubasi selama 24 jam, suhu 37◦C.
Hari Kedua
a. Mengamati ciri khas morfologi koloni yang tumbuh pada BAP kemudian
menanam koloni pada media BA (Blood Agar) dan BB (Blood Broth).
b. Inkubasi bakteri selama 24 jam pada suhu 37◦C
Hari Ketiga
a. Mengamati hasil uji biokimia bakteri pada BA dan BB.
b. Melakukan pengecatan gram dari media BA dan BB :
c. Melakukan uji katalase dengan menggunakan H2O2 :
d. Melakukan uji D-Nase
Hari keempat
a. Mengidentifikasi hasil uji D-Nase dengan cara digenangi HCl 10%.
b. Melakukan tes koagulase terhadap bakteri pada media BA.
2. Actinomycetes sp
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Atinomycetaceae
Genus : Actinomyces
Species : Actinomyces sp
3. Micrococcus luteus
Division : Bacteria
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetes
Familia : Micrococeaceae
Genus : Micrococcus
Sifat-sifat :
1. Gram positif
Bakteri ini adalah flora normal pada kulit manusia dan mulut manusia
namun patogen pada ikan
Infeksi / peradangan yang kronis dan sporadis pada ikan di dalam suatu
perairan belum mendaptkan perhatian yang besar. Bagaimanapun, dampak dari
penyakit ini dapat meningkat dan berkembang tergantung pada umur dan jenis
ikan dan serangan patogen, kebanyakan yang terserang adalah benih-benih ikan.
Disamping itu pada suatu ekosistem perairan dihuni berbagai macam jenis biota
air sehingga tingkat penularan dari satu biota ke biota yang lain relatif besar, dan
sangat sulit untuk dicegah.Micrococcus luteus ada di dalam microbial tumbuh-
tumbuhan, isi perut ikan air tawar yang normal, yang merupakan suatu bakteri
ikan yang bersifat patogen. Haematological Parameter secara luas digunakan
untuk menentukan hubungan sistematis dan adaptasi fisiologis yang mencakup
penilaian kondisi kesehatan ikan yang umum dan menjadi lebih cepat untuk
mengetahui suatu kondisi ikan yang lemah karena telah terjangkit patogen. Pada
ikan yang telah terjangkit patogen biasannya akan mengalami perubahan
komponen pada sel darahnya.
2. Lactobacillus spp
( Diketik Oleh : Ni Kadek Ayu Surya Adnyani, 171200254)
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit
yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis
sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut
terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat
dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.
Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan dapat dibagi dalam
mycosis umum dan mycosis permukaan.
a) Blastomyces dermatitidis
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: fungi
Phylum: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Onygenales
Family: Ajwllomycetaceae
Genus: Blastomycea
Gejala penyakit ini sangat bervariasi karena banyak sistem organ yang berperan dalam
penyebarannya. Namun, beberapa gejala yang paling sering diperiksakan adalah gejala yang
berkaitan dengan manifestasi pulmonari, lesi pada kulit yang tidak sembuh, lesi tulang yang
seringkali tanpa rasa sakit, dan gejala yang berkaitan dengan sistem genitouorinari (urogenital)
(Giannella RA ,1996.)
b) Pseudoallescheria boydii.
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Sordariomycetes
Order: Microascales
Family: Microascaceae
Genus: Pseudallescheria
Species: P. boydii
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang
biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada
tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-
sinus yang mengeluarkan nanah dan granula.
c). Candida albicans. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Saccharomycetes
Order: Saccharomycetales
Family: Saccharomycetaceae
Genus: Candida
Species: C. albicans
Karakteristik Umum
Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau
sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C.
albicansmemiliki dua jenis Karakteristik Umum, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk
hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari
berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran,
bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk
menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Division: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Onygenales
Family: Arthrodermataceae
Genus: Epidermophyton
Species: E. floccosum
(Giannella RA ,1996.)
Karakteristik Umum
Epidermophyton adalah genus jamur yang menyebabkan dangkal dan kulit mikosis,
termasuk E. floccosum, penyebab tinea corporis (kurap), tinea cruris (gatal-gatal), tinea
pedis (kaki atlet), dan onikomikosis atau tinea unguium, infeksi jamur kuku.
Sebagaimana umumnya jamur, maka jamur jamur penyebab kurap ini berkembang
biak dengan spora. sangat mudah menular dan menyebar. Cara paling baik untuk
menghindarinya adalah dengan menjaga kebersihan badan dan lingkungan sebaik mungkin.
dan jika memang sudah terkena penyakit kulit ini, obat paling ampuh biasanya adalah obat
luar, yang bisa langsung berkontak dengan jamur dan sporanya (Giannella RA ,1996.)
e. Trichophyton sp.
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Onygenales
Family: Arthrodermataceae
Genus: Trichophyton
Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit terutama Kutu air
(Tinea pedis), dan infeksi pada kuku manusia. Trichophyton merupakan salah satu parasit
di antara dermatofit. Selain itu, jamur ini juga dapat menyebabkan infeksi pada kulit
kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku. Gejalanya berupa bintik-bintik putih
pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor.
Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka basah atau bernanah
(Giannella RA ,1996.)
6. Aspergillus Fumigatus
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Euroticeae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus fumigatus
Karakteristik Umum
Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang (konidiofor), konidiofora
berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung konidiofor muncul sebuah
gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul
konidium– konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang
mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini terdapat spora yang
membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus fumigatus ini mampu
tumbuh pada suhu 37°C.
Secara umum gejala klinis aspergilosis tidak ada yang khas, pasien ABPA
mungkin akan mengalami demam, batuk berdahak, dengan mengi pada auskultasi. Pasien
dengan aspergilosis invasif dan CNPA selain mengalami demam juga sering batuk
berdahak. Khusus pengidap aspergilosis invasif akan mengalami takipneu dan
hipoksemia berat. Penderita aspergiloma akan mengalami gejala sesuai penyakit yang
mendasarinya, namun gejala yang paling sering ialah hemoptisis. Secara umum, gejala
klinis dan hasil lab semua jenis aspergilosis akan sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya.
Pengobatan
Cara Pencegahan :
1. Udara ruangan yang disaring dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA)
dapat menurunkan infeksi aspergillosis invasive pada penderita yang dirawat di
RS terutama penderita dengan netropenia.
2. Orang-orang dengan faktor predisposisi (asma, fibrosis kistik, dll), sebaiknya
menghindari lingkungan dimana jamur aspergillus ditemukan.
Aspergillus fumigates bila dilihat dengan mikroskop elektron (Giannella RA ,1996.)
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota
flora tetap di saluran pencernaan mensintesi vitamin K dan penyerapan berbagai zat
makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah
kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri.
Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau
tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambatan
oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin
(bacteriocins). Supresi flora normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung
akan ditempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh.
( Budiyanto MAK, 2005)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia
adalah :
2.7.1. Nutrisi
Untuk mengatasi berbagai aktifitas bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan
tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif)
maupun tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi,
sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.
A. Vaksinasi
B. Sterilisasi
panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi dengan udara panas
menggunakan oven dengan temperatur 170 OC – 180 OC. Cara ini digunakan
untuk mensterilisasikan peralatan di laboratorium. Sterilisasi dengan uap air
panas bertekanan tinggi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
autoklaf, pada temperatur 115 – 134 OC. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi
bahan dan peralatan.
Teknik sterilisasi dengan suhu rendah ini ditemukan oleh Louis Pasteur
(1822-1895), seorang ilmuwan Perancis. Selain dengan sterilisasi dan
pasteurisasi, pengawetan makanan juga bisa dilakukan secara tradisional. Kalian
mungkin pernah melihat proses pengasinan ikan, pemanisan buah-buahan,
pengasapan daging, atau pengeringan makanan. Apakah tujuannya? Semua
kegiatan tersebut bertujuan agar makanan yang diasinkan, dimaniskan, diasap,
dan diasamkan menjadi lebih awet dan tidak mudah busuk. Prinsipnya adalah
membuat makanan dalam kondisi yang tidak ideal untuk ditumbuhi bakteri
pembusuk, misalnya pada lingkungan yang terlalu panas, terlalu asam, atau
terlalu asin. Jadi, pemanisan, pengasapan, pengasinan, dan pengasaman
dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Asam Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid)
Garam Bleng
Garam sulfat
Gula pasir
Natrium Metabisulfit
Sendawa
Zat Pewarna
Setelah memahami fatalnya infeksi berbagai jenis bakteri patogen, akan lebih
bijaksana apabila Anda memahami cara-cara mengantisipasi infeksi bakteri-bakteri ini. Di
antara beberapa cara menghindari infeksi bakteri ini adalah:
1. Menjaga daya tahan tubuh agar tubuh tak rentan terinfeksi virus atau bakteri.
2. Menjaga lingkungan agar selalu bersih, tak kumuh dan tak banyak lalat beterbangan.
3. Mengolah makanan dengan cara higienis, di antaranya ialah dengan mencuci higienis
bahan makanan dan mengolahnya hingga benar-benar matang.
4. Membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun antikuman, terutama sebelum makan
dan setelah buang air.
DAPUS
Sunarno, K. Sariadji dan H.A. Wibowo. 2013. Potensi Gen dtx dan dtxR sebagai Marker
untuk Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas Corynebacterium diphtheriae.
Austin B, Stobie M. 1992. Recovery of Micrococcus Luteus and Presumptive Planococcus from
Moribund Fish During Outbreaks of Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss Walbaum) Fry
Syndrome (RTFS) in England. Journal of Fish Disease
Daniel m. Laskin, D.D.S., M.S., ; Oral and Maxillofacial Surgery, Vol. 1, The C.V.
Mosby Company, St. Louis-Toronto- London; 1980; p 108-178.