Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PRAKTIKUM MICROBIOLOGI &PARASITOLOGI

“ FLORA NORMAL”

DISUSUN OLEH :

ANI DARLIA (3422119032)

ICHWATUNNIDA (3422119140)

LUSY HIKMAH (3422119163)

AKADEMI FARMASI IKIFA

JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha, karena berkat dan
rahmat- Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas Laporan Praktikum
Mikrobiologi ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai mata kuliah Praktikum

Mikrobiologi dan Parasitologi, untuk memenuhi tugas makalah “Flora Normal”

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak membantu sehingga makalah ini dapatdiselesaikan.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini dapat memberikan

informasi dan dapat bermanfaat bagi kita semuaPenulis menyadari bahwa

penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis

berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca khususnya Mahasiswa

Jurusan farmasi IKIFA.

Jakarta, 08 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Mengenai Flora Normal ............................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Flora Normal ......................................................................................... 2
2.1.2 Asal Mula Mikrobiota Pada Tubuh Manusia ........................................................... 3
2.1.3 Penggolongan Flora Normal Pada Tubuh Manusia .................................................. 3

2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kehadiran Flora Normal ..................................... 4


2.3 Peran Flora Normal Tubuh Manusia .............................................................................. 4
2.4 Kekhususan Flora Normal Pada Tubuh Manusia ........................................................... 5
2.5 Macam – Macam Flora Normal Berdasarkan Tempatnya Pada Tubuh Manusia ............. 9
2.6 Interaksi Mikroorganisme Dan Manusia ...................................................................... 18
2.7 Dampak Positif Dan Negatif Flora Normal Pada Tubuh Manusia................................... 18
2.8 Infeksi Oportunistik .................................................................................................... 19
2.9 Mekanisme Dari Flora Normal Dalam Menginfeksi Kulit ............................................ 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme adalah suatu kelompok jasad renik heterogen yang memiliki ukuran yang
mikroskopis antara 0,2-2 µm sehingga hanya dapat dilihat melalui mikroskop.Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain
dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang
merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit pada organisme lain. Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit disebut
dengan patogenitas.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa mikroorganisme adalah organisme hidup
yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan.
Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik,atmosfer (udara), makanan, dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia,
tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme
ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan
penyakit.
Untuk itulah makalah ini disusun guna membahas mikroorganisme alami penghuni tubuh
manusia, sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara manusia dan flora normal tubuh
manusia

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang ,rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana penjelasan mengenai flora normal ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh
manusia ?
3. Bagaimana kekhususan flora normal pada tubuh manusia ?
4. Apa sajakah macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh manusia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuannya adalah :
1. Mengetahui penjelasan mengenai flora normal
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh
manusia
3. Mengetahui kekhususan flora normal pada tubuh manusia
4. Mengetahui macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan mengenai flora normal

2.1.1 Pengertian Flora Normal


Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak
hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 545)

Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang
secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang
terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan
protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.( Fardiaz S, 1992.)
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke
tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat
memyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa
menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh
umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik.
Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara
alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
Mikrobiota normal tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-alasan
berikut:

1. Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul
setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus.

2. Hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya


mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh, Escherichia
coli tidak berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat
menyebabkan sistitis, suatu peradangan pada selaput lendir organ ini.

2
3. Hal ini dapat membuat kita menaruh perhatian lebih besar terhadap infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikrobiota normal atau asli pada inang
manusia. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 545)

2.1.2 Asal mula mikrobiota pada tubuh manusia


Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika
lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya melalui kontak permukaan,
penelanan atau penghisapan. Mikrobe-mikrobe ini segera disertai oleh mikrobe-mikrobe lain dari
banyak sumber yang langsung berada di sekeliling bayi yang baru lahir tersebut.
Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam
tubuh, dengan cepat berbiak dan menetap. (Budiyanto, 2005)

Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang
akan menjadi mikrobiota yang asli. Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungan
yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut
berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu
singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya,
penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan mempunyai
mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa.
Walaupun seorang individu mempunyai mikrobiota yang “normal”, seringkali terjadi
bahwa selama hidupnya terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh keadaan
kesehatan umum, nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 547)

2.1.3 Penggolongan flora normal pada tubuh manusia

Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)


Mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan
pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun

3
jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal yang lainnya bersifat
mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk
buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal.
Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.

2. Mikroorganisme sementara (transient flora)


yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput
lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan
mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit
asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan
kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Contohnya : Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium perfringens, Giardia
lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A.
Perbedaan Flora tetap dan Sementara :

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal


Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran flora normal pada tubuh manusia
adalah sebagai berikut :
1. Nutrisi
2. Kebersihan seseorang
3. Kondisi hidup
4. Penerapan prinsip-prinsip kesehatan

2.3 Peran Flora Normal Tubuh manusia

4
Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu,
kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal akan
menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari
lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa
menjadi patogen. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology), 2005: 277-279)

2.4 Kekhususan flora normal pada tubuh manusia


Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal.
Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu,
kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut
tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora
tersebut, tetap bisa hidup. (Dwijoseputro, 1990)
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan
mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin
melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik
atau bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan
oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang
diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam
aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen.
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan
tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau
jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi dan
bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan
dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam
jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila
masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung
yang abnormal dan mengakibat kan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal
terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma Spesies Bacteroides
merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan pada
tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan
bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi( proses pembentukan nanah akibat

5
proses radang.) dan bakterimia (terdapatnya bakteri di dalam aliran darah). Terdapat banyak
contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh
inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat
menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat
faktor-faktor predisposisi.
Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang hubungan antara manusia dan
flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai interaksi. Baik host dan bakteri sama-sama
bertujuan untuk memperoleh manfaat satu sama lain.Flora normal berasal dari host yang kaya
akan pasokan nutrisi, lingkungan yang stabil, dan lain-lain. Host memperoleh manfaat tertentu
dari flora normal seperti dalam proses pencernaan makanan, stimulasi dari kegiatan
pembangunan sel tubuh, sistem imun, dan perlindungan diri untuk melawan kolonisasi dan
infeksi oleh mikroba patogen.
Sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup menumpang pada hostnya), dan
beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit yang dihasilkan oleh flora
normal pada hospes mereka dapat disebut penyakit endogen. Kebanyakan endogen bakteri
penyakit infeksi oportunistik. Contoh dari infeksi oportunistik adalah bronkitis kronis pada
perokok dimana bakteri flora normal dapat menyerang paru-paru yang melemah.
Sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih memilih untuk menjajah jaringan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan kecocokan tempatnya .Kekhususan jaringan
biasanya disebabkan oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan bakteri. Berikut ini adalah
mekanisme bakteri dalam menentukan kekhususan pada hostnya (Dwijoseputro, 1990):

1. Tropisme jaringan
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan bakteri pada jaringan tertentu
untuk pertumbuhannya.

Salah satu penjelasan untuk jaringan tropism ini adalah bahwa tuan rumah (host)
menyediakan nutrisi penting untuk faktor pertumbuhan bakteri, selain itu kesesuaian akan
oksigen, pH, dan suhu juga merupakan faktor penting yang untuk pertumbuhan juga dapat
dijadikan faktor kekhususan .

Contoh : Lactobacillus acidophilus, atau yang dikenal sebagai “Doderlein’s bacillus”


adalah bakteri yang hidup berkoloni di vagina karena dihasilkan glikogen yang menyediakan
bakteri sumber gula yang dapat mereka memfermentasi untuk asam laktat.

6
2. Spesifik kepatuhan

Kebanyakan bakteri dapat menjajah suatu jaringan tertentu karena mereka dapat
mematuhi cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang saling melengkapi antara dua
permukaan.
Pada biokimia, kepatuhan melibatkan interaksi antara komponen permukaan bakteri
(ligan atau adhesins) dan molekul reseptor sel inang. Komponen bakteri yang menyediakan
molekul adhesins adalah bagian dari kapsul, fimbriae, atau dinding sel mereka. Reseptor pada sel
manusia atau jaringan molekul glikoprotein biasanya terletak pada host permukaan sel atau
jaringan.
Khusus kepatuhan melibatkan interaksi kimia yang saling melengkapi antara sel inang
dan permukaan bakteri.

3. Pembentukan Biofilm

Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat di suatu
permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm
terbentuk karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro dan relung (niche)
mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme dan
membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang mengalir.

Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi mikroorganisme karena nutrisi dapat
terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih tinggi daripada di dalam
larutan.Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada permukaan biasanya lebih tinggi
7
daripada di air. Pembentukan biofilm dimulai dengan menempelnya mikroorganisme yang
mengambang bebas ke suatu permukaan. Koloni pertama ini melekat secara lemah pada
permukaan. Adhesi reversibel melalui gaya van der Waals . Jika koloni ini tidak segera lepas dari
permukaan, mereka dapat membuat jangkar sendiri lebih permanen menggunakan sel adhesi, yaitu
suatu struktur seperti pili.

Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan lebih beragam tempat
untuk adhesi dan memulai untuk membangun matrik yang dapat berpegangan bersama-sama di
dalam biofilm. Beberapa spesies tidak dapat melekat permukaan sendiri tetapi seringkali mampu
mengkait diri dengan suatu matrik atau langsung ke koloni sebelumnya. Selama kolonisasi ini,
sel mampu berkomunikasi melalui quorum sensing (mekanisme untuk memastikan jumlah sel
mencukupi sebelum suatu spesies melakukan respon biologi khusus).

Setelah kolonialisai dimulai, biofilm tumbuh melalui kombinasi dari pembelahan sel dan
pengambilan. Tahap akhir pada pembentukan biofilm dikenal sebagai perkembangan dan
merupakan tahap di mana biofilm dibangun untuk dapat berubah dalam bentuk dan ukurannya.
Perkembangan biofilm memungkinkan untuk pembentukan koloni agregat sel (koloni) yang akan
semakin tahan terhadap antibiotik.

Ada lima tahap perkembangan biofilm (gambar 2).

2.3.1 Gambar Tahapan Biofilm

1. Penempelan awal

2. Perlekatan irreversibel

3. Pematangan I

4. pematangan II

5. Penyebaran

Penyebaran sel dari koloni suatu biofilm merupakan tahap penting dari siklus hidup biofilm.
Penyebaran memungkinkan biofilm untuk tersebar dan mengkoloni permukaan yang baru.
Enzim yang dapat mendegradasi matriks ekstraselular biofilm, seperti B dispersin dan
deoxyribonuclease mungkin memainkan peran dalam penyebaran biofilm

8
2.5 Macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh manusia

Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak


langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata,
dan telinga.
1. Kulit

2.4.1 Gambar Flora Normal Kulit (Propionibacterium acnes)

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-
benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai
untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mikrobiologi,2008). Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila dibandingkan
dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura. Namun kulit manusia memiliki
sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya,
tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang telanjang tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur kurang dari
37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan berganti
sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan konstan
terbuang dengan sel mati.

9
Lubang -lubang alami yang terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau
kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun
lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak
peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif)
dan lipida toksik.

Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah


mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu mendukung
pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu bersaing
dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta nutrien
untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram
positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam
usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran
manusia.

Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat


berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang ada pada
permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah
kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah terspesifikasi yang disebut dengan skin -
associated lymphoid tissue (SALT).

Fungsi SALT adalah mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di
bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui
tentang sel -sel yang menyusun SALT.

Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang terspesialisasi yang
membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking lymphocyte, untuk memproduksi
antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel
dari sistem imun dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah
keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab untuk
memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan
juga mampu untuk ingesti dan membunuh bakteri.

Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh


luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit termasuk
SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan
orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan luka bakar masih
belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi bakterial yang
terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan
tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal
yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang terbakar.
10
Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-mana pada
lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik
paling efektif bila aksi antibakterial mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh
sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat
infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu
penyebab utama kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi
bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan
mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar

Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup
lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat
mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri.
Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian
oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-
bakteri lain.

Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik


(lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan
bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di
dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti
Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat
menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan
dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan
dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan
ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum.

11
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah,
asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan
mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah
mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan
sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul
kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap
kulit bagian lain maupun lingkungan.
Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara
keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit.

2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)

2.4.2 Gambar Flora Normal Hidung (Staphylococcus aureus)

Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus


(Jawetz, Melnick, dan Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005:
280). Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga di jumpai
bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae
(suatu batang gram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus, Pseudomonas atau jamur.

3. Mulut

2.4.3 Gambar Flora Normal Mulut (Streptococccus sp.)


12
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-
partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan
bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada
kesehatan pribadi masing -masing individu. (Michael J. Pelczar, Jr. Dan E.C.S Chan, Dasar-
Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya
merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai
substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-
senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat
dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme
sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga
mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus,
Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan Lactobacillus. (Michael J.Pelczar, Jr. dan E.C.S
Chan,Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan
antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda seperti handuk serta botol-
botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari
kedua setelah air, ialah Streptococcus.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah
matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan
secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu,
terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga).
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan
berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor genetik,
hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi pembuangan plak,
pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung cukup
protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan cara membatasi
keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering. Pemakaian flourida pada gigi
atau peningkatan jumlah fluor pada air mengakibatkan peningkatan resistensi email
terhadap asam. Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi
dan kebersihan mulut.

13
4. Orofaring (oropharinx)

2.4.4 Gambar Flora Normal Orofaring (Staphylococcus epidermidis)

Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar


bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok
bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus hemolitik,
yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga
akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-
galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia)
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang
lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung mikroorganisme.
Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu embel-embel seperti
rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain dari bagian sebelah dalam
saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam
lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan
cara menyaring bakteri dari udara yang dihirup.

5. Perut

Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam
sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera
menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun
menurun.

14
6. Usus Kecil

2.4.6 Gambar Flora Normal Usus Kecil (Lactobacillus sp)

Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di
antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum
atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum
atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus,
dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini.
Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai
pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar.

7. Usus Besar

2.4.7 Gambar Flora Normal Usus Besar (Bacteroides fragilis)

Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe
yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen
tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang
ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan
Fusobacterium.Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium serta
spesies-spesies Lactobacillus.
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen
empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen.

15
8. Uretra

2.4.8 Gambar Flora Normal Uretra (Mycobacterium sp)

Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan
kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai
pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria
maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya
disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya
epitelium terbilas oleh air seni.

Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina
dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen
yang dihasilkan epi telium vagina, dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam.
Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini
tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai
akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.

Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di


dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit
yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain khususnya pada laki- laki.
Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra
mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium,
Neisseria dan enterik.

Sebagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi


dari flora normal yang terdapat pada kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat
disimpulkan sebagai penyakit saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di dalam urine
melebihi 105 sel/ml (universitas muhammadiyah yogyakarta.ac.id).

16
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga

2.4.9 Gambar Flora Normal Mata (Corynebacterium xerosis)

Mata sering terpapar dengan lingkungan luar dan mikroba. Flora normal konjungtiva
dalam keadaan normal jarang karena dikendalikan oleh air mata yang mengandung lisozim dan
menghambat pertumbuhan kuman

Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Corynebacterium


xerosis), S.epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif
yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada.

Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang
mengandung lisozim.

Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat
dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga
bagian tengah dan dalam biasanya steril

17
10. Bakteri di Darah dan jaringan

2.4.11 Gambar Flora Normal Darah

Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang karena
manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal
dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme
tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh.

Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih.
Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di
atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.

11. Vagina

2.4.12 Gambar Flora Normal Vagina (Doderlein bacillus)

Vagina tidak memiliki mekanisme pembersihan alami (cleansing mechanism).


Kehidupan mikroorganisme di lokasi ini tidak ada hambatan dan merupakan area yang subur
bagi pertumbuhan mikroorganisme komensal.

Selama masa reproduksi, sejak masa pubertas sampai menupouse, epitel vagina
mengandung glikogen karena aktivitas estrogen. Doderlein bacillus (laktobasillus) berkoloni di
vagina, memetabolisasi glikogen tersebut dengan hasil disamping berupa asam laktat.

18
Asam laktat menimbulkan suasana asam di vagina (sekitar 5), dan bersama produk lain
akan menyebabkan hambatan bagi kolonisasi bakteri selain Doderlein basilus.
Keadaan tersebut menyebabkan seleksi sejumlah bakteri streptococcus dan difteroid. Vagina

normal mengandung 108 per ml. Mikroorganisme tidak akan mampu bertahan hidup pada keadaan
tersebut kecuali penyebab penyakit STD (sexual transmitted diseases).

2.6 Interaksi mikroorganisme dan manusia


Terdapat 3 interaksi yaitu:

 Mutualisme , kedua belah pihak mendapatkan keuntungan.

 Komensalisme, salah satu pihak di untungkan dan pihak lainnya tidak di rugikan.
Contohnya mikroorganisme flora normal di mata, telinga dan genitalia eksternal

 Parasitisme, salah satu pihak di rugikan. Biasanya mikroorganisme yang bersifat patogen.

2.7 Pembentukan flora normal

a. Saat proses kelahiran bayi


Mekonium bayi yang baru lahir secara mikroskopik tidak mengandung bakteri. Namun
dalam waktu 24 jam pertama akan timbul bakteri Coliform, Enterococci Lactobacilli, produk
pembusukan kuman Clostridium dan Staphylococcus sebagai flora normal saluran cerna. Jumlah
bakteri ini kurang lebih sebanyak 1011 per gram feses. Hari ke 3-4 setelah
lahir, Bifidobacteria mulai berkembang biak mengikuti kuman flora normal sebelumnya seperti
bakteri Coliform, Enterococci dan hasil pembusukan bakteri. Selanjutnya Bifidobakteria akan
tumbuh lebih pesat sedangkan bakteri lainnya akan berkurang hingga sampai seper seratusnya.
Selanjutnya, Bifidobakteria akan menjadi flora normal atau mikrobiota yang utama di dalam saluran
cerna bayi baru lahir.

b. Pemberian asi dan susu formula


Flora normal usus pada bayi yang mendapatkan ASI dan susu botol berbeda. Walaupun
sebagian besar bayi dengan ASI mengandung Bifidobacteria, namun sebagian kecil dari kelompok
ini tidak dijumpai Bidobacteria. Sedangkan kuman aerob seperti
bakteri Coli dan Enterococci sebanyak 10 kali lebih besar dibandingkan yang mendapatkan ASI.
Jumlah kuman anaerob dan Bacteroides sama.

Bila feses bayi yang mendapatkan ASI diperiksa dibawah mikroskop, maka tampak adanya
kuman gram positif lebih dominan dibandingkan kuman gram negatif. Sedangkan yang
mendapatkan susu botol, didapatkan kuman gram negatif lebih dominan dibandingkan dengan gram
positif. Pada tinja bayi yang mendapatkan ASI, per gram fesesnya
dijumpai Bifidobacteria sebanyak 1010 hingga 1011.
Sedangkan kuman Coliform dan Enterococci sebanyak 108 per gram feses, termasuk kuman
anaerobik lainnya dan Bacteroides yang berfungsi sebagai kuman pembusuk.

19
2.8 Dampak Positif dan Negatif Flora Normal Pada Tubuh Manusia

Mikroba yang terdapat dalam tubuh manusia selalu memiliki dampak baik positif maupun
negatif. Adapun dampak-dampak tersebut adakala sebagai berikut :

1. Dampak Positif Flora Normal Manusia

Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan
mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin
melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik
atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal akan menimbulkan tempat kosong yang
cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh.

2. Dampak Negatif Flora Normal Manusia

Flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini
tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan.
Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam aliran darah atau jaringan,
organisme ini menjadi patogen.
Sebuah potensi risiko menyebar ke daerah tubuh yang normalnya steril tubuh, yang dapat
terjadi dalam berbagai situasi, misalnya, saat usus berlubang atau cedera kulit atau pencabutan
gigi (streptokokus viridans bisa masuk aliran darah) atau Escherichia coli dari perianal naik ke
uretra, yang menyebabkan infeksi saluran kemih.

2.9 Infeksi Oportunistik

Keseimbangan flora normal harus dijaga keseimbangan agar selalu seimbang, jika terjadi
ketidakseimbangan, maka dapat menyebabkan penyakit.
Flora normal dapat menjadi opportunistic pathogen yang menyebabkan infeksi
opportunistik. Artinya flora normal dapat menginfeksi host jika:

a) Sistem imun mulai terganggu. Pada individu yang mengalami immunocompromised


b) sistem imun sedang melemah sehingga flora normal akan masuk dan mengindeksi
c) Tindakan nosocomial seperti halnya implantasi instrument berupa kateter, postese dan
sebagainya. Segala tindakan medis yang sifatnya menginvasi harus dilakukan secara steril.
d) Pengobatan antiobiotika. Berdasarkan spektrumnya, antibiotik ada 2 jenis yaitu narrow
spectrum dan broad spectrum. Narrow spectrum hanya bisa memusnahkan salah satu jenis
bakteri apakah bakteri gram positif maupun negatif. Tetapi, penggunaan jenis broad spectrum
yang dapat membunuh semua jenis flora normal. Artinya flora normal yanga ada dapat
membunuh dan akhirnya muncullah flora yang patogen.
20
2.10 Mekanisme dari flora normal dalam menginfeksi kulit.

Flora normal kulit seharusnya berada di lapisan kulit terluar. Jika seandainya masuk
karena lemahnya sistem imunitas, tindakan nosocomial dan penggunaan antibiotik yang
dapat membuat flora normal menjadi infeksi opportunistik maka akan menimbulkan
penyakit. Flora normal dapat masuk ke kulit dan menyebabkan penyakit melalui tiga jalan
yaitu:
1. Mampu menembus barrier pertahanan karena ketidakseimbangan
Jika keseimbangan jumlah antara flora normal dengan patogen terganggu dapat terjadi
infeksi. Kulit dan mukus membran merupakan tempat perlekatan dan hidupnya
mikroorganisme yaitu flora normal. Jika terjadi ketidakseimbangan maka akan menginfeksi.
Misalnya pada vagina wanita. Flora normal yang menjaga pH vagina pada 3,4-4,5. Adanya
flora normal ini mencegah pertumbuhan berlebih dari jamur Candida albicans. Jika jumlah
flora normal berkurang atau tidak ada karena adanya eliminasi dari antibiotik, atau
pembersihan yang berlebihan pada vagina, maka pH vagina akan menjadi netral. Kenetralan
ini mendukung lingkungan yang kondusif bagi Candida albicans untuk tumbuh.
2. Manifestasi dari infeksi sistemik
Mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit jika ada kesempatan, misalnya jika
terdapat penurunan sistem imun, dan sebagainya. Flora normal juga dapat menjadi oportunis,
misalnya Candida albicans. Serta diperantai oleh kerusakan kulit .
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit yang menutupi lapisan dermis dan
jaringan subkutan. Bagian ini dikulit disebut mekanisme pertahanan pertama, yang dapat
menghalangi tumbuhnya organisme pada umumnya. Mikroorganisme dapat melakukan
penetrasi jika pada kulit terjadi luka, abrasi atau luka bakar.

2.11 Mekanisme Patogenitas

Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal.
Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor -faktor biologis seperti suhu,
kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat -zat penghambat.

21
Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan
yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di bagian
tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan
dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis
vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat men cegah kolonialisasi
oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan
ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel
penjamu, kompetisi untuk zat makanan, pe nghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins).
Supresi flora normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat
oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik
dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang
diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam
aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen.
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila
masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung
yang abnormal dan mengakibat kan subacute bacterial endocarditis.
Bacteroides yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu
trauma Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar d
an tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau
jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi
dan bakterimia.
Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan
dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing
dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh
manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia
adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat
ditemukan pada orang sehat.
2. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran flora normal pada tubuh manusia
adalah sebagai berikut :
 Nutrisi

 Kebersihan seseorang

 Kondisi hidup

 Penerapan prinsip-prinsip kesehatan

3. Kekhususan Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat
komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor
biologis seperti suhu,pH, kelembapan dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta zat-zat
penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena
hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Mekanisme bakteri
dalam menentukan kekhususan pada hostnya yaitu :

 Tropisme jaringan

 Spesifik kepatuhan

 Pembentukan Biofilm

4. Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak


langsung dengan lingkungan beberapa diantaranya :

 Flora Normal Orofaring (Staphylococcus epidermidis)

 Flora Normal Usus Kecil (Lactobacillus sp)

 Flora Normal Usus Besar (Bacteroides fragilis)

 Flora Normal Uretra (Mycobacterium sp)

 Flora Normal Mata (Corynebacterium xerosis)

23
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.


Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Jawetz, Melnick, dan Adelbergs,2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology).Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama.

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai