Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SISTEM INTERGUMEN

“PANU"

Ditujukan kepada

Guru Pembimbing Kewirausahaan

SMK KESEHATAN BHAKTI INDONESIA MEDIKA BLITAR

Oleh :

Eni Sulastri (9)

Kartika Aprilian Wahyu (10)

Kharisma Cici (11)

Kirana Aulia Daryl Azzahra (12)

SMK KESEHATAN BHAKTI INDONESIA MEDIKA BLITAR

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya penyusun dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan
proposal ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran IPD

Penulisan Proposal ini didasarkan pada referensi yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya yang
terkait. Dengan ini penyusun juga menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bu Putri Latifa Hanum S. Kep. Ns selaku guru pembimbing kewirausahaan

2. Orang tua yang telah memberikan kesempatan dan dukungan baik moral maupun material.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak kekurangan dalam teknik
penelitian, penyajian maupun dalam tata penulisan. Oleh karena itu saya mangharapkan kritik dan saran
yang bersifat mambangun guna sebagai koreksi untuk perbaikan membuat proposal yang lebih baik
kedepannya. Harapan saya kiranya proposal ini dapat dikabulkan, terimakasih.

Blitar, 14 Agustus 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga
manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.

Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis
yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada
dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.

Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa
menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak
warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk
lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan
subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.

B. Rumusan Masalah

a. Apa Definisi Panu ?

b. Bagaimana Etiologi Panu ?

c. Bagaimana Patofisiologi Panu ?

d. Apa saja Manifestasi Klinis Panu ?

e. Apa saja Komplikasi Panu ?

f. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Panu ?

g. Bagaimana Penatalaksanaan Panu ?


C. Tujuan

a. Untuk mengetahui factor agent penyakit kulit

b. Untuk mengetahui factor host penyakit kulit

c. Untuk mengetahui environment penyakit kulit

d. Untuk mengetahui port of entry and exit penyakit kulit

e. Untuk mengetahui transmisi penyakit kulit

f. Untuk mengetahui pencegahan penyakit kulit

g. Untuk mengetahui Pengobatan penyakit kulit.

D. Manfaat

Manfaat Teoritis :

Hasil dari penyusunan karya tulis ini dapat bermanfaat dalam kontribusi pengetahuan dan di dasarkan
pada teori berkembang.

Manfaat Praktis :

Hasil kemudian dapat di manfaatkan secara praktis sebagai acuan dalam penulisan selanjutnya. Di
harapkan dapat memberikan nilai pengetahuan lebih.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Panu adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus,
disertai rasa gatal. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis disebabkan oleh Malassezia
furfur menyerang stratum korneum dari epidermis.

Penyakit kulit panu disebabkan oleh jamur. Biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak
beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Apakah ia itu anak kecil, orang muda atau orang tua. Panu, atau
biasa disebut Pityriasis versicolor banyak disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale dan merupakan
penyakit kronis yang sering berulang.

B. Etiologi
Pityrosporum ovale (sekarang dikenal sebagai, Malassezia furfur) merupakan jamur lipofilik yang
normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.

Alasan mengapa organisme ini menyebabkan panu, pada beberapa orang sementara tetap sebagai flora
normal pada beberapa orang lainnya, belumlah diketahui. Beberapa faktor, seperti kebutuhan nutrisi
organisme dan respon kekebalan tubuh inang terhadap organisme sangatlah signifikan. Sebagai
organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in
vivo.

C. Patofisiologi

Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan Malassezia globosa.
Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik.
Organisme ini dipercaya juga berperan pada penyakit kulit lainnya, termasuk Pityrosporum folliculitis,
confluent and reticulate papillomatosis, seborrheic dermatitis, dan beberapa bentuk dermatitis atopik.
Sebagai tambahan, panu merupakan penyakit kulit yang tidak berbahaya (benign skin disease) yang
menyebabkan papula atau makula bersisik pada kulit. Sebagaimana namanya, tinea versikolor, (versi
berarti beberapa) kondisi yang ada dapat memicu terjadinya perubahan warna (discoloration) pada
kulit, berkisar dari putih menjadi merah menjadi coklat. Keadaan ini tidak menular karena patogen
jamur kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.

Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus
hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang
terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di
permukaan kulit] secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen
melanocyte. Pada kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran
melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.

Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor
predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi Indonesia yang wilayahnya berada di
daerah tropis membuat penduduknya mudah berkeringat. Keringat yang dibiarkan menempel pada kulit
dalam waktu yang lama akan enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat
tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia). Menjadi tempat tumbuhnya panu dengan subur.Menurut lokasi
tumbuhnya, panu sangat menyukai bagian bagian tubuh yang tertutup pakaian dan daerah yang
berminyak (terkena keringat). Meskipun demikian, panu juga tidak menolak untuk tumbuh di daerah
muka dan anggota tubuh yang terbuka. Sedangkan menurut ukurannya, panu bisa berukuran kurang
dari 1 milimeter sampai dengan lebih dari 1 sentimeter.

Penyebab Panu
Penyebab panu adalah jamur yang bernama Malassezia. Jamur jenis ini bukanlah jamur berbahaya,
karena secara normal memang sudah ada pada kulit manusia. Namun jika pertumbuhan jamur ini tidak
terkendali, dia bisa menyebabkan munculnya bercak-bercak pada tubuh penderita. Belum diketahui apa
sebenarnya pemicu terjadinya pertumbuhan jamur yang tidak terkendali. Beberapa hal berikut diduga
berkaitan erat dengan hal tersebut :

*Faktor cuaca. Cuaca yang panas dan lembab adalah situasi yang cocok bagi jamur untuk tumbuh
optimal. Itulah sebabnya orang-orang yang hidup di daerah tropis lebih sering menderita penyakit panu.

*Kondisi kesehatan. Sistem kekebalan tubuh yang lemah juga memicu jamur tumbuh secara tidak
normal. Seperti penderita lupus, diabetes, HIV, kanker, ibu hamil, dan anak-anak.

*Kondisi kulit. Orang-orang yang memiliki jenis kulit berminyak lebih rentan terkena penyakit panu. Para
remaja umumnya lebih sering terkena penyakit kulit ini karena lebih aktif beraktivitas yang
menimbulkan banyak keringat.

D. Manifestasi Klinis

a. Bercak-bercak berwarna putih, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas dan difus.

b. Di atas lesi terdapat sisik halus. Bentuk lesi tidak teratur, dapat berbatas tegas atau difus

c. Rasa gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.

d. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksik jamur
terhadap pembentukan pigmen, sering di keluhkan penderita. Penyakit ini sering di lihat pada remaja,
walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961)

Ketika seseoarang terserang panu, maka tubuhnya akan mengalami beberapa keluhan. Berikut gejala-
gejala yang umumnya dialami pengidap panu:

Area kulit dengan diskolorasi, biasanya pada bagian punggung, dada, leher, dan lengan atas, yang
tampak lebih gelap atau terang.

•Gatal ringan.

•Kulit terasa kering, gatal, dan mungkin bersisik.

•Kulit menebal.

•Peubahan warna pada kulit, menjadi lebih terang atau gelap dibandingkan kulit di sekitarnya

Ciri-Ciri
*Penyakit ini sering terlihat seperti ruam pada kulit. Ruam ini kemudian berkembang menjadi bercak-
bercak dengan salah satu warna berikut: putih, merah muda, merah, atau coklat dan bisa lebih terang
atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya.

*Bercak panu memiliki garis tepi yang tegas dan kadang bersisik.

*Panu bisa terjadi di semua bagian tubuh, namun bagian tubuh yang paling sering kena adalah leher,
dada, punggung, dan lengan. Bahkan penyakit panu bisa muncul di wajah, terutama saat seseorang
memiliki jenis kulit berminyak.

*Bercak-bercak pada kulit bisa menghilang bila cuaca dingin/sejuk dan biasanya memburuk saat cuaca
hangat dan lembab. Munculnya keringat saat cuaca panas biasanya membuat penderita merasakan
gatal yang sangat mengganggu aktivitasnya.

Apabila Anda tidak bisa mengenali ciri-ciri panu dan gejalanya, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan
dokter. Dokter biasanya akan langsung bisa mengenali penyakit kulit ini dengan memperhatikan ciri-ciri
dan gejala-gejala yang anda rasakan. Jika dibutuhkan, dokter kulit akan melakukan salah satu hal berikut
untuk membuat diagnosis yang akurat:

*Mengambil sedikit sampel kulit dan memeriksanya di bawah mikroskop.

*Menyorotkan sebuah alat yang disebut Wood's Lamp. Kulit yang disinari akan berwarna hijau
kekuningan apabila terdapat panu

E. Komplikasi

Pitiriasis alba : ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang dan
meninggalkan area yang depigmentasi. Lebih sering ditemukan pada anak-anak dengan lokasi lesi 50-
60% pada muka, terutama di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi umumnya menetap dan tidak
melebar, batas tidak tegas dan tidak gatal.

Morbus hansen tipe T : ditandai dengan makula hipopigmentasi yang dibatasi oleh infiltrat yang
berjumlah satu atau beberapa dengan distribusio asimetris, permukaan kering bersisik, batas tegas dan
terdapat hipoanestesi sampai anestesi. Yang penting ditanyakan adalah adanya riwayat kontak erat
dengan penderita kusta sebelumnya.

F. Faktor Risiko Panu

✓Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya panu, antara lain:

✓Cuaca panas dan lembap.


✓Kulit berminyak.

✓Perubahan hormonal.

✓Sistem kekebalan tubuh melemah.

✓Mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem imun.

✓Keringat berlebihan.

✓Riwayat panu dalam keluarga.

✓Lingkungan yang beriklim lembap dan hangat

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Histologis :

1. Tampak neutrofil di stratum corneum, ini merupakan petunjuk diagnostik yang penting.

2. Biopsi kulit dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin pada tinea corporis menunjukkan spongiosis,
parakeratosis, dan infiltrat inflamasi superfisial (rembesan sel radang ke permukaan).

G. Penatalaksanaan

1. Obat Topikal

Dapat dipakai misalnya suspensi selenium sulfida 2,5% dalam bentuk losion atau bentuk sampo dipakai
2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi.

Obat-obat lain ialah salisil spiritus 10%; derivat-derivat azol, misalnya mikonazol, krotrimazol,
isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%; toksiklat; tolnaftat, dan
haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat pula digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi
selama 2 minggu, tetapi obat ini berbau tidak enak.

2. Obat Sistemik

Obat ini digunakan jika lesi sulit disembuhkan atau luas. Ketokonazol dapat dipertibangkan dengan
dosis 1 kali 200 mg sehari selama 10 hari.
Jika tinea versikolor parah atau tidak bereaksi terhadap obat antijamur yang dijual bebas, mungkin
diperlukan obat resep dokter, dalam bentuk topical maupun oral. Setelah perawatan selesai, warna kulit
mungkin tetap tidak merata selama beberapa minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Infeksi juga dapat
berulang dalam cuaca panas dan lembap. Dalam kasus persisten, mungkin perlu minum obat satu atau
dua kali sebulan untuk mencegah infeksi berulang.

3. Obat Pembersih Kulit

Penyakit kulit ini sering kambuh, terutama bila kondisi kulit memungkinkan jamur untuk tumbuh secara
berlebihan. Pertumbuhan jamur secara tidak terkendali biasanya sering terjadi pada orang-orang yang
hidup di daerah-daerah yang bercuaca panas dan lembab. Menggunakan obat pembersih atau cairan
antiseptik minimal 1 kali sebulan, dapat mencegah jamur tumbuh tidak terkendali.

4. Obat Panu Tablet

Apabila penyakit ini mencakup area kulit yang luas, tebal dan sering kambuh, diperlukan penanganan
menggunakan obat yang bekerja secara sistemik. Obat-obat ini umumnya hanya bisa diperoleh dengan
resep dokter. Karena kemungkinan terjadinya efek samping, interaksi dengan obat-obatan lain, obat-
obatan ini hanya boleh digunakan dalam jangka waktu yang singkat disertai pengawasan dokter. Bahan-
bahan aktif yang terkandung pada obat anti jamur sistemik, misalnya ketoconazole, itraconazole, atau
fluconazole.

Selain menggunakan obat-obatan berbahan kimiawi yang dijual di apotek, cara mengobati panu juga
bisa dilakukan dengan menggunakan obat panu tradisional / berbahan alami. Bahan-bahan alam yang
sering digunakan secara tradisional terutama di kampung-kampung misalnya bawang putih,
lengkuas/laos, atau jeruk nipis

H. Pencegahan Panu

Cara mencegah panu paling utama adalah menjaga kebersihan kulit agar tidak lembap, dan perkuat
sistem kekebalan tubuh. Untuk membantu mencegah tinea versikolor kembali, dokter dapat
meresepkan perawatan kulit atau mulut yang digunakan satu atau dua kali sebulan. Penggunaan ini
hanya selama bulan-bulan yang hangat dan lembap.

*Jangan menggunakan produk-produk perawatan kulit yang mengandung minyak. Gunakan produk yang
tidak mengandung minyak (non-comedogenic).
*Gunakan pakaian longgar. Hal ini bagus untuk mencegah keringat berlebih saat cuaca panas dan
lembab.

*Lindungi kulit anda dari sinar matahari. Anda bisa menggunakan tabir surya 20 menit sebelum
bepergian ke luar rumah. Pastikan untuk menggunakan tabir surya yang menawarkan UVA dan UVB,
faktor perlindungan matahari (SPF) 30 atau lebih, dan tidak mengandung minyak (non-comedogenic).

*Menggunakan sampo anti jamur (sampo selsun) setiap hari selama beberapa hari, setiap sebelum
terkena paparan sinar matahari.

*Kenakan kain berpori-pori, seperti katun, untuk mengurangi keringat dan kelembaban.

*Jaga kebersihan kulit dengan mandi minimal 2 kali sehari.

*Hindari makanan yang meningkatkan produksi keringat seperti makanan pedas

I. Kapan Harus ke Dokter?

Jika cara penanganan dan pencegahan di atas tidak berhasil, segeralah temui dokter untuk
mendapatkan penanganan dan saran medis yang tepat. Penanganan yang tepat dan cepat bisa
meningkatkan peluang kesembuhan, dan mencegah komplikasi berbahaya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Panu definisi medisnya adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit,
skuama halus, disertai rasa gatal. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis disebabkan
oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis. Gejala pada penderita panu yaitu
adanya bercak-bercak entah itu putih, coklat atau merah, tergantung warna kulit. Kemudian teraba
seperti bersisik halus. Sisik itu bila digaruk, akan keluar putih-putih kecil seperti butiran bedak. Selain itu,
bila sedang berkeringat akan terasa sangat gatal. Penyebab penyakit panu diantaranya adalah kondisi
kulit yang terlalu lembab, keringat berlebih, keseimbangan flora dalam kulit terganggu, dll. Cara
pengobatan apabila sudah terinfeksi panu bersihkan kulit yang terkena panu, olesi dengan obat atau
salep anti jamur,. Jika sudah menyebar, konsultasi dengan dokter kulit. Pencegahan agar tidak terkena
pwnyakit panu antara lain, mandi 2 kali sehari secara rutin, mengeringkan badan dengan handuk seusai
mandi, mandi menggunakan air bersih, tidak bertukar pakaian dengan orang yang terkena penyakit
panu dan memotong kuku secara rutin.

B. Saran

Di harapkan setiap orang dapat menjaga kebersihan tubuhnya sendiri agar terhindar dari penyakit
panu,tidak bergantian pakaian dengan sembarangan orang terutama pada penderita panu.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.

Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai