Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki dunia yang sangat global dan serba praktis saat ini, sangat
memungkinkan berkembangnya berbagai macam penyakit dan wabah epidemik di
kalangan masyarakat. Salah satu contoh dari berkembanganya penyakit tersebut
adalah penyakit disentri. Disentri merupakan sejumlah kelainan yang ditandai
dengan peradangan usus, terutama kolon (usus besar) yang disertai dengan nyeri
perut, tenesmus, dan sering buang air besar yang mengandung darah dan lendir.
Penyebaran penyakit yang serba cepat itu, sangat dipungkiri bahwa ada
mikroorganisme yang sangat berperan sebagai vektor penyebaran penyakit
tersebut.

Terdapat berbagai macam penyakit disentri yang disebabkan oleh


mikroorganisme tertentu, seperti disentri amebiasis yang disebabkan karena
adanya pembentukan ulkus di usus akibat amebiasis yang berat. Dan ada pula
disentri viral yang disebabkan oleh adanya virus yang terjadi secara epidemik dan
ditandai dengan diare berair yang akut. Serta ada pula disentri yang disebabkan
oleh Shigella yang merupakan disentri basiler. Dari berbagai macam disentri yang
ada itulah, ternyata semua mikroorganisme baik yang merupakan bakteri, virus
dan parasit itulah yang menyebabkan adanya penyakit tersebut.

Di dalam bidang parasit, terdapat protozoa atau hewan bersel satu yang
hidup sendiri ataupun dalam bentuk hewan. Kemudian protozoa dibagi lagi
menjadi Rhizopoda, Mastigophora, Ciliata dan Sporozoa. Dari bagian-bagian
itulah akan dibagi lagi menjadi bagian terkecil menjadi genus dan spesiesnya.
Dari genus dan spesiesnya, dapat diketahui mana yang patogen dan mana yang
tidak.

Penyakit disentri ini juga disebut dengan amebiasis karena disebabkan


oleh ameba yang hidup dalam usus besar yang menyerang manusia, karena pada
kejadian ini, manusia berperan sebagai hospes. Terdapat penyakit disentri

Balantidium coli Page 1


balantidium (balantadiasis) yang disebabkan oleh Balantidium coli yang
merupakan protozoa pada kelas Ciliata yang akan kami bahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana sejarah di temukannya bakteri Balantdium coli?

1.2.2. Bagaimana struktur morfologi bakteri Balantdium coli?

1.2.3. Bagaiaman cara Balantdium coli bereproduksi?

1.2.4. Bagaimana siklus hidup Balantdium coli?

1.2.5. Bagaiaman cara mengidentifikasi Balantidiasis?

1.2.6. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit Balantidiasis?

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui sejarah di temukannya Balantidium coli.

1.3.2. Mengetahui struktur morfologi Balantidium coli.

1.3.3. Mengetahui cara Balantidium coli bereproduksi.

1.3.4. Mengetahui siklus hidup Balantidium coli.

1.3.5. Mengetahui cara identifikasi penyakit Balantadiasis.

1.3.6. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit Balantidiasis.

BAB 2
Balantidium coli Page 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Balantidium coli

Pertama yang mempelajari balantidiasis pada manusia dilakukan oleh


Cassagrandi dan Barnagallo pada 1896. Namun, percobaan ini tidak berhasil
menemukan pembuat infeksi dan tidak jelas apakah ia Balantidium col iatau
bukan. Yang pertama kasus dari balantidiasis di Filipina, di mana ia adalah yang
paling umum, dilaporkan pada 1904.

2.2 Pengertian Balantidium coli

Balantidium coli merupakan satu-satunya Ciliata parasitize diketahui


manusia. Ciliates mewakili filum protozoa yang ditandai, setidaknya satu tahap
pengembangan, oleh organel ciliary sederhana atau senyawa pada permukaan
membran mereka yang digunakan untuk bergerak. Ciliates memiliki 2 inti (satu
macronucleus dan satu mikronukleus) dan berkembang biak dengan pembelahan
biner melintang, konjugasi, autogamy, dan cytogamy. golongan ciliata inilah yang
patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri.
Balantidium coli memiliki 2 vakuola kontraktil. Meskipun vakuola
kontraktil yang umum untuk ciliates, mereka jarang terjadi di protozoa parasit,
yang menunjukkan bahwa Balantidium coli memiliki kapasitas osmoregulatory
unik. B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit
dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolytica sama, hanya saja bentuk kista
dari B.coli tidak dapat membelah diri sebagaimana layaknya E.histolytica.
Berikut ini klasiikasi dari Balantidium coli :
Kingdom : Chromalveota
Superphylum : Alveolata
Phylum : Ciliophora
Class : Litotomatea
Ordo : Vestibuliferida

Balantidium coli Page 3


Famili : Balantiidae
Spesies : Balantidium coli

2.3 Hospes dan nama penyakit


Hospes parasit ini adalah babi, tikus, dan beberapa spesies kera yang hidup
di daerah tropic. Parasit ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan
dapat menyebabkan balantidosis atau disentri balantidium.

2.4 Distribusi geografik

Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik,
tetapi frekuensinya rendah, juga di Indonesia. Parasit ini jarang ditemukan
pada manusia.

2.5 Transmisi Balantidium coli


Balantidium adalah hanya protozoa bersilia diketahui menginfeksi
manusia. Balantidiasis adalah penyakit zoonosis dan diperoleh oleh manusia
melalui rute fecal-oral dari host normal, babi, di mana ia asimtomatik. Air yang
terkontaminasi adalah mekanisme yang paling umum penularan Penularan
sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui
air, dan makanan yang terkontaminasi.

2.6 Morfologi Balantidium coli

Balantidium coli Page 4


Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup
silia pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian
anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom),
tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge).
Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan
mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan
makronukleus.
Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, eritrosit,
dll) dan vakuole kontraktil (cv).

Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah
sekum bagian terminal dari pada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia.
Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama
beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif.
Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang
dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.

Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma


bergranula, terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil.

2.7 Reproduksi Balantidium coli

Balantidium coli Page 5


Bentuk vegetatif merupakan bentuk yang berfungsi untuk
berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula mikronukleus
yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi
dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin
(konjugasi). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.

Perkembang biakan secara aseksual yaitu tropozoit melakukan


pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista
bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali
menjadi 2 tropozoit baru. Perkembangbiakan ini hanya terjadi bila situasi
kurang menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel
kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah
membentuk makrogamet dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot.
Inti zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini disebut
sporogoni.

2.8 Siklus hidup Balantidium coli

Balantidium coli Page 6


Infeksi B. Coli terjadi dengan memakan bentuk kista melalui mekanan
atau minuman yang tercemar. Di dalam usus halus kista akan mengalami
eksistasi menjadi bentuk trofozoid. Bentuk tropozoid ini akan bermultiplikasi
dengan cara belah pasang di dalam lumen ileum dan cekum. Di dalam kolon
berbentuk tropozoid akan mengalami enkistasimenjadi kista yang akan d
keluarkan bersama tinja.
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes.
Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika
kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk
tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan
memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi
tropozoit akan berubah menjadi kista.

2.9 Patologi dan gejala klinis


Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir mirip dengan
penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus
besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah
manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan
ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat
menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom
disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai
Balantidium coli Page 7
konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia ).
Infeksi ringan Balantidium coli biasanya tidak menampakkan gejala, bila
parasit hidup dirongga usus besar.

Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi


eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah
ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador
Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.

2.10 Diagnosis

Secara klinik balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan


demam usus. Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit
dalam tinja encer dan lebih jarang tergantung pada penemuan kista dalam tinja
padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali, karena pengeluaran parasit dari
badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di daerah
sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan
pemeriksaan.
Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk
menemukan bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.

Balantidiasis

1. Identifikasi

Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare atau


disenteri diikuti dengan kolik abdominal, tenesmus, nausea dan muntah-
muntah. Biasanya disenteri disebabkan oleh amebiasis, dengan kotoran yang
berisi banyak darah dan lendir tapi sedikit pus. Invasi ke peritoneum atau
saluran urogenital jarang terjadi.

Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari
balantidium coli pada kotoran segar, atau trofozoit ditemukan melalui
sigmoidoskopi.

2. Penyebab penyakit.

Balantidium coli Page 8


Balantidium coli, protozoa besar dengan silia.

3. Distribusi penyakit.

Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun


wabah yang bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi
lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat
mengakibatkan peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah terjadi di
Equador pada tahun 1978.

4. Reservoir.

Babi, kemungkinan juga hewan lain, seperti tikus dan primata selain
manusia.

5. Cara Penularan.

Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi;
pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi.
Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan
atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi.

6. Masa Inkubasi.

Tidak diketahui, mungkin hanya beberapa hari.

7. Masa Penularan : Selama infeksi.

8. Kerentanan dan Kekebalan.

Sebagian besar orang sepertinya memiliki kekebalan alami. Orang dengan


keadaan umum yang jelek karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi
oleh parasit ini akan menjadi serius bahkan fatal.

2.11 Pengobatan

 Tetrasiklin 4x500mg/hari selama 10 hari. Tetrasiklin tidak dianjurkan


untuk wanita hamil atau anak di bawah 8 tahun.
 Jika obat tidak tersedia, maka iodoquinol dan metronidazol 3x750 mg/hari
selama 1 bulan dapat digunakan.
Balantidium coli Page 9
 Pada hewan dengan metronidazol atau albendazol.

2.12 Prognosis

Penderita dengan infeksi ringan dan menahun dapat sembuh dengan


pengobatan. Pada penderita yang lemah, infeksi B.coli dapat menjadi fatal.

2.13 Epidemiologi

Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (yang berkisar
antara 60 – 90%). Penularan antar babi satu ke babi yang lainnya mudah
terjadi, sekali – sekali dapat menular pada manusia (zoonosis).

Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui


makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan
yang membersihkan kandang babi ; bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja
babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah
infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi
terjadinya penularan.

2.14 Pencegahan dan pengendalian

A. Cara Pencegahan :

1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.

2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan


melalui instansi kesehatan.

3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan


sanitasi.

4) Kurangi kontak dengan kotoran babi.

5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat


dari kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring
Balantidium coli Page 10
semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak
menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih
baik dimasak.

B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat : laporan resmi tidak


diperlukan, Kelas 5 (lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2). Isolasi : tidak dilakukan.

3). Disinfeksi serentak : pembuangan kotoran yang saniter.

4). Karantina : tidak dilakukan.

5). Imunisasi : tidak dilakukan

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis


tinja dari anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan
investigasi terhadap mereka yang kontak dengan babi; bila perlu
berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.

7). Pengobatan spesifik: Tetrasiklin dapat menghilangkan infeksi;


pengobatan dengan metronidazole (Flagyl) juga efektif .

Obat-obatan yang sering digunakan adalah dari golongan


diiodohidroksikinolin (diiodokin), sediaan arsen (karbarson)dan
oksitetrasiklin.

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Balantidium coli merupakan satu-satunya Ciliata parasitize diketahui manusia


 Balantidium coli memiliki 2 vakuola kontraktil. Meskipun vakuola kontraktil
yang umum untuk ciliates, mereka jarang terjadi di protozoa parasit, yang

Balantidium coli Page 11


menunjukkan bahwa Balantidium coli memiliki kapasitas osmoregulatory
unik.
 Balantidium coli ada di salah satu dari dua tahap pembangunan: Trophozoites
dan
Cysts. Pada trophozoite formulir, mereka dapat berbentuk persegi panjang
atau bulat,
dan biasanya 30-150 μm dan panjang 25-120 μm di lebar.
 Kista dalam tahap, yang berlangsung di parasit yang lebih kecil, lebih
berbentuk bulat,
dengan diameter sekitar 40 sampai 60 μm. Berbeda dengan trophozoite,
permukaan
yang hanya ditutupi dengan bulu mata, yang memiliki bentuk cyst sulit
dinding yang
terbuat dari satu atau lebih lapisan.
 Kista adalah tahap parasit yang bertanggung jawab untuk transmisi
balantidiasis. Inang yang paling sering memperoleh kista melalui
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi atau air. Setelah proses
pencernaan, excystation terjadi di usus kecil, dan trofozoit menjajah usus
besar. trofozoit berada dalam lumen usus besar manusia dan hewan, di mana
mereka meniru dengan pembelahan biner, di mana konjugasi mungkin terjadi.
Trofozoit menjalani encystation untuk menghasilkan kista infektif. Beberapa
trofozoit menyerang dinding usus besar dan berkembang biak. Beberapa
kembali ke lumen dan hancur. Kista dewasa dilewatkan dengan kotoran.
 Balantidium coli hidup di sekum dan usus besar manusia, babi, tikus dan
mamalia lainnya.
 Pada penyakit akut, diare ledakan dapat terjadi sesering setiap dua puluh
menit. Perforasi usus besar juga bisa terjadi pada infeksi akut yang dapat
menimbulkan situasi yang mengancam nyawa.

3.2. Penutup

Balantidium coli Page 12


Demikian makalah tentang Balantidium coli yang penulis sajikan dalam
rangka memenuhi tugas Parasitologi di semester 2 ini. Penulis mengucap syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat-Nya sehingga
makalah ini bisa terselesaikan dan menjadi salah satu pengetahuan yang positif.
Atas dukungan dari segala pihak yang terkait berupa dukungan material atau
moral sehingga membantu kelancaran pembuatan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Parasit dan Kesehatan: Balantidiasis [Balantidium coli]." DPDx - Balantidiasis. 5


Desember 2008. CDC Divisi Penyakit parasit. 16 Mei 2009
Ramachandran b, Ambili. "Pendahuluan." The Parasit: Balantidium coli Penyakit:
Balantidiasis. 23 Mei 2003. Stanford University. 16 Mei 2009
Ambili Ramachandran h i g,. "Morfologi." The Parasit: Balantidium coli Penyakit:
Balantidiasis. 23 Mei 2003. Stanford University. 7 Desember 2009

Balantidium coli Page 13


Schister, Frederick L. dan Lynn Ramirez-Avila (Oktober 2008). "Lancar Dunia
Status Balantidium coli". Mikrobiologi Klinik Review 21 (4): 626-638. PMID
18854484.
Roberts, S. Larry dan Janovy John, Jr (2009). Yayasan Parasitologi Edisi
Kedelapan. New York: McGraw-Hill.
Roberts, Larry S., dan Janovy John Jr Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts
Yayasan 'Parasitologi. 8 ed. New York: McGraw-Hill, 2009.
http://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2003/Balantidium/The_Parasite.
htm

Balantidium coli Page 14

Anda mungkin juga menyukai