Anda di halaman 1dari 22

OBSETRI GINEKOLOGI

“Makalah Malaria”

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Ayu Renza pratiwi ( P0 03402190 01 )


2. Bella Lestari ( P0 03402190 02 )
3. Chintya Octa Wahyuni ( P0 03402190 03 )
4. Destri Mutiara Dwi P. ( P0 03402190 04 )
5. Diana Fransiska ( P0 03402190 05 )
6. Dila Yulia Arlista ( P0 03402190 06 )
7. Dinda Lavenia ( P0 03402190 07 )
8. Dinda Putri Auriel ( P0 03402190 08 )
9. Ervika Gustina ( P0 03402190 09 )
10. Ester Naumi ( P0 03402190 10 )

Dosen Pengampu :

Dr. Juen Vardona, Sp.OG

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN CURUP

T.A 2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
penyertaan-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Malaria” tepat pada
waktunya tepat pada waktunya
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Obstetri Ginekologi.
Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan terutama dalam hal penyusunan karena
adanya keterbatasan referensi. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. Juen Vardona, Sp.OG selaku dosen pengampu mata Mata Kuliah Obsetri
Ginekologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu poses penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna masih
banyak kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu penyusun mohon maaf serta mohon
saran dan masukan yanga bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Curup,……Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Malaria........................................................................................6
B. Jenis Malaria.................................................................................................6
C. Cara Penularan Malaria.................................................................................7
D. Masa Inkubasi...............................................................................................7
E. Tanda-tanda dan gejala Penyakit Malaria.....................................................7
F. Pencegahan Dan Pengobatan Malaria...........................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria saat ini merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi didengar oleh
siapapun. Karena malaria merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Walaupun sangat
berbahaya, tetapi sebagian besar masyarakat masih acuh dan malas tau terhadap penyakit
malaria. Contoh kecil saja kita lihat disekitar kita masih banyak orang-orang yang
membuang sampah sembarangan. Hal ini bisa membahayakan bagi bukan Cuma orang
tersebut, tetapi bagi hampir semua penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Karena jika membuang sampah sembarangan dapat menjadikannya sarang tempat
berkembangnya nyamuk malaria (Anopheles).
Mereka tidak akan sadar sampai mereka sendiri yang menderita karena terkena
panyakit berbahaya tersebut. Dan kalau ini dibiarkan terus-menerus, akan 
membahayakan karena penyakit ini dapat menular kepada siapa saja yang tidak memiliki
ketahanan tubuh yang kuat. Tidak membedakan tua muda, besar kecil ataupun kaya dan
miskin. Oleh karena itu, penyusun membuat makalah ini dengan tujuan agar memberikan
informasi kepada pembaca tentang bahaya penyakit malaria, cara mencegah dan cara
mengobatinya. Sehingga dapat terhindar dari penyakit yang berbahaya ini.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penyakit Malaria?
b. Apa sajakah Jenis penyakit Malaria?
c. Bagaimana Cara Penularan Malaria?
d. Bagaimana Masa Inkubasi penyakit malaria?
e. Apa saja Tanda-tanda dan gejala Penyakit Malaria?
f. Bagaimana Pencegahan Dan Pengobatan pada penderita Malaria?

4
C. Tujuan
a. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Malaria
b. Agar dapat mengetahui apa sajakah Jenis penyakit Malaria
c. Agar dapat mengetahui bagaimana Cara Penularan Malaria
d. Agar dapat mengetahuui bagaimana Masa Inkubasi penyakit malaria
e. Agar dapat mengetahui apa saja Tanda-tanda dan gejala Penyakit Malaria
f. Agar dapat mengetahui bagaimana Pencegahan Dan Pengobatan pada penderita
Malaria

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
a) Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum,

plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan campuran yang

penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011)

b) Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO) adalah penyakit

yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk

kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles SPP) betina.

c) Definisi lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agen
tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dan dapat disebarkan dari satu
sumber infeksi kepada host.
d) Jadi, Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh
protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya
melalui gigitan nyamuk Anopheles.

B. Jenis Malaria
1) Malaria tertiana
Disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul
setiap hari ketiga.
2) Malaria quartana
Disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari
keempat.
3) Malaria serebral
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur
dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan
kematian yang mendadak.
4) Malaria pernisiosa
Disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip
Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.

6
C. Cara Penularan Malaria
Malaria menular dengan pembawa nyamuk Anopheles. Nyamuk betina menggigit
pasien yang menderita malaria. Darah yang diisapnya mengandung virus dan melalui
beberapa taraf perkembangan di dalam tubuh nyamuk hingga akhirnya memasuki
kelenjar air liur nyamuk. Virus ‘bersemayam’ menunggu kesempatan untuk memasuki
aliran darah pada pasien berikut yang digigit nyamuk pembawa virus yang menularkan
sporozoit dari jaringan ludahnya ketika menggigit ke jaringan darah dan hati.
Parasit ini langsung membentuk stadium awal di sel hati, kemudian ke jaringan
darah dan kemudian melanjutkan siklus hidup dalam tubuh nyamuk dimana sporozoit
selanjutnya akan kembali berpindah ke kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan kembali ke
manusia.  Pada manusia parasit berdiam di hati untuk berubah menjadi merozoites.
Kemudian masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah serta berkembang biak.

D. Masa Inkubasi
Masa inkubasi umumnya berlangsung 10-14 hari, kemudian timbul gejala.
Namun, bisa terjadi gejala muncul setahun kemudian.Sel darah yang terinfeksi akan
berlekatan dengan molekul-molekul pada sel endotel di jaringan tubuh manusia dan bila
terjadi dalam jumlah banyak akan terjadi sekuestrasi yakni terhambatnya aliran darah
yang membawa oksigen ke jaringan dan organ tubuh manusia. Kira-kira sepuluh hari
pasca gigitan nyamuk, virus malaria masuk ke dalam aliran darah.
Virus kemudian tumbuh dan mengganti semua hemoglobin di dalam sel darah
merah. Meskipun hanya satu virus yang menyerang setiap satu sel, tiap virus terus
berkembang biak. Ketika sel darah pecah, kembali virus dilepaskan untuk memulai
serangan terhadap sel-sel merah yang lain. Siklus itu berlangsung setiap 2 -3 hari.
Diagnosis malaria dipastikan lewat pemeriksaan darah untuk melihat parasit di bawah
mikroskop. Hal ini memerlukan keterampilan petugas laboratorium untuk mendeteksi.
Selain itu kini ada pemeriksaan serologi cepat dengan kromatografi, namun lebih
mahal.       

E. Tanda-tanda dan gejala Penyakit Malaria


Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam,
menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati

7
serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin
(Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba
kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak
berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara
masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak
serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur
tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat
menyebabkan kerusakan otak.
Gejala-gejala pada umumnya antara lain :
1) Dimulai dengan dingin dan sakit kepala : penderita menggigil atau gemetar selama
15 menit sampai 1 jam.
2) Dingin diikuti demam dengan suhu 400 atau lebih : penderita lemah, kulitnya
kemerahan dan mengigau.
3) Penderita mulai berkeringat dan suhunya turun : setelah serangan itu berakhir,
penderita merasa lemah tetepi keadaannya tidak mengkhawatirkan.

Gejala Malaria penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan

gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala

klinis lain sebagai berikut :

1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

2. Nafsu makan menurun.

3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan

plasmodium Falciparum.

5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.

7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang

menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta

adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

8
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3

stadium yang berurutan yaitu :

a. Stadium dingin (cold stage).

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi

gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam

pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari

jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin

muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung

antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam (Hot stage).

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.

Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala

menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya

penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau

lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh

pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam

aliran darah.

Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi

matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung

dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari

fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga

disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan

demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses

pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada

penderita.

9
c. Stadium berkeringat (sweating stage).

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat

tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai

dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun

dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung

antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama

pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita,

gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan

oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan

parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah

organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya

pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.

d. Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya

ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–

kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan

gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan

warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever

adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu,

black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P.

falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.

10
F. Pencegahan dan Pengobatan Malaria
1. Nyamuk malaria paling banyak muncul pada pagi hari sebelum matahari terbit dan
sore hari. Memakai pakaian pelindung dan lotion anti nyamuk pada jam-jam tersebut.
2. Rutin menyemprot ruangan dengan obat nyamuk.
3. Melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup genangan air, menabur serbuk
abate untuk membasmi jentik nyamuk.
4. Menggunakan baju dan celana panjang
5. Memakai kelambu saat tidur
6. Mengajukan fogging untuk lingkungan tempat tinggal, paling tidak sebulan sekali.
7. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat
persembunyian nyamuk.
8. Lakukan langkah pencegahan 3M (menguras penampungan air, mengubur barang
bekas, dan mendaur ulang barang bekas).
9. Bila akan bepergian ke tempat yang rawan malaria, seperti Indonesia Timur,
disarankan untuk mengunjungi dokter agar mendapatkan antibiotik yang dapat
diminum sebelum berangkat sebagai langkah pencegahan.

Berikut adalah beberapa obat anti malaria yang umumnya direkomendasikan dokter:

a) Atovaquone

Jenis obat pencegahan malaria yang pertama adalah atovaquone atau proguanil. Obat
ini adalah pilihan yang tepat saat harus mendadak bepergian ke wilayah endemik
malaria dalam waktu dekat karena bisa diminum 1-2 hari sebelum pergi. Untuk
pencegahan, obat ini harus diminum 1-2 hari sebelum pergi, setiap hari selama di
tempat tujuan, dan 7 hari setelah pulang. Tujuan mengonsumsi obat setelah
kepulangan adalah memastikan tidak ada parasit malaria yang tertinggal di tubuh.
Atovaquone tergolong dalam obat yang aman dan jarang menimbulkan efek samping.
Namun, obat ini tidak boleh diminum ibu hamil, menyusui, serta orang-orang yang
menderita masalah ginjal.

b) Klorokuin

Obat anti malaria lainnya yang baik diminum sebelum pergi ke wilayah endemik
malaria adalah klorokuin. Berbeda dengan atovaquone, klorokuin tidak perlu

11
diminum setiap hari dan hanya perlu dikonsumsi 1 minggu sekali. Dosis yang
dianjurkan adalah 1 kali minum 1-2 minggu sebelum keberangkatan, 1 kali seminggu
selama di tempat tujuan, dan 4 minggu setelah kepulangan. Namun, beberapa wilayah
endemik malaria sudah mengembangkan resistensi alias kebal terhadap obat
klorokuin. Maka itu, dokter mungkin akan meresepkan obat lain, tergantung pada
daerah mana yang dituju.

c) Doksisiklin

Doksisiklin sebenarnya adalah golongan antibiotik, namun telah terbukti efektif


melawan infeksi parasit Plasmodium dalam tubuh manusia. Maka itu, obat ini sering
diresepkan baik untuk pencegahan maupun obat untuk perawatan pasien malaria.
Ditambah lagi, doksisiklin termasuk obat yang paling murah dibanding dengan obat
anti malaria lainnya. Obat ini juga dianjurkan saat harus pergi mendadak ke tempat
tujuan dengan kasus malaria tinggi karena bisa diminum 1-2 hari sebelum
keberangkatan.

d) Meflokuin

Meflokuin adalah obat anti malaria yang bisa dikonsumsi 1 kali seminggu.
Disarankan untuk minum obat ini 1-2 minggu sebelum berangkat, sehingga tidak
cocok untuk yang harus bepergian mendadak. Sayangnya, sama seperti klorokuin,
sudah ada beberapa jenis parasit Plasmodium di wilayah-wilayah tertentu yang kebal
terhadap obat meflokuin. Obat ini juga tidak boleh dikonsumsi orang-orang dengan
gangguan psikis tertentu, serta orang yang sering mengalami gangguan kejang.

e) Primakuin

Primakuin adalah obat anti malaria yang paling efektif mencegah infeksi parasit
Plasmodium vivax, salah satu jenis parasit malaria. Obat ini harus diminum 7 hari
sebelum berangkat, dan diminum setiap hari selama di tempat tujuan. Pemberian obat
ini harus dilakukan dengan hati-hati karena ada beberapa orang yang tidak boleh
mengonsumsinya, seperti pasien dengan defisiensi glucose-6-phosphatase
dehydrogenase (G6PD). Kondisi tersebut biasanya adalah kondisi bawaan lahir,

12
sehingga dokter perlu melakukan tes kesehatan terlebih dahulu sebelum meresepkan
primakuin.

A. DIAGNOSIS MALARIA PADA KEHAMILAN


Gambaran klinik malaria pada wanita non-imun (di daerah non-endemik) bervariasi
dari Malaria ringan tanpa komplikasi (uncomplicated malaria) dengan demam tinggi, sampai
Malaria berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada ibu dan janin (maternal
mortality rate 20-50 % dan sering fatal bagi janin). Sedangkan gambaran klinik malaria pada
wanita di daerah endemik sering tidak jelas, mereka biasanya memiliki kekebalan yang semi-
imun, sehingga tidak menimbulkan gejala, misal demam dan tidak dapat didiagnosis klinik.

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis


1. Malaria klinis ringan/tanpa komplikasi
Pada anamnesis:
- Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis malaria
dengan demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejala-gejala lain.
- Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir.
- Riwayat tinggal di daerah malaria .
- Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pada pemeriksaan fisik:
- Suhu > 37,5oC
- Dapat ditemukan pembesaran limpa
- Dapat ditemukan anemi
- Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu menggigil
(15-60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).

Di daerah endemis malaria, pada penderita yang telah mempunyai imunitas


terhadap malaria, gejala klasik di atas tidak timbul berurutan, bahkan tidak semua
gejala tersebut dapat ditemukan. Selain gejala klasik di atas, dapat juga disertai gejala
lain/gejala khas setempat, seperti lemas, sakit kepala, mialgia, sakit perut,
mual/muntah, dan diare.

2. Malaria klinis berat/dengan komplikasi


Malaria berat/severe malaria/complicated malaria adalah bentuk malaria
falsiparum serius dan berbahaya, yang memerlukan penanganan segera dan intensif.

13
Oleh karena itu, pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala malaria berat sangat penting
bagi unit pelayanan kesehatan untuk menurunkan mortalitas malaria. Beberapa
penyakit penting yang mirip dengan malaria berat adalah meningitis, ensefalitis,
septikemi, demam tifoid, infeksi viral, dll. Hal ini menyebabkan pemeriksaan
laboratorium sangat dibutuhkan untuk menambah kekuatan diagnosis. WHO
mendefinisikan Malaria berat sebagai ditemukannya P. falciparum bentuk aseksual
dengan satu atau beberapa komplikasi/manifestasi klinik berat, yaitu:
- Gangguan kesadaran sampai koma (malaria serebral)
- Anemi berat (Hb < 5 g%, Ht < 15 %)
- Hipoglikemi (kadar gula darah < 40 mg%)
- Udem paru/ARDS
- Jaundice (bilirubin > 3 mg%)
- Kejang umum berulang ( > 3 kali/24 jam)
- Asidosis metabolik
- Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
- Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah.
- Hemoglobinuri
- Kelemahan yang sangat (severe prostration)
- Hiperparasitemi
- Hiperpireksi (suhu > 40oC)
Malaria falciparum tanpa komplikasi (uncomplicated) dapat menjadi
berat(complicated) jika tidak diobati secara dini dan semestinya. Semua wanita hamil
yang menderita malaria harus diskrining HIV sebagai koinfeksi malaria dan karena
HIV meningkatkan kematian bayi secara signifikan.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik masih merupakan yang terpenting pada penyakit malaria
karena selain dapat mengidentifikasi adanya parasit, juga dapat mengidentifikasi jenis
Plasmodium secara tepat sekaligus juga dapat menghitung jumlah parasit sehingga derajat
parasitemi dapat diketahui. Pada umumnya apusan darah tepi dan tebal harus dilakukan. Jika
apusan darah awal negatif, spesimen baru harus diperiksa dalam interval 6 jam. Diantara
pasien malaria, 5—7% terinfeksi lebih dari satu spesies Plasmodium.
Pemeriksaan dengan mikroskop:
- Pewarnaan Giemsa pada sediaan apusan darah untuk melihat parasit

14
- Pewarnaan Acridin Orange untuk melihat eritrosit yang terinfeksi
- Pemeriksaan Fluoresensi Quantitative Buffy Coat (QBC)
Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dipuskesmas/lapangan/rumah sakit
digunakan untuk menentukan nilai ambang parasit dan mengetahui kepadatan parasit
(terutama penderita rawat inap) pada sediaan darah. Identifikasi pemeriksaan ini sangat
bergantung pada pengalaman ahli mikroskopi yang mengetahui morfologi parasit.

Metode diagnostik yang lain adalah:


- Deteksi antigen HRP II dari parasit dengan metode Dipstick test
- Tes radio immunologik (RIA)
- Tes immuno enzimatik (ELISA)
Para wanita hamil yang tinggal di daerah yang banyak terdapat malaria berada dalam
risiko tinggi dan risiko tersebut bahkan semakin besar dalam dua bulan setelah mereka
melahirkan. Di masa lalu, kita sering menduga bahwa peningkatan kepekaan terhadap
malaria pada para wanita hamil akan berakhir seiring dengan terjadinya kelahiran. Ternyata
dibandingkan dengan setahun sebelum mereka hamil, para wanita memiliki kemungkinan
sekitar 4 kali lebih besar untuk terjangkit malaria dalam 60 hari setelah melahirkan.

B. KOMPLIKASI MALARIA DALAM KEHAMILAN


1. Anemia
Menurut defini WHO, anemia dalam kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb)
< 11 g/dL. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah
hubungannya dengan parasetimia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai
dengan peningkatan paritas.3 Malaria dapat menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini
disebabkan:
1. Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit
2. Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
3. Penekanan hematopoeisis
4. Peningkatan klirens sel darah merah oleh limpa
5. Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat yang mampu memperberat
anemia.
Anemia yang disebabkan oleh malaria lebih sering dan lebih berat antara usia
kehamilan 16-29 minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat
anemia ini. Brabin (1990) menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai

15
Hb-nya, dan anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan sangat menentukan apakah
wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan
pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan. Seiring dengan
berlangsungnya infeksi, parasit tersebut dapat menyebabkan trombositopenia. Laporan WHO
menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil dan secara tidak
langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus
yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan.1,2,3
Anemia meningkatkan kematian perinatal dan morbiditas serta mortalitas maternal.
Kelainan ini meningkatkan risiko edema paru dan perdarahan pasca persalinan secara tidak
langsung akibat perubahan hemodinamik. Transfusi yang terlalu cepat, khususnya whole
blood dapat menyebabkan peningkatan volume intravaskuler dan edema paru berat.

2. Hipoglikemia
Mekanisme terjadinya hipoglikemi sangat kompleks dan belum diketahui secara
pasti. Komplikasi hipoglikemia lebih sering ditemukan pada wanita hamil daripada yang
tidak hamil. Diduga pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang
cenderung menyebabkan terjadinya hipoglikemia, terutama trimester akhir kehamilan. Selain
itu, parasit memperoleh energinya hanya dari glukosa dan organisme tersebut memetabolisme
70—75 kali lebih cepat sehingga menyebabkan hipoglikemia dan asidosis laktat serta pada
wanita hamil terjadi peningkatan fungsi sel B pankreas terhadap stimulus sekresi (misalnya
guinine) sehingga pembentukan insulin bertambah.
Hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut dapat tetap asimtomatik dan dapat
luput terdeteksi karena gejala-gejala hipoglikemia juga menyerupai gejala infeksi malaria,
yaitu: takikardia, berkeringat, menggigil dll. Akan tetapi sebagian pasien dapat menunjukkan
tingkah laku yang abnormal, kejang, penurunan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma
yang hampir menyerupai gejala malaria serebral. Bila sebelumnya penderita sudah dalam
keadaan koma karena malaria serebral maka komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini
bila diinjeksikan glukosa atau diinfus dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih
kembali, tetapi karena hiperinsulinemi, keadaan hipoglikemi dapat kambuh dalam beberapa
hari. Oleh karena itu semua wanita hamil yang terinfeksi malaria falciparum, khususnya yang
mendapat terapi quinine harus dimonitor kadar gula darahnya setiap 4-6 jam sekali dan
sebaiknya monitor kadar gula darah harus konstan dilakukan.1,3

16
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan laktat asidosis dan pada
keadaan seperti ini risiko mortalitas akan sangat meningkat. Hipoglikemia maternal juga
dapat menyebabkan gawat janin tanpa ada tanda-tanda yang spesifik.

3. Edema paru akut


Mekanisme terjadinya edema paru masih belum diketahui secara pasti, kemungkinan
terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang
terinsfeksi. Keadaan edema paru akut bisa ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi
setelah beberapa hari dalam perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester 2 dan 3 dan
setelah persalinan.
Edema paru akut bertambah berat karena adanya anemia sebelumnya dan adanya
perubahan hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat meningkatkan risiko
mortalitas. Gejalanya mula-mula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi dispneu
dan penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam.

4. Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi menjadi
lebih sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria sendiri dapat menekan respon
imun. Perubahan hormonal selama kehamilan menurunkan sintesis imunoglobulin.Penurunan
fungsi sistem retikuloendotelial adalah penyebab imunosupresi dalam kehamilan. Hal ini
menyebabkan hilangnya imunitas didapat terhadap malaria sehingga ibu hamil lebih rentan
terinfeksi malaria. Infeksi malaria yang diderita lebih berat dengan parasitemia yang tinggi.
Pasien juga lebih sering mengalami demam paroksismal dan relaps.
Infeksi sekunder (infeksi saluran kencing dan pneumonia) dan pneumonia algid
(syok septikemia) juga lebih sering terjadi dalam kehamilan karena imunosupresi ini.

5. Gagal Ginjal
Hemoglobinuri (blackwater fever) merupakan kondisi urin yang berwarna gelap
akibat hemolisis sel darah merah dan parasitemia yang hebat dan sering merupakan tanda
gagal ginjal.

6. Risiko Terhadap Janin


Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek
buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan masalah
bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius (dilaporkan insidensinya

17
mortalitasnya l5,7% vs 33%). Akibatnya dapat terjadi abortus spontan, persalinan prematur,
kematian janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin
(kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin. Selain itu penyebaran infeksi
secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria kongenital.

7. Malaria kongenital
Malaria kongenital sangat jarang terjadi, diperkirakan timbul pada <5% kehamilan.
Barier plasenta dan antibodi Ig G maternal yang menembus plasenta dapat melindungi janin
dari keadaan ini. Akan tetapi pada populasi non imun dapat terjadi malaria kongenital,
khususnya pada keadaan epidemi malaria. Kadar quinine plasma janin dan klorokuin sekitar
l/3 dari kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar subterapeutik ini tidak dapat
menyembuhkan infeksi pada janin. Keempat spesies plasmodium dapat menyebabkan
malaria kongenital, tetapi yang lebih sering adalah P. malariae. Neonatus dapat menunjukan
adanya demam, iritabilitas, masalah minum, hepatosplenomegali, anemia, ikterus dll.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan apus darah tebal dari darah umbilikus atau
tusukan di tumit, kapan saja dalam satu minggu pascanatal. Diferensial diagnosisnya adalah
inkompatibilitas Rh, infeksi CMV, Herpes, Rubella, Toksoplasmosis dan sifilis.

C. PENANGANAN MALARIA SELAMA KEHAMILAN


1. Pencegahan Transmisi
a) Kemoprofilaksis
Kesadaran akan resiko menderita malaria pada ibu hamil sangat penting.
WHO dan CDC merekomendasikan bahwa wanita hamil jangan bepergian ke
wilayah endemik malaria. Kemoprofilaksis dapat mengurani anemia pada ibu dan
menambah berat badan lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan
konsekuensi bahayanya tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang
menerima kemoprofilaksis selama kehamilan pertama. Pemberian obat profilaksis
selama kehamilan dianjurkan untuk megurangi resiko transmisi diantaranya dengan
pemberian klorokuin basa 5 mg/kgBB (2 tablet) sekali seminggu, tetapi untuk daerah
yang resisten, klorokuin tidak dianjurkan pada kehamilan dini, namun dapat diganti
dengan meflokuin. Obat lain yang sering digunakan untuk profilaksis adalah
kombinasi sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis digunakan dosis 1 tablet perminggu,
tetapi tidak dianjurkan untuk trimester pertama karena pirimetamin dapat
menyebabkan teratogenik.1,3,6,12

18
Pemberian profilaksis pada ibu hamil di atas 20 minggu dapat megurangi
malaria falciparum sampai 85% dan malaria vivax sampai 100%. Profilaksis
klorokuin menurunkan infeksi plasenta yang asimptomatik menjadi 4% bila
dibandingkan tanpa profilaksis sebanyak 19%.

b) Mengurangi Kontak dengan Vektor


Pemakaian kelambu, insektisida, atau keduanya dinilai efektif untuk
menurunkan jumlah kasus malaria pada ibu hamil dan neonatus khususnya densitas
tinggi, insidens klinis dan mortalitas malaria. Penelitian di Afrika menunjukkan
bahwa pemakaian kelambu setiap malam menurunkan kejadian berat badan lahir
rendah atau bayi prematur sebanyak 25%. Adapun pada wanita hamil di Thailand
dilaporkan bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal dan
parasitemia densitas tinggi. Kelambu sangat disarankan terutama pada kehamilan dini
dan bila memungkinkan selama kehamilan.

c) Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada
ketiga permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan
gametosit. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria. Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama
kehamilan baru muncul dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama
kehamilan, yaitu:
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin

2. Terapi Malaria
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan yang radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada didalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit.
Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.

19
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat
iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap minum obat anti
malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan berat badan.
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan obat kombinasi. Yang dimaksud dengan
pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaaan dua atau lebih obat anti malaria yang
farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya
resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan
mencegah terjadinya resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan
kombinasi malaria harus:
A. Aman dan toleran untuk semua umur
B. Efektif dan cepat kerjanya
C. Resistensi dan / atau resistensi silang belum terjadi
D. Harga murah dan terjangkau
Saat ini dipakai program nasional adalah derivate artemisinin dengan golongan
aminokuinolon, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination=FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). Satu tablet FDC mengandung 40 mg
dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama 3 hari
dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut :
Dihydroartemisinin dosis 2-4mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
2. Artesunat-Amodiakuin .Kemasan artesunat-amodiakuin yang ada pada program
pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @
50mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.

PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL


Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada
orang dewasa lainnya. Perbedaannya adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan usia
kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan primakuin.16

*Dosis Klindamisin 10mg/kgBB diberikan 2 x sehari


Sebagai kelompok yang berisiko tinggi pada ibu hamil dilakukan penapisan/skrining
terhadap malaria yang dilakukan sebaiknya sedini mungkin atau begitu ibu tahu bahwa
dirinya hamil. Pada fasilitas kesehatan, skrining ibu hamil dilakukan pada kunjungannya

20
pertama sekali ke tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan. Selanjutnya pada ibu hamil juga
dianjurkan menggunakan kelambu berinsektisida setiap tidur.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Walaupun sangat
berbahaya, tetapi sebagian besar masyarakat masih acuh dan malas tau terhadap penyakit
malaria. Contoh kecil saja kita lihat disekitar kita masih banyak orang-orang yang
membuang sampah sembarangan. Hal ini bisa membahayakan bagi bukan Cuma orang
tersebut, tetapi bagi hampir semua penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Karena jika membuang sampah sembarangan dapat menjadikannya sarang tempat
berkembangnya nyamuk malaria (Anopheles).

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran kepada
pembaca agar dalam penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/malaria.htm (Dikses pada tanggal 08 april
2012

Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal PPM-PL,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001.

Day 1998. Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi Kesehatan, Pusdatin,
Depkes RI, Jakarta 2003.

Nugroho, Agung. 2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.Jakarta : EGC

Harijanto PN. Malaria.Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata, Setiati S,


Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edke-6. Jakarta: Interna Publishing;
2014: 595-610

Kementerian Kesehatan RI. Fakta keberhasilan pengendalian malaria. Jakarta: Ditjen


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit KemenkesRI; 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai