Anda di halaman 1dari 34

KEGAWATDARURATAN DAN NEONATAL

DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI ASFIKSIA NEONATORUM


DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Disusun Oleh

Kelompok 2

1. Ervika Gustina (P00340219009)


2. Ester Naumi (P00340219010)
3. Fitrahtul Hayana (P00340219011)
4. Hariani Dini (P00340219012)
5. Heti Anggela (P00340219013)
6. Ike Deva Andela (P00340219014)
7. Indah DamaiYanti (P00340219015)
8. Indri Tiara Deka (P00340219017)

Dosen Pembimbing: Eva Susanti, S.Tr,Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMNKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN CURUP

T.A 2020/2021

1
KONSEP TEORI ASFIKSIA NEONATORUM DAN

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

A. ASFIKSIA NEONATORUM
a. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan
tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan
sampai ke asidosis (Hidayat, 2008). Asfiksia neonatorum adalah
suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen selama proses kelahiran (Mendri & Sarwo prayogi, 2017).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut (Jumiarni, Mulyati, & Nurlina, 2016).

b. Etiologi
Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit
pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur,
bila terjadi gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari
ibu ke janin akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini
dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah
kelahiran (Jumiarni et al., 2016). Penyebab kegagalan pernapasan
pada bayi yang terdiri dari: faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin
dan faktor persalinan (Jumiarni et al., 2016).
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam,
usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat
atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah

2
ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti: kolesterol tinggi,
hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru / TBC, ginjal, gangguan
kontraksi uterus dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio
plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta
tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi
tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR, premature, kelainan
kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor persalinan meliputi
partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain (Jumiarni et al.,
2016).

c. Patofisiologi Asfiksia
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih
dalam keadaan kontriksi dan hampir seluruh darah dari jantung
kanan tidak dapat melalui paru- paru sehingga darah dialirkan
melalui duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta namun suplai
oksigen melalui plasenta ini terputus ketika bayi memasuki
kehidupan ekstrauteri (Masruroh, 2016). Hilangnya suplai oksigen
melalui plasenta pada masa ekstrauteri menyebabkan fungsi paru
neonatus diaktifkan dan terjadi perubahan pada alveolus yang
awalnya berisi cairan kemudian digantikan oleh oksigen (Behrman et
al., 2000).
Proses penggantian cairan tersebut terjadi akibat adanya
kompresi dada (toraks) bayi pada saat persalinan kala II dimana saat
pengeluaran kepala, menyebabkan badan khususnya dada (toraks)
berada dijalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang
terdapat dalam paru dikeluarkan (Manuaba, Manuaba, & Manuaba,
2007). Setelah toraks lahir terjadi mekanisme balik yang
menyebabkan terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks
dari jalan lahir, sehingga menimbulkan perluasan perm ukaan paru
yang cukup untuk membuka alveoli (Manuaba et al., 2007).

3
Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli membuat
pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah,
namun karena inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat
sehingga mampu menimbulkan tekanan yang lebih besar ke dalam
intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat dikeluarkan (Hall &
Guyton, 2014). Selain itu, pernapasan pertama bayi timbul karena
ada rangsangan-rangsangan seperti penurunan PO2 dan pH, serta
peningkatan PCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta,
redistribusi curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu
tubuh dan berbagai rangsangan taktil (Behrman et al., 2000).
Namun apabila terjadi gangguan pada proses transisi ini,
dimana bayi tidak berhasil melakukan pernapasan pertamanya maka
arteriol akan tetap dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap terisi
cairan. Keadaan dimana bayi baru lahir mengalami kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan disebut
dengan asfiksia neonatorum (Fida & Maya, 2012). Menurut Price &
Wilson (2006) gagal napas terjadi apabila paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi
darah arteri dan pembuangan karbon dioksida (Price & Wilson,
2006). Proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah pada
difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara
oksigen dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli
(Hidayat, 2008). Proses difusi gas pada alveoli dipengaruhi oleh
luas permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabelitas
membran, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen dan afinitas
gas (Hidayat, 2008).

d. Manifestasi Klinis

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung


lebih dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,

4
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan/ refleks iritabilitas
tidak ada (Sembiring, 2017).

e. Klasifikasi

Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan


APGAR Score
Tanda 0 1 2 Jumlah

Nilai
Frekuensi Tidak Kurang dari 100 Lebih dari
Ada 100
Jantung X/menit
X/menit
Usaha Tidak Lambat, Tidak Menangis
Ada Teratur Kuat
Bernafas
Tonus Lumpuh Ekstremitas Fleksi Gerakan Aktif
Otot
Sedikit
Refleks Tidak Gerakan Sedikit Menangis
Ada
Warna Biru/Pu Tubuh Tubuh dan
Kulit cat Kemerahan, Ekstremitas
Ekstremitas Kemerahan
Biru
Fida & Maya, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak, 2012

Keterangan:
1. Nilai 0-3 : Asfiksia berat
2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
3. Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit


ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian

5
dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
(bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar). Asfiksia neonatorum di
klasifikasikan (Fida & Maya, 2012) :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. Pada Asfiksia
sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah
1. Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit.
2. Tonus otot kurang baik atau baik.
3. Bayi sianosis.
4. Refleks iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asphyksia berat.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan

6
diagnostik yang dilakukan pada pasien asfiksia berupa
pemeriksaan:

1. Analisa Gas Darah (AGD)

2. Elektrolit Darah

3. Gula Darah

4. Baby gram (RO dada)

5. USG (kepala)

Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat

menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat :

1. PaO2 < 50 mm H2O

2. PaCO2 > 55 mm H2

3. pH < 7,30

Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi

aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas

komplikasi, berupa :

1. Darah perifer lengkap

2. Analisis gas darah sesudah lahir

3. Gula darah sewaktu

4. Elektrolit darah (kalsium, natrium, kalium)

5. Laktat

6. Pemeriksaan radiologi/foto dada

7. Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga sisi

8. Pemeriksaan USG kepala

7
9. Pemeriksaan EEG

10. CT scan kepala

g. Komplikasi

Komplikasi dari afiksia sedang meliputi :


a) kejang dan hipoglikemia.
Kejang BBL adalah perubahan proksimal dari fungsi
neurologic (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi
autonom system saraf) yang terjadi pada bayi berumur sampai
dengan 28 hari. Afiksia menyebabkan kerusakan susunan saraf
berupa degenerasi dan nekrosis atau tidak langsung menyebabkan
kerusakan endotel vascular dengan akibat perdarahan. Trauma
lahir dan asfiksia biasanya disertai gangguan metabolism seperti
hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum yang kurang dari
45 mg% (< 2,6 mmol/liter) selama beberapa hari pertama
kehidupan. (Tom lissauer.2008.H.06). Keadaan ini bersifat
sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya
depot glikogen di hepar atau menurunnya glukoneogenesis lemak
dan asam amino. Hipoglikemia dapat terjadi pada bayi ibu
penderita diabetes mellitus, pada BBLR, dismaturitas dan bayi
dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis dan
sebagainya.
b)Asfiksia berat.
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan.
Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan
memberikan oksigen dengan tekanan dan intermiten.
B. RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

a. Pengertian

8
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk
mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang
mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak diharapkan mati
pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan
bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak
dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara
mati klinis dan mati biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu
tersebut mulai terjadi kerusakan sel-sel otak rang kemudian diikuti
organ-organ tubuh lain.
Resusitasi neonatus umumnya dilakukan pada bayi baru lahir yang
mengalami permasalahan transisi kehidupan, yang awalnya dari dalam
kandungan menjadi kehidupan di luar kandungan. Meskipun demikian,
pada beberapa kasus tindakan resusitasi juga dapat dilakukan hingga
usia 1 minggu pasca kelahiran. Penilaian awal adalah komponen
penting dalam tindakan resusitasi neonatus. Terdapat 3 komponen
penting dalam penilaian awal, yaitu:
1. Usia gestasi: apakah bayi merupakan bayi aterm atau bukan
2. Tonus otot: apakah bayi memiliki tonus otot yang baik
3. Menangis atau bernapas: apakah bayi menangis atau bernapas
setelah lahir

b. Indikasi
1) Henti nafas
Henti nafas primer atau ( respiratory arrest ) dapat di
sebabkan banyak hal misalnya serangan struk, keracunan obat,
tenggelam, inhalasi asap / uap / gas, obstruksi jalan nafas oleh
benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, dan serangan infark
jantung dan lain lain
Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, teraba
nadi, pemberian O2 ke otak dan organ vital lainya masih cukup

9
sampai beberapa menit. Kalau henti nafas mendapat pertolongan
segera maka pasien akan tertolong hidupnya dan sebaliknya kalau
terlambat akan berakibat henti jantung
2) Henti jantung primer /cardiac arrest
Ketidak sanggupan curah jantung untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tidak
tetap alan menyebabkan kematian dan kerusakan otak.

c. Macam macam teknik RJP


1) Henti Napas Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya
infeksi (terutama hepatitis, HIV) karena itu harus memakai
”barrier device” (alat perantara). Dengan cara ini akan
dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.  Tangan kiri
penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya
dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong
menarik dagu korban ke atas.  Penolong menarik napas
dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas
mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara
pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada
korban sebagai akibat dari tiupan napas penolong.
Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan
oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban. 
Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari
penolong dari hidung korban. Hal ini memberikan
kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
b. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi
yang kemudian dihembuskan udara melalui jalan yang telah

10
dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita
dengan bantuan face mask.
d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di
antaranya ada katup. Untuk mendapatkan penutupan masker
yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu petugas
sedangkan petugas yang lain memompa.
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat
ini secara otomatis akan memberikan oksigen sesuai ukuran
aliran (flow) yang diinginkan.Bantuan jalan napas dilakukan
dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah
terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka
hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.

2) Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh s atu orang penolong atau dua
orang penolong. Lokasi titik tumpu kompresi. 1/3 distal
sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus Jari tengah
tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk
tersebut Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang
sudah berada tepat di titik pijat jantung Jari-jari tangan dapat
dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban

3) Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)


Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum Tekan
ke bawah sedalam 4-5 cm Tekanan tidak terlalu kuat Tidak
menyentak Tidak bergeser / berubah tempat Kompresi ritmik

11
100 kali / menit ( 2 pijatan / detik ) Fase pijitan dan relaksasi
sama ( 1 : 1) Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2
kali hembusan napas) Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi
sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa sampai korban dapat di
bawa atau tunjangan hidup lanjutan sudah tersedia Disini
termasuk langkah-langkah RJP dari RKP Airway (jalan Nafas
terbka),Brething (pernafasan buatan),Circulation (sirkulasi
buatan).
Indikasi tunjangan hidup dasar terjadi karena Henti
napas dan henti jantung. Henti jantung di ketahui dari
Hilangnya denyut nadi pada arteri besar Korban tidak sadar
Korban tampak seperti mati Hilangnya gerakan bernafas atau
megap-megap.

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY. NY ”A” DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM SEDANG

12
Hari/Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2021
Waktu Pengkajian : 02.30 wib
Tempat Pengkajian : BPM
Nama Pengkaji : Kelompok 2

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Bayi
Nama Bayi : By. Ny. A
Umur : 0 hari
Tanggal Lahir : 20 Agustus 2021
Jam Lahir : 02.30 WIB
b. Orang Tua
Nama istri : Ny. A Nama suami : Tn. B

Umur : 22th Umur : 25 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani

Alamat : Curup Tengah Alamat : Curup Tengah

2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Ibu mengakatan telah melahirkan anaknya yang pertama, ibu
merasa khawatir karena keadaan anaknya tidak bernapas

13
spontan, tidak segera menangis, warna kulit kebiruan, gerak
tidak aktif
b. Riwayat post natal
Usia Kehamilan : 37 minggu
Tanggal lahir : 20 Agustus 2021
Tempat : Rumah bidan
Penolong : Bidan
Riwayat Persalinan
1) Kala I
a) Fase laten
Lama : ± 8 jam
Tindakan : tidak ada
Masalah : tidak ada
b) Fase aktif
(1) Fase dilatasi
Frekuensi : 30 menit
Tindakan : tidak ada
Masalah : tidak ada
(2) Fase laktasi maksimal
Frekuensi : 15 menit
Tindakan : tidak ada
Masalah : tidak ada
(3) Fase deselerasi
Frekuensi : 15 menit
Tindakan : tidak ada
Masalah : tidak ada
c) DJJ : 100 x/menit
d) Masalah : tidak ada
2) Kala II
a) Frekuensi : 45 Menit
b) Jenis persalinan : spontan

14
c) Ketuban pecah : 19.00
d) Penyulit : ada (ibu mengalami ketuban pecah
dini)
e) Masalah : ibu : tidak ada
bayi : ada (tidak bernapas spontan)
c. Riwayat post natal
a) Usaha napas : tidak bernapas spontan
b) Kebutuhan resusitasi : ada
c) IMD : tidak dilakukan
d) APGAR SCORE :
Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai
Dalam 1
menit
pertama
Frekuensi Tidak Ada Kurang dari Lebih dari 100 1
100x/menit
Jantung X/menit
Usaha Tidak Ada Lambat, Menangis Kuat 1
Tidak Teratur
Bernafas
Tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan Aktif 1
Otot Fleksi
Sedikit
Refleks Tidak Ada Gerakan Menangis 1
Sedikit
Warna Biru/Pucat Tubuh Tubuh dan 1
Kulit
Kemerahan, Ekstremitas
Ekstremitas Kemerahan
Biru
TOTAL 5
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Samnolen
2. Tanda-tanda vit
Nadi : 100 x/menit

15
Pernafasan : 70 x/menit
Suhu : 35,8oC
3. Pemeriksaan antropometri
Berat badan : 2400 gram
4. BUGAR
Frekunsi jantung : 100 x/menit
Usaha napas : lambat tidak teratur
Tonus otot : Ekstremitas fleksi sedikit
Refleks : gerakan sedikit
Warna kulit : Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
B. Data Penunjang
1. pH : 7,73
2. PCO2 : 29 mmHg
3. PO2 : 60 mmHg

II. INTERPRTASI DATA


1. Diagosis
By Ny A dengan Asfiksia sedang dengan nilai APGAR SCORE 5
Data Dasar
1. Data subjektif
Ibu mengakatan telah melahirkan anaknya yang pertama, ibu merasa
khawatir karena keadaan anaknya tidak bernapas spontan, tidak
segera menangis warna kulit kebiruan, gerak tidak aktif

2. Data objektif
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaraan : Samnolen
c. TTV
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 70 x/menit

16
Suhu : 35,80C
d. Pemeriksaan antropometri
BB : 2400 gram

2. Masalah
a. Asfiksia sedang

3. Kebutuhan
a. Informasi hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b. Pemantauan TTV
c. Pemantauan APGAR SCORE
d. Menjelaskan tanda bahaya asfiksia

III. MASALAH POTENSIAL


1. Asfiksia berat
2. Hipotermia
3. Hipoglikemia
4. Kejang

IV. KEBUTUHAN SEGERA


Melakukan VTP dan rujuk ke rumah sakit

V. INTERVENSI
No Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional

Dx Tujuan : 1. Informasikan hasil 1. Dengan memberi


Asfiksia sedang dapat pemeriksaan kepada tahu hasil
teratasi dengan cepat ibu ataupun pemeriksaan kepada
keluarga ibu ataupun keluarga

17
Kriteria: di harapkan ibu
a. Keadaan umum baik ataupun keluarga
b. TTV dalam batas mengetahui kondisi
normal bayinya saat ini
P : 120-160 2. Lakukan pemantauan 2. Dengan dilakukan
x/menit, TTV setiap pemantauan TTV
RR : 40-60 x/menit diharapkan jika
T : 36,5-37,50C terdapat salah satu
c. Pemeriksaan atau lebih tanda
antropometri dalam bahaya dapat segera
batas normal: ditangani seperti bayi
1) BB : Penurunan sulit pernafas, bayi
tidak > 10% terlalu hangat
2) PP : 48-52 cm (>380C) atau terlalu
3) LK : 33-37 cm dingin(<360C), kulit
4) LIDA : 34-38 cm bayi kering, isapan
d. Kulit bayi tidak lemah, tali pusat
sianosis kemerahan dan
e. Refleks berbau, menggigil,
1) Refleks hisap rewel, dan lemas
(sucking) (+) 3. Lakukan pemantauan 3. APGAR SCORE di
2) Refleks moro (+) APGAR SCORE pantau untuk
3) Refleks Palmar mengetahui
Grapsing (+) perkembangan bayi
4) Refleks plantar 4. Menjelaskan kepada 4. Tanda bahaya
(+) ibu dan keluarga asfiksia bisa
5) Refleks babinski tanda bahaya asfiksia berakibat pada
(+) hipotermia, kejang,
6) Refleks galant hipoglikemia dan
(+) asfiksia berat. Jika
diketahui tanda-

18
tanda tersebuat
langsung hubungi
atau panggil tenaga
kesehatan
MI Tujuan : Bayi tidak 1. Melakukan 1. Tujuan RJP yaitu
asfiksia Resusitasi jantung membuka kembali
paru jalan napas yang
Kriteria: menyempit atau
a. Keadaan umum baik tertutup sama sekali
b. TTV dalam batas dengan melakukan
normal beberapa teknik
P : 120-160 pemijatan atau
x/menit, penekanan pada dada.
RR : 40-60 x/menit a. Tanyakan Dua a. Tanyakan Dua
T : 36,5-37,50C tanda sebelum tanda sebelum
c. Kulit bayi tidak lahir lahir supaya untuk
sianosis - tanyakan mengetahui
d. Bayi bisa menangis kehamilan apakah salah satu
e. Tonus otot aktif cukup bulan tanda dari bayi
f. Nadi lebih dari 100 atau kurang mengalami
x/menit bulan asfiksia
- ketuban pecah
atau tidak
b. tanyakan Dua b. Tanyakan Dua
tanda setelah tanda setelah lahir
lahir untuk mengetahui
- menangis atau bayi menglami
bernafas asfiksia atau tidak
- menelan
ketuban atau
tidak

19
c. Penilaian c. Penilaian
resusitasi Bayi resusitasi BBL
Baru Lahir untuk mengetahui
1. Penilaian sebelum bayi mengaalami
bayi lahir asfiksia ringan,
- Apakah air ketuban sedang atau berat
bercampur dapat dilihat dari
mekonium penilaian apgar
2. Penilaian bayi score
segera setelah lahir
- Tidak bernapas /
megap2
- Tidak menangis /
lemah
- Warna kulit pucat /
kebiruan
- Tonus otot tidak ada
/ lemah
d. Jaga bayi tetap d. Menjaga
hangat dengan kehangatan bayi
menyelimuti supaya bayi tidak
badan bayi mengalami
kecuali muka, hipotermia atau
dada dan perut kedinginan,
menyelimuiti
tubuh bayi kecuali
muka, dada, perut
e. Atur posisi e. Dengan posisi
kepala (sedikit ekstensi supaya
ekstensi) Tarik memudahkan bayi
kepala, dorong bernapas

20
dagu, buka
rahang
f. Hisap lendir f. Menghisap lender
hidung 3 cm supaya dapat
kemudian mulut mengeluarkan
5 cm cairan yang
mungkin masuk
dalam saluran
pernapasan dan
memperlancar
sitem pernapasan
g. Keringkan badan g. Supaya bayi
bayi dengan dalam keadaan
handuk / kain hangat dan
kering terhindar dari
hipotermia
h. Lakukan h. Rangsangan taktil
rangsangan taktil dilakukan supaya
(menggosok merangsang bayi
kepala, untuk menangis
punggung dan dengan
badan bayi) menggosok
kepala, punggung,
dan badan bayi
i. Penilaian bayi i. Untuk mengetahui
(belum bernapas setelah dilakukan
atau bernapas tindakan diatas
tapi megap- tadi apakah ada
megap) perkembangan
seperti bayi sudah
mengis atau

21
belum
j. Pindahkan bayi j. Supaya tindakan
kemeja resusitasi lebih mudah
dilakukan oleh
petugas
k. Jaga kehangatan k. Menjaga
tubuh bayi kehangatan bayi
(dibungkus) supaya bayi tidak
mengalami
hipotermia atau
kedinginan,
menyelimuiti
tubuh bayi kecuali
muka, dada, perut
l. Atur posisi l. Dengan posisi
kepala bayi ekstensi supaya
(sedikit ekstensi) memudahkan bayi
Tarik kepala, bernapas
dorong dagu,
buka rahang
m. Hisap lendir m. Menghisap lender
(mulut, hidung) supaya dapat
mengeluarkan
cairan yang
mungkin masuk
dalam saluran
pernapasan dan
memperlancar
sitem pernapasan
n. Lakukan n. Rangsangan taktil
rangsangan taktil dilakukan supaya

22
merangsang bayi
untuk menangis
dengan
menggosok
kepala, punggung,
dan badan bayi
o. Jika bayi belum o. VTP pada
menangis atau neonatus
bernapas tapi merupakan
megap-megap tindakan
lakukan ventilasi pemberian
tekanan positip bantuan napas
(VTP); pada bayi baru
- Cek fungsi alat lahir dengan
resusitasi gangguan
- Pasang sungkup, pernapasan.
perhatikan lekatan Tujuan nya untuk
- Lakukan ventilasi 2 membersihkan
kali dg tekanan 30 cairan dari jalan
cm air, jika dada nafasnya dan
mengembang, mengisi paru-paru
berarti ventilasi dengan udara
adekuat
- Bila dada tidak
mengembang,
reposisi kepala,
ulangi ventilasi 2
kali
- Bila dada
mengembang
lanjutkan ventilasi

23
20x dengan tekanan
20 cm air selama 30
detik
- Lakukan penilaian;
Bayi belum
menangis atau
bernapas tapi
megap-megap
- Ulangi ventilasi 20
kali
- Lakukan penilaian,
jika bayi menangis
dan tidak megap-
megap lagi beritahu
ibu dan keluarga
MP 1 Tujuan : 1. Keringkan bayi dan 1. Mengeringkan dan
Tidak terjadi Hipotermia hangatkan bayi mengahngatkan bayi
pada bayi supaya kehangatan
Kriteria : bayi tetap terjaga dan
Kriteria: tidak mengalami
a. Keadaan umum baik hipotermi dengan
b. TTV dalam batas menyelimuti tubuh
normal bayi kecuali pada
P : 120-160 muka
x/menit, 2. Meletakkan bayi 2. Pada suhu ruangan
RR : 40-60 x/menit pada suhu ruangan yang hangat
T : 36,5-37,50C atau ruangan yang mengurangi bayi
c. Kulit bayi tidak hangat, jangan di mengalami
sianosis ruangan berAC hipotermia
3. Menghangatkan 3. Skin to skin dari
tubuh bayi dengan tubuh ibu ke bayi

24
suhu tubuh ibu dapat menghantarkan
melalui skin to skin suhu hangat dari
tubuh ibu ke bayi,
sehingga bayi tetap
dalam keadaan
hangan dan terhindar
dari hipotermia
MP 2 Tujuan : 1. Jaga kehangatan 1. Menjaga kehangatan
Tidak terjadi tubuh bayi bayi supaya tubuh
hipoglikemia pada bayi bayi tetap hangat
Kriteria : karena bayi yang
Kriteria: mengalami hipotermi
a. Keadaan umum dapat banyak
baik menggunkan glukosa
b. TTV dalam batas didalam tubuhnya
normal sehingga
P : 120-160 menyebabkan
x/menit, hipoglikemia
RR : 40-60 x/menit 2. Menjelaskan kepada 2. Supaya membantu
T : 36,5-37,50C ibu untuk pemenuhan glukosa
memberikan ASI pada tubuh bayi
kepada bayi
3. Berikan infus D5 3. Dextrose untuk
pada bayi 60 tetes mengatasi
per menit hipoglikemia atau
kondisi kadar gula
darah terlalu rendah
MP 3 Tujuan : 1. Pengawasan jalan 1. Dengan dilakukan
Tidak terjadi kejang nafas agar tetap pengawasan jalan
pada bayi terbuka napas untuk
Kriteria : mendeteksi dini jika

25
Kriteria: bayi mengalami sesak
a. Keadaan umum baik napas
b. TTV dalam batas 2. Pemasangan oksigen 2. Pemasangan oksigen
normal supaya kadar oksigen
P : 120-160 di dalam tubuh
x/menit, tercukupi pada bayi
RR : 40-60 x/menit 3. Injeksi fenobarbital 3. Pemberian injeksi
T : 36,5-37,50C 20 mg/kg IV fenobarbital untuk
diberikan pelan mengontrol dan
selama 5 menit atau meredakan kejang.
dosis 20 mg/kg Fenobarbital bekerja
tunggal IM atau dengan cara
ditingkatkan 10-15 mengendalikan
% disbanding IV aktivitas listrik yang
abnormal di system
saraf dan otak selama
terjadinya kejang.

26
MP 4 Tujuan : 1. Lakukan VTP 1. Dilakukan VTP
Tidak terjadi asfiksia sebanyak 20 kali sebanyak 20 kali
berat pada bayi dalam 30 detik dalam 30 detik untuk
Kriteria : membantu bayi
Kriteria: melewati fasae
a. Keadaan umum baik transisi dari
b. TTV dalam batas kehidupan
normal intrauterine ke
P : 120-160 kehidupan diluar.
x/menit, 2. Lakukan Rujukan ke 2. Rujukan dilakukan
RR : 40-60 x/menit rumah sakit untuk mendapatkan
T : 36,5-37,50C pertolongan lebih
c. Kulit bayi tidak lanjut
sianosis

VI. IMPLEMENTASI
N Hari/Tanggal/Jam Implementasi Rasional Paraf
O
Sabtu, 20 agustus 1. Informasikan hasil 1. Ibu dan keluarga telah
2021
pemeriksaan kepada mengetahui keadaan
2. 30 WIB
ibu ataupun keluarga bayi bahwa bayinya
mengalami asfiksia

2. Lakukan pemantauan 2. Pemantauan TTV


TTV telah dilakukan setiap
30 menit pada menit
pertama :
Nadi : 100 x/ menit
Pernapasan : 70

27
x/menit
Suhu : 35,8 C

3. Pemantauan APGAR 3. Hasil pemantauan


SCORE APGAR SCORE dari
4 menjadi 7
- Nadi diatas 100x/m
- Bayi sudah
menangis

4. Menjelaskan tanda 4. Ibu mengerti tentang


bahaya asfiksia tanda bahaya asfiksia
kepada ibu dan yang telah dijelaskan
keluarga oleh bidan seperti
- Hipotermi
- Hypoglikemia
- Kejang
- Asfiksia berat
Sabtu, 20 agustus 1. Melakukan tindakan 1. Tindakan RJP telah
2021
resusitasi jantung dilakukan dengan
02.31 WIB
paru hasil :
a. Kehamilan cukup
bulan, Ketuban
pecah pada jam
19.00 wib
b. Telah dilakukan
Penilaian bayi
segera setelah bayi
lahir ( Bayi saat
lahir tidak
menangis spontan,

28
warna kulit
kebiruan, tonut otot
lemah dan
frekuensi nadi
kurang dari
100x/menit)
c. APGAR SCORE
Bayi 4
d. Bayi sudah
dihangatkan
dengan
menyelimuti badan
bayi, kecuali muka,
dada dan perut
e. kepala bayi sudah
posisikan sedikit
ekstensi (Tarik
kepala, dorong
dagu, buka rahang)
f. sudah dilakukan
Hisap lendir
hidung 3 cm
kemudian mulut 5
cm
g. badan bayi sudah
dikeringkan dengan
handuk.
h. Telah dilakukan
rangsangan taktil
(menggosok
kepala, punggung

29
dan badan bayi).
i. setelah dilakukan
tindakan tersebut
bayi belum
menangis APGAR
SCORE Dinilai
kembali dengan
hasil 4
j. bayi sudah
dipindahkan ke
meja resusitasi
k. bayi sudah dijaga
kehangatannya
kembali dengan
cara tubuh bayi
(dibungkus)
l. kepala bayi sudah
diatur kembali
(sedikit ekstensi)
Tarik kepala,
dorong dagu, buka
rahang
m. telah dilakukan
Hisapan lendir
(mulut, hidung)
n. sudah dilakukan
rangsangan taktil
o. sudah dilakukann
penilaian APGAR
SCORE kembali
bayi bernapas tapi

30
megap-megap
kemudian
melanjutkan
ventilasi tekanan
positip (VTP);
- alat resusitasi
sudah dicek
fungsinya
- Sungkup sudah
dipasang dan
sudah
perhatikan
lekatan
- Telah dilakukan
ventilasi 2 kali
dengan tekanan
30 cm air, dada
mengembang,
ventilasi
adekuat
- dada
mengembang
dilanjutkan
ventilasi 20x
dengan tekanan
20 cm air
selama 30 detik
- telah dilakukan
penilaian; Bayi
bernapas tapi
megap-megap

31
- ventilasi sudah
diulangi 20 kali
p. Telah dilakukan
penilaian, bayi
menangis dengan
nilai APGAR
SCORE 7
q. Telah
diberitahukan
kepada ibu dan
keluarga bahwa bayi
sudah menangis dan
frekuensi nadi bayi
lebih dari 100x/m
Sabtu, 20 agustus 1. Mengeringkan 1. Bayi sudah
2021
bayi dan dikeringkan dan
02.33 WIB
menghangatkan dihangatkan
bayi dengan handuk

2. Menjelaskan 2. Ibu mau


kepada ibu untuk memberikan ASI
memberikan ASI kepada bayinya.
kepada bayi

3. Berikan infus D5 3. Infus akan


pada bayi 60 tetes diberikan jika bayi
per menit mengalami
hypotermi dengan
cairan infus D5
60x/m

Sabtu, 20 agustus 1. Pengawasan jalan 1. Telah dilakukan

32
2021 nafas agar tetap pengawasan jalan
02.3 WIB
terbuka nafas bayi

2. Pemasangan 2. Oksigen telah


oksigen disiapkan untuk
mengantisipasi
sesak nafas pada
bayi

3. Injeksi 3. Injeksi telak


fenobarbital 20 disiapkan untuk
mg/kg IV mengantisipasi jika
diberikan pelan tindakan
selama 5 menit sebelumnya tidak
atau dosis 20 bisa mengatasi
mg/kg tunggal IM kejang pada bayi.
atau ditingkatkan
10-15 %
disbanding IV
Sabtu, 20 agustus 1. Lakukan VTP 1. Telah dilakukan VTP
2021 sampai 10 menit sambil
sebanyak 20 kali
02.33 WIB
dalam 30 detik disiapkan rujukan.

selama 10 menit

2. Lakukan Rujukan 2. Rujukan telah

ke rumah sakit disiapkan bila bayi


tidak perubahan
setelah dilakukan
VTP.

VII. EVALUASI
No Hari/ tanggal Evaluasi

33
1 Kamis, 21 S:
Maret 2019 Ibu mengatakan :
Jam. 03.00 1. Bayi telah menangis
WIB 2. Frekuensi nadi bayi lebih dari 100x/m
3. Kulit bayi tidak sinosis lagi

O:
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaraan : composmetis
c. TTV
Nadi : 140 kali/menit
Pernafasan : 60 kali per/menit
Suhu : 36,4 0C
APGAR SCORE :7
Usaha napas : bayi sudah menangis
Tonus otot : Ekstremitas fleksi sedikit
Refleks : gerakan sedikit
Warna kulit : Tubuh kemerahan
Nadi : sudah lebih dari 100 x/menit

A : By Ny “A” dengan asfiksia sedang, masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan setelah dilakukan VTP

34

Anda mungkin juga menyukai