Anda di halaman 1dari 14

BENCANA NON ALAM

COVID-19

Memenuhi Tugas Kelompok Seminar


Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pembimbing
Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok 7 (AV Blok)


1. Alifia Agus Kurnia Putri 1710003
2. Carmitha Nareswari Basmallah 1710023
3. Ghitha Putri Immarta Dewi 1710043
4. Nadiyah Fithriyani 1710065
5. Ramanda Putra Rizky P. 1710087
6. Tiara Yunanda R 1710103

PROGRAM STUDI S1-KPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TAHUN 2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang............................................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................................4

1.3. Tujuan.........................................................................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................................5

2.1. Definisi Bencana Covid-19..........................................................................................................................5

2.2. Etiologi Bencana Covid-19..........................................................................................................................5

2.3. Kasus Kejadian Bencana Covid-19...............................................................................................................5

2.4. Mekanisme Terjadinya Bencana Covid-19..................................................................................................7

2.5. Tingkat Keparahan Korban Bencana Covid-19............................................................................................7

2.6. Kebijakan Kesehatan Pengungsi..................................................................................................................9

2.7. Rencana Tindak Lanjut Kesehatan............................................................................................................10

2.8. Literatur Jurnal Penelitian.........................................................................................................................10

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................................12

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................................12

3.2. Saran.........................................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................13

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Corona virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini sampai
saat ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of
International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan 3 Maret 2020, secara global
dilaporkan 90.870 kasus konfimasi di 72 negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%).. Diantara kasus
tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak
erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang
yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur, menerapkan
etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
batuk dan bersin. Oleh karena itu kelompok kami merangkum semuanya dalam makalah yang berjudul
bencana non alam COVID-19.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari bencana non alam Covid-19?
2. Bagaimanakah etiologi dari bencana Covid-19?
3. Apa saja kasus kejadian dari Covid-19?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya bencana Covid-19?
5. Bagaimanakah tingkat keparahan dari bencana Covid-19?
6. Bagaimanakah kebijakan kesehatan pengungsi dari bencana Covid-19?
7. Bagaimanakah rencana tindak lanjut dari bencana Covid-19?
8. Bagaimanakah literatur jurnal dari bencana Covid-19?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Bencana di Stikes Hang Tuah Surabaya
dalam bentuk seminar ilmiah.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari bencana non alam Covid-19
2. Mengidentifikasi etiologi dari bencana Covid-19
3. Menjelaskan kasus kejadian dari Covid-19
4. Mengidentifikasi mekanisme terjadinya bencana Covid-19
5. Mengidentifikasi tingkat keparahan dari bencana Covid-19
6. Mengidentifikasi kebijakan kesehatan pengungsi dari bencana Covid-19
7. Menjelaskan rencana tindak lanjut dari bencana Covid-19
8. Mengidentifikasi literatur jurnal dari bencana Covid-19

4
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Bencana Covid-19


Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERSCoV) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dan belum diketahui hewan penular 2019-
nCoV (Li et al, 2020).
Bencana Non-Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden
tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan
penyebaran COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang
luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional

2.2. Etiologi Bencana Covid-19


Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Sars-CoV-2 dapat
menyebabkan gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda
dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.

2.3. Kasus Kejadian Bencana Covid-19


A. Kasus Pertama Kali

5
(WHO,2020) menyatakan darurat kesehatan global setelah mengkonfirmasi adanya 4.593
kasus terkonfirmasi di Wuhan,Cina. Sedangkan pertamakali bapak Presiden Jokowi
mengkonfirmasi bedasarkan data adanya kasus di indonesia, yakni di 08 maret 2020, 2 orang
terkonfirmasi positif di daerah jakarta barat.
B. Pertambahan Kasus Di Indonesia

Data satgas Covid-19 di indonesia mencatat pertambahan jumlah kasus paling banyak terjadi
pada 3 Desember 2020 sebanyak 8.369 kasus baru, sedangkan pertambahan jumlah kasus
paling sedikit terjadi pada 25 Maret 2020 sebanyak 105 kasus baru.
C. Jumlah Kasus Covid 19

Menurut data WHO Live Statistic jumlah kasus di dunia telah mencapai 71,919,725 orang
yang terkonfirmasi dan 1,623,064 orang yang meninggal dunia. Dengan peta sebaran
terbanyak berada di benua Amerika. Sedangkan di Indonesia sendiri 16 desember 2020.
Sebanyak 636,154 kasus terkonfirmasi dengan 94,922 kasus aktif, 521,984 kasus sembuh,
19,248 orang meninggal dunia. Sebaran provinsi DKI Jakarta 155,122, Jawa Timur 71,369,
Jawa Tengah 68,260 dan Jawa Barat 68,066 sehingga membuat Indonesia pada peringkat 19
kasus covid 19 mengalahkan negara asalnya Cina.

2.4. Mekanisme Terjadinya Bencana Covid-19


WHO,2020 menyatakan darurat kesehatan global setelah mengkonfirmasi adanya 4.593 kasus
terkonfirmasi di Wuhan,Cina. Di Indonesia sendiri telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12
6
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) Sebagai Bencana Nasional. Keputusan Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis
penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) sehingga status KLB
(kejadian luar biasa) terhadap Sars-CoV-2 telah di tetapkan.
Sars-CoV-2/ Coronavirus sendiri merupakan jenis virus RNA, single stranded Ribonucleic
acid  (ssRNA) yang berarti bahwa kandungan elemen genetik di dalam virus adalah kandungan RNA.
Virus umumnya terdiri dari dua jenis yaitu virus DNA dan RNA, dan virus hanya memiliki salah satu
material genetik, entah DNA atau RNA saja dan tidak terdapat keduanya. Virus RNA adalah jenis
virus yang mudah sekali mengalami mutasi. Mutasi tersebut terletak pada Open Reading Frames
1a/1b  (ORF 1a/1b) dan empat struktur utama coronavirus, yaitu: bagian N protein (Nucleocapsid), M
glycoprotein (membrane), S glycoprotein (spike), and E protein  (sheath). Pintu masuk COVID-19
terhadap sel host  (manusia) adalah melalui Angiotensin Converting Enzyme-2  (ACE-2) di mana ACE-2
tersebut terdapat di dalam seluruh tubuh manusia, namun COVID-19 menyerang di ACE-2 yang
terdapat di saluran pernafasan manusia (paru-paru). Hasil akhir dari serangan COVID-19 ke ACE-2
yang terdapat di paru-paru adalah terjadinya Acute Lung Injury (ALI), Acute Respiratory Distress
Syndrome  (ARDS) yang berujung kematian akibat terjadinya sepsis pada tubuh penderita. Keadaan
penularan dan manifestasi COVID-19 diperparah oleh penyakit yang ada di dalam tubuh seseorang
yang dikenal dengan istilah komorbid dan meningkatkan resiko kematian akibat infeksi COVID-19.

2.5. Tingkat Keparahan Korban Bencana Covid-19


Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, bahkan
kematian

Uncomplicate Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri


d illness tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu
waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena gejala dan
tanda tidak khas.
Pneumonia ringan Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas
+ napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan,
≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Pneumonia berat / Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan
ISPA berat infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit,
distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara
kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya
satu dari berikut ini:
 sianosis sentral atau SpO2 <90%;
 distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada
yang berat);
 tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
7
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2
bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5
tahun, ≥30x/menit.
Acute Respiratory Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu. Pencitraan
Distress Syndrome dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas bilateral, efusi
(ARDS) pluera yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps
lobus atau nodul.
Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat gagal jantung atau
kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif (seperti ekokardiografi)
untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema bukan akibat hidrostatik
jika tidak ditemukan faktor risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
• ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP
atau continuous positive airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O, atau
yang tidak diventilasi)
• ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP
≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O,
atau yang tidak diventilasi)
• Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315 mengindikasikan
ARDS (termasuk pasien yang tidak diventilasi)
Kriteria ARDS pada anak berdasarkan Oxygenation Index dan
Oxygenatin Index menggunakan SpO2:
• PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2 / FiO2 ≤264: Bilevel
noninvasive ventilation (NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O dengan
menggunakan full face mask
• ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ Oxygenation Index (OI) <8 atau
5 ≤ OSI <7,5
• ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI <16 atau 7,5 ≤ OSI <12,3
• ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12,3
Sepsis Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi*.
Tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/kesadaran,
sesak napas, saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyut
jantung cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah,
ptekie/purpura/mottled skin, atau hasil laboratorium menunjukkan
koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi,
hiperbilirubinemia.
Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriteria systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) ≥2, dan disertai salah satu dari:
suhu tubuh abnormal atau jumlah sel darah putih abnormal
Syok septik Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan

8
resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum> 2
mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah normal
usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status
mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160
x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada anak);
waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau
ruam petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau
hipotermia.

2.6. Kebijakan Kesehatan Pengungsi


Presiden menetapkan bencana nasional dengan merujuk pada UU No. 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular, UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Keppres No.
7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),
sebagaimana diubah dengan Keppres No. 9 Tahun 2020 . Pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden Jokowi
mengadakan Konferensi Pers, dengan tujuan untuk mengumumkan kepada publik mengenai kebijakan
yang dipilihnya guna menyikapi COVID-19 sebagai pandemi global yang sedang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia saat ini. Pada konferensi pers tersebut, Presiden Jokowi mengeluarkan
pernyataan bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan kebijakan yang
dipilih dalam merespon adanya Kedaruratan Kesehatan. Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus
Disease 2019 (COVID19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-I9).

Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka
Percepatan Penanganan Covid-19 ditetapkan pada 3 April 2020. Kebijakan PSBB antara lain:

1) Peliburan sekolah dan tempat kerja;

2) Pembatasan kegiatan keagamaan;

3) Pembatasan kegiatan di tempat/fasilitas umum;

4) Pembatasan kegiatan sosial budaya;

5) Pembatasan moda transportasi; dan

9
6) Pembatasan kegiatan lainnya terkait aspek pertahanan dan keamanan.

2.7. Rencana Tindak Lanjut Kesehatan


Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan
melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan
dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan dan
mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:

1) Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor
atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;

2) Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;

3) Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas
bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;

4) Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan
setelah membuang masker;

5) menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.

2.8. Literatur Jurnal Penelitian


Judul Jurnal : Perlindungan Negara Bagi Pengungsi Pada Masa Pandemi Global COVID-19: Kajian
Hukum Internasional
Nama Penulis : Iin Karita Sakharina, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Indonesia.
Tahun Terbit : Juli 2020
Volume, nomer : Volume 2 Nomor 2
ISSN : ISSN Online: 2656-6133 | ISSN Print: 2654-7120
Dimasa Pandemi Global Covid-19 yang tengah menyerang dunia, semua Negara didunia
merasakan dampaknya, sehingga sebagian besar Kepala Negara harus mengambil dan menetapkan
kebijakan baru di Negara masing-masing untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini yang
semakin hari semakin massif adanya. Tentu hal ini berdampak pada semua orang yang berada
dinegaranya tidak hanya warga Negara saja, namun pengungsi lintas negara sudah pasti merasakan
dampak dari kebijakan Pemerintah Negara. Tentu saja pengungsi dimasa pandemi ini menjadi orang
atau kelompok orang yang paling rentan terhadap bahaya covid-19 juga dampak lain bagi perlindungan
terhadapnya, Untuk itu UNHCR bersama Negaranegara dimana pengungsi berada harus tetap
memberikan perlindungan yang sama terhadap pengungsi internasional yang berada di negaranya.

10
Walaupun UNHCR adalah lembaga satu-satunya organisasi PBB yang khusus menangani masalah
perlindungan pengungsi, badan-badan PBB lainya seringkali juga bekerja sama dengan UNHCR.
Antara lain yaitu:
a. World Food Programme (WFP)- Badan Pangan Dunia merupakan penyalur utama pengiriman
bantuan makanan,
b. United Nations Children’s Fund (UNICEF) – Badan PBB untuk anak-anak, yang membantu
pemerintah dengan program yang terfokus pada kesehatan anak-anak, nutrisi, pendidikan,
pelatihan, dan pelayanan social. UNICEF juga memainkan suatu peran penting dalam
perlindungan anak yang terpisah dan mempertemukan kembali keluarganya yang mungkin
terpisah saat mereka meninggalkan Negara asalnya;
c. United Nations Development Program (UNDP) – Badan PBB untuk program pengembangan
yang mengkoordinasikan kegiatan pengembangan dibawah system PBB, rencana-rencana
pengembangan jangka panjang setelah fase darurat selesai dan berperan penting dalam
program-program integrasi dan re integrasi
d. United Nations High Commisioner for Human Rights (UNHCHR)-Komisariat Tinggi PBB
untuk HAM yang berperan memimpin isu HAM dan menegakkan pentignya HAM baik
ditingkat internasional maupun nasional, mengkoordinir kegiatan HAM melalui system PBB,
dan menanggapi pelanggaran-pelanggaran keras terhadap HAM.
Di tengah Wabah pandemic Global COVID-19 yang hamper seluruh Negara di dunia terkena
dampaknya baik dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, dan Sektor Pengungsi di negara itu sendiri.
Sehingga sejumlah Negara guna memutus mata rantai penyebaran Virus COVID-19 menerapkan
aturan / kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO yaitu dengan metode “Lockdown” atau “Physical
Distancing”. Dimana penerapannya tidak hanya bagi warga Negara itu saja melainkan Termasuk aspek
Refugee/Pengungsi didalamnya.

11
BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan menjadikannya
beberapa poin, sebagai berikut :
1. Aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyebaran COVID-19 dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak keluar rumah kecuali di
saat yang genting.
3. COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat menyebabkan beberapa
komplikasi akibat infeksinya hingga kematian.
4. Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi wabah ini, karena yang
dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolisme tubuh dan dapat meningkatkan imun
denngan olahraga serta makan makanan yang sehat.

3.2. Saran
Kita sebagai perawat, khusunya perawat bencana sebaiknya lebih terampil lagi dalam
menanggulangi masalah kasus pandemi Covid-19. Pelatihan sangat diperlukan untuk memberikan
informasi yang tepat agar bisa memberikan pertolongan bila terjadi wabah penyakit atau kejadian luar
biasa Covid-19.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Iin Karita Sakharina,2020, Perlindungan Negara Bagi Pengungsi Pada Masa Pandemi Global
COVID-19: Kajian Hukum Internasional, Jurnal Nasional, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Indonesia, Volume 2 Nomor 2, ISSN Online: 2656-6133 | ISSN Print: 2654-7120
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI).
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi
MERSCoV di Indonesia.
4. World Health Organization (WHO).2020.Global surveillance for human infection with novel-
coronavirus(2019-ncov).https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance- for-
human-infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov) Interim 31 Januari 2020. Diakses 31
Januari 2020
5. World Health Organization (WHO).2020. Infection prevention and control during health care
when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. https://www.who.int/publications-
detail/infection-prevention-and-control-during-health-care-when-novel-coronavirus-(ncov)-
infection-is-suspected.Diakses 13 Januari 2020.

13
14

Anda mungkin juga menyukai