Anda di halaman 1dari 27

Ners Indonesia

Konsep ICU

nersindonesiablog nersindonesiablog

4 tahun yang lalu

Iklan

KONSEP ICU

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau jalan keluar dalam
waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat
membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Suatu perawatan intensif yang
menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran
gawat darurat dibutuhkan untuk merawat pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur
pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang potensial mengancam
nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).

Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan perawatan pada
pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasien-pasien yang akan menjalani
operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan
kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis bertanggung jawab untuk
menjamin pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan
keperawatan yang optimal (Dossey, 2002).

Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik. Perawat yang bekerja
di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan komunikasi dan kerjasama tim. Proses
keperawatan kritis mengatasi klien yang sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan standar
proses keperawatan kritis.

RUMUSAN MASALAH

Apa definisi dari ICU?

Apa fungsi dan tujuan ICU?

Apa indikasi pasien masuk dan keluar ICU?

Bagaimana alur pasien masuk ICU?

Bagaimana peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien?

Bagaimana cara komunikasi dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis?

Bagaimana konsep holism dalam lingkup perawatan kritis yang serba menggunakan teknologi canggih?

Bagaimana model asuhan keperawatan kritis?

Bagaimana proses keperawatan kritis?

TUJUAN

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui konsep Intensive Care Unit (ICU) dan proses keperawatan kritis di
dalamnya
Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mengetahui definisi Intensive Care Unit (ICU).

Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan Intensive Care Unit (ICU).

Mahasiswa dapat mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU.

Mahasiswa dapat mengetahui alur pasien masuk Intensive Care Unit (ICU).

Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien.

Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis.

Mahasiswa dapat mengetahui konsep holism dalam lingkup perawatan kritis yang serba menggunakan
teknologi canggih.

Mahasiswa dapat mengetahui model asuhan keperawatan kritis.

Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan kritis.

BAB II

KONSEP INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DEFINISI ICU

ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat daruratan dalam
keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan di unit operasi
kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi
pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik keperawatan gawat
darurat. (Hartshorn et all, 1997).

Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang membutuhkan keahlian
dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan dalam membuat prioritas, karena saat penyakit
menyerang sistem tubuh, sistem yang lain terlibat dalam upaya mengatasi adanya ketidakseimbangan.
Esensi asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan kepada lingkungan yang khusus ataupun alat-alat,
tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh
tentang fisiologik dan psikologik (Hudak & Gallo, 2012).

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus
dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi bagi yang
menderita penyakit akut, cedera atau penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa. ICU menyediakan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital
dengan menggunakan keterampilan staf dalam mengelola keadaan tersebut. Saat ini di Indonesia,
rumah sakit kelas C yang lebih tinggi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan yang profesional
dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien.

Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:

Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator,
pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus, contoh gagal nafas berat, syok septik.

Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive sehingga komplikasi berat
dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung,
paru, ginjal, atau lainnya.

Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU sedikit,
contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan
nafas.

Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:

Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).

Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.

Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh karsinoma stadium akhir,
kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegatatif.

FUNGSI DAN TUJUAN ICU

Fungsi ICU
Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :

ICU Medik

ICU trauma/bedah

ICU umum

ICU pediatrik

ICU neonatus

ICU respiratorik

Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien yang sakit kritis sampai
yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU
(Jantung), Unit dialisis dan neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan
operasional dengan menghindari duplikasi peralatan dan pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICU
Medik dan Bedah.

Tujuan ICU

Berikut adalah tujuan ICU :

Menyelamatkan kehidupan

Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan monitaring evaluasi yang
ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.

Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.

Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.

Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien

JENIS-JENIS ICU

Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:


ICU Primer

Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang memerlukan perawatan
ketat (high care). Ruang perawatan intensif mampu melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan
ventilasi bantu 24-48 jam. Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah:

Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat, dan ruang rawat pasien lain.

Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar

Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala

Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru

Konsulen yang membantu harus siap dipanggil

Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat pelatihan perawatan intensif,
minimal satu orang per shift

Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk kemudahan
diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi (Depkes RI, 2006).

ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama,
mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU
sekunder adalah:

Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang rawat lain

Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan

Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi setiap saat bila diperlukan

Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif care atau bila tidak tersedia oleh
dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang
minimal mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasara dan hidup lanjut)

Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja di unit
penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun

Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas tertentu,
melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup
Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk kemudahan
diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi

Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi (Depkes RI, 2006).

ICU Tersier

Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif, mampu memberikan
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan atau bantuan hidup multi system yang kompleks dalam
jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan
pemantauan kardiovaskuler invasif dalam jangka waktu yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU
tersier adalah:

Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit

Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan

Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat bila diperlukan

Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau dokter ahli konsultan intensif care
yang lain, yang bertanggung jawab secara keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi
jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)

Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja di unit penyakit
dalam dan bedah selama tiga tahun

Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif baik invasive maupun non-invasif

Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk kemudahan
diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi

Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan perawat agar dapat memberikan
pelayanan yang optimal pada pasien

Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medic, tenaga untuk
kepentingan ilmiah dan penelitian (Depkes RI, 2006).

INDIKASI MASUK DAN KELUAR ICU

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan kebutuhan pelayanan ICU
yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas. Kepala ICU
bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU.
Kriteria Masuk

Golongan pasien prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi seperti:
dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi organ, infus, obat vasoaktif/inotropic, obat anti aritmia.
Sebagai contoh pasien pasca bedah kardiotoraksis, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.

Golongan pasien prioritas 2

Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat beresiko bila tidak
mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial
catheter. Sebagai contoh pasien yang mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan
berat atau pasien yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien prioritas 2
tidak mempunyai batas karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

Golongan pasien priorotas 3

Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan
penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan
sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh ntara lain pasien
dengan keganasan metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial tamponande, sumbatan jalan nafas,
atau pesien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai kmplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan
pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin
tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa
golongan pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa pasien golongan demikian sewaktu-waktu
harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3.
Sebagai contoh: pasien yang memebuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang
agresif dan hanya demi perawataan yang aman saja, pasien dengan perintah “Do Not Resuscitate”,
pasien dalam keadaan vegetative permanen, pasien yang ddipastikan mati batang otak namun hanya
karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU demi menunjang fungsi organ
sebelum dilakukan pengambilan orga untuk donasi.
Kriteria Keluar

Penyakit pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerluka terapi atau pemantauan
yang intensif lebih lanjut.

Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau tidak
memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu
mekanis khusus (Kemenkes RI, 2011).

ALUR PELAYANAN ICU

Gambar 1: Alur pelayanan ICU di RS (Kemenkes RI, 2011, hal 17)

Pasien yang memerlukan pelayanan ICU berasal dari:

Pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pasien dari High Care Unit (HCU)

Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar bersalin, ruang endoskopi, ruang
dialysis, dan sebagainya.

Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)

KARAKTERISTIK PERAWAT ICU

Karakteristik Perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi:

Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten

Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya

Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal
dalam memberikan asuhan keperawatan

Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan


Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif

Mendemonstrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi

Menginterpretasiakan analisa situasi yang kompleks

Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga

Berpikir kritis

Mampu menghadapai tantangan

Mengembangkan pengetahuan dan penelitian

Berpikir ke depan

Inovatif

PERAN PERAWAT KRITIS

Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan
komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal yang vital. Proses keperawatan
memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi
masalah pasien dengan cepat (Talbot, 1997).

ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat daruratan dalam
keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan di unit operasi
kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi
pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik keperawatan gawat
darurat. (Hartshorn et all, 1997).

Peran perawat kritis sebagai berikut:

Advokat

Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik
tertentu (Potter dan Perry, 2005).
Care giver

Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah
kesehatan (Vicky, 2010).

Kolaborator

Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya seperti dokter,
fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010).

Peneliti

Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam
pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).

Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan
dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).

Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan terutama mengenai
keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).

KOLABORASI TIM KEPERAWATAN KRITIS

Kolaborasi Tim dalam Keperawatan Kritis

Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait yang
dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerjasama di dalam tim.
Tim tersebut terdiri dari:
Spesialis anestesi

Dokter spesialis

Perawat ICU

Dokter ahli mikrobiologi klinik

Ahli farmasi klinik

Ahli nutrisi

Fisioterapis

Tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU

Tim Multidisiplin mempunyai 5 (lima) karakteristik:

Staf medik dan keperawatan yang tanggung jawab

Staf medik, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi klinik dan mikrobiologi klinik yang
berkolaborasi pada pendekatan

Mempergunakan standar, protocol atau guideline untuk memastikan pelayanan yang konsisten baik
oleh dokter, perawat maupun staf yang lain.

Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi.

Menekankan pada pelayaanan yang sudah tersertifikasi, pendidikan, penelitian, masalah etik dan
pengutamaan pasien (Kemenkes, 2011)

Peran koordinasi dan integrasi dalam kerjasama tim

Mengingat keadaan pasien yang sedang dalam kondisi kritis, maka sistem kerja tim multidisiplin diatur
sebagai berikut :

Dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi
pandangan atau usulan
Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi instruksi terapi dan
tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.

Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim dan
memberikan perintah baik tertulis dalam status maupun lisan.

Untuk menghindari kesimpangsiuran/tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan pasien, maka perintah


yang dijalankan oleh petugas hanya yang berasal dari ketua tim saja (Kemenkes,2011).

KONSEP HOLISM DALAM PERAWATAN KRITIS

Salah satu teori yang mendasari praktik keperawatan profesional adalah memandang manusia secara
holistik, yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual sebagai suatu kesatuan
yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, konsep holistik ini merupakan salah satu konsep keperawatan yang harus di
pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.

Dengan menggunakan konsep holistik perawat dapat melihat apa saja dampak lingkungan perawatan
kritis yang mengganggu pasien. Sebagai contoh dalam lingkungan unit perawatan intensif (intencive care
unit, ICU) perawat dapat menggambarkan lingkungan ICU dalam hal fisik dan emosional yang dapat
mengganggu pasien. Sehingga perawat dapat mengendalikan lingkungan untuk meningkatkan
kesembuhan pasien serta dapat memberikan intervensi kritis bagaimana cara mengatasinya
(Hudak&Gallo, 2012).

Gambaran Fisik ICU

Secara umum gambaran fisik lingkungan ICU terdapat monitor yang berkedip, ventilator, pompa
intravena (IV), kebisingan dari peralatan dan banyak orang yang berbicara disisi tempat tidur, cahaya
terang dan langkah yg tergesa-gesa di ruangan ramai. Oleh sebab itu, asuhan keperawatan kritis
dibentuk untuk mengatasi pasien sakit dan cidera sangat serius agar mendapatkan asuhan keperawatan
yang fokus untuk meningkatkan ketahanan hidup.

Tabel 2.1 Desain Unit Perawatan Intensif (ICU)


Generasi Pertama (1950-an) Generasi Kedua (1970-an) Generasi Ketiga (1980-an)
Generasi Keempat – Masa yang akan datang

Karakteristik Unit/bangsal terbuka.

Tidak ada pembagian kecuali tirai atau layar. Stasi/meja perawat dipusat atau di kaki tempat tidur.
Pengontrolan pencahayaan unit sering kali dengan satu tombol.

Kamar tersendiri atau ruangang kecil dengan pembatas.

Ruangan sering kali di kedua sisi lorong yang merupakan sebuah stasi keperawatan terbuka atau
mengelilingi sebuah stasi keperawatan terbuka dengan tiga atau empat sisi (bentuk empat persegi
panjang.

Pemantauan pusat.

Beberapa unit tanpa dilengkapi dengan jendela ruangan pasien ke luar (meningkatkan insiden delirium).
Pencahayaan ruangan pasien dengan tombol terpisah dari stasi keperawatan. Kalender dan jam
diletakkan dalam ruangan pasien.

Kamar tersendiri.

Mempunyai pintu kaca lipat atau geser. Ruangan sering kali diatur setengah lingkaran atau melingkar
dengan stasi keperawatan ditengahnya. Beberapa unit dibentuk dengan stasi keperawatan tersebar.
Jendela ruangan pasien dengan pemandangan/pencahayaan luar. Peningkatan pengontrolan tingkat
pencahayaan ruangan pasien.

Kamar tersendiri.

Pintu kaca lipat atau geser dengan tirai/penutup tersendiri. Rencananya lantai berbentuk
kelopak/melingka. Desainnya meningkatkan penurunan kebisingan. Jendela pasien dengan
pemandangan luar (alamiah ataupun buatan)
Rencana area keluarga dalam ruangan pasien. Peningkatan pemakaian warna dan tekstur di dinding,
lantai dan langit-langit.

Keuntungan Peningkatan kedekatan perawat dengan pasien Peningkatan privasi pasien.


Pengontrolan pencahayaan, kebisingan, dan infeksi yang lebih baik. Peningkatan akses keperawatan
selama aktivitas yang berintensitas tinggi. Akses keperawatan dan ketersediaan perawatan
berteknologi tinggi dalam lingkungan yang lebih mirip rumah.

Kerugian Kurangnya privasi. Ketidakmampuan untuk mengontrol kebisingan dan cahaya. Masalah
pengendalian infeksi. Kurangnya akses/ pengamatan langsung ke pasien. Pengontrolan kebisingan dan
pencahayaan kurang optimal. Pintu kaca mengurangi privasi pasien.

Gambaran Emosional ICU

Gambaran emosional lingkungan ICU sama pentingnya dengan elemen fisik, dan bahkan lebih penting
untuk hasil pasien. Elemen ini mencakup gejala yang timbul pada pasien karena dirawat di ICU demikian
juga dengan pola komunikasi semua orang yang memberikan perawatan di unit yang menimbulkan stres
ini. Bahkan untuk pengunjung yang baru pertama kali datang ke ICU, perasaan berlebihan tentang
tempat tersebut dapat menimbulkan rasa takut. Lingkungan ICU menciptakan rasa rapuh karena
ketergantungan fisik dan emosional, kurangnya informasi dan perawatan yang menyamakan semua
pasien dapat menumbuhkan ketakutan dan kecemasan.

Pengidentifikasian gambaran dan respons emosional di lingkungan ICU sangatlah penting karena banyak
yang dapat ditangani oleh intervensi keperawatan. Langkah pertamanya adlah pengenalan dan
pemahaman terhadap paradoks yang terjadi di lingkungan ICU. Lingkungan yang tidak bersahabat
tersebut harus menjadi tempat penyembuhan bagi pasien, keluarga dan perawat. Perawat perlu
mempunyai pemahaman yang baik mengenai lingkungan dan kemungkinan bencana yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan pada pasien yang keadaan fisiologis dan emosionalnya telah terganggu.
Mengubah lingkungan yang kemungkinan tidak bersahabat menjadi lingkungan yang menyembuhkan
adalah sebuah tantangan bagi semua perawat perawatan kritis.

Selain itu, kualitas emosional di lingkungan ICU sering kali ditentukan oleh tingkat pembagian tanggung
jawab, kolaborasi dan caring yang diperlihatkan oleh seluruh tim perawatan kesehatan. Hidup dan mati
pasien secara harfiah bergantung pada tingkat komunikasi dokter dan perawat tentang pasien tersebut.
Perhatian terhadap struktur organisasi yang membantu kolaborasi ini dan kemitraan yang sejajar antara
dokter dan perawat sebagai coleader unit adalah penting. Menciptakan budaya yang menerapkan
komunikasi yang saling menghargai antara semua anggota tim perawatan kesehatan adalah standar
kesempurnaan yang merupakan unsur penting untuksemua lingkungan penyembuhan. Perawat pemula
perlu belajar dan mempraktiakn ketrampilan advokasi pasien selama ronde klinis di samping tempat
tidur di ICU. Cara keluarga diperlakukan dan dihormati sebagai mitra penuh dalam perawatan adalah
ukuran penting dari kualitas emosional dan budaya positif di ICU.

BAB III

PROSES KEPERAWATAN KRITIS

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan pasien sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan
yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana
asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan
yang diberikan (Sitorus, 2005).

Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit yaitu metode fungsional, metode
kasus, metode tim, metode primer, dan metode modular. Metode fungsional berorientasi kepada tugas,
yaitu semua tugas atau tindakan keperawatan yang ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada
saat itu. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di
unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Metode ini tidak
berorientasi pada masalah pasien. Pada metode primer, penugasan diberikan kepada Primary Nurse
atas pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada kebutuhan
pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse. Pada metode
tim, didasarkan pada pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Sedangkan metode modular adalah gbungan dari metode
primer dan metode tim (Sitorus, 2005).
Model Praktek Keperawatan Profesional dengan menggunakan metode kasus diharapkan akan
menghasilkan kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif di unit perawatan kritis atau ICU.

Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien (Sitorus, 2005).

Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi, dan monitoring
implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan dalam periode waktu
tertentu.

Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi :

1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci dalam organisasi
( Administrator, dokter dan perawat).

2) Kualifikasi perawat manajer kasus.

3) Praktek kerjasama Tim.

4) Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.

5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.

6) Menggunakan ”Critical pathway” (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary Action Plans) yaitu
kombinasi ”Clinical Path dengan Care Plans.
7) Promosi praktek keperawatan profesional

Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan, mengkomunikasikan,


bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitasi asuhan sekelompok pasien. Idealnya 1
orang manajer kasus mempunyai 10 – 15 kasus pasien dimana perkembangan pasien akan diikuti terus
oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien di rawat
jalan. Keuntungan dari manajemen kasus meningkatnya mutu asuhan karena perkembangan kesehatan
pasien dimonitoring terus menerus sehingga selalu ada perbaikan bila asuhan yang diberikan tidak
memberikan perbaikan, dan adanya kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim
kesehatan lain merupakan elemen penting yang mempengaruhi meningkatnya mutu asuhan,
menurunnya komplikasi dan biaya menjadi lebih efektif (Junaidi, 1999).

Manajer kasus melakukan monitoring terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga
perawat dan non keperawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.
Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

Konsep dasar metode kasus dalam asuhan keperawatan professional adalah ada tanggung jawab dan
tanggung gugat, otonomi, serta ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat dalam metode kasus yaitu:

Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

Membuat tujuan dan rencana keperawatan

Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini

Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain.

Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.


Menerima dan menyesuaikan rencana.

Menyiapkan penyuluhan pulang.

Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.

Membuat jadwal perjanjian klinik.

Metoda ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk memberikan asuhan secara
total terhadap seorang atau sekelompok klien. Keuntungan model asuhan keperawatan kasus yaitu
asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan, dan holistik. Perawat dalam metode kasus
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,1998).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas. Dokter
juga merasakan kepuasan karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif. Selain itu, masalah pasien dapat dipahami oleh perawat dan kepuasan
tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

Sedangkan kerugiannya adalah kurang efisien karena memerlukan perawat profesional dengan
keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh
asisten perawat. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas (Priharjo,1995).

PROSES KEPERAWATAN KRITIS

Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian, analisa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Tabel 1 Standar proses American Association of Critical Care Nurse

Keperawatan Kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

1. Data akan dikumpulkan secara terus menerus pada semua pasien yang sakit kritis dimanapun
tempatnya

2. Identifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data yang dikumpulkan

3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan

4. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari identifikasi


masalah/kebutuhan

5. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus menerus

Dari American Association of Critical Care Nurses: Standards for nursing care of the criticaly ill, ed 2, San
Mateo, Calif, 1989, Appleton & Lange, hlm. 6-13.

Asuhan Keperawatan Intensif adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang diberikan pada
pasien/keluarga. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
guna mengatasi masalah pasien. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi pengkajian,
masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (Depkes RI, 2006).

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan yang mengharuskan perawat menemukan
data kesehatan klien secara tepat. Pengkajian awal di dalam keperawatan intensif sama dengan
pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat bantu mekanik seperti alat bantu
napas, hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi
dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.

Penetapan Masalah/Diagnosa Keperawatan

Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data dasar, masalah yang aktual, potensial
dan beresiko tinggi diidentifikasi dan diuraikan menurut prioritas sesuai dengan kebutuhan keperawatan
pasien kritis. Hal ini mungkin merupakan masalah yang kompleks disebabkan oleh beratnya kondisi
pasien. Prioritas paling tinggi diberikan pada masalah yang mengancam kehidupan, lalu dapat
dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternative diagnose untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan,
dan diagnose untuk mencegah komplikasi.

Perencanaan

Pembuatan tujuan, identifikasi dari tindakan keperawatan yang tepat dan pernyataan atas hasil yang
diharapkan merumuskan rencana keperawatan. Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila
diagnose telah diprioritaskan. Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan yaitu
observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain
adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan perawat, fasilitas, kebijakan,
dan standar operasional prosedur. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk membuat efisiensi sumber-
sumber, mengukur kemampuan dan mengoptimalkan penyelesaian masalah (Depkes RI, 2006).

Implementasi

Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase implementasi. Ini merupakan fase kerja aktual
dari proses keperawatan.

Evaluasi

Suatu perbandingan antara hasil aktual pasien dan hasil yang diharapkan terjadi dalam fase evaluasi.
Pada bagian ini menunjukkan pentingnya modifikasi dalam rencana keperawatan atau pengkajian ulang
total dapa diidentifikasi.
Masalah Keperawatan yang biasanya muncul dan intervensi yang diberikan di ruang perawatan kritis
atau ICU adalah (Doengoes, 2002):

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Observasi keabu-abuan menyeluruh dan sianosis pada “ jaringan hangat” seperti daun telinga, bibir,
lidah, dan membrane lidah

Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas, misalnya: batuk atau suction.

Kaji status pernafasan.

Catat adanya dispnea dan penggunaan otot bantu

Pertahankan kepatenan jalan nafas (posisi kepala dan leher netral anatomis, cegah fleksi leher)

Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 – 45 derajat

Beri oksigen dengan metode dan indikasi yang tepat

Gangguan perfusi jaringan cerebral

Monitor status neurologi dan menentukan faktor penyebab gangguan

Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kebutuhan lapang pandang / kedalaman
persepsi

Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, sperti fungsi bicara jika klien sadar.

Berikan posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya tempat tidurnya saja yang
ditinggikan)

Kolaborasi pemberian oksigen

Ketidakefektifan Pola Nafas

Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi

Perhatikan pergerakan dada pasien, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu, serta retraksi otot
supraklavikular dan intercostals.

Pantau pola pernafasan : bradipne, takipne, hiperventilasi

Kaji kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.

Pertahankan ketinggian bagian kepala tempat tidur.


Kaji AGD untuk membuktikan pertukaran gas yang adekuat

Waspada terhadap dampak obat-obat depresan atau sedatif.

Pantau frekensi dan irama jantung.

Lakukan suction sesuai kebutuhan,

Nilai hasil laporan foto dada setiap hari.

Resiko tinggi terhadap infeksi

Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual

Bersihkan luka bila ada luka dengan teknik steril dan bersihakan min. 2 kali sehari

Dorong keseimbanagn istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat

Mengawasi kekefektifan terapi antimicrobial

Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri dada, bunyi jantung
ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan karakteristik pus.

Kekurangan volume cairan

Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan

Observasi khususnya terhadap kehilanagn cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase luka,
pengisapan nasogastrik dll)

Pantau perdarahan

Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium klorida dan kreatinin)

Pantau status hidrasi

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur
pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. Keperawatan kritis menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup. Perawatan kritis berperan sebagai advokat, care giver,
kolaborator, peneliti, dan koordinator serta berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim.

SARAN

Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan kritis yang tepat
pada klien dengan kondisi gawat. Selain itu pemahaman terhadap konsep holism, komunikasi, dan
kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting untuk menunjang perawatan terhadap klien agar
kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan
semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Carolyn, et all. 1997. Critical Care Nursing Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott Company.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta:
Depkes

Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd
edition, FA. Davis

Dossey, B. M. 2002. Critical Care Nursing: body-mind-spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott
Company.

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA :
Appleton & Lange.

Hartshorn et all. 1997. Introduction To Critical Care Nursing Second Edition. Philadelphia: WB Saunders
Company.
Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hudak, CM. Gallo, BM. 2012. Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Edisi ke-8. Alih Bahasa Subekti.
Jakarta: EGC

Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Diakses pada 18
September 2013 melalui www.kemenkes.go.id

Mansjoer, A. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Marquis, BL & Huston, Cj. 1998. Management Decision Making For Nurses 3th Ed. Philadelphia: JB
Lippincott

Perry, Anne .G. & Potter, Patricia. A. 1997. Fundamental of Nursing : Concepts, process and Practice (vol
2). Washington DC: The C.V. Mosby Company.

Sitorus, R.Y. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses
(Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC

Talbot, Laura, dan Mary Meyers-Marquardt. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis ed 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Tomey. Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6

Ed. USA : Mosby Inc.


Vicky. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada 17 September 2013 melalui Unismus Web:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-vickynurpr-5195-3-bab2.pdf

Iklan

Bagikan ini:

Terkait

Asuhan Keperawatan pada Kegawatan Sistem Pernafasan

9 Desember 2016

dalam "Keperawatan Medikal Bedah & Kritis"

Efektifitas Yoga Pranayama

9 Desember 2016

dalam "Keperawatan Medikal Bedah & Kritis"

Krisis Tiroid

9 Desember 2016

dalam "Keperawatan Medikal Bedah & Kritis"

Kategori: Keperawatan Medikal Bedah & Kritis

Berikan Komentar

Ners Indonesia

Kembali ke atas

Iklan

Anda mungkin juga menyukai