“DIABETES MELLITUS”
DISUSUN OLEH :
ELSIANI (113063E116005)
Dengan memanjatkan puji dan sukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidyahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
KMB yang berjudul” asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus” tepat
waktu
Dalam tugas ini kami mengucapkan terima kasih kapada Allah SWT hingga
terselesainya makalah ini kami juga mengucapkan terma kasih atas tugas yang
diberikan kepada kami ini dengan adanya tugas ini kami jadi mereview kembali
Tentang Diabetes mellitus dan cara membuat makalah, Tak lupa pula Ucapan
Terima Kasih Kepada
kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini kurang dari sempurna untuk
itu mohon maaf atas kekhilafan dan kesalahan baik dalam isi makalah atau
kesalahan penulisan kata sebab penulis manusia yang tak luput dari kesalahan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
2. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808 untuk
insulin manusia. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino, satu
sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan dengan
protein reseptor yang besar didalam membrane sel.(Guyton,699)
Efek insulin yang paling jelas adalah setelah makan. Efek
utamanya adalah menurunkan kadar gula darah, juga mempengaruhi
metabolism protein dan lemak. Penurunan kadar gula darah terjadi
karena transport membrane terhadap glukosa ke dalam sel
meningkat, khususnya ke dalam sel-sel otot. Insulin menghambat
perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino
atau asam lemak menjadi glukosa; jadi menghambat aktivitas
metabolic yang dapat meningkatkan glukosa darah. Setelah glukosa
masuk kedalam sel-sel sasaran, insulin mempengaruhi
a. Oksidasi glukosa menghasilkan ATP
b. Menggabungkan glukosa membentuk glikogen
c. Mengkonversi glukosa menjadi lemak.
Jadi hati mengambil glukosa dari darah bila berlebihan setelah makan dan
mengembalikannya kedalam darah bila ia diperlukan diantara waktu
makan. Biasanya, sekitar 60 % glukosa dari makanan yang disimpan
dengan cara ini didalam hati dan kemudian kembali lagi.
Insulin juga meningkatkan konversi glukosa hati menjadi asam lemak dan
asam lemak ini diangkut lagi kedalam jaringan adipose serta disimpan
sebagai lemak.Insulin juga menghambat glukoneogenesis. Ini terutama
terjadi dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim hati yang
diperlukan untuk glukoneogenesis. (Guyton:704)
D. Klasifikasi
1. Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes ini dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen
insulin, namun kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia.
Insidens tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat
dibagi dalam dua subtype yaitu autoimun akibat disfungsi autoimun
dengan kekurangan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti adanya
autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Sub tipe ini lebih sering
timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan
remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati
dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus
menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan
memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test
gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka
sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah
terserang berbagai penyakit.
2. Tipe 2: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
a. 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin
b. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan
preparat hipoglikemia(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat
oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia)
c. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30
tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. Diabetes gestasional (GDM )
GDM dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi
4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia
tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat
diabetes gestasional terdahulu. Karena tejadi peningkatan sekresi
berbagai hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik. Pasien-
pasien yang mempunyai presdisposisi diabetes secara genetic
mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi
klinis diabetes pada kehamilan.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
Dalam skala yang lebih kecil, ada beberapa kasus diabetes oleh
syndrome genetic tertentu (perubahan fungsi sel beta dan perubahan
fungsi insulin secara genetis), gangguan pada pancreas yang didapati
pada pecandu alcohol, dan penggunan obat ataupun zat kimia.
Beberapa kasus tersebut dapat memicu gejala yang sama dengan
diabetes. (Pearce, 2007)
E. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah
diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan
bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi
glukosa yang menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas
dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh
mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol
dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras
memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas.
Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot
hamper 100%. Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada
sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk anak
cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar
90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami
oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum
hamil
b. Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1) Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang
timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.
2) Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes
mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah
hamil.
3) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai
dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti
retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah
panggul dan pembuluh darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang
mengalami peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol,
estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat
hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai
pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah
(glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap
insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin
dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah
gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta.
Pada tipe ini memiliki prevalensi familiar yang tinggi dan
bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali
obesitas dan resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin
sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
F. Patofisiologi
Menurut Boron & boulpapae (2009), DM tipe 1 disebabkan oleh
kerusakan sel β pangkreas yang bermediasi oleh sistem imun. Konsekuensi
dari tidak adanya insulin, berhubungan dengan glukagon yaitu cepat
terjadi kelaparan. Pada orang yang sehat, puasa untuk beberapa hari
berlanjut pada rendahnya sekresi insulin, hal ini untuk menjaga
keseimbangan aksi glukagon pada modulasi produksi glukosa dan keton
oleh liver. Walau demikian, pada DM tipe 1, defisiensi insulin sangat
parahm dan liver terus-menerus memproduksi glukosa dan keton bahkan
dalam jumlah berlebih dibanding dengan yang mereka gunakan.
Akibatnya, konsentrasi substansi ini di dalam darah sangat tinggi. Bahkan,
ketika konsentrasi glukosa mencapai level 5-10 kali di atas normal, tidak
ada insulin yang dikeluarkan karena tidak ada sel β. Peningkatan glukosa
dan keton memberikan beban yang terlalu besar untuk ginjal karenan
osmosis diuresis.
Berdasarkan Guyton & Hall (2011), DM tipe 2 lebih umum terjadi dari
pada DM tipe 1, berkisar antara 90-95 % dari semua kasus DM. Menurut
Alsahli & Gerich (2010), DM tipe 2 merupakan gangguan heterogen yang
disebabkan oleh kombinasi genetik dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi fungsi sel β dan sensitivitas insulin pada jaringan target.
Pada DM tipe 2, kerusakan yang terjadi pada sel β pankreas dapat
mencapai 50%.
G. Manifestasi Klinis
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Kehilangan glukosa dalam urine karena ambang ginjal untuk
mereabsobsi glukosa membesar (Glycosuria)
5. Ketonemia dan ketonuria atau penumpukan asam lemak dan
keton dalam darah dan urine yang terjadi akibat katabolisme
abormal lemak sebagai sumber energi.
6. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
7. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
8. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
9. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
10. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
11. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
12. Gejala lain yang mungkin timbul adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi pada pria, serta iritasi atau rasa gatal disekitar
vulva dan lubang vagina (pruritus vulva) pada wanita.
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan saraf tepi atau kesemutan
3. Gatal-gatal atau bisul
4. Rasa tebal di kulit
5. Gangguan fungsi seksual
6. Keputihan
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1.
H. Komplikasi
Komplikasi pada DM disebabkan oleh terpapar glukosa konsentrasi tinggi
dalam jangka panjang. Menurut prince & wilson (2006), komplikasi DM
terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut adalah komplikasi pada DM yang penting dan
hubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
waktu pendek. Komplikasi disebabkan oleh perubahan yang relatif
akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Diabetes ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat
dan akut dari suatu pengalaman penyakit DM. DKA
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup nya
jumlah insulin yang nyata. Klien mengalami hiperlipidemia
dan glukosuria berat. Penurunan lipogenesis, peningkatan
lipolisis dan peningkatan oksidasi lemak bebas disertai
pembentukan benda keton.
b. Koma hiperosmolar non ketotik (KHN)
KHN merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan
tingkat kesadaran. Hiperglikemia berat terjadi dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600 mg/dl tanpa disetai ketosis.
c. Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin
yang ditandai dengan berkeringat, gemetar, sakit kepala dan
palpitasi. Selain itu juga akibat kekurangan glukosa dalam
otak ditandai dengan tingkah laku aneh, sensorium yang
tumpul, dan koma. Hipoglikemia sangat berbahaya bila
terjadi dalam waktu yang lama karena dapat menyebabkan
kerusakan otak permanen
2. Komplikasi kronik
Komplikasi kronis DM pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik) yang
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan
fungsi ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami strees yang menyebabkan kebocoran
protein darah dalam urine.
2) Penyakit mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur tidak
selalu disebabkan neuropati. Katarak disebabkan
karena hiperglikemia yang berkepanjangan,
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa.
3) Neuropati
DM dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem
saraf otonom medulla spinallis atau sistem saraf
pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-perubahan
metabolik lain dalam sintesa fungsi nyelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf.
b. Makrovaskuler
1) Penyakit jantung koronenr
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat DM
maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya
arteri (arteriosclerosis) dengan risiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesTesis fungsi saraf-saraf
sensorik. Keadaan ini menyebabkan ganggren
infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang
menebal dan halus demikian juga pada daerah yang
terkena trauma.
3) Pembuluh darah ke otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi
penyumbatan sehingga suplai darah ke otak
menurun.
I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,
tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam
menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM,
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Saat ini banyak
dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang
umumnya sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat
dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan
sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Untuk memantau kadar
glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan antara uji
diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan
untuk mereka yang menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak
bergejala tetapi memilliki resiko DM.
J. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan :
1. Penurunnan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar
non ketotik (HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan degnan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
KONSEP KEPERAWATAN
A. Assesment
1. Wawancara
a. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama
klien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama,
suku, alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita
prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko
tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40
tahun.
b. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan
utama yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang
kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan
informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau
juga atherosclerosis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas
dari DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes
mellitus, hal ini berhubungan dengan proses genetic dimana
orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk
menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot-otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
f. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.
g. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola
tidur dan waktu tidur penderita.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga ( self esteem ).
i. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami
neuropati / mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap
adanya trauma.
j. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
k. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /
adaptif.
2. Pengkajian Fisik
a Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang
mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami
diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri
dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan
adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam
bentuk urin.
6) Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan,
penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah,
lemah.
7) Sistem neurologis
8) Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan adalah :
a Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c Kultur pus jika diperlukan
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
B. Nursing Diagnosis
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges,
1999) adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan
dibatasi, kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan
oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang
tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi /
tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges,
1999) meliputi :
a Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, kehilangan gastric, berlebihan (diare, muntah)
masukan dibatasi (mual, kacau mental).
Intervensi :
1. Widyanto, Candra. (2013). Trend Penyakit Saat ini. Trend Disease Edisi
cetakan pertama. Jakarta :Cv. Trans Info Media.
2. NIC-NOC (2015). Asuhann keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja.