Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Data WHO menunjukkan, sekitar 1,8 juta bayi dan balita meninggal setiap
tahun akibat meningitis. Insiden meningitis bakteri di negara maju sudah
menurun sebagai akibat keberhasilan imunisasi HiB (Haemophilus influenzae
tipe B) dan IPD (invasive pneumococcal diseases). Penyakit meningitis
menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menginfeksi sekitar
400 juta orang di seluruh dunia. Angka kejadian meningitis terbanyak ada di
Afrika dan Asia, terutama di kawasan dengan tingkat kebersihan yang belum
memadai dan kepadatan penduduk.
Pakar kesehatan dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSCM Dr dr Iris Rengganis, SpPD mengingatkan,
tanpa pengobatan, tingkat kematian dari penyakit meningokokus mencapai 70
persen sampai 90 persen.
Data penderita meningitis di Indonesia yang terbaru berasal dari
kedokteran anak. Menurut data di rumah sakit rujukan nasional (RSCM),
dalam satu tahun (Oktober 2003 hingga Oktober 2004) jumlah bayi penderita
meningitis bakterialis berjumlah 18 jiwa dari total 3289 kelahiran dengan
memenuhi kriteria positif pada pemeriksaan kultur cairan sumsum tulang
belakang dan gambaran pleiositosis (peningkatan jumlah sel darah putih pada
cairan sumsum tulang belakang).
Sejak tahun 2002, merupakan suatu kewajiban bagi mereka yang ingin
menunaikan ibadah haji untuk terlebih dahulu menerima vaksinasi meningitis.
Langkah ini diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk meminimalisasi
terjangkitnya penyakit meningitis di antara para calon haji. Vaksinasi
biasanya dilakukan satu bulan sebelum jadwal penerbangan. Meningitis
merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala

1
perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai
peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan
durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga
beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi
berminggu minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik
meningitis saling tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi.
Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial
akut merujuk kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini
memiliki onset gejala meningeal dan pleositosis yang bersifat akut.
Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae. Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan
meningitis seperti Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.
Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon
selular nonpiogenik yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda.
Penderita biasanya menunjukkan gejala meningeal akut, demam, pleositosis
LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa pemeriksaan
laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan
berasal dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus (HSV).
Alasan untuk mempelajari tentang meningitis. Meningitis merupakan suatu
reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang
membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik/non spesifik
atau virus. Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat. Dan
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,
bahkan kematian

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian anatomi dan fisiologi pada gangguan meningitis?
2. Apa saja definisi dari penyakit meningitis?
3. Apa saja etiologi dari penyakit meningitis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit meningitis?
5. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat peyakit meningitis?
6. Bagaimana collaborative care management pada penyakit meningitis?
7. Bagaimana nursing management pada penyakit meningitis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengetahui tentang penyakit meningitis
2. Tujuan Khusus
a. Memahami gambar anatomi pada otak
b. Memahami pengertian dari meningitis
c. Memahami etiologi dari meningitis
d. Memahami manifestasi klinis dari meningitis
e. Memahami komplikasi dari meningitis
f. Memahami Collaboratif Management Care dari meningitis
g. Memahami Nursing Care (konsep dasar asuhan keperawatan) dari
meningit

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan


1. Anatomi

Gambar I.1. Anatomi System Persarafan


http://www.google.co.id/imgres?q=anatomi+sistem+saraf&um

4
Gambar II.1.Anatomi otak

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&q=otak

5
Gambar III.1. Otak yang mengalami gangguan meningitis

http://children.webmd.com/vaccines/meninigitis

6
Struktur Saraf

Sistem saraf pada manusia itu terdiri dari suatu sel saraf yang biasa di
sebut dengan neuron san sel gilial. Neuron mempunyai fungsi untuk alat
menghantarkan impuls(rangsangan) dari sebuah panca indra menuju otak
dan kemudian hasil dari sebuah tanggapan otak akan di kirim menujuke
otot. sedangkan sel gilial mempunyai fungsi untuk pemberi suatu nutrisi
pada neuron.

System saraf terbagi atas 2:

a. System saraf pusat

Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian dari sistem


saraf yang terdiri atas neuron, otak, dan sumsum tulang
belakang. Sistem ini merupakan salah satu bagian yang paling
utama dalam sistem saraf. Ketika kita sedang berfikir, bernafas,
melihat dan melakukan

1) OtakBesar

Otak besar mempunyai tekstur kenyal, lunak, ada banyak


lipatan, serta berminyak. Otak besar dikelilingi oleh suatu
cairan serebrospinal

2) Otak Kecil

Otak Kecil yang terletak di sebuah bagian belakang kepala


dan dekat leher

3) Batang otak

7
Merupakan struktur yang menghubungkan otak dengan
sumsum tulang belakang. Batang otak terletak di bawah
cerebrum dan di depan cerebellum. Batang otak atau yang
juga disebut dengan brainstem merupakan komponen yang
terdiri dari 3 organ, yaitu Otak Tengah
(Midbrain/mesencephalon), pons dan medulla oblongata.

Pada sistem saraf Pusat juga terdapat sebuah jembatan Varol


yang tersusun atas sebuah saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, yang Juga menghubungkan otak
besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan varol ini
mempunyai fungsi untuk menghantarkan suatu rangsangan
dari kedua bagian serebelum.

Sumsum Lanjutan

Sumsum lanjutan atau yang sering disebut dengan sumsum


lanjutan atau medula oblongata terletak pada di
persambungan antara otak dengan tulang belakang.

Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang atau dapat disebut medula spinalis


yang berada di dalam sebuah tulang belakang. Sumsum
tulang belakang dibagi menjadi dua lapisan, yang pertama
lapisan luar yang berwarna putih dan yang ke dua lapisan
dalam yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang telah
dilindungi oleh tulang belakang atau tulang punggung yang
keras. Tulang punggung terdiri dari 33 ruas.

8
b. Sistem saraf tepi/perifer

Adalah bagian dari sistem saraf manusia yang terdiri dari sistem
saraf somatik (sistem saraf sadar) dan sistem saraf otonom
(sistem saraf tak sadar). Sistem saraf sadar berfungsi untuk
mengontrol segala aktivitas yang kerjanya dikendalikan oleh
otak, dan sistem saraf tak sadar berfungsi untuk mengontrol
aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak seperti denyut jantung,
gerakan saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem saraf 
tak sadar adalah sistem saraf di dalam tubuh yang bekerja tanpa
sepengetahuan pemilik tubuh. Sistem saraf tak sadar ini memiliki
peran yang sangat penting bagi tubuh, khususnya untuk
menggerakkan usus, otot polos, pupil, pembuluh darah, dan lain
lain.

Sistem saraf tepi terbagi atas:

1) Saraf somatic

Sistem saraf somatik adalah bagian dari sistem saraf


untuk merasakan rangsangan eksternal. Sistem saraf
somatik bertanggung jawab untuk semua kontraksi otot
secara sadar Sistem saraf somatik adalah bagian dari
sistem saraf yang bertanggung jawab untuk gerakan
tubuh secara sadar dan untuk merasakan rangsangan
eksternal. Semua panca indera dikendalikan oleh sistem
ini. Sistem saraf somatik adalah sub-bagian dari sistem
saraf perifer.

2) Saraf otonom

9
Sistem saraf somatik adalah bagian dari sistem saraf
untuk merasakan rangsangan eksternal. Sistem saraf
somatik bertanggung jawab untuk semua kontraksi otot
secara sadar Sistem saraf somatik adalah bagian dari
sistem saraf yang bertanggung jawab untuk gerakan
tubuh secara sadar dan untuk merasakan rangsangan
eksternal. Semua panca indera dikendalikan oleh sistem
ini. Sistem saraf somatik adalah sub-bagian dari sistem
saraf perifer.

System otonom terbagi atas 2:

(a) Sistem saraf simpatik

Sistem Saraf simpatik adalah bagian dari sistem


saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan
terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti
mempercepat detak jantung dan menyebabkan
kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur
fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi
glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik
diaktifkan terutama dalam kondisi stres.
Bandingkan sistem saraf parasimpatik.

(b) Sistem saraf parasimpatik

Sistem Saraf Parasimpatik adalah bagian dari sistem


saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan
terhadap sistem saraf simpatik, seperti
memperlambat detak jantung dan melebarkan

10
pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi
kelenjar, seperti memproduksi air mata dan air liur,
dan merangsang motilitas dan sekresi dari sistem
pencernaan. Bandingkan sistem saraf simpatik.

12 Nervus Kranial

1. Saraf I (Nervus Olfaktorius)

Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas


sarafnya menjalar ke bulbus olfaktorius dan melalui traktus
olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori). Nervus
Olfaktorius adalah jenis saraf sensoris. Fungsinya adalah untuk
menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak
untuk diproses sebagai sensasi bau.

2. Saraf II (Nervus Optikus)

Saraf ini bekerja membawa impuls (rangsangan)dari sel kerucut


dan slel batang di retina mata untuk dibawa ke badan sel akson
yang membentuk saraf optic di bola mata. Lalu, setiap saraf optic
keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga
kranial melalui foramen optic. Nervus Optikus adalah jenis saraf
sensoris. Fungsinya adalah untuk menerima rangsang dari mata
lalu menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi
visual (penglihatan)

3. Saraf III (Nervus Occulomotorius)

Merupakan saraf gabungan, yaitu jenis saraf sensoris dan


motoris, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron

11
motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke
seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus
lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos
tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera
otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke
otak. Fungsinya adalah untuk menggerakkan sebagian besar otot
bola mata

4. Saraf IV (Nervus Trochlearis)

Merupakan saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari


saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf kranial.
Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan
membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut
sensorik dari spindle (serabut) otot menyampaikan informasi
indera otot dari otot oblik superior ke otak. Fungsinya adalah
untuk menggerakkan beberapa otot bola mata.

5. Saraf V (Nervus Trigeminus)

Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian


besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf
sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral.
Nervus trigeminus memiliki 3 cabang, yaitu :

a. Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak


mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung,
rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.

12
b. Cabang maksilar membawa informasi dari kulit
wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan
palatum.

c. Cabang mandibular membawa informasi dari gigi


bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal
kulit kepala.

6. Saraf VI (Nervus Abdusen)

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari


saraf motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada
pons yang menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut
sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke
pons. Fungsinya adalah untuk melakukan gerakan abduksi mata.

7. Saraf VII (Nervus Fasialis)

Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam


nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah,
termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Neuron sensorik
membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga
bagian anterior lidah.

8. Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis)

Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua cabang, yaitu

a. Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi


dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ korti
telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli

13
inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada
thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus
temporal.

b. Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan


dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang
yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam

9. Saraf IX (Nervus Glosofaringeal)

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari


medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta
kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi
yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah
dan sensasi umum dari faring dan laring. Neuron ini juga
membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor
sensorik dalam pembuluh darah tertentu.

10. Saraf X (Nervus Vagus)

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam


medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan
abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring,
laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke
medulla dan pons.

11. Saraf XI (Nervus Asesorius)

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari


serabut motorik. Neuron motorik berasal dari dua area : bagian
cranial berawal dari medulla dan menginervasi otot volunteer

14
faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis
serviks dan menginervasi otot trapezius dan
sternokleidomastoideus. Neuron sensorik membawa informasi
dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik ;
misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot
sternokleidomastoid.

12. Saraf XII (Nervus Hipoglosus)

Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf


motorik. Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai
otot lidah. Neuron sensorik membawa informasi dari spindel otot
di lidah.

31 NERVUS SPINALIS
o 8 pasang syaraf servikal
Meliputi : C menunjukkan sekmen T,L,S,Co
1. Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal
C1 – C4
2. Leksus brakial C5 – T1 / T2 mempersarafi anggota bagian
atas, saraf yang mempersarafi anggota bawah L2 – S3.
o 12 Pasang syaraf Torakal
o 5 Pasang syaraf Lumbal
o 5 Pasang syaraf Sakral
o 1 pasang syaraf koksigeal.

Sel Saraf (Neuron)

15
Unit terkecil penyusun sistem saraf yaitu sel saraf atau bisa di sebut
dengan Neuron. sel saraf yaitu sebuah sel yang mempunyai fungsi
untuk menghantarkan implus atau rangsangan. setiap satu sel saraf
(neuron) yang terdiri dari tiga bagian utama yakni berupa badan sel
saraf, dendrit, dan akson.
Bagian-Bagian Sistem Saraf
a. Dendrit yaitu suatu serabut sel saraf pendek dan bercabang-
cabang. Dendrit adalah perluasan dari badan sel.
b. Badan Sel yaitu suatu bagian yang paling besar dari sel saraf.
c. Nukleus yaitu suatu inti sel saraf
d. Neurit (Akson) yaitu suatu tonjolan sitoplasma yang panjang
(lebih panjang daripada dendrit).
e. Selubung Mielin yaitu sebuah selaput yang banyak
mengandung lemak yang mempunyai fungsi untuk melindungi
akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen.
Lekukan di antara dua segmen disebut dengan nodus ranvier.
f. Sel Schwann yaitu suatu jaringan yang membantu untuk
menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan membantu
suatu regenerasi neurit (akson).
g. Nodus ranvier. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan
suatu saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain,
sehingga suatu impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
h. Sinapsis yaitu pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel
saraf satu dan ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap
sinapsis terdapat suatu celah sinapsis. Pada bagian ujung akson
terdapat suatu kantong yang disebut dengan bulbus akson.
Kantong tersebut berisikan zat kimia yang sering disebut
dengan neurotransmiter.

16
Sel Saraf atau Neuron bergabung membentuk suatu jaringan saraf.
Ujung dendrit dan Ujung aksonlah yang menghubungkan suatu sel
saraf satu dan sel saraf lainya.
a. Sel saraf sensorik yaitu suatu sel saraf yang mempunyai fungsi
untuk menerima suatu rangsang yang datang kepada tubuh atau
panca indra, dan dirubah menjadi impuls (rangsangan) saraf,
dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol
untuk membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya
panjang.
b. Sel saraf motoric yaitu suatu sel saraf yang mempunyai fungsi
untuk membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan
sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf ini mempunyai
dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
c. Sel saraf penghubung
Sel saraf penghubung yaitu suatu sel saraf yang banyak
terdapat di dalam suatu otak dan sumsum tulang belakang.
Neuron (sel saraf) tersebut mempunyai fungsi untuk
menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel
saraf sensorik ke sel saraf motorik.
d. Sel Glial
Sel Glial mempunyai fungsi diantaranya untuk memberi suatu
nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya
yakni astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan makroglia.

Pusat saraf mempunyai fungsi untuk memegang suatu kendali dan


pengaturan terhadap suatu kerja jaringan saraf hingga ke sel
saraf.sistem saraf pusat terdiri dari yaitu otak besar, otak kecil, sum
sum lanjutan (medula oblongata), dan sumsum tulang belakang
(medula spinalis). Otak Terletak pada bagian di dalam tulang

17
tengkorak sedangkan sumsum tulang belakang terletak pada bagian di
dalam ruas-ruas tulang belakang.
Tiga Materi Esensial yang ada pada suatu bagian sumsum tulang
belakang serta otak antara lain yakni sebagi beikut :
1. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk
dari badan sel.
2. Substansi alba yaitu suatu bagian materi putih yang
terbentuk oleh serabut saraf.
3. Jaringan ikat yaitu sel-sel neuroglia yang ada di dalam
sebuah system saraf pusat tepatnya di antara sebuah sel-sel
saraf yang ada.

Bagian dari Meninges


Meningen (selaput otak) merupakan selaput yang membungkus otak
dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang
membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (serebro spinal),
memperkecil terjadinya benturan atau getaran yang terdiri dari 3
lapisan:
a. Durameter (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung
rongga yang mengalirkan darah vena ke otak yang dinamakan
sinus longitudunal superior, terletak diantara kedua hemisfer
otak.
b. Arakhnoid (lapisan tengah)
Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter
dengan piameter membentuk sebuah kantong atau balon yang
berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
c. Piameter (lapisan sebelah dalam)

18
Piameter merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak, piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui
struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trabekel.

2. Fisiologi
a. Dendrit
Fungsi dendrit adalah untuk menerima dan mengantarkan rangsangan
ke badan sel.
b. Badan Sel
Fungsi badan sel adalah untuk menerima impuls (rangsangan) dari
dendrit dan meneruskannya ke neurit (akson).
c. Inti Sel
Inti sel (nukleus) adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur
kegiatan sel saraf (neuron).
d. Neurit
Fungsi neurit adalah untuk meneruskan impuls dari badan sel saraf ke
sel saraf lainnya.
e. Selubung Mielin
Fungsi selubung mielin adalah untuk melindungi neurit dari kerusakan
dan mencegah impuls bocor. Fungsi selubung mielin mirip
pembungkus kabel listrik yang bersifat isolator.
f. Sel Schwann
Fungsi sel schwann adalah untuk mempercepat jalannya impuls,
membantu menyediakan makanan untuk neurit, dan membantu
regenerasi neurit.
g. Nodus Ranvier

19
Fungsi utamanya sebagai loncatan untuk mempercepat impuls saraf
ke otak atau sebaliknya. Nodus ranvier berdiameter sekitar 1
mikrometer dan ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier.
h. Oligodendrosit
Fungsi oligodendrosit adalah untuk membentuk selubung mielin yang
sama pada sistem saraf pusat dan sebagai sel penyokong.
Oligodendrosit memiliki beberapa juluran memanjang yang masing-
masing membungkus (seperti dadar gulung) sepotong akson
antarneuron untuk membentuk segmen mielin.
i. Sinapsis
Fungsi sinapsis adalah untuk mengirimkan impuls dari akson ke
dendrit di sel saraf lain.
j. Korteks Serebri
Fungsi korteks serebri adalah untuk mengatur kegiatan sensorik,
motorik, dan asosiatif.
k. Otak Besar (Cerebrum)
Fungsi otak besar adalah untuk mengatur indera dan otot.
l. Basal Ganglia
Fungsi basal ganglia adalah untuk mengontrol kognisi, melakukan
koordinasi gerakan, dan pengaturan gerakan tak sadar..
m. Diensefalon
Fungsi diensefalon adalah mengendalikan pola makan, defekasi,
menghubungkan komunikasi antar belahan otak besar, mengatur
waktu biologis, dan mengatur sekresi hormon.
n. Otak Kecil
Fungsi otak kecil adalah sebagai pusat keseimbangan, mengatur
sebagian gerak motorik, dan koordinasi antar otot.
o. Kelenjar Pituitari

20
Fungsi kelenjar pituitari adalah untuk mensekresikan berbagai macam
hormon dan sebagai pengendali kelenjar lain di dalam tubuh manusia.
p. Talamus
Fungsi talamus adalah sebagai penerima informasi sensorik dari panca
indera yang kemudian diteruskan ke korteks serebri.
q. Hipotalamus
Fungsi hipotalamus adalah mengkaji impuls yang datang dari seluruh
tubuh, menjaga kestabilan suhu tubuh, mengendalikan takanan darah,
mengatur keseimbangan cairan, menghubungkan sistem hormon
dengan sistem saraf, dan mengatur pola tidur.
r. Pons
fungsi pons sangatlah penting yaitu sebagai penghubung banyak
impuls (rangsangan) dengan otak. Itu dikarenakan terdapat banyak
sinapsis yang terhubung dengan pons.
s. Batang Otak
Fungsi batang otak adalah untuk meneruskan impuls ke cerebrum dan
menyilang serat kortokospinal. Penyilangan tersebut membuat tubuh
kanan dikendalikan oleh otak kiri dan sebaliknya.

B. Penyakit Meningitis
1. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-
organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak
(arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama
dari meningitis.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan

21
aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan
serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid; ruang
subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman
dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali
menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu
merupakan suatu proses serebrospinal. (Harsono : 1996)
Merupakan peradangan pada bagian arahnoid dan piameter selaput
otak dan medulla spinalis. Peradangan pada bagian durameter disebut
takimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian meningitis banyak desababkan
karena bakteri.
Meningitis menurut pendapat kelompok merupakan penyakit :
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai proses peradangan yang
mengenai piameter dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur.
2. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi
seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh
virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.
a. Meningitis Bakteri

22
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah
haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia,
Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli,
Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap
bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di
ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan
mengalami infark.
b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini
biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan
oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan
lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
c. Faktor lain
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsi

23
Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
3. Manifestasi klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
4. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
5. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
6. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas
bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
ektremita yang berlawanan.
7. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
8. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa
dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.

24
9. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.
10. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda
koagulopati intravaskuler diseminata
4. Komplikasi
a. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total. Ini adalah salah satu
komplikasi paling umum dari meningitis. Pengidap meningitis
biasanya disarankan untuk lakukan tes pendengaran untuk memeriksa
apa terjadi masalah.
b. Masalah ingatan atau konsentrasi.
c. Rasa lelah bisa muncul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya infeksi.
d. Kesulitan belajar, bisa bersifat sementara atau permanen
e. Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan
f. Masalah dalam berbicara
g. Penglihatan hilang, bisa sebagian atau total
h. Munculnya gangren. Gangren adalah jaringan rusak yang akan mati.
Jaringan ini dirusak oleh racun yang dihasilkan bakteri yang masuk
ke dalam darah. Jika kerusakan jaringan sangat parah, maka mungkin
diperlukan prosedur amputasi.
i. Epilepsi
j. Lumpuh otak atau cerebral palsy, istilah umum untuk kondisi yang
memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh
k. Syok dan bahkan kematian
5. Collaboratif Management Care
a. Diagnostic Test
1) Pemeriksaan Laboratorium

25
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah
analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada
pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan
otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang
biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan
otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis
kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
2) Pemeriksaan Radiografi
(a) CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau
penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada
penyakit yang sudah sangat parah
(b) Rontgen dada untuk menentukan adanya penyakit paru,seperti
TBC Paru, pneumonia, abses paru,
(c) Lumbal pungsi
 Cairannya  diukur dan diambil sample untuk mendapatkan
culture, gram stain, jumlah sel darah merah dan untuk
mengetahui adanya glukosa  dan protein.
 Culture dan stain untuk mengidentifikasi organisme penyebab
 Warna cairan keruh/purulen pada infeksi bakteri dan bening
pada infeksi virus.
 Jumlah sel darah merah meningkat
 Glukosa menurun CSF ( <45-47/100 ml ) pada meningitis
bakteri. Normal pada virus
 Kensentrasi protein meningkat dalam CSF (>100 mg/dl )

26
 Culture hidung dan tenggorokan
 Culture darah

o LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )


o Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan tipe
sel neutrofil ( infeksi bakteri ) dan limfosit ( infeksi virus )
( 500-10.000mmk pada infeksi bakteri ) 100-500/mmk pada
infeksi virus )
o Elektrolit darah : Abnormal .
o ESR/LED : meningkat pada meningitis
 Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat
mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi
o MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor
o Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber
infeksi intra kranial.

b. Medication
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan
perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai
tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim
medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis
meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah
otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji

27
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif
digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500


mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1
tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari
selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal:


0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari
atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena.

c. Surgery

28
Terapi pilihan pada pasien yang telah mengalami meningitis
bacterial dengan komplikasi hydrocephalus adalah dilakukan
pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna
mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada
beberapa jenis shunt antara lain Ventrikulo Peritoneal (VP) dan
Ventriculo Atrial Shunt (VA). Penatalaksaan pada pasien
hydrocephalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan
pemberian carian yang adequate.
d. Treatment
1) Isolasi
2) Terapi anti microba sesuai hasil culture
3) Mempertahankan dehidrasi, monitor balance cairan (hubungan
dengan edema serebral)
4) Mencegah dan mengobati komplikasi
5) Mengontrol kejang
6) Mempertahankan ventrilasi
7) Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
8) Pelaksanaan syok septic
9) Mengontrol perubahan suhu lingkungan
e. Diet
1) Memakan makanan yang bernutrisi
2) Memakan makanan yang seimbang:
 Kaya biji-bijian
 Sayuran
 Kacang-kacangan (kacang panjang dan kacang polong)
3) Meminum banyak air putih (bersih)
4) Jangan merokok dan meminum minuman yang mengandung
alcohol

29
f. Activity
Pada pasien yang mengalami peradangan pada selaput meningen
istirahat baring untuk mencegah timbulnya kembali peradangan
yang berakibat infeksi pada system saraf pusat. Tindakan
colaboratif dari dokter, perawat, dan accupational therapist
dilakukan dan dilaksanakan.
1) Peningkatan kegiatan fisik seperti olahraga
2) Bagi pasien meningitis dilakukan latihan gerak aktif maupun
pasif pada pasien yang terjadi paralisis atau hemiparase
g. Health Education
Focus dari intervensi keperawatan adalah pengajaran kepada klien
dan keluarga tentang :
1. Mengurangi faktor-faktor resiko :
 Berhenti merokok
 Kurangi atau hindari konsumsi alcohol
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air, seperti kebersihan
pribadi sangat penting dalam pencegahan meningitis
3. Meningkatkan kegiatan fisik seperti olahraga
4. Istirahat yang cukup
5. Anjurkan pasien untuk istirahat baring untuk mencegah
timbulnya kembali peradangan yang dapat menimbulkan
infeksi
6. Anjurkan klien untuk gerak aktif
7. Jelaskan keopada pasien dan keluarga efek samping obat,
dosis dan frekuensi makan obat.

8. Nursing Management
a. Assesment

30
1) Biodata klien
2) Riwayat kesehatan masa lalu
(a) Apakah pernah menderita penyakit ISPA dan TBC ?
(b) Apakah Pernah jatuh atau trauma kepala ?
(c) Pernahkah oprasi daerah kepala ?
3) Riwayat kesehatan sekarang
(a) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak ( Malaise )
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter
(b) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernafasan
(c) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditi dan PJK.
Tanda :Tekanan darah meningkat,nadi menurun ,dan tekanan
nadi berat ,talkardi,disritmia.
4) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : Anoreksia,muntah,turgor kulit jelek dan membrane mukosa
kering.
6) Higiene
Tanda :Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
7) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, Parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi ,hiperalgesia kejang, diplopia,fotofobia
ketulian dan halusinasi penciuman.

31
Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi, kehilangan memori ,
afasia,anisokor,nistagamus,ptosis,kejang umum/local, hemiparese,
tanda brudzinki positif dan atau kerning positif,rigiditas nukal,
babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik
hilang pada laki laki.
(a) Nyeri atau keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat. Frontal )
Tanda : gelisah, menangis.
.

b. Nursing Diagnosis
1) Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
peradangan dan edema pada otak dan selaput otak.
2) Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan
volume intracranial, penekanan jarring otak, dan edema serebri.
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan
tingkat kesadaran.
4) Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan
jaringan otak.
5) Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan adanya kejang
berulang, fiksasi kurang optimal
c. Expected Patient Outcomes
1) Perfusi jaringan otak meningkat
2) Tidak terjadi peningkatan TIK
3) Jalan nafas kembali efektif
4) Nyeri berkurang atau rasa sakit terkendali
5) Klien tidak mengalami cidera.

32
d. Nursing intervention
1) Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
peradangan dan edema pada otak dan selaput otak.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi
perfusi jaringan orak meningkat.
Mandiri
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar,cegah gerakakan
yang tiba tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher ,
hindari fleksi leher
2. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan,
suhu, masukan dan Pengeluaran.
3. Pantau status neurologis.

Kaloborasi
1. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat, Untuk
mengurangi Tekanan intra kranial.
2. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3. Perubahan perubahan ini yang menandakan ada
perubahan tekanan intra kranial dan penting untuk
intervensi awal.

2) Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan


volume intracranial, penekanan jaring otak, dan edema serebri.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu
3x24 jam
Mandiri
1. Kaji faktor penyebab dari situasi/ keadaan
individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan
kemungkinan penyebab TIK.

33
2. Pantau tanda tanda vital tiap 4 jam
3. Berikan periode intirahat antara tindakan perawatan dan
batasi lainnya prosedur.

Kaloborasi

1. Deteksini dini untuk memprioritaskan


intervensi,mengkaji status niorologis atau tanda tanda
kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan
atau tindakan pembedahaan.
2. Suatu keadaan normal situasi serebri terperihara dengan
baik atau floktuasi ditandai dengan tekanan darah
sistematis penurunan dari otoregulator kebanyakan
merupkan tanda penurunan disfusi lokal vaskularisasi
daerah serebri.
3. Tindakan terus menurus dapat meningkat TIK oleh efek
rangsangan komulatif
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan
tingkat kesadaran.
Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam setelah diberikan tindakan, jalan
nafas kembali efektif
Mandiri
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan,
perubahan irama dan kedalaman, penggunanan otot
aksesori, warna dan kekentalan sputum.
2. Atur posisi pofler dan semipowler
3. Ajarkan batuk efektik
Kolaborasi

34
1. Memantau dan mengatasi potensi potensial.
2. Peninggi kepala tempat tidur memudahkan pernafasan,
meningkatkan eksfensi dada,dan meningkatkan batuk
efektif
3. Klien berada pada resiko tinggi tidak dapat batuk
dengan efektif untuk membersihkan jalan nafas dan
mengalami kesulitan dalam menelan sehingga
menyebabkan asfirasi saliva dan mencetuskan gagal
nafas akut.
4) Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan
otak.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang atau rasa
sakit yang terkendali.
Mandiri
1. Usahakan mebuat lingkungan yang aman dan tenang
2. Komperes dinggin ( es ) pada kepala
3. Lakukan penatalaksaan nyeri dengan metode distraksi
dan relaksasi nafas dalam.
4. Lakukan latihan gerak aktif atau fasif sesuai dengan
kondisi dengan lembut dan hati hati
5. Kaloborasi pemberian analgesic
Kolaborasi
1. Menurunkan reaksi terhadap rangsangan esternal atau
kesensitivan terhadap cahaya dan mengajurkan klin
untuk beristirahat.
2. Dapat menyebabkan faso kontriksi pembuluh darah
keotak .
3. Membantu menurunkan ( Memutuskan ) stimulasi
sensai nyeri.

35
4. Dapat membantu releksasi otot otot yang tegang dapat
menurunkan nyeri atau rasa tidak nyaman.
5. Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit .
5) Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan adanya kejang
berulang, fiksasi kurang optimal
Tujuan: Dalam watu 3x24 jam perawatan,klien bebas dari cedera
yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.
Mandiri
1. Pantau kejang pada tangan,kaki,mulut, dan otot otot
muka lainnya
2. Persiapkan lingkungan yang aman batasan ranjang
papan pengaman dan alat sucion selalu berada dekat
klien
3. Pertahankan betresht total selama fase akut
4. Kaloborasi pemberian terapi :Diazepam, dan
penubarbital

Kolaborasi

1. Gambaran iritabilitas system saraf pusat memerlukan


evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya komplikasi
2. Melindungi klien bila kejang terjadi
3. Mengurangi resiko jatuh atau cedera jika terjadi
pertigo dan atraksia
4. Untuk mencegah mengurangi kejang

Evaluasi

36
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks
dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

1.  Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan


kekuatan.
2. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

37

Anda mungkin juga menyukai