Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di
tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya
promotiv, preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan
ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang dapat diselenggarakan
secara sinergis dan terintegrasi harus di tetapkan oleh menteri kesehatan setelah
melalui pengkajian.
Terapi komplementer banyak menggunakan pada efektifitas dari beberapa
terapi (Snyder dan lindquist, 1998). Florence Nightingale menggambarkan
penggunaan terapi komplementer, seperti musik, didalam perawatan holistic
Anak merupakan makluk yang tidak/belum bias mandiri ,semua tergantung orang
lain.selama dirawat di rumah sakit banyak sumber stressor yang dapat
mempengaruhi psikologis anak seperti nyeri,lingkungan,perpisahan,aturan
terapi,perawatan.stresosr ini sangat mempengaruhi berlangsungnyan tumbuh
kembang anak,bahkan bias menghambat dan menurunkan perkembangan anak
pada kemampuan yang lebih rendah.
Antisipasi pencegahan terhadap regresi perkembangan anak yang mungkin terjadi
dir s atau setelah pulang dari rumah sakit salah satunya dengan melakukan terapi
bermain.Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk mensukseskan terapi
yang dilakukan dalam penanganan stress pasca trauma musculoskeletal.

B. Tujuan
Penyusunan makalah terapi komplementer pada anak stress pasca trauma
muskuloskeletal di Stikes Maharani Malang. Sehingga dengan penyusunan
makalah dan bedah jurnal ini akan dapat diketahui tentang terapi komplementer
sebagai tindakan keperawatan mandiri yang bisa meningkatkan kualitas hidup
klien,sehingga anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stress,mengalihkan
perhatian terhadap stress melalui terapi bermain ,tumbuh kembang anak normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TERAPI KOMPLEMENTER

A. Pengertian Terapi Komplementer


Istilah terapi modalitas dalam ilmu keperawatan lebih dikenal dengan
terapi komplementer, terapi alternativ, terapi holistis, terapi nonbiomedis,
pengobatan integratif atau perawatan kesehatan, perawatan nonalopati, dan
perawatan nontradisional. Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi
yang menggunakan kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan
untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami
klien ( Lundy dan Jenes , 2009).
Terapi komplementer adalah istilah untuk terapi yang bukan bagian dari
tepi medis kofensional. Terapi komplementer atau terapi modalitas di akui sebagai
upaya kesehatan nasional oleh nasional center for complementary / alternative
medicine (NCCAM) di amerika. Penggunaan istilah komplementer disebabkan
karena pemakaian bersama terapi lain, bukan sebagai pengganti dan pengobatan
biomedis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu penyembuhan
yang mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori serta keyakinana dari
masyarakat atau budaya dalam periode secara tertentu . CAM mencakup semua
praktik serta ideide yang dimaknai sebagai upaya mencegah atau mengobati
penyakit atau mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan.
B. Klasifikasi Terapi Komplementer
Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi
berdasarkan sistem perawatan , terapi yang cukup dikenal luas dan digunakan,
variasi dari terapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan mekanisme yang
mendasari tindakan terapi yang tidak diketahui.
Kategori terapi komplementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut :
1. Terapi pikiran, tubuh ( mind body terapies)
2. Terapi berbasis biologi ( biologokalli based terapies)
3. Terapi manipulatife dan berbasis tubuh (manipulatife and body based terapies)
4. Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati bioelektro magnetik(
energi and biofild terapies).
Tabel 1.1 Klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary /
Alternative Medicine
Jenis Contoh
Terapi pikirantubuh ( Yoga, tah chi, internal qigong, meditasi, imagery,
mind body). hipnosis, biofedback, dukungan kelompok, terapi
Pendekatan prilaku seni , terapi musik, terapi dansa , journaling , humor,
psikologi, sosial, dan sikoterapi tubuh, dan pengakuan nonlocality, soul
spiritual untuk kesehatan. retrieval, penyembuhan spiritual, holistik nursing,
plasebo sweat lodges.
Terapi system pengobatan Pengobatan tradisional cina (akupuntur, formula
alternatif (alternatif herbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,
medical sistem ). pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adat
Pengobatan nonmedis tradisional seperti pengobatan asli penduduk
yang melibatkan teori dan amerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi,
praktik dari sistem yang pengobatan kampo, pengobatan tradisional afrika,
komplet. pengobatan tradisional aborigin, curanderismo,
sistem pengobatan barat yang tidak konvensional
(hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems,
radionics). Naturopati.
Terapi berbasis biologi Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi serat,
(biological based makrobiotik), pengobatan orthomolecular (gizi),
therapies). intervensi farmakologi/biologis/ instrumental
Terapi yang bersifat alami. (kartilago ozon, cone therapy, sengatan lebah
Praktik, intervensi, dan elektrodiasnostik, iridology
produknya berbasis
biologis
Terapi manipulatif dan Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuh
berbasis tubuh atau body work (kranialsakrum astheopatic
(manipulative and body manipulative
sistems) treatment. Pijatan swedia, refleksologi metode
Sistem yang berdasarkan pilates, polaritas, gerak tubuh trager, teknik
pada kegiatan alexander, teknik
manipulasi dan atau feldenkrais. Pijatan chinese tui Na, akupresur,
gerakan anggota tubuh. ralfing), serta terapi fisika nonkonvensional seperti
hidroterapi,
distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic,
pernafasan ;ubang hidung secara bergantian
(alternatenostrilbreathing).
Terapi energy (energy Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan,
therapies) penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
Sistem pengobatan yang external dan magnet
menggunakan
medan energy halus di
dalam dan sekitar tubuh

C. Penggunaan Terapi Komplementer


Foktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi komplementer
(Astin, 1998 : Kaptchuk dan Eisenberg 1998 : Jobs,1998 : Mitzdorf dkk,1999)
antara lain:
a. Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh
dominan yang dimiliki individu.
b. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi
yang diharapkan;
c. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang peduli (care).
d. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secara utuh atau
holistis.
e. Konsumen menginginkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan
dalam menangani masalah kesehatan yang di hadapi.
f. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer
adalah peningkatan penggeseran budaya yang menggunakan pelayanan
kesehatan selain sistem biomedis.

Stres pasca trauma berdampak pada:


1. Gangguan fisik: pusing, gangguan pencernaan,sesak,tidak bias tidur,kehilangan
selera makan.
2. Gangguan kognitif:disorientasi,mengingkari
kenyataan,linglung,melamun,lupa,tidak focus tidak konsentrasi.
3. Gangguan emosi:marah,halusinasi dan depresi,malu,sedih,cemas/takut,
4. Gangguan perilaku :Menurunkan aktifitas fisik sperti duduk dan jalan.
5. Gangguan emosional: Memisahkan diri dari
lingkungan,menyepi,prasangka,merasa ditolak/sebaliknya dominan.

Penanganan stress pada anak pasca trauma musculoskeletal melalui terapi


komplementer:
1. Terapi bermain
Tujuan:
- Membina tingkahlaku positif
- Membantu eksplorasi perasaan gembira /sedih,bosan
- Menimbulkan rasa kerjasama anak dengan tim kesehatan Lain.
- Sebagai alat komunikasi aanak ,perawat dan keluarga.
- Meningkatkan kreativitas anak.
- Mengalihkan perhatian dari nyeri dan ketidaknyamanan.
Prinsip bermain yang dilakukan:
- Tidak banyak mengeluarkan energi,sederhana
- Mempertimbangkan keamanan.
- Tidak bertentangan dengan pengobatan.
- Kelompok umur/usia sesuai
Hambatan yang terjadi:
- Anak lelah
- Anak bosan
- Anak merasa takut dengan lingkungan
- Kecemasan orangtua
Antisipasi untuk meminimalkan hambatan:
- Batasi waktu bermain
- Permainan bervariasi
- Penjelasan pada anak dan orangtua
- Jadwal tidak pada waktu terapi
Harapan:
- Anak senang dan terhibur
- Anak menampilkan /beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
2. Terapi music.
Dengan music diharapkan akan mengalihkan perhatian anak terhadap
rasa nyeri

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Stres yang diakibatkan pasca trauma muskulo pada anak bias
berdampak pada psikologis, fisik,kognitif,emosi,perilaku,emosi
yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak
2. Stress pada anak melalui terapi komplementer dapat dilakukan
dengan cara terapi bermain dan terapi music.

DAFTAR PUSTAKA
Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its
application to pediatric nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 94.
Kolbaca Katharine. 2003. Comfort theory and practice: a vision for holistic health
care and research. New York : Springer Publishing Company
Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009. Wong Buku Ajar
Keperawatan Pediatric Vol 1. Jakarta. EGC
Reni Ilmiasih, Nani Nurhaeni, Fajar Tri Waluyanti. 2015. Aplikasi Teori Comfort
Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan
Laparatomi Di Ruang Bch Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah. Malang.

Anda mungkin juga menyukai