Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

DELIRIUM DAN DEMENSIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. ANNISA DIAN UTAMI (1914301031)

2. YENI HANDAYANI (1914301032)

3. REVINA LUTFITAWALIYAH (1914301033)

4. NAILAH GIFIRIA APCHATIKA (1914301034)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN
PALIATIF.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar besarnya.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar lampung, 5 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................5
2.1 DELIRIUM................................................................................................................................5
2.1.1 Definisi delirium...............................................................................................................5
2.1.2 Gejala dan Jenis Delirium.................................................................................................6
2.1.3 Penyebab Dan Faktor Risiko Delirium..............................................................................6
2.1.4 Diagnosis Delirium...........................................................................................................7
2.1.5 Pengobatan Delirium.......................................................................................................8
2.1.6 Pencegahan Delirium.......................................................................................................9
2.1.7 Penanganan Delirium.......................................................................................................9
2.2 DEMENSIA...............................................................................................................................9
2.2.1 Definisi demensia.............................................................................................................9
2.2.2 Jenis demensia.................................................................................................................9
2.2.3 Penyebab Demensia.......................................................................................................10
2.2.4 Gejala Demensia............................................................................................................10
2.2.5 Faktor Risiko...................................................................................................................11
2.2.6 Diagnosis Demensia.......................................................................................................11
2.2.7 Pengobatan Demensia...................................................................................................11
2.2.8 Pencegahan Demensia...................................................................................................12
BAB III.............................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Delirium dan demensia merupakan kelainan yang sering ditemukan pada pasien pada semua
usia, namun kelainan ini paling sering ditemukan pada pasien usia lanjut. Delirium adalah
suatu keadaan kebingungan (confusion) mental yang dapat disertai fluktuasi kesadaran,
kecemasan, halusinasi, ilusi, dan waham (delusi). Kelainan ini dapat menyertai infeksi,
kelainan metabolik, dan kelainan medis atau neurologis lain atau berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan atau gejala putus obat. Demensia, sebaliknya, merupakan kondisi
dimana memori dan fungsi kognitif lain terganggu sehingga kegiatan sosial normal atau
pekerjaan menjadi terhambat. Sebagian besar demensia merupakan hasil dari penyakit
degenerasi otak namun stroke dan infeksi juga dapat menimbulkan demensia.

 1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud delirium ?
2. Apa gejala dan jenis delirium ?
3. Apa saja penyebab dan faktor risiko delirium ?
4. Apa diagnosis penyakit delirium ?
5. Apa saja pengobatan penyakit delirium ?
6. Bagaimana pencegahan delirium ?
7. Bagaimana penanganan penyakit delirium ?
8. apa definisi penyakit demensia ?
9. apa jenis penyakit demensia ?
10. apa saja gejala demensia ?
11. Apa diagnosis demensia ?
12. Apa saja faktor risiko demensia ?
13. Apa saja pengobatan demensia?
14. Bagaimana pencegahan penyakit demensia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi delirium.
2. Untuk mengetahui gejala dan jenis delirium.
3. Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko delirium.
4. Untuk mengetahui diagnosis penyakit delirium
5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit delirium.
6. Untuk mengetahui pencegahan penyakit delirium.
7. Untuk mengetahui penanganan penyakit delirium
8. Untuk mengetahui definisi penyakit demensia
9. Untuk mengetahui jenis penyakit demensia
10. Untuk mengetahui Apa saja diagnosis penyakit demensia
11. Untuk mengetahui diagnosis penyakit demensia
12. Untuk mengetahui faktor risiko demensia
13. Untuk mengetahui pengobatan demensia
14. Untuk mengetahui pencegahan demensia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DELIRIUM
2.1.1 Definisi delirium
Delirium adalah gangguan mental serius yang menyebabkan penderita mengalami
kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Gangguan
mental tersebut disebabkan perubahan yang cepat dalam fungsi otak yang terjadi bersamaan
dengan penyakit mental atau fisik. Akibatnya, penderita delirium mengalami kesulitan dalam
berpikir, mengingat, berkonsentrasi, atau tidur. Kondisi delirium dapat menakutkan bagi
penderita dan orang-orang di sekelilingnya. Delirium biasanya bersifat sementara dengan
mengendalikan penyebab serta pemicunya.

2.1.2 Gejala dan Jenis Delirium


Penderita akan menunjukkan gejala perubahan kondisi mental saat mengalami delirium
dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Beberapa gejala tersebut antara lain:

 Berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi ini ditandai


dengan sulit fokus pada topik atau mengganti topik pembicaraan, mudah teralihkan
oleh hal-hal yang tidak penting, dan suka melamun sehingga tidak bereaksi terhadap
hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
 Kemampuan berpikir yang buruk (gangguan kognitif). Kondisi ini ditandai
dengan buruknya daya ingat, terutama untuk jangka pendek, disorientasi, kesulitan
berbicara atau mengingat kata-kata, bicara bertele-tele, serta kesulitan dalam
memahami pembicaraan, membaca dan menulis.

 Gangguan emosional. Penderita delirium akan tampak gelisah, takut atau


paranoid, depresi, mudah tersinggung, apatis, perubahan mood mendadak, dan
perubahan kepribadian.

 Perubahan perilaku. Orang lain akan melihat penderita delirium mengalami


halusinasi, gelisah dan berperilaku agresif, mengeluarkan suara mengerang atau
memanggil, menjadi pendiam dan menutup diri, pergerakan melambat, serta
terganggunya kebiasaan tidur.

Terkadang, gejala delirium dapat memburuk saat malam hari ketika suasana sekeliling gelap
sehingga kondisinya terlihat asing.

Berdasarkan gejala yang ditunjukkan penderita, delirium bisa dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:

 Delirium hiperaktif. Penderita akan terlihat gelisah, seringkali berubah mood atau


berhalusinasi. Gejala ini paling mudah dikenali.

 Delirium hipoaktif. Penderita akan tampak tidak aktif atau mengurangi aktivitas
gerak, lesu, mengantuk atau tampak linglung.

 Delirium campuran. Penderita akan sering menunjukkan perubahan gejala dari


delirium hiperaktif ke delirium hipoaktif atau sebaliknya.

2.1.3 Penyebab Dan Faktor Risiko Delirium


Banyak kondisi yang dapat menyebabkan otak tidak mendapat pasokan oksigen atau
mengalami gangguan, sehingga terjadi delirium. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
delirium antara lain:

 Konsumsi obat-obatan tertentu atau keracunan obat. Jenis obat yang mengakibatkan
penumpukan zat dalam otak adalah obat pereda nyeri, obat tidur, antialergi
(antihistamin), obat asma, kortikosteroid, obat untuk kejang, obat penyakit Parkinson,
serta obat untuk gangguan mood.

 Kecanduan alkohol dan gejala putus alkohol.

 Keracunan, misalnya sianida atau karbon monoksida.

 Operasi atau prosedur medis lainnya yang melibatkan pembiusan.

 Penyakit kronis atau berat, seperti gagal ginjal.

 Malnutrisi atau dehidrasi.


 Gangguan tidur atau gangguan emosi.

 Gangguan elektrolit.

 Demam akibat infeksi akut (misalnya akibat gejala tipes), khususnya pada anak.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena delirium adalah:

 Memiliki kelainan pada otak.

 Berusia lanjut atau di atas usia 65 tahun.

 Pernah mengalami delirium sebelumnya.

 Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran.

 Menderita kombinasi beberapa penyakit.

2.1.4 Diagnosis Delirium


Guna menegakkan diagnosis delirium, dokter perlu menanyakan riwayat penyakit pasien
Selain itu, informasi dari keluarga atau orang terdekat pasien juga dibutuhkan agar diagnosis
menjadi akurat.

Terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis delirium,
yaitu:

 Pemeriksaan fisik dan neurologis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk


memeriksa gangguan atau penyakit yang bisa menyebabkan delirium, dan untuk
menentukan tingkat kesadaran pasien. Pada pemeriksaan neurologis, dokter akan
memeriksa kondisi penglihatan, keseimbangan, koordinasi, dan refleks.

 Pemeriksaan kondisi kejiwaan. Dokter akan menilai kondisi mental, perhatian, dan


daya berpikir penderita melalui sesi wawancara, pengujian, dan penyaringan.

 Pemeriksaan penunjang. Dokter mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan


lain untuk mengetahui adanya gangguan dalam tubuh. Di antaranya adalah
pemeriksaan darah atau urin untuk uji fungsi hati, menilai kadar hormon tiroid,
paparan zat NAPZA atau alkohol. Selain itu, tes pencitraan juga dapat dilakukan,
berupa pencitraan kepala dengan CT scan atau MRI, elektroensefalogramdan foto
Rontgen dada. Jika dibutuhkan, analisis cairan serebrospinal akan dilakukan guna
memastikan diagnosis delirium.

2.1.5 Pengobatan Delirium


Tujuan utama pengobatan adalah untuk menangani penyebab munculnya delirium.
Sebagai contoh, pada delirium yang diakibatkan oleh konsumsi obat, dokter akan
menyarankan untuk menghentikan atau mengurangi dosis obat tersebut. Setelah
itu, penanganan ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi pemulihan tubuh
dan menenangkan pikiran penderita.
Selain menangani penyebab, gejala yang timbul juga diatasi. Bagi penderita delirium yang
mengalami rasa cemas, takut, atau halusinasi, maka akan diberikan obat penenang untuk
mencegah bahaya terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Pemberian obat dapat
dikurangi atau dihentikan setelah gejala delirium mereda.

Terdapat juga terapi pendukung yang bertujuan mencegah komplikasi. Beberapa terapi
pendukung yang bisa diberikan, antara lain:

 Menjaga jalan napas tidak tertutup.

 Menyediakan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh penderita.

 Membantu penderita yang kesulitan menggerakkan tubuh.

 Menangani rasa nyeri yang dialami penderita.

 Sebisa mungkin hindari pengekangan tubuh dengan cara diikat, pemasangan kateter
urine, dan terlalu banyak perubahan di lingkungan sekitar penderita.

Keluarga atau orang terdekat pasien sebaiknya tetap melakukan interaksi dengannya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengendalikan gejala pasien, yaitu:

 Bicara pada pasien dengan kalimat singkat dan sederhana.

 Berusaha mengingatkan pasien tentang waktu, tanggal, dan apa yang terjadi pada saat
itu.

 Tetap tenang sewaktu mendengarkan pasien.

 Bantu pasien saat makan dan minum.

 Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, bawakan benda-benda yang dikenal pasien
dari rumah.

 Nyalakan lampu di waktu malam agar pasien dapat melihat kondisi sekitar saat
terbangun.

2.1.6 Pencegahan Delirium


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya delirium dan mencegah
delirium bertambah parah, yaitu:

 Menghindari faktor-faktor yang berisiko memperparah delirium, seperti berganti


suasana lingkungan atau membuat kegaduhan.

 Menerapkan kebiasaan tidur yang sehat. Sediakan kamar dan lingkungan yang tenang,
pencahayaan yang baik, termasuk membantu penderita memiliki aktivitas yang
seimbang di siang hari, dapat membantunya untuk tidur lebih baik di malam hari.
 Terus berupaya menciptakan suasana yang tenang dan stabil. Ini termasuk menaruh
barang-barang yang dikenal penderita di sekitarnya, sediakan jam dan kalender, dan
berupaya untuk bicara dengan suara rendah sehingga penderita tidak terganggu.

 Memastikan penderita menjalani pola makan yang sehat, mengonsumsi obat-obatan


sesuai rekomendasi dokter, dan berolahraga secara teratur.

2.1.7 Penanganan Delirium


Delirium merupakan suatu kegawatdaruratan medis dan evaluasi segera dari faktor-
faktor yang menimbulkan kejadian tersebut sangat krusial karena penyakit atau intoksikasi
obat dapat bersifat fatal apabila tidak segera diobati. Empat kunci utama dalam penanganan
delirium meliputi: 1) mengidentifikasi penyebab, 2) mengendalikan perilaku, 3) mencegah
komplikasi, dan 4) memberikan support /dukungan bagi kebutuhan fungsional. Terjadinya
delirium dapat melipatgandakan resiko kematian dalam hitungan jam atau minggu.
Penanganan delirium yang berhasil dapat menghilangkan peningkatan resiko kematian ini.
Dua prediktor paling penting dari prognosis adalah usia lanjut dan terdapatnya berbagai
penyakit fisik.

2.2 DEMENSIA
2.2.1 Definisi demensia
Dementia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat
dan cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga
aktivitas sehari-hari penderitanya.

Jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia
vaskular. Alzheimer adalah demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan
perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat
gangguan di pembuluh darah otak. Perlu diingat, demensia berbeda dengan pikun. Pikun
adalah perubahan kemampuan berpikir dan mengingat yang biasa dialami seiring
pertambahan usia. Perubahan tersebut dapat memengaruhi daya ingat, namun tidak signifikan
dan tidak menyebabkan seseorang bergantung pada orang lain.

2.2.2 Jenis demensia


Demensia disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf pada otak.
Berdasarkan perubahan yang terjadi, ada beberapa jenis demensia, yaitu:

1. Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyebab


Alzheimer masih belum diketahui, namun perubahan genetik yang diturunkan dari orang tua
diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain faktor genetik, kelainan
protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat dalam otak.

2. Demensia vaskular
Demensia vaskular disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Stroke berulang
merupakan penyebab tersering dari demensia jenis ini.

2.2.3 Penyebab Demensia


Demensia melibatkan kerusakan pada sel- sel saraf di otak, yang dapat terjadi pada
beberapa area di otak. Gangguan ini dapat muncul dalam bentuk yang berbeda- beda pada
tiap penderita, tergantung area otak yang terkena.

Pikun karena demensia juga dapat terjadi akibat kerusakan otak yang disebabkan
karena berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Masalah pada pembuluh
darah ini bisa terjadi karena banyak hal.

Beberapa di antaranya adalah stroke, infeksi katup jantung, atau kondisi lain pada
pembuluh darah. Gejala biasanya muncul mendadak dan seringkali didapatkan pada orang-
orang dengan tekanan darah tinggi atau yang pernah mengalami stroke atau serangan jantung
sebelumnya.

2.2.4 Gejala Demensia


Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan cara berpikir,
sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara bicara. Gejala tersebut dapat memburuk
seiring waktu. Agar lebih jelas, berikut adalah tahapan gejala yang muncul pada penderita
demensia:

1. Tahap 1

Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal, sehingga belum
ada gejala yang terlihat.

2. Tahap 2

Gangguan yang terjadi pada tahap ini belum memengaruhi aktivitas sehari-hari penderita.
Contohnya, penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan dalam satu waktu, sulit
membuat keputusan atau memecahkan masalah, mudah lupa akan kegiatan yang belum lama
dilakukan, dan kesulitan memilih kata-kata yang tepat.

3. Tahap 3

Pada tahap ini, penderita dapat tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui, kesulitan
mempelajari hal baru, suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat, serta terjadi
perubahan kepribadian dan menurunnya kemampuan bersosialisasi.

4. Tahap 4

Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi. Penderita juga mengalami
perubahan pola tidur, kesulitan dalam membaca dan menulis, menarik diri dari lingkungan
sosial, berhalusinasi, mudah marah, dan bersikap kasar.
5. Tahap 5

Ketika sudah masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demensia berat.
Demensia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri. Penderita akan
kehilangan kemampuan dasar, seperti berjalan atau duduk, tidak mengenali anggota keluarga,
dan tidak mengerti bahasa.

2.2.5 Faktor Risiko


Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia, yaitu pertambahan usia,
adanya riwayat demensia dalam keluarga, serta gaya hidup yang tidak baik, seperti pola
makan tidak sehat, tidak rutin berolahraga, merokok, dan kecanduan alkohol.

Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga berisiko menimbulkan demensia, antara lain:

 Sindrom Down

 Depresi

 Sleep apnea

 Kolesterol tinggi

 Obesitas

 Hipertensi

 Diabetes

2.2.6 Diagnosis Demensia


Untuk menentukan diagnosis, dokter akan meninjau riwayat penyakit dahulu, gejala-
gejala saat ini, dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang akan
dilakukan yaitu tes kognitif dan neuropsikologis, pemeriksaan neurologis / saraf, CT scan
atau MRI otak, tes darah, dan pemeriksaan psikiatri.

2.2.7 Pengobatan Demensia


Sebagian besar tipe demensia memang tidak dapat disembuhkan. Namun demikian,
dokter akan membantu Anda dalam mengelola gejala- gejala yang ada untuk memperlambat
dan memperkecil berkembangnya gejala. Misalnya dengan memberikan obat-obatan untuk
mengatasi gangguan tidur dan terapi yang menolong penderita beradaptasi untuk hidup
dengan demensia.

Beberapa gejala demensia dan masalah perilaku pada awalnya dapat diterapi dengan
pendekatan non obat, seperti:

 Modifikasi lingkungan

 Modifikasi respon penderita

 Modifikasi tugas
Selain terapi di atas, saat ini juga terus dikembangkan terapi alternatif. Misalnya suplemen
vitamin E, asam lemak omega-3, hingga Ginkgo biloba. Teknik- teknik lain juga bisa
membantu menurunkan kegelisahan dan memberikan relaksasi. Misalnya dengan terapi
musik, terapi menggunakan hewan peliharaan, aromaterapi, dan terapi pijatan.

2.2.8 Pencegahan Demensia


Pencegahan demensia cukup sulit untuk dilakukan. Meski demikian, ada beberapa langkah
yang mungkin dapat membantu:

 Biasakan agar pikiran tetap aktif.


Aktivitas- aktivitas yang dapat merangsang otak, seperti puzzle dan permainan kata-
kata, serta latihan daya ingat dapat memperlambat dan membantu mengurangi
munculnya pikun atau demensia.

 Aktiflah secara fisik maupun sosial


Aktivitas fisik dan interaksi sosial dapat memperlambat munculnya demensia dan
mengurangi gejala -gejalanya.

 Stop merokok
Beberapa studi menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan dan lebih tua
dapat meningkatkan risiko pikun atau demensia dan penyakit pembuluh darah.
Berhenti merokok dapat mengurangi risiko tersebut.

 Turunkan tekanan darah


Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko beberapa tipe demensia.

 Kejarlah pendidikan
Orang- orang yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam pendidikan formal
memiliki angka kejadian penurunan mental yang lebih rendah, walaupun mereka
mempunyai kelainan otak. 

 Pertahankan diet sehat


Memakan makanan sehat sangatlah penting untuk berbagai alasan. Makanan kaya
akan buah, sayuran, dan asam lemak omega-3 yang banyak didapat dari ikan dan
kacang, bermanfaat menunjang kesehatan secara keseluruhan dan menurunkan risiko
terjadinya pikun atau demensia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya
dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/
gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan.

Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan
adalah: selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan
kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk
mencapai kesembuhan pasien. Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif
sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehinngga intervensi yang diberikan tepat
dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan
keselamatan pasien.
3.2 Saran
Semoga dari pembelajaran ini kita semua menjadi lebih paham mengenai demensia
dan delirium dalam diri setiap individu sehingga lebih mengedepankan kesehatan daripada
yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/delirium

https://www.alodokter.com/demensia

https://www.klikdokter.com/penyakit/demensia

Anda mungkin juga menyukai