I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi STROKE NON HEMORAGIK
Stroke adalah gangguan pada fungsi sistem saraf dikarenakan adanya gangguan pada
peredaran darah di dalam otak akibat pecahnya pembuluh darah atau karena
tersumbatnya pembuluh darah dalam otak. Otak seharusnya mendapatkan pasokan
berupa oksigen dan nutrisi akan mengalami gangguan dikarenakan kurangnya
pasokan oksigen ke otak sehingga terjadi kematian pada sel saraf otak (Maria, 2021).
C. Patofisiologi / Pathway
Menurut Haryono, (2019) patofisiologi Stroke Non Hemoragik adalah sebagai
berikut: Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat dan
mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan otak
yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60-90 detik akan menurun fungsinya.
Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan iskemia pada
jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya akibat proses
hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam
sistem peredaran darah yang bisa terjadi di dalam jantung. Oklusi akut pada
pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi menjadi dua daerah keparahan
derajat otak, yaitu
daerah inti dan daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang
memiliki aliran darah kurang dari 10 cc/100 g jaringan otak tiap menit. Daerah ini
berisiko menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Sedangkan daerah penumbra adalah
daerah otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik daripada daerah
inti karena daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah lainnya.
Daerah penumbra memiliki aliran darah 10-25 cc/100 g jaringan otak tiap menit.
Defisit neurologis dari stroke iskemik tidak hanya bergantung pada luas daerah inti
dan penumbra, tetapi juga pada kemampuan sumbatan menyebabkan kekakuan
pembuluh darah atau vasopasme.
Kerusakan jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnya aliran darah adalah suatu
proses biomolekular yang bersifat cepat dan progresif pada tingkat selular, proses ini
disebut dengan kaskade iskemia (ischemic cascade). Jaringan menjadi kekurangan
oksigen dan glukosa yang menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses
potensi membran. Kekukarangan energi ini membuat daerah yang kekurangan
oksigen dan gula darah tersebut menjalankan metabolisme anaerob.
Tanda dan Gejala Stroke Non Hemoragik berdasarkan pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasi gangguan peredaran darah sebagai berikut:
a. Arteri Cerebri Anterior:
- Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan yang lebih ringan.
- Gangguanmental.
- Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
- Ketidakmampuandalammengendalikanbuangair.
- Bisa terjadi kejang-kejang.
b. Arteri Cerebri Media:
- Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.
- Gangguan saraf perasa. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
c. Aretri Karotis Interna:
- Buta mendadak (amaurosis fugaks).
- Ketidakmampuan untuk berbicara
- Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
d. Arteri Cerebri Posterior:
- Koma.
- Hemiparesis kontra lateral.
- Ketidakmampuan membaca (aleksia).
- Kelumpuhansarafkranialisketiga.
e. Sistem Vertebrobasiler:
- Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstermitas.
- Meningkatnyareflekstendon.
- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
- Gejala-gejala serebelum seperti gemetar pada tangan (tremor), vertigo.
- Kehilangan kesadaran sepintas atau pingsan (syncop), penurunan kesadaran
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pendengaran, Rasa kaku diwajah, mulut atau lidah.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien Stroke Non Hemoragik
menurut Haryono, (2019) yaitu sebagai berikut:
a. Computer Tomografi Scan (CT Scan)
Pemeriksaan CT Scan menggunakan serangkaian sinar-X untuk membuat gambar
detail dari otak. CT Scan dapat menunjukkan perdarahan, tumor, stroke dan
kondisi lainnya. Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Pada
stroke non hemoragik terlihat adanya infark.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat untuk menciptakan
tampilan rinci otak. MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh stroke
iskemik dan perdarahan otak. Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.
c. Ultrasonografi Dopler (USG Dopler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis /aliran darah
/muncul plaque/arterosklerosis).
d. Angiografi serebral
Prosedur ini memberikan gambaran secara rinci tentang arteri di otak dan leher.
Serta membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
e. Elektro encephalo Graphy (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran vertrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas.
g. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam ruang
subarakhnoid untuk mengeluarkan CSS yang bertujuan untuk diagnostik atau
pengobatan. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan adanya tekanan normal.
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke non hemoragik menurut Harsono, (2016) adalah sebagai
berikut:
a. Penatalaksanaan keperawatan
- Bedrest total dengan posisi kepala head up15-30 derajat.
- Berikan terapi oksigen 2-3L/menit dengan nassal kanul.
- Pasang infus IV sesuai kebutuhan.
- Monitor ketat kelainan-kelainan neurologis yang timbul.
- Berikan posisi miring kanan dan kiri per 2 jam dan observasi
- Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
b. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian alteplase dengan dosis 0.6-0.9,g/kkBB dengan onset<6 jam
sebagai trombosis intravena.
2. Trombektomi mekanik dengan oklusikarotis interna atau pembuluh darah
intracranial dengan onset <8 jam sebagai terapi endovasculer.
3. Pemberian obat-obatan seperti nicardipin, ACE inhibitor, Beta blocker,
Diuretik, calcium antagonist sebagai manajemen hipertensi.
4. Pemberian obat-obatan seperti anti diabetik oral maupun insulin sebagai
manajemen gula darah.
5. Trombolitik merupakan penggunaan obat-obatan untuk melarutkan
gumpalan darah yang merupakan penyebab utama serangan SNH.
6. Pemberian obat-obatan anti koagulan, terapi anti koagulan ini untuk
mengurangi pembentukkan bekuan darah dan mengurangi emboli seperti
dabigatran, warfarin, dll.
7. Anti platelet Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pencegahan stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi platelet.
Aspirin merupakan salah satu antiplatelet yang direkomendasikan
penggunaannya untuk pasien stroke.
8. Pemberian obat-obatan neuroprotektor seperti citicholin, piracetam, dll.
c. Fase rehabilitasi
1. Pertahankan nutrisi yang adekuat.
2. Program manajemen Bladder dan bowel.
3. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak Range Of Motion
4. Terapi latihan genggam bola karet.
5. Pertahankan integritas kulit.
6. Pertahankan komunikasi yang efektif.
7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
8. Persiapan pasien pulang.
C. PERENCANAAN
1. Dx : Gangguan Rasa Nyaman b.d. Gejala penyakit
a. Tujuan (smart) (Standar Keluaran) Status Kenyamanan (L.08064)
Setelah dilakukan askep diharapkan status kenyamanan meningkat, dengan k.h :
- Keluhan tidak nyaman menurun
- Gelisah menurun
b. Rencana Tindakan (SIKI) Manajemen Nyeri
(I.08238) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin)
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
2.. Dx : Nyeri Akut b.d. Agen pencedera fisiologis (Inflamsi)
a. Tujuan (smart) (Standar Keluaran) Tingkat Nyeri (L.08066)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun, dengan
kriteria hasil:
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
b. Rencana Tindakan (SIKI) Manajemen Nyeri
(I.08238) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu