Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA STROKE

Oleh

TRIA MAHARANI

2023207209086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG TAHUN 2023
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et
al, 2002).
2. Etiologi/faktor resiko
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1) Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosi
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta
dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
I. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
II. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
III. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
IV. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematocrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah cerebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
I. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD)
II. Myokard infark
III. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
IV. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium
3. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik,
atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat
atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti
disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan
tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
4. Manifestasi Klinis
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa
karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1) Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3) Tonus otot lemah atau kaku
4) Menurun atau hilangnya rasa
5) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6) Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7) Disartria (bicara pelo atau cadel)
8) Gangguan persepsi
9) Gangguan status mental
10) Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3) CT Scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4) MRI
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5) Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
6. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1) Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2) Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh.
3) Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.

4) Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
7. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan
gerak pasif.
5) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat psiko-sosial-spiritual
f. Pola kebiasaan sehari-hari
g. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
h. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik)
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Gangguan perpusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai O2
2) Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular
3) Hambatan Komunikasi Verbal b.d gangguan system saraf pusat

3. Rencana keperawatan

No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan perpusi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda – tanda
jaringan cerebral b.dintervensi keperawatan vital
penurunan suplai O2 diharapkan masalah teratasi 2. Tentukan factor-faktor
dengan kriteria hasil : yang berhubungan
- Mempertahankan tingkat dengan keadaan
kesadaran biasanya/ penurunan perfusi
membaik jaringan cerebral
- Tanda tanda vital stabil 3. Berikan oksigen sesuai
- Tak ada peningkatan TIK indikasi
4. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. monitor lokasi dan
fisik b.d gangguan intervensi keperawatan kecenderungan adanya
neuromuscular diharapkan masalah teratasi nyeri dan
dengan kriteria hasil : ketidaknyamana selama
- cara berjalan dari skala pergerakan/aktivitas
sangat terganggu menjadi 2. lakukan ROM pasif atau
tidak terganggu ROM bantuan, sesuai
- keseimbangan dari skala indikasi
sangat terganggu menjadi 3. jelaskan pada pasien atau
tidak terganggu keluarga manfaat dan
- gerakan otot dari skala tujuan melakukan latihan
sangat terganggu menjadi sendi
tidak terganggu 4. kolaborasikan dengan
- gerakan sendi dari skala ahli terapi fisik dalam
sangat terganggu menjadi mengembangkan dan
tidak terganggu menerapkan sebuah
program latihan
3 Hambatan Setelah dilakukan 1. monitor kecepatan
Komunikasi Verbal intervensi keperawatan berbicara, tekanan,
b.d gangguan system diharapkan masalah teratasi kecepatan, kuantitas,
saraf pusat dengan kriteria hasil : volume dan diksi
-menggunakan bahasa lisan 2. monitor proses kognitif,
dari skala sangat terganggu anatomis dan fisiologi
menjadi skala tidak terkait dengan
terganggu (1-5) kemampuan berbicara
-menggunakan bahasa (misalnya memori,
tertulis dari skala sangat pendengaran, dan
terganggu menjadi skala bahasa)
tidak terganggu (1-5) 3. instruksikan pasien
-menggunakan bahasa untuk berbicara pelan
isyarat dari skala sangat 4. kolaborasi bersama
terganggu menjadi skala keluarga dan ahli terapis
tidak terganggu (1-5) bahasa patologis untuk
mengembangkan rencana
agar bisa berkomunikasi
secara efektif

Daftar Pustaka

Dongoes, Marilyn E, Moorhouse M F Geissler A, C 2012. Rencana Asuhan


Keperawatan, Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mutaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan system
persyarafan, Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai