Anda di halaman 1dari 15

1.

KONSEP DASAR PENYAKIT

a. DEFINISI STROKE NON HEMORAGIK


Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan dengan
obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh
(Pahria, 2015).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan thrombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. (Arif Muttaqin, 2011)
Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak yang  berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau
embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh (Padila, 2012).
Dari berbagai pendapat tentang stroke non hemoragik (SNH) yang
dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa stroke non
hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul
sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus
atau  penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang
mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otak
menurun yang menyebabkan terjadinya infark.

b. ANATOMI FISIOLOGI OTAK

Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagaisel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang samasekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa,
otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total,
tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di
dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri
karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior.
Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian
belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya
sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum
posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Ada dua hemisfer di otak yang
memiliki masing-masing fungsi.
Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau
motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara
motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area
visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta
batang otak yang merupakan tempat jalan serabut serabut saraf ke target
organ. Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak,gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanyaterjadi karena
adanya serangan stroke

c. ETIOLOGI STROKE NON HEMORAGIK


1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan
aliran darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan
menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan
otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya
terjadi  pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemia serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
3. Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
4. Iskemia, Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan
atau penyumbatan  pembuluh darah
d. KLASIFIKASI STROKE NON HEMORAGIK
Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu:

1. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
a. Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas TIA
merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan
sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskuler,
dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24
jam.
b. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic
Neurologi. Defisit (RIND) Gejala dan tanda gangguan neurologis
setempat yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian
pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga minggu).
c. In Evolutional atau Progressing Stroke merupakan Gejala gangguan
neurologis yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih.
Perkembangan stroke terjadi perlahan – lahan sampai akut,
munculnya gejala makin memburuk
d. Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke ) merupakan
Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama
periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau
permanent, dari sejak awal serangan dan sedikit tidak ada
perbaikan.

e. PATOFISIOLOGI STROKE NON HEMORAGIK


Penyakit yang mendasari terjadinya stroke seperti alcohol,
hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi dan kegemukan dapat menyebabkan
terjadinya kepekatan dalam darah mnjadi meningkat dan mengakibatkan
terjadinya ateroklerosis. Dari terjadinya kepekatan dalam darah terjadi
pembentukan thrombus dan adanya obstruksi thrombus di otak. Yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan darah ke dalam otak. Lalu terjadi
hipoksia cerebri dan infark jaringan otak.
Lalu dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pusat gerakan motorik
dilobus frontalis. Sehingga dapat diangkat diagnose keperawatan yaitu
hambatan mobilitas fisik saat mobilitas menurun maka akan mengakibatkan
terjadinya tirah baring dan dapat diangkat diagnose keperawatan yaitu risiko
kerusakan integritas kulit dan defisit perawatan diri. Saat terjadinya infark
pada jaringan otak juga dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan pada
nervus V, VII, IX, X sehingga terjadi penurunan kemampuan otak dalam
menguyah dan menelan sehingga dapat diangkat diagnose keperawatan yaitu
gangguan reflek menelan dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan diagnostik

a. CT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini memperlihatkan


secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat
di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang
mengalami infark, hemoragik.
c. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
d. Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
f. Elektro Encephalografi (EEG)
g. Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
(Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.)
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

h. PENATALAKSANAAN PASIEN STROKE NON HEMORAGIC


Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
Pengobatan Pembedahan
a. Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN

b. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan. (Donna D.Ignativicius, 1995)
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus (Hendro Susilo, 2000)
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
b. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
c. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
e. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
h. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
i. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
k. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
l. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
 Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
 Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
 Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2. Pemeriksaan integument
 Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping
itu perlu juga dikaji tanda - tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed
rest 2-3 minggu
 Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
 Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala : bentuk normocephalik
 Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
 Leher : kaku kuduk jarang terjadi
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan reflex batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi
 Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
9. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
10. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
11. Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan reflex patologis.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif  b.d O2 otak menurun

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan


untuk mengabsorpsi nutrient

3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.

4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit b.d fakor risiko : lembab 

5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan


sentral bicara

(Nanda, 2015)
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : NIC Label :
cerebral tidak keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Pantau TTV tiap jam dan catat 1. Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti
efektif  b.d O2 otak diharapkan gangguan perfusi hasilnya dengan penurunan tekanan darah diastolik merupakan
menurun jaringan dapat tercapai secara 2. Kaji respon motorik terhadap tanda peningkatan TIK.
optimal dengan kriteria hasil perintah sederhana 2. Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien
menurut Noc Label : 3. Pantau status neurologis secara 3. Mencegah penurunan atelektesis
1. Mampu mempertrahankan teratur 4. Menurunkan statis vena
tingkat kesadaran 4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif 5. Menurunkan risiko terjadinya komplikasi
2. Fungsi sensori dan motorik 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
membaik indikasi.
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : NIC Label :
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Tentukan motivasi klien untuk 1. Motivasi klien unruk mengubah pola makan
kebutuhan tubuh diharapkan status gizi pasien mengubah kebiasaan makan 2. Makanan kesukaan klien untuk mempermudah
b.d membaik dan tercukupi dengan 2. Ketahui makanan kesukaan klien pemberian nutrisi
ketidakmampuan kriteria hasil menurut NOC 3. Bantu makan sesuai kebutuhan klien 3. Membantu makan untuk mengetahui perubahan nutrisi
untuk Label : 4. Ciptakan lingkungan yang serta untuk pengkajian
mengabsorpsi 4. Menciptakan lingkungan untuk kenyamanan istirahat
nutrient 1. Status gizi membaik menyenangkan untuk makan pasoem
2. Asupan makanan tercukupi
3. Cairan dan zat gizi tercukupi
3. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan NIC Label : NIC Label :
fisik b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Mengkaji kekuatan otot 1. Mengetahui tanda skala otot
kekuatan otot. diharapkan hambatan mobilitas 2. Lakukan dan ajarkan tindakan ROM 2. Tindakan non farmakologi untuk meningkatkan
yang terjadi dapat menurun pada pasien kekuatan otot
dengan kriteria hasil menurut 3. Anjurkan pasien untuk mengurangi 3. Dengan mengurangi makanan bergaram dapat
NOC Label : makan makanan yang mengandung membantu mengurangi resiko tenakan darah tinggi
1. Pergerakan ekstremitas garam 4. Tindakan nonfarmakologi untuk meningkatkan
meningkat 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi kekuatan otot
2. Kekuatann otot meningkat jika dbutuhkan 5. Untuk mengetahui kondisi saat bergerak
3. Gerakan terbatas menurun 5. Memonitor kondisi umum selama 6. Untuk mempermudah klien saat bergerak
4. Kelemahan fisik menurun melakukan mobilisasi
6. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
4. Risiko Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : NIC Label :
Integritas Kulit b.d keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembab dan mungkin tidak dapat
fakor risiko : diharapkan tidak terjadi kerusakan menggunakan pakaian longgar beristirahat
lembab  integritas kulit pada pasien 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Menurunkan resiko terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil menurut 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Cara pertama untuk mencegah terjadinya infeksi
NOC: kering 4. Mencegah terjadinya komplikasi
1. Integritas kulit dapat 4. Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali 5. Mengetahui perkembangan terhadap terjadinya
dipertahankan 5. Monitor kulit akan adanya komplikasi
2. Tidak ada luka / lesi pada kemerahan 6. Menurunkan pemajanan terhadap risiko infeksi
kulit 6. Olehkan lotion atau baby oil pada 7. Menurunkan terjadinya infeksi
3. Mampu melindungi kulit kulit yang tertekan
dan mempertahankan 7. Kolaborasi pemberian antibiotic
kelembapan kulit sesuai indikasi

5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : NIC Label :


komunikasi verbal keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan komunikasi dengan wajar 1. Mengecek komunikasi klien apakah sudah bisa
b.d. kerusakan diharapkan komunikasi dapat menggunakan bahasa yang mudah 2. Mengetahui bagaimana komunikasi klien
neuromuscular, berjalan dengan baik dengan dipahami 3. Mengetahui derajat kemampuan komunikasi klien
kerusakan sentral kriteria hasil menurut NOC: 2. Dengarkan dengan tekun saat pasien 4. Menurunkan terjadinya komplikasi lanjutan
1. Klien dapat mengekspresikan
bicara perasaan berbicara 5. Mengetahui perkembangan komunikasi verbal pasien
2. Memahami maksud dan 3. Latih otot bicara secara optimal
pembicaraan orang lain 4. Libatkan keluarga dalam melatih
3. Pembicaraan pasien dapat komunikasi verbal pada pasien
dipahami 5. Kolaborasi dengan ahli wicara

( NIC NOC, 2013)


d. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah penilaian hasil untuk menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi dibagi menjadi 2
bagian yakni:
1. Evaluasi Berjalan (Sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan oleh bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yamg dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP.
2. Evaluasi Akhir (Formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali.

Anda mungkin juga menyukai