Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Non Hemoragik Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006)
Non Hemoragik Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Mansjoer, A dkk. 2007).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008).
Jadi, Stroke adalah gangguan peredaran darah cerebral yang disebabkan
oleh berbagai faktor dan berakibat adanya gangguan neurologis.
2. Anatomi Fisiologi
a. anatomi
Struktur dan Fungsi Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang
disebut neuron dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun
membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST). SSP terdiri
atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan
saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem
persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui
berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi
yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal
maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh
dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal
sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka
akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Bagian-bagian system syaraf :
1) Sistem Saraf Pusat
2) Rongga Epidural
3) Rongga Subdural

1
4) Rongga Sub Arachnoid
5) Cerebelum (Otak Kecil)
6) Cerebrum
7) Batang Otak atau Brainstern
8) Medula Spinalis
9) Sistem Saraf Tepi
10) Saraf Otak (s.kranial)
11) Saraf Spinal
12) Sistem Saraf Somatik
b. Fisiologi
1) Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh
melalui saraf sensori. Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory.
2) Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem
saraf pusat.
3) Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis
maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon.
4) Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-
organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik
disebut juga Efferent Motorik.
3. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 128) penyebab Stroke non hemoragik
diakibatkan oleh:
a. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkanoedema dan kongesti disekitarnya.Beberapa keadaan dibawah
ini dapat menyebabkan trombosis otak: Ateroskelosis, hiperkoagulasi pada
polisetimia, arthritis dan emboli.
b. Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara.
Faktor – faktor resiko stroke non hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes
Mellitus, merokok, minum alkohol, strees dan gaya hidup yang salah,
Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi), Kolesterol tinggi, Penyalahgunaan obat (kokain), makanan
lemak dan faktor usia.

2
4. Patofisiologi
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau
sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang
disebut stroke iskemik (Price, Sylvia A. 2006).
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80%
stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan
timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar
(ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah
kecil ( Arif,muttaqin 2008 ).
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran
darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental
akan tertahan dan menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin
lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika
kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran
ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan.
Jika berlajut akan menyebabkan kelumpuhan ( Arif,muttaqin 2008 ).
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh
darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena
konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka
kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak
inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi
mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak (Price, Sylvia A.
2006).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke :
a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
c. Gangguan persepsi

3
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
6. Penatalaksanaan Medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi:
a. Pengobatan Konservatif
1) Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2) Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi
dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
3) Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
b. Pengobatan pembedahan
Menurut Arif Muttaqin, (2008) tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral
1) Endosteroktomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).

4
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
f. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
g. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
h. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
i. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
8. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
b. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral.
c. Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan
menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal. (Smeltzer, dkk.
2002 dalam: Ismi, 2013)

5
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
2) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia),
dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan dan tingkat
kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit gangguan jantung (MI, endokarditis, PJK,
bakterial)
Tanda : Hipertensi arterial, disritmia pada EKG, desiran pada karotis,
femoralis dan A. Iliaka
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria
Tanda : Distensi abdomen, bising usus negative
4. Makanan/cairan
Gejala : Napsu makan hilang, mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi, dispagia, adanya riwayat DM,
peningkatan lemak dalam darah
Tanda : Kesulitan menelan, obesitas

6
5. Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan,
penurunan fungsi penglihatan, kehilangan rangsang sensorik
kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan pada ekstremitas dan
kadang-kadang pada ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah
Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragik, gangguan tingkah laku; lethargi, kelemahan/paralysis,
afasia
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena a.
carotis yang terkena)
Tanda : Gelisah, ketegangan pada otot
7. Pernapasan
Gejala : Merokok (faktor risiko)
Tanda :Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas, suara
napas terdengar/ronhki (aspirasi sekresi), napas tidak teratur
9. Keamanan
Tanda : Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit
10. Interaksi Sosial
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor
risiko), pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alcohol

7
PENYIMPANGAN KDM NHS

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah;
gangguan oklusif, hemoragik,; vasospasme serebral, edema cerebral
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paraestesia;
flaksid/paralysis spastis, kerusakan perceptual
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot,
kelelahan umum

8
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral;
keruskan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan umum,
nyeri, depresi
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber-sumber informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah;
gangguan oklusive, hemoragik,; vasospasme serebral, edema cerebral
Tujuan : Klien mampu mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik, fungsi kognitif, dan motorik/sensori
Kriteria hasil :
1) Tingkat kesadaran membaik (GCS meningkat)
2) Fungsi kognitif, memori dan motorik membaik
3) TIK normal
4) Tanda-tanda vital stabil
5) Tidak ada tanda perburukan neurologis
Intervensi :
1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab
penurunan perfusi jaringan serebral
Rasional: Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan
kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan kesadaran.
2) Pantau/ catat status neurologis sesering mungkin
Rasional : Mengetahui lokasi, luas dan resolusi kerusakan SSP.
3) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Bradicardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan
otak, ketidak teraturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi
kerusakan serebral/peningkatan TIK
4) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi
anatomis
Rasional: Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase
dan meningkatkan sirkulasi serebral.
5) Pertahankan tirah baring
Rasional : Aktifitas/stimulasi yang kontinyu dapat meningkatkan TIK
6) Berikan oksigen sesuai indikasi

9
Rasional:Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya udema
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paraestesia;
flaksid/paralysis spastis, kerusakan perceptual
Tujuan :
1) Klien mampu mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang terkena atau kompensasi.
2) Klien mampu mendemonstasikan teknik/perilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas.
Kriteria hasil :
1) tidak ada kontraktur atau foot drop
2) kontraksi otot membaik
3) mobilisasi bertahap
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal
Rasional: Memberikan informasi mengenai derajat pemulihan yang
klien lalu dan membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang, miring)
Rasional: Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan
3) Lakukan latihan gerak aktif/pasif secara bertahap
Rasional: Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kontraktur.
4) Tinggikan tangan dan kepala
Rasional: Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan
kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan kesadaran.
5) Konsultasikan dengan ahli fisoterapi secara aktif, latihan dan ambulasi
pasien
Rasional: Program khusus dapat dikembangkan dalam menjaga
keseimbangan, koordinasi dan kekuatan
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot,
kelelahan umum
Tujuan :

10
Klien mampu mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi,
mampu membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat mengekspresikan perasaan
2) Memahami maksud dan pembicaraan orang lain
3) Pembicaraan pasien dapat dipahami
Intervensi :
1) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata
atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian
Rasional : Membentu menemukan daerah dan derajat kerusakan
serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa tahap
proses komunikasi
2) Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka
mata” atau “tunjuk pintu”) ulangi dengan kalimat/ kata yang
sederhana
Rasional : Melakukan penilaian terhadap kerusakan sensorik (afasia
sensorik).
3) Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
Rasional : Melakukan penilaian terhadap kerusakan motorik (afasuia
motorik).
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral;
keruskan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan umum,
nyeri, depresi
Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat
kemampuan sendiri
Kriteria hasil :
1) Melakukan perawatan diri sesuai kemampuan
2) Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber bantuan
Intervensi :
1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan
skala 0-4) untuk melakukan kebutuhan sehari hari
Rasional : Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara individual

11
2) Hindari melakukan sesuatu untuk klien, yang dapat dilakukan klien
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: Pasien mungkin terjadi sangat ketakutan dan sangat
tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi adalah penting bagi pasien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan diri
sendiri dan meningkatkan pemulihan
3) Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri klien waktu yang
cukup untuk mengerjakan tugasnya
Rasional : Pasien memerlukan empati tapi perlu untuk mengetahui
pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten
e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang
lama
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24jamklien
mampu memperthankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
Klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara
dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka
Intervensi :

1) Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika


munkin
Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah
2) Ubah posisi setiap 2 jam
Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
3) Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang
menonjol.
Rasional : mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang
menonjol
4) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisis
Rasional : mengindari kerusakan kapiler.
5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi
Rasional: hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ismi, 2013. Laporan pendahuluan. (online) Http://All The Best LP-NHS.html


Diakses Tanggal 31 Januari 2015

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny “Y” DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI (POST.OP SECTIO SAESAREA)
DI RUANG ICU RSUD KAB. MAMUJU
TANGGAL 26-27 FEBRUARI 2015

Oleh

Milawati Ali
914140280028

Preseptor lahan/klinik Preseptor Institusi

Ns. Hermawati, S.Kep, Ns.Dewarawati, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ANDINI PERSADA MAMUJU SUL-BAR
TAHUN 2015

14

Anda mungkin juga menyukai