Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE DI RUMAH

BAHAGIA BINTAN

Disusun Oleh :

Sri Kautsar, S. Kep

092014020

Pembimbing Akademik:

Linda Widiastuti, S. Kep, Ns, M. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TANJUNGPINANG

2020
I. Konsep Dasar Penyakit Stroke
A. Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular.
Dari pengertian diatas stroke adalah keadaan yang timbul
karena adanya gangguan pada peredaran darah pada otak dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam sehingga bisa
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
1. Faktor Resiko
a. Hipertensi
b. Obesitas
c. Hiperkolestrol
d. Peningkatan hematokrit
e. Penyakit kardiovaskuler
f. Diabetes Mellitus
g. Merokok
h. Alkoholisme
i. Penyalahgunaan obat : Kokain
2. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara
lain :
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak:
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan yang
dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Heart Desease.
2) Infark miokard
3) Fibrilasi, keadaan aritmia yang menyebebkan berbagai
bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan-gumpalan kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium.
c. Iskemia
Yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Hemoragi Cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan
peradarahan dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan
dapat menjadi tidak responsif.
Dari keempat penyebab diatas terjadi pengehentian suplai
darah ke otak, sehingga menyebabkan kehilangan sementara
atau permanen fungsi otak dalam berfikir, memori, bicara dan
gerakan
3. Klasifikasi
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang
terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,
disebabkan karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak dan
menimbulkan pembengkakan otak.
2) Perdarahan Sub Araknoid
Perdarahan ini timbul dalam waktu 1-2 menit, dengan gejala
nyeri kepala hebat dan kesadaran menurun sementara.
b. Stroke non hemoragik/ iskemik
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik. Stroke
jenis ini terjadi jika aliran darah ke otak terhenti karena
penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke
otak, sehingga pasokan darah ke otak terganggu. Hampir
sebagian besar pasien stroke atau 83 % mengalami stroke jenis
ini.
4. Tanda dan Gejala
a. Kehilangan/ menurunnya kemampuan motorik
b. Kehilangan/ menurunnya kemampuan komunikasi
c. Gangguan persepsi
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, reflek otot,
kandung kemih.
5. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Embolisme serebral
d. Pneumonia aspirasi
e. ISK, Inkontinensia
f. Kontraktur
g. Abrasi kornea
h. Dekubitus
i. Tromboplebitis
j. CHF
k. Enchephalitis
l. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens
fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak.
b. MRI
Menggunakan gelombang magnetik untuk menetukan posisi
serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark dari
hemoragik.
c. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurimsa.
d. USG doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah
6) Biokimia darah
7) Elektrolit
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Otak merupakan salah satu organ yang teksturnya lembut dan
berada dalam kepala.Otak dilindungi oleh rambut, kulit, dan tulang.
Adapun pelindung otak yang lain adalah lapisan meningen, lapisan ini
yang membungkus semua bagian otak. , Lapisan ini terdiri dari
duramater, araknoid, piamater.Otak manusia kira-kira 2% dari berat
badan orang dewasa (sekitar 3lbs). otak menerima 20% dari curah
jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan
sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya.
Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang
saraf spinal dan 12 pasang saraf cranial. Saraf perifer dapat terdiri dari
neuron- neuron yang menerima pesan-pesan neural sensorik (aferen)
yang menuju ke sistem saraf pusat, dan atau menerima pesan-pesan
neural motoric (eferen) dari sistem saraf pusat. Saraf spinal
menghantarkan pesan-pesan tersebut maka saraf spinal dinamakan
saraf campuran.
Sistem saraf somatik terdiri dari saraf campuran. Bagian aferen
membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun informasi
sensorik yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan sistem
saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa masukan dari
organ-organ visceral. Saraf parasimpatis adalah menurunkan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan
pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan
pembuangan.
1. Kulit Kepala (Scalp)
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai scalp yaitu :
a. Skin atau kulit
b. Connective tissue atau jaringan penyambung
c. Aponeurosis atau jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan
tengkorak
d. Loose areolor tissue atau jaringan penunjang longgar
e. Perikranium
2. Tulang kepala (Kranium)
Terdiri dari kalvaria (atap tengkorak), dan basis cranium (dasar
tengkorak).Basis kranii berbentuk tidak rata dan tidak teratur sehingga
bila terjadi cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan pada bagian
dasar tengkorak yang bergerak akibat cedera akselerasi dan deselerasi.
Rongga dasar tengkorak terbagi 3 fosa yaitu :
a. Fosa anterior / lobus frontalis
b. Fosa media / lobus temporalis
c. Fosa posterior / ruang batang otak dan cerebellum
Pada fraktur basis cranium, mungkin keluar darah dari hidung atau/
dan telinga.
3. Meningen
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meningen, ada tiga
lapisan meningen yaitu duramater, araknoid, dan piamater, masing-
masing memiliki struktur dan fungsi yang berbeda

4. Duramater
Duramater adalah membran luar yang liat semi elastis.
Duramater melekat erat dengan pemukaan dalam tengkorak.
Duramater memiliki suplai darah yang kaya. Bagian tengah dan
posterior disuplai oleh arteria meningea media yang bercabang dari
arteria karotis dan menyuplai fosa anterior. Duramater berfungsi untuk
melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena dan membentuk
poriosteum tabula interna. Diantara duramater dan araknoid terdapat
ruang yang disebut subdural yang merupakan ruang potensial terjadi
perdarahan, pada perdarahan diruang subdural dapat menyebar bebas ,
dan hanya terbatas oleh sawar falks serebri dan tentorium. Vena yang
melewati otak yang melewati ruang ini hanya mempunyai sedikit
jaringan penyokong oleh karena mudah terjadi cidera dan robek yang
menendakan adanya trauma kepala
5. Araknoid
Araknoid terletak tepat dibawah duramater, lapisan ini
merupakan lapisan avaskuler, mendapat nutrisi dari cairan
cerbrospinal, diantara araknoid dan piamater terdapat ruang
subaraknoid. Ruangan ini melebar dan mendalam pada tempat
tertentu, dan memungkinkan sirkulasi cairan serebrospinal. Araknoid
membentuk tonjolan vilus.
6. Piamater
Piamater adalah suatu membran halus yang sangat kaya akan
pembuluh darah halus, piamater merupakan satu-satunya lapisan
meningen yang masuk ke dalam suklus dan membungkus semua girus
(kedua lapisan yang hanya menjembatani suklus). Pada beberapa
fisura dan suklus di sisi hemisfer, piamater membentuk sawar antara
ventrikel dan suklus atau fisura. Sawar ini merupakan struktur
penyokong dari pleksus koroideus pada setiap ventrikel
7. Otak
Otak merupakan organ tubuh yang paling penting karena
merupakan pusat dari semua organ tubuh, otak terletak didalam rongga
tengkorak (kranium) dan dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang
kuat
1. Cerebrum
Cerebrum atau otak besar merupakan bagian yang terluas dan
terbesar dari otak, berbentuk telur terbagi menjadi dua
hemisperium yaitu kanan dan kiri dan tiap hemisperium dibagi
menajdi empat lobus yaitu lobus frontalis, parietalis, temporalis
dan oksipitalis. Dan bagian tersebut mengisi penuh bagian depan
atas rongga tengkorak
2. Cerebelum
Cerebelum atau otak kecil merupakan bagian terbesar dariotak
belakang. Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan
diatapi tentorium cerebri yang merupakan lipatan duramater yang
memisahkan dari lobus oksipitalis serebri. Bentuknya oval, bagian
yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang
melebar pada bagian lateral disebut hemisfer. Cerebelum
berhubungan dengan batang otak melalui pedunkulus cerebri
inferior (corpus retiform). Permukaan luar cerebelum berlipat-lipat
seperti cerebrum tetapi lebih lipatanya lebih kecil dan lebih teratur.
Permukaan cerebelum ini mengandung zat kelabu. Korteks
cerebelum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari cerbrum
harus melewati cerebelum.
3. Batang otak
Batang otak terdiri dari otak tengah (diensfalon)pons varolidan
medula oblongata. Otak tengah merupakan merupakan bagian atas
batang otak akuaduktus cerebriyangmenghubungkan ventrikel
ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini.Otak tengah
mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan
gerakan-gerakan bola mata.
C. Pathway Stroke
Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik

Peningkatan Trombosit/emboli
Tekanan sistemik di serebral

Aneurisma Suplai darah ke jaringan


serebral tidak adekuat
Perubahan vesospasame/
arkhnoid/ vertikel arteri serebral/ Perfusi jaringan serebral
tidak adekuat
saraf serebral

Hematoma Iscemic/infark
serebral Hemifer kiri
Deficit neurologi
PTIK/Herniasi Hemiparese/plegi kanan
serebral Hemisfer kanan

Penurunan Penekanan saluran Hemiparase/plegi kiri


kesadaran pernafasan

Defisit peratawan diri Hambatan mobilitas


area grocca
fisik
Pola
nafas
tidak kerusakan fungsi
efektif Kerusakan integritas kulit
N. VII dan N. XII

D. Penatalaksanaan Keperawatan (Asuhan Keperawatan Teoritik)


Gangguan komunikasi verbal
Penatalaksanaan Keperawatan Kurang pengetahuan
1. Fase akut
Resiko aspirasi Resiko
Fase akut stroke trauma
berakhir Resiko
48 sampai jatuh
72 jam. Pasien yang koma pada saat masuk
dipertimbangan memiliki prognosis buruk. Sebaliknya pasien pasein sadar penuh
mempunyai prognosis yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini
adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang baik.
2. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitas adalah fase pemulihan pada kondisi sebelum stroke. Program
pada fase ini bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fungsional pasien stroke,
sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari adekuat. fase
rehabilitas yaitu:
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat
2) Program manajemen bledder dan bowel
3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi ROM
4) Pertahankan integritas kulit
5) Pertahankan komunikasi yang afektif
6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7) Persiapan pasien pulang.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengakjian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditemukan.

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Status kesehatan setahun terakhir, keluhan kesehatan utama, pengetahuan atau
pemahaman, penatalaksanaan masalah kesehatan, derajat seluruh fungsi relatife
terhadap masalah kesehatan dan diagnosis medis. Pengkajian riwayat status
kesehatan klien antara lain sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit masa kanak-kanak, penyakit serius atau kronis, trauma
perawatan dirumah sakit, alergi (catat allergen dan reaksi spesifik), status
imunisasi dan ada atau tidaknya riwayat pemakaian obat.
b. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat psikososial dan spiritual
Tentang menggali perasaan klien dengan menanyakan siapa orang terdekat
klien, masalah yang mempengaruhi klien, mekanisme koping klien tehadap
stress, persepsi tentang penyakit klien.
2) Sistem nilai kepercayaan
Apakah kegiatan agama yang dilakukan klien frekuensinya berapa kali,
apakah klien percaya dengan adanya kematian.
3) Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain tangan kiri dan kanan, kaki kanan dan
kiri untuk menilai adanya kelemahan atau tidak, kekuatan atau spastis.
4) Kemampuan mobilitas
Pengkajian mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas sebagai berikut :

Skala Persentase kekuatan karakteristik


normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi.
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal.
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi
dan tahanan penuh

5) Kemampuan rentang gerak


Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul dan kaki.
6) Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
7) Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi
dan perubahan dalam mekanisme koping.
3. Pola kebiasaan sehari-hari
Klien perlu ditanya apakah ada masalah-masalah atau keluhan kesehatan yang
dialami klien mengenai
a) Pola nutrisi
Nafsu makan, frekuensi makan, jenis makanan, kebiasaan seblum makan,
makanan yang tidak disukai dan berapa berat badan klien saat ini atau setahun
yang lalu.
b) Pola eliminasi
Dysuria, frekuensi berkemih, urine hanya menetes, dorongan untuk terus
berkemih, hematuria, polyuria, oliguria, nukturia, inkontenensia, nyeri saat
berkemih, keluar batu pada saat berkemih dan infeksi.
Defekasi: frekuensi, waktu BAB, bau feses klien, warna konsistensi, keluhan
saat BAB, konsistensi, apakah ada pengalaman pemakaian laksatif.
c) Hygine personal
Frekuensi mandi, frekuensi oral hygiene, frekuensi cuci rambut dan
menggunting kuku.
d) Istirahat dan tidur
Frekuensi kebiasaan tidur sehari-hari, apakah ada kesulitan saat mau tidur.
e) Aktivitas dan latihan
Tentang kegiatan klien sehari-hari seperti apakah klien berolahraga, frekuensi
olahraga, apakah ada keluhan saat beraktivitas.
f) Kebiasaan
Tentang kebiasaan sehari-hari klien, apakah klien merokok, meminum-minuman
keras dan adanya ketergantungan obat.

4. Pemeriksaan fisik
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui fungsi tubuh klien
yaitu:
a. Kesejajaran tubuh
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginpeksi pasien dari sisi lateral, anterior
dan posterior untuk mengamati:
1) Bahu dan pinggul sejajar
2) Jari-jari mengarah kedepan
3) Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain.
b. Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deforitas, spasme, kram,
kelemahan otot, masalah cara berjalan, nyeri punggung, protesa, pola kebiasaan
latihan, serta dampak pada aktivitas pada harian klien.
c. Sistem saraf pusat
Sakit kepala, kejang, sinkop atau serangan jatung, paralisis, peresis, gangguan
dalam koordinasi, TIK/tremor/spasme, paretesia, cedera kepala dan masalah
memori.

5. Data penunjang
a. Radiologi
1) Computerized tomografi scaning (CT Scan): mengetahui area infark,
edema, hematoma, struktur dan struktur otak.
2) Magnetic resonance imaging (MRI) : menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena.
3) Elektro encephalografi (EEG): mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
4) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau
rupture.
5) Sinar X tengkorak: mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada
thrombosis cerebral.
6) Fungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan
meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik
subarachnoid atau perdarahan intracranial, kontrakindikasi pada
peningkatan tekanan intracranial.
7) Elektrokardogram: mengetahui adanya kelainan jantung yang juga menjadi
faktor penyebab stroke.

6. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, leukosit, trombosit, erotrosit, LED.
b. Pemeriksaan gula darah sewaktu.
c. Kolesterol, lipid
d. Asam urat
e. Elektrolit
f. Masa pembekuan dan mada perdarahan.

B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul.
1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan kekuatan otot tidak memadai
3. Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan kekuatan otot tidak
memadai
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervens Rasional
i
1. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakakn asuhan 1. Kaji kemampuan motorik 1. Mengidentifikasi kekuatan otot
berhubungan dengan Gangguan keperawatan diharapkan klien tidak 2. Ajarakan pasien untuk melakukan klien
neuromuskular mengalami hambatan dalam mobilitas ROM minimal 2 kali sehari 2. Latihan ROM meningkatkan
fisik dengan kriteria hasil: 3. Berikan klien alat bantu jika massa tonus dan kekuatan otot
1. Klien mampu meningkatkan diperlukan 3. Agar klien bisa beraktivitas
aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien bagaimana walaupun hanya dengan alat bantu
2. Klien mengerti tujuan dari merubah posisi dan berikan 4. Agar klien bisa menggerakkan tubuh
peningkatan mobilitas bantuan jika diperlukan klien
3. Bantu untuk mobilisasi
2. Hambatan mobilitas ditempat tidur 1. Monitor kemampuan perawatan 1. Mengidentifikasi kemampuan merawat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan dengan kekuatan otot tidak diri secara mandiri diri secara mandiri
diharapkan klien tidak mengalami
memadai 2. Berikan bantuan sampai pasien 2. Agar klien mampu melakukan
hambatan dalam mobilitas ditempat tidur
mampu melakukan perawatan diri perawatan diri secara mandiri
dengan kriteria hasil :
3. Ajarkan pasien bagaimana
3. Agar klien bisa menggerakkan tubuh
1. 1. Klien mampu melakukan perawatan merubah posisi dan berikan
klien
diri sendiri bantuan jika diperlukan
2. 2. Klien mampu mampu merubah posisi
sendiri
3 Hambatan Berjalan berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Sediakan kondisi lingkungan yang 1. Menghindari klien dari
kekuatan otot tidak memadai diharapkan klien dapat melakukan aman bagi klien kemungkinan terjadi cedera
mobilisasi secara bertahap sesuai dengan 2. Sediakan perangkat pendukung 2. Memudahkan klien belajar berjalan
batas kemampuannya dengan kriteria seperti step stools, handrails jika agar tetap aman
hasil : diperlukan
3. Memudahkan klien bergerak dan
3. Gunakan pakaian yang tidak ketat
1. Klien mampu mempertahankan menghindari cedera
pada pasien
keseimbangan saat berdiri 4. Mengetahui perkembangan klien
4. Dampingi klien dalam latihan
2. Klien mampu mempertahankan selama latihan fisik
gerak
keseimbangan saat berjalan
3. Klien mampu berjalan

4. Klien mampu berpindah dengan mudah


D. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksananakan: melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telagh ditentukan, pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedian
perawatan lainnya.kemudian dengan menggunakan data dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya.
Evaluasi terhadap masalah hambatan mobilitas fisik secara umum
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
a. menggerakkan anggota gerak (ekstermitas)
b. mampu menggerakkan tubuh ke kanan dan ke kiri
Daftar Pustaka

Hidayat & Uliyah, (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: Salemba Medika

Kasiati & Dwi, (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta:


kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mubarak & Chayatin, (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Purwanto, (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Tiarnida N & Giawa (2019). Pengauh ROM Pada Pasien Stroke


Iskemik Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot di RSU. Royal
Prima Medan Tahun 2018 Jurnal Keperawatan Vol. 2, no. 1 (hal
1-8)

Anda mungkin juga menyukai