STROKE PIS
I. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran otak yang menyebabkan defiisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Stroke hemoragik adalah kondisi ketika pembuluh darah di dalam otak pecah sehingga
menyebabkan pendarahan di dalam jaringan otak atau di sekitar permukaan organ tersebut
(Batticaca, 2008).
II. Etiologi
1) Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.
2) Aterosklerosis.
3) Emboli septis.
4) Malformasi arteriovenous, yaitu pembuluh darah berbentuk abnormal, terjadi
hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
6) Pernah mengalami stroke ringan atau disebut juga dengan TIA (transient ischemic
stroke).
IV. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit
maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua
oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri
tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat
juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan
trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya
perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah,
gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur
vaskular dalam jaringan otak (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006).
V. Penatalaksanaan
1) Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila muntah dan boleh
mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan.
3) Bed rest.
4) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.
5) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonok.
6) Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat neuroprotektor,
antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi, dan tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi. (Sylvia dan Lorraine, 2006).
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan aliran otak terhambat.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
jaringan cerebral b.d keperawatan selama 3 x 24 reaksi dan bentuk pupil.
aliran otak terhambat. jam, diharapkan suplai 2. Monitor tingkat kesadaran
DS : darah ke otak lancar dengan klien.
Klien mengeluh nyeri kriteia hasil : 3. Observasi tanda-tanda vital.
kepala - Nyeri kepala 4. Berikan oksigen sesuai
DO : berkurang sampai kebutuhan.
- Tekanan darah dengan hilang 5. Hindari aktivitas jika TIK
meningkat - Tanda-tanda vital meningkat.
- Hasil CT scan stabil 6. Batasi gerakan pada kepala,
menunjukkan letak leher dan punggung.
edema, hematoma
- Peningkatan
frekuensi nafas
DAFTAR PUSTAKA