Anda di halaman 1dari 34

1

bismillahirrahmaanirrahiim

KITAB JAMI’ BAYAANIL ILMI WA FADLIHI


IBNU ABDIL BARR

Kajian kitab ini diambil dari ​Shahih Jami’ Bayaanil Ilmi wa


Fadlihi​, karya Al Hafizh Ibn Abdil Barr Abu Umar​, beliau
adalah ulama yang hidup pada Abad 5 Hijriyah, dan
kemudian dipilih periwayat-periwayatnya yang shahih oleh
Syaikh Abul Asybal Az Zuhairi.

BAB 1. ORANG YANG DITANYA TENTANG ILMU LALU


IA MENYEMBUNYIKANNYA

❖ Allahu Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran ( 2 :


187 ) :
‫ﺎس َو َﻻ َﺗ ْﻜُﺘ ُﻤﻮَﻧ ُﻪ‬ َ َ ‫ﯾﻦ أُوُﺗﻮا ْاﻟ ِﻜَﺘ‬ َ ‫َوِإ ْذ أَ َﺧَﺬ اﷲُ ِﻣ َﯿﺜ‬
َ ‫ﺎق ﱠاﻟِﺬ‬
ِ ‫ﺎب ﻟُﺘَﺒﱢﯿُﻨﱠﻨ ُﻪ ِﻟﻠﱠﻨ‬

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari


orang-orang Ahli Kitab , (​yaitu orang-orang yang telah
diberi kitab) ; ​"Hendaklah kalian menerangkan isi kitab
itu kepada manusia, dan jangan kalian
menyembunyikannya.”​
Dalam ayat ini Allah mengambil perjanjian dengan semua
orang-orang yang telah diberikan ilmu, agar mereka
2

menjelaskannya kepada manusia dan tidak


menyembunyikannya.

❖ Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
”Barangsiapa yg ditanya tentang suatu ilmu lalu ia
menyembunyikannya, kelak ia akan datang pada hari
kiamat dalam keadaan mulutnya diberi penutup dari api
neraka.”

Dan dari ​Abu Hurairah​, ia berkata: ​“Kalau bukan karena


dua ayat dalam kitabullah, aku tidak akan menyampaikan
hadits kepada kalian.”

Maksudnya ​yaitu firman Allahu Ta’ala dalam QS. Al


Baqarah ( 2 : 159 ) :
ِ ‫ٰ ِﻣ ْﻦ َﺑ ْﻌِﺪ َﻣﺎ َﺑﱠﯿﱠﻨﺎ ُه ِﻟﻠﱠﻨ‬
‫ﺎس‬ ِ ‫ﻮن َﻣﺎ أَْﻧ َﺰْﻟَﻨﺎ ِﻣ َﻦ ْاﻟَﺒﱢﯿَﻨ‬
‫ﺎت َو ْاﻟ ُﻬَﺪى‬ َ ‫ِإ ﱠن ﱠاﻟِﺬ‬
َ ‫ﯾﻦ َﯾ ْﻜُﺘ ُﻤ‬
َ ‫اﻟﻼ ِﻋُﻨ‬
‫ﻮن‬ َٰ ُ‫ﺎبۙ أ‬
‫ولِﺋ َﻚ َﯾْﻠ َﻌُﻨ ُﻬ ُﻢ اﷲﱠُ َوَﯾْﻠ َﻌُﻨ ُﻬ ُﻢ ﱠ‬ ْ
ِ ‫ِﻓﻲ اﻟ ِﻜَﺘ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan
-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam alkitab, mereka
itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua
(mahluk) yang bisa melaknat.”
Maka dari itu, m​ enyembunyikan ilmu a​ dalah termasuk
perkara ​dosa besar.​

Berbeda dengan halnya ​menunda penyampaian ilmu,


yaitu;​
Artinya kita tidak menyampaikan dahulu karena khawatir
akan muncul mudhorot yang lebih besar. Karena khawatir
3

akan menimbulkan fitnah yang lebih besar, maka yang


seperti ini (menunda penjelasan) tidak apa-apa.

Sebagaimana ​Muadz Bin Jabal yang ingin menyampaikan


hadits tentang ​keutamaan Tauhid​, kemudian Rasul ‫ﷺ‬
bersabda ; ​“Jangan, karena akibatnya mereka tidak mau
beramal.”
(Kenapa? Karena takut / khawatir dipahami dengan salah)

Maka kewajiban setiap orang yang diberikan ilmu,


adalah untuk menyampaikan ilmu dan hendaknya
mereka tidak takut dengan cercaan orang-orang yang
mencerca.
Karena salah satu sifat yang Allah cintai adalah:
‫ﻮن َﻟ ْﻮ َﻣ َﺔ َﻻِﺋ ٍﻢ‬
َ ‫َو َﻻ َﯾ َﺨ ُﺎﻓ‬
”..dan mereka tidak takut dengan cercaan orang-orang
yang mencerca…”
[ QS. Al Maidah : 54 ]

BAB 2. MENUNTUT ILMU ITU ADALAH FARDHU

Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda ;


"Menuntut ilmu itu adalah fardhu atas setiap muslim."

Berkata ​Abu Umar ibnu Abdil Barr​ penulis kitab ini,


"Para ulama semua sepakat bahwa menuntut ilmu itu ada
yang sifatnya fardhu 'ain dan fardhu kifayah."
Maka beliau selanjutnya menjelaskan apa saja yang menjadi
fardhu 'ain.
4

Dan yang wajib (fardhu 'ain) dipelajari bagi seluruh


manusia adalah yang tidak boleh kita bodoh
terhadapnya dari kewajiban-kewajiban yang Allah
wajibkan kepada kita semua :

● Seperti memahami makna dua kalimat syahadat,


berupa mengucapkan dengan lisan dan menetapkan
dengan hati bahwasanya Allah tidak ada sekutu
bagi-Nya, Allah tidak melahirkan dan dilahirkan, Allah
tidak ada yang sebanding dengan-Nya, Allah mencipta
segala sesuatu, yang menghidupkan dan mematikan.
Artinya maksud beliau adalah memahami tentang
tauhid rubbubiyah, tauhid uluhiyah tentang tauhid asma'
wa sifat.
● Demikian juga dalam ​memahami makna syahadat
Muhammad Rasullullah dan bahwasanya beliau
adalah penutup para Nabi.
● Demikian pula ​mempelajari ilmu tentang kebangkitan
setelah kematian yaitu yang merupakan ​rukun-rukun
iman, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab kitabnya,
Rasulnya, Kehidupan Akhirat, Takdir, semua ini wajib
dipelajari.
● Demikian pula bahwasanya ​Al Qur'an adalah firman
Allah​.
● Demikian juga mempelajari sholat lima​ ​waktu
● Demikian juga ​mempelajari puasa Ramadhan ; maka
ia harus mempelajari apa saja yang dapat merusak
puasanya, apa yang menyempurnakannya.
5

● Jika ia punya harta ia wajib mempelajari tentang ​zakat,


haji, umrah ​ini merupakan kewajiban orang orang yang
punya kemampuan.
● Demikian pula dalam hal ​makanan​. Mana yang perlu
ditinggalkan atau karena keharaman keharamannya
yang harus ditinggalkan seperti zina, arak, makan babi,
makan bangkai, makan najis.
● Demikian pula mempelajari ​semua keharaman seperti
mencuri, riba, merampok, menyuap, saksi palsu,
memakan harta manusia dengan cara bathil.
● Termasuk juga ​mempelajari tentang siapa
mahrom-mahromnya bagi setiap wanita wajib ia
mengetahuinya, demikian juga bagi laki-laki sehingga ia
tidak terjatuh berdua-duaan dengan wanita yang bukan
mahromnya.
Maka inilah yang wajib diketahui yang merupakan ​fardhu
'ain​.

Adapun yang fardhu kifayah merupakan sifatnya


penyempurna, seperti misalnya belajar bahasa arab, ushul
fiqih, dimana tidak sempurna sebuah kewajiban kecuali ia
mempelajari ilmu-ilmu tsb.

Demikian juga jika mempelajari pendalaman ilmu agama


maka ini tidak wajib secara fardhu 'ain hanya ​fardhu kifayah,
seperti ;​ ​mempelajari ilmu warisan dan sebagainya​.
6

BAB 3. KEUTAMAAN ILMU DAN AHLINYA

Disini beliau membawakan beberapa hadits yang shahih


diantaranya hadits Abu Hurairah ia berkata, Rasullullah ‫ﷺ‬
bersabda;
“Tidak ada seorangpun yang meniti jalan untuk mencari
ilmu kecuali Allah mudahkan jalannya ke surga.
Barangsiapa yang amalannya lambat maka kekayaan
atau kedudukannya atau nasabnya tidak bisa
menolongnya sama sekali.”

Dari hadits Abu Hurairah juga bahwasanya Nabi ‫ﷺ‬


bersabda;
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah-rumah Allah
untuk mempelajari alquran, kecuali malaikat akan
mengelilingi mereka dan akan dilingkupi rahmat Allah
dan ketenangan pun akan turun kepada mereka, dan
Allah sebutkan mereka disisi malaikat yang ada disisi
mereka.”
-->Ini menunjukkan keagungan orang-orang yang duduk di
majelis ilmu, mengkaji, membaca, mempelajari dan
mentadabburi Al Qur'an.

Juga hadits Abu Musa Al Asy’ari bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda


;
“Perumpamaan yang Allah utus aku dengannya berupa
petunjuk dan ilmu itu seperti air hujan yang lebat yang
menimpa tanah...
Diantara tanah itu ​ada yang subur dia bisa menerima air
dengan baik lalu ia pun menumbuhkan
tanaman-tanaman dan rerumputan yang banyak.
7

Ada juga tanah yang hanya bisa menahan air dan Allah
pun memberikan manusia manfaat dengannya, manusia
bisa minum, bisa memberi minum dan bercocok tanam,
tapi orangnya kurang mampu mengambil faidah dan
manfaat dari ilmu yang sudah dihafal dan kuasainya
tersebut.
Ini seperti tanah yang keras yang hanya bisa
menampung air, tapi tanah itu tidak bisa menyerapnya
dan tidak juga bisa menumbuhkan tanaman.”

Ada lagi kata Rasulullah ‫​ ﷺ‬jenis tanah yang tidak bisa


menahan air dan tidak bisa menumbuhkan tanaman ini ,
kemudian Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda;
“(perumpamaan pertama) Ini perumpaan orang yang
faqih dalam agama Allah, maka Allah pun kemudian
memberikan manfaat kepada dia yang Allah utus aku
dengannya maka ia berilmu, mengamalkan dan
mengajarkan.

Dan ​perumpaan yang kedua seperti orang yang banyak


hafal ilmu tapi ia kurang faqih dan kurang faham. Hanya
sebatas hafal saja kurang bisa meresapi dan memahami
sehingga tidak banyak menumbuhkan tanaman tanaman
yang bermanfaat.

Tanah yang ketiga ; perumpaan tanah/ hati yang tidak


mau menerima hidayah Allah yang aku diutus
membawanya.”
8

BAB 4.
Sabda Rasullullah ‫“ ; ﷺ‬TERPUTUS AMALAN ANAK
ADAM SETELAH MENINGGAL DUNIA KECUALI DARI 3
PERKARA”

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda;


"Apabila seorang manusia meninggal dunia maka
terputuslah amalnya kecuali 3 perkara yaitu sbb ;
1. Sedekah jariah
2. Ilmu yang diambil manfaatnya setelahnya dan
diamalkan oleh orang-orang.
3. Anak shalih yang mendoakannya.”

Demikian juga diriwayatkan dari hadits Abdullah Abi


Qotadah dari ayahnya dari Rasullullah ‫ ﷺ‬, juga
diriwayatkan dari hadits Az-Zuhri dari Abu Abdillah
Al-Ashghor dari Abu Hurairah, dan ini menunjukkan
keutamaan ilmu yang bermanfaat; ​dimana seseorang yang
telah meninggal dunia dan meninggalkan ilmu yang
diamalkan oleh orang banyak dan diamalkan oleh
orang-orang tersebut sehingga semua orang yang
mengamalkan ilmu tersebut, maka pahalanya akan mengalir
kepada orang tersebut.

Berkata Ibnu Abdil Baar berkata orang-orang yang bijak;


"Bahwa ilmu seseorang itu adalah anaknya yang banyak
kekal, dan terus menerus/ kekal pahalanya mengalir kepada
dia.”
9

BAB 5.
Sabda Nabi ‫“ ; ﷺ‬ORANG YANG MENUNJUKKAN
KEBAIKAN KEPADA ORANG LAIN MAKA SAMA
DENGAN MELAKUKAN KEBAIKAN TERSEBUT”

Dari ​Abu Mas'ud al Anshari​ ia berkata,


"Datang seorang laki-laki kepada Rasullullah ‫ ﷺ‬dan
berkata, "Wahai Rasullullah, bawalah aku karena aku
terhalang.” ​Lalu Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Aku tidak
mendapatkan apa-apa untuk membawa kamu, tapi
datanglah ke si fulan!” ​Lalu orang itu datanglah ke sifulan
lalu sifulan itu membawanya".
Lalu ia datang ke Rasullullah ‫ ﷺ‬dan mengabarkannya,
maka beliau bersabda;
“Orang yang menunjukan orang lain kebaikan itu seperti
pahala orang yang melakukannya.”

Artinya, kalau kita sudah menyampaikan ilmu berarti kita


sudah menunjukkan orang lain kepada kebaikan. Ketika
orang lain tersebut mengamalkan ilmu itu, maka kita seperti
melakukannya juga.
Demikian pula kita menawarkan kepada orang kaya suatu
amal jariah sehingga ia bersedekah dan berinfaq, maka
karena kita yang menunjukkan maka kita mendapatkan
seperti apa yang ia lakukan.

Berarti ini menunjukkan keutamaan menyampaikan ilmu,


menunjukkan manusia pada jalan kebenaran.
10

BAB 6.
Sabda Rasullullah ‫“ ; ﷺ‬TIDAK ADA HASAD KECUALI
KEPADA DUA ORANG”

Dari Salim dari ayahnya ia berkata,


Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang ;
1. Orang yang Allah ajarkan kepadanya alquran lalu ia
amalkan alquran tersebut sepanjang malam dan siang,
maka kita boleh dengki kepadanya, dalam artian
berharap seperti dia.
2. Orang yang Allah berikan harta lalu ia infaqkan
sepanjang malam dan siang maka kita boleh iri
kepadanya karena kita ingin seperti dia.

Kenapa ??
Karena dua perkara ini dua perkara yang luar biasa. Orang
yang diajarkan oleh Allah ilmu, alquran, hadits dan ia
amalkan, maka ini adalah keberuntungan yang besar.
Demikian pula orang diberikan harta lalu ia infaqkan dijalan
Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌ َﺎﻟﻰ‬
َ ‫ ُﺳﺒ‬tentu itu menjadi keberuntungan juga bagi
pemiliknya juga.
Maka kita merasa iri sehingga akan dapat menimbulkan sifat
untuk berlomba dalam kebaikan.

BAB 7.
Sabda Rasulullah ‫“ ; ﷺ‬MANUSIA ITU BAGAIKAN
BARANG TAMBANG”

Dari Jabir ia berkata Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda ;


11

"Manusia itu bermacam-macam dan yang terbaik


diantara mereka di masa jahiliyah adalah yang terbaik di
masa Islam, kalau mereka faqih dalam agama."

Dan dari hadits Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬dia


ditanya;
"Siapakah manusia yang paling mulia ?"
Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda; ​“Yang paling bertaqwa.”
Mereka berkata ​“Bukan tentang itu kami bertanya,” maka
rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda;
"Manusia yang paling mulia adalah Nabiyullah bin
Nabillah bin Nabiyullah bin Khalillullah yaitu Yusuf bin
Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim”

Mereka berkata ​“Bukan tentang itu kami bertanya,” maka


rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda;
"Maksudnya tentang, kaum Arab yang kalian tanya
kaum muslimin secara umum?”
"Sesungguhnya, (k​ ata Rasulullah), orang-orang yang
terbaik di masa jahiliyah itulah yang terbaik di masa
islam apabila mereka faqih."

Dan disini menunjukkan ​anjuran dari Nabi ‫ ﷺ‬untuk


tafaqquh dalam agama, memperdalam ilmu Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو‬
َ ‫ُﺳﺒ‬
‫َﺗ َﻌﺎَﻟﻰ‬.

Dan dari hadist Abu Hurairah juga Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda


:
"Kamu lihat manusia itu bagaikan ma'adin
(barang-barang tambang). Sebaik-baiknya mereka
12

dimasa jahilliyah, sebaik-baiknya manusia dimasa islam


kalau mereka faqih."

Demiakian juga di dalam hadits Abu Hurairah diriwayatkan


dengan lafadz yang mirip.

BAB 8.
Sabda Nabi‫" ; ﷺ‬SIAPA YANG ALLAH INGINKAN
KEBAIKAN, ALLAH AKAN FAQQIHKAN IA DALAM
AGAMA”

Diriwayatkan dalam Umar bin Khattab, demikian juga dalam


hadits Abu Hurairah, adapun lafadz Abu Hurairah :
"Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan kepadanya,
Allah akan jadikan ia faqih dalam agama."

Dan dari Muhammad bin Ka'ab Al Quradhi ia berkata :


Adalah Mu'awwiyah bin Abbi Sofyan berkutbah dikota
Madinah dan berkata :
"Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada yang bisa
mencegah apabila Allah ingin memberikan dan tidak ada
yang bisa memberi kalau Allah ingin mencegah. Dan tidak
akan bermanfaat orang yang bersungguh-sungguh mencari
kalau ternyata Allah belum izinkan, dan “​ barangsiapa yang
Allah inginkan kebaikan, niscaya Allah faqihkan dia
dalam agama.” ​aku mendengar kalimat-kalimat ini dari
Rasulullah ‫ ﷺ‬diatas mimbar ini.​
13

Dan dari Hummaid bin Abdirrahman ia berkata, ​“Aku


mendengar Mu'awiyyah ia berkutbah (​ dengan lafadz yang
telah kita sebutkan namun ada sedikit perbedaan dengan
lafadz),
"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan untuknya,
Allah akan faqihkan dia dalam agama, kata Rasulullah.”
Lalu dia bersabda lagi :
"Aku hanyalah bertugas membagi dan Allah yang
memberi.
Dan akan senantiasa ada dari sekelompok dari umat
Islam ini yang tegak diatas perintah Allah, tidak akan
membahayakan orang yang menyelisihi mereka sampai
datangnya perintah Allah ‫“ ُﺳﺒْﺤَﺎﻧَ ُﻪ وَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬

Dan dari hadist Mu'awiyyah bahwasanya Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda :
"Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang
hamba Allah akan jadikan ia faqih dalam agama.”

Hadits ini menunjukkan bahwa tanda orang yang diinginkan


kebaikan maka ia akan dijadikan faqihkan dalam agama.
Sebaliknya orang yang tidak diinginkan oleh Allah kebaikan,
ia jadi tidak mau peduli dengan agamanya, dan dia tidak
mau belajar agama.

BAB 9. KEUTAMAAN ILMU DIBANDINGKAN IBADAH

Dari Amar bin Qois Al Mula'i ia berkata, Rasullullah ‫ﷺ‬


bersabda,
14

“Keutamaan ilmu itu lebih baik daripada keutamaan


ibadah, dan kunci agama itu adalah sikap wara’.”
** ​Wara' adalah meninggalkan segala sesuatu yang
dikhawatirkan bisa merusak akhirat kita.

Dari Humaid bin Hilal ia berkata, aku mendengar Mutharrif


berkata;
“Keutamaan ilmu itu lebih baik daripada keutamaan amal
dan sebaik-baik agama kamu adalah sikap wara'.”

Mengapa keutamaan ilmu lebih baik daripada


keutamaan ibadah?

-- Karena ibadah tidak akan diterima tanpa ilmu, maka


untuk kita bisa beribadah harus diatas ilmu dan wajib
berilmu tentang syarat-syarat diterimanya ibadah.

-- Demikian pula, dengan ilmu seseorang dapat


mengetahui macam-macam ibadah yang berderajat
tingkatannya, dan dengannya juga dapat diketahui
hal-hal yang membatalkan pahala ibadah tersebut.

-- ​Terkadang, bisa juga mendapatkan pahala tanpa


harus beramal, cukup dengan niat-niat dia yang baik
sebagaimana Nabi bersabda,

Dunia itu untuk empat orang , diantaranya ;


1. Orang yang diberikan oleh Allah ilmu dan harta.
Dengannya ia bertaqwa kepada Allah, menyambung
silahturahim dan ia pun bersedekah dengan hartanya.
Inilah derajat yang paling tinggi.
15

2. Allah berikan ilmu kepadanya tapi ia tidak berharta.


Namun jika niatnya benar seperti ; ​“Jika aku diberi nikmat
seperti si fulan maka aku akan berinfaq seperti dia.“
Kata Rasullah ‫ ﷺ‬pahalanya sama karena niatnya
tersebut. Maka dengan niat yang benar ia bisa
mendapatkan pahala, ini semua dengan ilmu​.
Dengannya pahala seseorang jauh lebih besar dibandingkan
dengan orang yang beribadah tanpa ilmu. Ini semua
menunjukan keutamaan menuntut ilmu Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌ َﺎﻟﻰ‬
َ ‫ﺳﺒ‬.
ُ

Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda ;
“Sesungguhnya kalian berada di zaman yang para
ulamanya banyak penceramahnya sedikit,
peminta-mintanya sedikit dan yang memberinya banyak.
(Beramal pada waktu itu lebih baik daripada berilmu)
“Dan akan datang kepada manusia suatu zaman
ulamanya sedikit, penceramahnya banyak yang
memberinya sedikit dan yang meminta mintanya
banyak.” (Berilmu pada waktu itu lebih baik daripada
beramal)
[HR. Imam Ahmad dan lainnya, haditsnya shahih]

→ Di ​zaman yang ulamanya sedikit, penceramahnya


banyak yang memberinya sedikit dan yang meminta
mintanya banyak; Berilmu pada waktu itu lebih baik
daripada beramal.
Ini menunjukkan di akhir zaman ketika ilmu sangat sedikit
maka menuntut ilmu pahalanya jauh lebih besar lagi dan
sangat lebih ditekankan lagi.
16

Inilah seperti Rasullullah ‫ ﷺ‬khabarkan kepada kita, ketika


penceramahnya banyak tapi ulamanya sedikit. Maka
kewajiban kita dizaman ini adalah fokus menuntut ilmu Allah
‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌ َﺎﻟﻰ‬
َ ‫ﺳﺒ‬,
ُ itu lebih besar pahalanya daripada beramal.

Dari ​Mutharrif Abdullah bin Syikhir​ ia berkata,


“Keistimewaan ilmu lebih aku sukai daripada keistimewaan
ibadah-- dan aku diberikan oleh Allah kesehatan dan aku
bersyukur, itu lebih aku sukai daripada aku diberi ujian dan
aku bersabar... lalu aku melihat pada kebaikan yang tidak
ada keburukan padanya, maka aku belum pernah melihat
dari kesehatan (kesehatan dari macam fitnah) dari rasa
syukur.”

BAB 10.
Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda; “ORANG YANG BERILMU
DAN MENUNTUT ILMU ITU DUA ORANG YANG
BERSEKUTU” ​**(dho'if sekali)

Penulis akan menulis hadits-hadits yang shahih saja tentang


bab ini.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda


;
“Dunia itu terlaknat, terlaknat apa yang ada didunia
kecuali yang berdzikir kepada Allah dan yang sejenis
dengan dzikir dan orang mengajarkan ilmu atau yang
mempelajari ilmu.”
17

**Maksud dunia terlaknat adalah perbuatan manusia bukan


pohonnya, bebatuan dan tanahnya. Tetapi maksudnya kata
para ulama adalah perbuatan manusia pada asalnya banyak
terlaknat kecuali dzikir kepada Allah atau sejenis
dengannya, kecuali orang yang menuntut ilmu dan
mengajarkan ilmu.

Dari ​Handzolah bahwasanya ​Aun bin Abdillah


menceritakan padanya ia berkata, dikatakan kepada ​Umar
bin Abdil Aziz ​ia berkata ;
“Jika kamu bisa jadi orang alim jadilah!
dan jika tidak mampu maka jadilah orang yang mempelajari
ilmu!
jika tidak mampu maka cintailah mereka !
jika kamu tidak bisa mencintai mereka setidaknya jangan
membenci mereka!”
Umar bin Abdil Aziz ​berkata;
“Sungguh Allah telah memberikan kepada orang ini jalan
keluar jika Allah menerimanya.”

Abdullah bin Mas'ud​ berkata;


“Jadilah kamu orang yang alim, atau orang yang menuntut
ilmu! Dan jangan kamu jadi imma’ah (orang yang tidak
punya pendirian); bukan orang yang alim dan bukan juga
penuntut ilmu.”

Abu Yusuf ​ketika membawakan ​perkataan Ibnu Mas'ud ini


mengatakan;
"para ulama menafsirkan makna perkataan Ibnu Mas'ud al
'imm'ah adalah ahli ro'yi yang berpendapat bukan atas dasar
ilmu yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya.”
18

Abu Sufyan Al Himyari ​berkata,


“Adab itu tidak ada kecuali pada dua orang manusia ;
1. Orang yang beradab dengan sulthon (penguasa),
2. Orang yang beradab dengan fiqih, adapun selain itu
adalah kekacauan.”
Karena islam terbang dengan dua ini yaitu penguasa dan
ulama. Apabila keduanya bertaqwa kepada Allah maka ia
akan terbang tinggi dan jaya.

BAB 11.
KEUTAMAAN PARA ULAMA DIATAS ORANG ORANG
YANG MATI SYAHID

Disini beliau/ pentahkik mengatakan,


“Tidak ada satupun hadits yang shahih yang dibawakan oleh
beliau dalam bab ini.”

Abu Dharda' ​berkata;


“Barangsiapa yang berpendapat pergi untuk menuntut ilmu
bukan jihad sungguh telah kurang akal dan ro'yunya.”
Beliau menyatakan bahwa orang yang menganggap bahwa
menuntut ilmu itu bukan jihad maka otak dan pikirannya
kurang.

Kenapa ?
Karena bagaimana akan tegak agama tanpa menuntut ilmu.
Bahkan jihad melawan musuhpun tidak akan lurus tanpa
ilmu, dengan ilmulah kita meluruskan semua amalan kita,
aqidah, ibadah, mu'amalah.
19

Maka menuntut ilmu itu adalah untuk menegakkan diin yang


merupakan bagian jihad.

Allah berfirman:
‫ﻮن ِﻟَﯿْﻨِﻔ ُﺮوا َﻛ ﱠﺎﻓ ًﺔۚ َﻓَﻠ ْﻮ َﻻ َﻧَﻔ َﺮ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ ِﻓ ْﺮَﻗ ٍﺔ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻃﺎِﺋَﻔ ٌﺔ‬ َ ‫ﺎن ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣُﻨ‬
َ ‫َو َﻣﺎ َﻛ‬
َ ‫ْﻬ ْﻢ َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻬ ْﻢ َﯾ ْﺤَﺬ ُر‬
‫ون‬ َ َ
ِ ‫ﯾﻦ َوِﻟُﯿْﻨِﺬ ُروا َﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِإذا َر َﺟ ُﻌﻮا ِإﻟﯿ‬ ‫ِﻟَﯿَﺘَﻔﱠﻘ ُﻬﻮا ِﻓﻲ ﱢ‬
ِ ‫اﻟﺪ‬
“Dan tidaklah selayaknya kaum mukminin semuanya
pergi ke medan perang, dan hendaklah salah satu kaum
mukminin mereka tafaqquh dalam agama agar mereka
memberikan peringatan kepada kaumnya apabila
mereka pulang.”
[ QS. At Taubah : 122 ]

Ini menunjukkan, kata ​Syaikh Utsaimin​, bahwa;


“Menuntut ilmu adalah bagian dari jihad dan bahkan
merupakan dasar daripada jihad.”

Ibnu Qoyyim​ berkata;


“Berjihad dengan hujjah dan keterangan (ilmu) lebih
didahulukan daripada jihad dengan pedang dan panah.”

Karena ketika Rasullullah ‫ ﷺ‬pertama kali berdakwah,


Allah subhanahu wa ta’ala turunkan di kota Mekah yang
merupakan ​surat Makkiyah dan ​ayat Makkiyah dimana
belum disyariatkan jihad dengan pedang pada waktu itu.
Allah turunkan firman-Nya [QS. Al Furqon : 52 ]:
ً ‫ﺎﻫ ْﺪ ُﻫ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِﺟ َﻬ ًﺎدا َﻛِﺒ‬
‫ﯿﺮا‬ َ ‫َﻓَﻼ ُﺗ ِﻄ ِﻊ ْاﻟ َﻜﺎِﻓ ِﺮ‬
ِ ‫ﯾﻦ َو َﺟ‬
20

“Maka janganlah kamu menta'ati orang orang kafir dan


jihadilah mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang
besar.”

Artinya ; Jihadi mereka dengan ilmu yang Allah turunkan


yaitu Al Qur'an dan Allah kemudian Allah mensifati jihad
dengan ilmu itu ​dengan jihad yang besar​, dakwah disebut
Allah dengan ​jihad yang besar.

Dakwah itu adalah menyampaikan ilmu berarti ini


menunjukkan bahwa menyampaikan ilmu, menyebarkan
ilmu adalah jihad yang besar terutama di zaman ini dimana
kebodohan merajalela, syubhat sangat kuat maka tentu
dizaman ini menuntut ilmu sangat ditekankan sekali. Bahkan
sebagian ulama berpendapat dizaman ini jihad yang paling
adalah menuntut ilmu Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌ َﺎﻟﻰ‬
َ ‫ﺳﺒ‬.
ُ

Menuntut ilmu, menyebarkan ilmu adalah jihad yang besar


dan agung.

BAB 12.
PENYEBUTAN HADITS SOFWAN BIN ‘ASSAL
MENGENAI KEUTAMAAN ILMU

Ada seorang laki laki datang dari kabilah Muroth namanya


Sofwan bin ‘Assal kepada Rasullullah ‫ ﷺ‬sementara beliau
sedang berada di masjid bertelekan diatas jubah beliau yang
berwarna merah. Lalu aku berkata (Sofwan bin ‘Assal),
"Wahai Rasullullah, sesungguhnya aku datang untuk
menuntut ilmu.",
21

maka Rasullullah ‫ ﷺ‬bersabda, ​"Selamat datang


penuntut ilmu. Sesungguhnya penuntut ilmu itu
dilingkupi oleh para malaikat dan dinaungi dengan
sayap sayap mereka dan merekapun kemudian menaiki
satu sama lainnya sehingga ke langit dunia karena
saking mereka mencintai apa yang ia cari apa yang ia
tuntut berupa ilmu, lalu engkau datang untuk mencari
ilmu apa?”
Aku berkata, ​"Wahai Rasullullah, aku senantiasa bersafar
antara Mekah dan Madinah maka berikan aku fatwa
mengenai mengusap dua khuf.”​

Hadits ini menunjukkan ;


1. Disyari'atkan kita untuk pergi ke seorang alim untuk
menuntut ilmu Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌ َﺎﻟﻰ‬
َ ‫ﺳﺒ‬.
ُ Pergi ketempat-tempat yang
disana banyak orang alim. Para ulama mengatakan bahwa
kita hendaknya rihlah pergi untuk menuntut ilmu Allah ‫ْﺤﺎَﻧ ُﻪ َو‬ َ ‫ُﺳﺒ‬
َ َ
‫ ﺗ َﻌﺎﻟﻰ‬ketempat-tempat yang disitu banyak terdapat ulama.

2. Pentingnya bertanya kepada ahli ilmu kepada


perkara-perkara yang dibutuhkan dalam masalah agama
kita.

Ini tidak bertabrakan dengan hadits larangan banyak


bertanya.
Yang dimaksud dilarang banyak bertanya dalam
perkara-perkara yang kita tidak butuhkan. Adapun dalam
perkara yang kita butuhkan dalam agama kita maka itu
diperbolehkan. ​Maka dari itu penuntut ilmu jangan sengaja
mencari-cari pertanyaan yang sebetulnya ia tidak
22

membutuhkannya karena itu perkara termasuk banyak


bertanya.

Makanya para sahabat dilarang oleh Rasullullah ‫ ﷺ‬untuk


banyak bertanya, namun ketika mereka ada kebutuhan yang
sangat mereka butuhkan dalam masalah agama mereka
bertanya kepada Rasullullah ‫ﷺ‬.

3. Dianjurkan kita menghormati dan memuliakan para


penuntut ilmu.
Sofwan berkata kepada Rasullullah, ​"Wahai Rasullullah, aku
datang kepada engkau untuk menuntut ilmu.”​, maka
Rasullullah bersabda, ​"Selamat datang marhaban wahai
penuntut ilmu" (sebagai pemuliaan terhadap penuntut
ilmu).

Bahkan para malaikat saja memuliakan para penuntut ilmu,


sampai sampai mereka meletakkan sayap-sayap mereka
untuk para penuntut ilmu karena menghormati penuntut
ilmu. Maka kita muliakan dan hormati mereka karena yang
mereka cari adalah ilmu yang sangat mulia yaitu ilmu
agama, ilmu din yang tentunya sangat bermanfaat untuk
umat secara umum.

Diantara faedah hadits ini juga, menunjukkan para malaikat


menaungi penuntut ilmu bahkan mereka meletakkan sayap
sayap mereka terhadap penuntut ilmu, ini menunjukkan
akan keutamaan ilmu dan bahwasanya ilmu itu sangat mulia
sekali sampai-sampai para malaikat mereka melindungi
penuntut ilmu dengan sayap-sayap mereka.
23

BAB 13.
PENYEBUTAN HADITS ABU DARDA TENTANG
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Penyebutan hadits Abu Darda tentang keutamaan menuntut


ilmu, atau yang semakna dengannya;

Beliau membawakan sebuah riwayat ​dari Abu Darda ​-


Bahwa ada seorang laki-laki datang dari kota Madinah
kepada Abu Darda dimana beliau waktu itu sedang ada di
Damaskus. Lalu orang itu bertanya kepada Abu Darda
tentang suatu hadits,
Maka berkatalah Abu Darda kepadanya :
Kata Abu Darda, : "Keperluanmu itu apa? , Tampaknya
engkau tidak datang untuk berbisnis tidak pula datang untuk
urusan lain kecuali menuntut hadits saja.
Maka orang itu berkata, ​" Iya.."
Lalu Abu Darda berkata; ​" Bergembiralah! , karena
sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
"Tidak ada seorang hambapun yang keluar untuk
mencari ilmu kecuali malaikat akan meletakkan
sayap-sayapnya untuknya dan dimudahkan jalannya
yang menuju surga. Dan sesungguhnya akan
memohonkan ampunan untuk orang ini (orang yang
berilmu) semua yang ada di langit dan semua yang ada
di bumi sampai-sampai ikan di lautan.
Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu
diatas ahli ibadah yang tidak berilmu, seperti keutamaan
24

bulan dimalam purnama dibandingkan dengan seluruh


bintang- bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar
tidak pula dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Siapa yang mengambil ilmu maka ia telah mengambil
keuntungan yang banyak.”

Hadits disini menunjukkan bahwa orang yang pergi


menuntut ilmu tidak ada niat kecuali untuk menuntut ilmu
saja, maka orang ini para malaikat akan meletakkan
sayap-sayapnya kepadanya, karena malaikat menyukai dan
mencintai para penuntut ilmu dan dimohonkan akan
dimudahkan jalannya menuju surga.
Hadits ini juga menunjukkan keutamaan seorang alim yang
berilmu yang tentunya mengamalkan ilmunya. ​Apa itu
keutamaannya?
Disini disebutkan :
➢ Yang pertama dimohonkan ampunan untuknya oleh
semua yang ada di langit semua yang ada dibumi,
sampai sampai ikan dan suatu riwayat yang lain
sampai-sampai semut didalam sarangnya,

➢ Keutamaan yang kedua bahwa orang yang berilmu itu


lebih utama dibandingkan dengan ahli ibadah yang
banyak ibadahnya tapi tidak di atas ilmu. Seperti apa ?
Seperti bulan di malam purnama dibandingkan dengan
bintang bintang karena bulan cahayanya untuk orang
lain sedangkan bintang hanya untuk dirinya sendiri.
25

➢ Demikian pula para ulama adalah pewaris para nabi


karena para ulamalah yang menggantikan kedudukan
para nabi didalam menyampaikan risalah dalam
menjelaskan kepada umat tentang Al-Qur'an tentang
Hadits Nabi ‫ﷺ‬. Maka merekalah yang disebut
pewaris para nabi. Karena para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham akan tetapi para nabi itu mewariskan
ilmu.
Karena warisan para nabi berupa harta itu menjadi milik
kaum muslimin menjadi masuk baitul maal, tidak
diwariskan.
Dan warisan para nabi adalah ilmu , berarti siapa
yang mencari ilmu sungguh ia telah mendapatkan
warisan yang agung.

BAB 14.
DOA RASULULLAH ​‫ ﷺ‬UNTUK ORANG YANG
MENDENGARKAN ILMU, MENGHAFAL DAN
MENYAMPAIKAN

Dari Zaid bin Tsabit , Nabi ​‫ ﷺ‬bersabda


‫ْﺮ ُه ؛ َﻓِﺈﱠﻧ ُﻪ ُر ﱠب‬ َ ‫َﻧ ﱠﻀ َﺮ اﷲُ ْاﻣ َﺮأً َﺳ ِﻤ َﻊ ِﻣﱠﻨﺎ َﺣِﺪﯾًْﺜﺎ َﻓ َﺤِﻔ َﻈ ُﻪ َﺣﱠﺘﻰ ُﯾَﺒﱢﻠ َﻐ ُﻪ َﻏﯿ‬
‫ﺎﻣ ِﻞ ِﻓ ْﻘ ٍﻪ ِإَﻟـﻰ َﻣ ْﻦ ُﻫ َﻮ أَ ْﻓَﻘ ُﻪ ِﻣْﻨ ُﻪ‬
ِ ‫ َو ُر ﱠب َﺣ‬، ‫ْﺲ ِﺑَﻔِﻘﯿ ٍْﻪ‬ َ ‫ﺎﻣ ِﻞ ِﻓ ْﻘ ٍﻪ َﻟﯿ‬ ِ ‫ َﺣ‬،
ِ ِ ‫ص ْاﻟ َﻌ َﻤ ِﻞ‬
،‫ﷲ‬ ُ ‫ ِإ ْﺧَﻼ‬: ‫ْﻬ ﱠﻦ َﻗْﻠ ُﺐ ُﻣ ْﺴِﻠ ٍﻢ أََﺑًﺪا‬ َ ‫ﺎل َﻻ ﯾ ِ ﱡ‬
ِ ‫ُﻐﻞ َﻋﻠﯿ‬ ٍ ‫َﺛَﻼ ُث ِﺧ َﺼ‬
‫ْﻂ ِﻣ ْﻦ‬ُ ‫ـﺤﯿ‬ِ ‫ﺎﻋ ِﺔ ؛ َﻓِﺈ ﱠن َد ْﻋ َﻮَﺗ ُﻬ ْﻢ ُﺗ‬َ ‫ـﺠ َﻤ‬ َ ْ ‫ﺎﺻ َﺤ ُﺔ ُو َﻻِة‬
َ ‫ َوُﻟ ُﺰ ْو ُم ْاﻟ‬، ‫اﻷ ْﻣ ِﺮ‬ َ ‫َو ُﻣَﻨ‬
‫و َراِﺋ ِﻬ ْﻢ‬.
َ
26

‫ـﻲ َﻗْﻠِﺒﻪ‬ ْ ‫ َو َﺟ َﻌ َﻞ ِﻏَﻨﺎ ُه ِﻓ‬،‫ﺎن َﻫ ﱡﻤ ُﻪ ْاﻵ ِﺧ َﺮَة ؛ َﺟ َـﻤ َﻊ اﷲُ َﺷ ْﻤَﻠ ُﻪ‬ َ ‫ َﻣ ْﻦ َﻛ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫َوَﻗ‬
‫اﻟﺪْﻧَﯿﺎ ؛ َﻓ ﱠﺮ َق اﷲُ َﻋَﻠﯿ ِْﻪ‬ ‫ َو َﻣ ْﻦ َﻛﺎَﻧ ْﺖ ِﻧﯿﱠـُﺘ ُﻪ ﱡ‬،‫اﻏ َﻤ ٌﺔ‬ ِ ‫اﻟﺪْﻧَﯿﺎ َو ِﻫ َﻲ َر‬ ‫ َوأََﺗْﺘ ُﻪ ﱡ‬،ِ
‫اﻟﺪْﻧَﯿﺎ ِإ ﱠﻻ َﻣﺎ ُﻛِﺘ َﺐ َﻟ ُﻪ‬‫ َوَﻟ ْﻢ َﯾ ْﺄِﺗ ِﻪ ِﻣ َﻦ ﱡ‬،‫ْﻦ َﻋْﯿَﻨﯿ ِْﻪ‬
َ ‫ َو َﺟ َﻌ َﻞ َﻓ ْﻘ َﺮ ُه َﺑﯿ‬، ‫ْﻌَﺘ ُﻪ‬
َ ‫ﺿﯿ‬.َ
"Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang
yang mendengarkan dari kami hadits lalu ia
menghafalnya dan menyampaikannya kepada orang
lain. Berapa banyak orang yang membawa ilmu tapi ia
tidak faham (hafal tapi tidak faham). Dan banyak orang
yang menerangkan fiqih kepada orang yang lebih faham
darinya.

Ada 3 perkara yang jika 3 perkara ini ada pada


seseorang, maka hatinya tidak akan berkhianat; yaitu:
1. Mengikhlaskan amal karena Allah,
2. Menasehati ulatul amri/para pemimpin,
3. Berpegang kepada al Jama'ah-- yaitu kebenaran dari
Rasul dan sahabatnya. Karena doa mereka melingkupi
orang yang ada dibelakang mereka.”

“Siapa yang niatnya adalah akhirat, Allah akan


kumpulkan kekuatannya dan Allah akan jadikan
kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya
dalam keadaan dunia itu terhina. Dan siapa yang niatnya
adalah dunia saja, Allah akan cerai beraikan urusannya.
Dan Allah akan jadikan kefakiran diantara kedua
matanya. Dan tidak mendatanginya dari dunia kecuali
sebatas yang dituliskan saja untuknya.”
( Hadits shahih riwayat Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, Ibnu
Hibban, dan yang lainnya)
27

Hadits ini menunjukkan;


1. ​Doa Rasulullah ​‫ ﷺ‬untuk orang yang mendengarkan
hadits, menghafal dan menyampaikannya.
Maka kita berusaha untuk menjadi orang yang mempelajari
hadits hadits Nabi ​‫ ﷺ‬. Yaitu dengan cara memahaminya,
menghafalnya dan menyampaikannya.

Memahami yang dimaksud disini adalah:


- mengetahui status nya shahih atau dhoif
- memahami fiqh yang ada dalam hadits tersebut dan faidah
faidahnya
- berusaha menghafalnya
- menyampaikannya kepada orang lain.
Maka didoakan oleh Rasulullah ​‫ ﷺ‬agar wajahnya
diberikan cahaya oleh Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬.

2. ​Pentingnya memahami ilmu​. Bukan hanya sebatas


hafal, tapi berusaha memahaminya dengan betul. Karena
Rasulullah ​‫ ﷺ‬mengatakan ​"Berapa banyak orang yang
membawa fiqh, tapi tidak faqih.” ​Artinya dia hafal ilmu,
membawanya, tapi tidak memahaminya.

Oleh karena itu ketika seseorang hanya sebatas hafal tapi


dia tidak faham, itu adalah kekurangan untuknya.

3. A​da 3 perkara yang menyebabkan hati seorang


muslim tidak akan dengki atau khianat:
- mengikhlaskan amal karena Allah ‫ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
- menasehati ulatul amri/para pemimpin negara.

Maksud nasehat untuk mereka adalah :


28

- mendoakan kebaikan untuk mereka agar diberikan


hidayah dan taufiq
- mentaati mereka untuk perkara yang ma'ruf, tidak menaati
mereka dalam perkara maksiat
- meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang ma'ruf.
Menasehati mereka tidak dengan terang terangan
- sabar menghadapi kedzhaliman mereka dan tidak
memberontak.
- membantu program program mereka yang bermanfaat
untuk Islam dan kaum muslimin.

4. ​Siapa yang niatnya betul-betul karena akhirat saja,


Allah akan kumpulkan kekuatannya. Dan Allah akan
jadikan hatinya kaya raya/ qana'ah, puas dengan apa
yang Allah berikan kepadanya. Dan dunia akan
mendatanginya dalam keadaan hina dimatanya.
Sebaliknya, orang yang niatnya hanya karena ingin dapat
dunia saja, Allah akan cerai beraikan urusannya, Allah akan
jadikan kefaqiran didepan matanya, dan dunia tidak akan
mendatanginya kecuali yang dituliskan untuknya.

BAB 15. BARANGSIAPA YANG MENGHAFAL 40


HADITS

Namun tidak ada satupun hadits yang shahih yang


menyebutkan tentang keutamaan menghafal 40 hadits.
Karena hadits hadits tentang keutamaannya tidak lepas dari
kelemahan dan tidak saling menguatkan karena
kelemahannya yang sangat.
29

BAB 16. KEUTAMAAN ILMU

Berkata ​Mutharrif; ​"Keutamaan ilmu lebih baik daripada


keutamaan amal. Dan sebaik baik agama kamu adalah
sikap wara'."
(Wara' = meninggalkan segala sesuatu yang dikhawatirkan
akan bisa membahayakan akhirat kita.

Disini beliau mengatakan bahwa keutamaan ilmu lebih baik


dari keutamaan amal karena amal tidak akan diterima tanpa
ilmu.

Imam Ats Tsauri berkata; ​"Aku tidak mengetahui ibadah


yang lebih utama dari orang mempelajari ilmu.”

Karena dengan ilmulah menjadi lurus ibadah kita, menjadi


lurus aqidah kita, menjadi lurus akhlak kita, muamalah kita,
​ aka kebutuhan kita akan
selamat dunia dan akhirat kita. M
ilmu itu melebihi kebutuhan kita kepada makanan dan
minuman.

Dari ​Zaid bin Aslam​, ia menafsirkan ​firman Allah dalam


[QS. Al Israa’ : 55] ​:
َ ‫ضۗ َوَﻟَﻘ ْﺪ َﻓ ﱠﻀْﻠَﻨﺎ َﺑ ْﻌ‬
َ ‫ﺾ اﻟﱠﻨِﺒﯿ‬
‫ﱢﯿﻦ‬ َ ْ ِ ‫ﺎو‬ ‫ﱡﻚ أَ ْﻋَﻠ ُﻢ ِﺑ َﻤ ْﻦ ِﻓﻲ ﱠ‬
َ ‫َو َرﺑ‬
ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
َ ‫ﺾۖ َوآَﺗْﯿَﻨﺎ َد ُاو‬
ً ‫ود َزﺑ‬
‫ُﻮرا‬ ‫َﻋَﻠﻰ‬
ٍ ‫ٰ َﺑ ْﻌ‬
"Dan kami telah mengutamakan sebagian Nabi diatas
Nabi yang lain".
Kata Zaid : ​maksudnya dalam keilmuan.
30

Kemudian beliau membawakan juga perkataan perkataan


para ulama, diantaranya perkataan Az Zuhri;
" Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu yang lebih hebat
daripada Ilmu.“
Karena sudah kita jelaskan tadi bahwa ibadah tidak menjadi
lebih lurus kecuali dengan ilmu. Maka ilmulah yang
meluruskan ibadah.

Al Hasan Al Bashri ​ketika menafsirkan firman Allah :


"Rabbana aatina fiddunya hasanah“
“Wahai Rabb kami, berikan kepada kami di dunia
hasanah/kebaikan.”
Maka menurut beliau yang dimaksud kebaikan dunia adalah
Al Ilmu wal Ibadah/ Ilmu dan Ibadah.

"Wafil aakhirati hasanah“ (dan di akhirat juga kebaikan)​.


Maksudnya adalah Al Jannah/surga.

Sementara ​Sufyan Ats Tsauri​, sebagaimana ​diriwayatkan


oleh Ibnu Wahab​ ketika menafsirkan ayat itu:
Hasanah di dunia;​ yaitu rejeki yang halal dan Ilmu
​ aitu Surga​ .
Hasanah di akhirat; y

Al hasan Al Basri​ juga berkata;


"Orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang zuhud
di dunia/yang bersungguh sungguh dalam ibadah.”

Kenapa? ​Karena orang yang berilmu itu meyebarkan


hikmah Allah, ilmu Allah. Jika ternyata diterima oleh
orang-orang, ia memuji Allah. Jika ditolak ia tetap memuji
Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬karena keilmuannya itu .
31

Dari ​Ibnu Mas'ud​ ​ semoga Allah meridhoinya​, ia berkata;


"Orang yang faqih/yang berilmu itu senantiasa shalat”. Lalu
mereka berkata, "Bagaimana ia senantiasa shalat?".
Kata Ibnu Mas'ud, "Karena ia senantiasa berdzikir kepada
Allah dalam hatinya dan lisannya."

Dan ​‘dihati’​ tentu dengan ilmu.


Ketika ia mengkaji ilmu, memahami ilmu, memahami ilmu,
hakikatnya ia sedang berdzikir kepada Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬.

Diriwayatkan dari Nabi ​‫ ﷺ‬bersabda:


"Bukanlah golongan kami orang yang tidak menyayangi
yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, dan
tidak mengetahui hak para Ulama.”
Itu menunjukan bahwa para Ulama kedudukannya tinggi
disisi Allah ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎﻟﻰ‬.

Abu Inabah Al Khaulani​ berkata;


"Berapa banyak 1 kata lebih baik daripada memberikan
harta."
1 kata tapi Ilmu yang bermanfaat itu lebih baik daripada
memberikan harta.

Dan perkataan perkataan ulama lain yang beliau sebutkan.

BAB 17.
MAKRUHNYA MENULIS ILMU DAN MENCATATNYA DI
DALAM BUKU
32

Beliau akan menyebutkan bab yang selanjutnya sebagai bab


yang memberikan keringanan dan bolehnya menulis ilmu.
Pada Bab 17 ini dibawakan hadits-hadits larangan menulis
ilmu; diantaranya hadits dari ​Abu Said Al Khudri, dimana
Nabi ​‫ ﷺ‬bersabda :
‫ﻻ ﺗﻜﺘﺒﻮا ﻋﻨﻲ وﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﻋﻨﻲ ﻏﯿﺮ اﻟﻘﺮآن ﻓﻠﯿﻤﺤﻪ‬
"Janganlah kalian menulis dariku sedikitpun selain Al
Qur'an. Barangsiapa yang menulis dariku selain Al
Qur'an, hendaklah ia menghapus nya."
Dan beliau menyebutkan beberapa riwayat dan atsar.

BAB 18.
KERINGANAN DALAM MENULIS ILMU

Para Ulama menyebutkan bahwa larangan menulis ilmu itu


tadinya di awal-awal Islam. Kenapa? Karena Rasulullah ​‫ﷺ‬
khawatir para sahabat tercampur antara sabda beliau
dengan Al Qur'an. Dan juga dikhawatirkan para sahabat
kurang fokus untuk mempelajari Al Qur'anul Karim. Namun
diakhir-akhir Nabi ​‫ ﷺ‬mengijinkan para sahabat untuk
mencatat ilmu.

● Diantaranya hadits ​Abu Hurairah bahwa Nabi ​‫ﷺ‬


ketika Fathu Makkah berdiri berkhutbah. Lalu kemudian
ada seorang Yaman yang bernama Abu Syah berkata :
" Wahai Rasulullah, catatkan untukku apa yang engkau
sampaikan tadi."
Rasulullah bersabda​ ;
"Catatkan untuk Abu Syah!"
33

Nabi memerintahkan sebagian sahabat untuk


mencatatkan itu. ​(HR. Bukhari dan Abu Dawud)

● Nabi ​‫ ﷺ‬juga mengijinkan Abdullah bin Amr bin Ash


untuk mencatat.
Abdullah bin Amr bin Ash berkata :
‫ﻮل اﷲِ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ أُ ِر ُﯾﺪ‬ َ َ
ِ ‫ُﻛْﻨ ُﺖ أ ْﻛُﺘ ُﺐ ُﻛ ﱠﻞ َﺷ ْﻲ ٍء أ ْﺳ َﻤ ُﻌ ُﻪ ِﻣ ْﻦ َر ُﺳ‬
ِ‫ﻮل اﷲ‬ ُ ‫ أََﺗ ْﻜُﺘ ُﺐ ُﻛ ﱠﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﺗ ْﺴ َﻤ ُﻌ ُﻪ َو َر ُﺳ‬: ‫ْﺶ َوَﻗ ُﺎﻟﻮا‬ٌ ‫ َﻓَﻨ َﻬْﺘِﻨﻲ ُﻗ َﺮﯾ‬، ‫ِﺣ ْﻔ َﻈ ُﻪ‬
‫ َﻓَﺄ ْﻣ َﺴ ْﻜ ُﺖ‬، ‫اﻟﺮ َﺿﺎ‬ ‫ َو ﱢ‬، ‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ َﺑ َﺸ ٌﺮ َﯾَﺘ َﻜﱠﻠ ُﻢ ِﻓﻲ ْاﻟ َﻐ َﻀ ِﺐ‬
‫ َﻓَﺄ ْو َﻣَﺄ‬، ‫ﻮل اﷲِ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬ ِ ‫ َﻓَﺬ َﻛ ْﺮ ُت َذِﻟ َﻚ ِﻟ َﺮ ُﺳ‬، ‫ﺎب‬ ْ
ِ ‫َﻋ ِﻦ اﻟ ِﻜَﺘ‬
‫ ْاﻛُﺘ ْﺐ َﻓ َﻮ ﱠاﻟِﺬي َﻧ ْﻔ ِﺴﻲ ِﺑَﯿِﺪ ِه َﻣﺎ َﯾ ْﺨ ُﺮ ُج ِﻣْﻨ ُﻪ إ ﱠ‬: ‫ﺎل‬
‫ﻻ‬ ِ
َ ‫ َﻓَﻘ‬، ‫ﯿﻪ‬ ِ ‫ِﺑُﺄ ْﺻﺒ‬
ِ ‫ُﻌ ِﻪ ِإَﻟﻰ ِﻓ‬
‫َﺣ ﱞﻖ‬
"Aku pernah menulis segala sesuatu yang aku dengar dari
Rasulullah ​‫ ﷺ‬untuk aku hafal namun beberapa sahabat
melarangku. Mereka berkata apakah kamu menulis segala
sesuatu yang kamu mendengarnya dari Rasulullah ​‫? ﷺ‬
Sementara beliau berbicara dalam keadaan ridha dan
marah. Maka akupun berhenti dari menulis. Lalu aku
menyebutkan hal itu dari Rasulullah ​‫ ﷺ‬.Maka Rasulullah ​
‫ ﷺ‬bersabda :
"Tulis saja. Demi Dzat yang diriku berada ditangannya,
tidak ada yang keluar dari mulutku kecuali kebenaran."
-->Lihat disini bagaimana Nabi ​‫ ﷺ‬menyuruh Abdullah bin
Amr bin Ash untuk mencatat ilmu. Mencatat hadits dari Nabi ​
‫ﷺ‬.
-->Maka dari itu hadits-hadits yang melarang mencatat, itu
karena ada kekhawatiran akan bercampur antara hadits
dengan Al Qur'an. Namun ketika kekhawatiran itu sudah
hilang dan ilat larangannya itu juga sudah hilang, maka Nabi ​
34

‫ ﷺ‬mengijinkan para sahabat untuk mencatat hadits-hadits


Nabi ​‫ ﷺ‬. Oleh karena itulah para sahabat menyuruh
mencatat ilmu.

● Bahkan ​Rasulullah ​‫ ﷺ‬dalam hadits ​Anas bin Malik


berkata : ​"Ikatlah ilmu dengan tulisan."

Umar bin Khattab​ juga berkata yang sama :


" Ikatlah ilmu dengan tulisan! "

Ibnu Abbas juga berkata yang sama. Bahkan catatan Ibnu


Abbas ​sepenuh unta.

Maka dari itu penting sekali kita mencatat ilmu terutama


di zaman ini dimana hafalan sangat-sangat mudah sekali
lupa. Tidak sekuat para ulama terdahulu.

Wallahu A'lam.

---------Daurah Al Fawaid, 29 Desember 2018---------

Anda mungkin juga menyukai