Anda di halaman 1dari 7

ASBABUN NUZUL SURAH AL-HAJJ AYAT 3

Oleh : Nafilatul Ulya

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al Qur’an sebagai kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh umat
Islam. Al Qur’an berisi ajaran-ajaran keimanan, tuntunan hukum dan
moral bagi segenap manusia. Kitab suci Alquran diwahyukan sebagai
petunjuk dan jalan hidup bagi manusia, maka isi Alquran sebagaiannya
merupakan respon bagi kondisi sosial dan budaya yang melingkupi
masyarakat ketika Alquran diturunkan. Oleh karena itu, para ahli
menyebutkan bahwa Alquran tidaklah diturunkan dalam ruang hampa
budaya, atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa setiap kali ayat-ayat
Alquran diturunkan tentu saja memiliki alasan dan latar belakang sejarah.

Eratnya hubungan antara satu ayat atau surat dengan dinamika sosial
budaya yang terjadi ketika ayat atau surat tersebut diwahyukan,
meniscayakan untuk mengetahui sebab-sebab dari diwahyukannya satu
ayat atau surat, ketika ayat atau surat terkait ditafsirkan.

Asbābun Nuzūl  merupakan ilmu Al Qur’an yang membahas mengenai


latar belakangan atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat Al
Qur’an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para
Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik
kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, berada juga yang memahami ilmu
ini untuk menetapkan hukum dari hikmah dibalik kisah diturunkannya
suatu ayat.1 Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun
Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami ruang lingkup

1
Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media

160
ayat. Ilmu tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar
yang kokoh untuk menyelami ruang lingkup suatu ayat Al-Qur’an.2

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menelaah atau mempelajari


salah satu ayat yang turunnya disertai dengan sebab, yakni dalam surat Al
Hajj ayat 3 :

ٰ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اس َم ْن ي َُّجا ِد ُل فِى ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّويَتَّبِ ُع ُك َّل َشيْط ٍن َّم‬
٣ ‫ر ْي ۙ ٍد‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
3

3. Di antara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu dan
(hanya) mengikuti setiap (langkah dan tipu daya) setan yang sangat jahat. 4

Ayat ini berbicara tentang diharamkannya berbicara tentang dzat dan


sifat Allah tanpa menggunakan ilmu dari wahyu ilahi maupun sabda nabi
yang benar.

Jika ditelaah lebih lanjut, akan ditemui hikmah dari peristiwa di


dalamnya karena ayat ini merupakan salah satu dari ayat-ayat Alquran
yang memiliki asbabun nuzul. Hal ini akan menjadi fokus utama penulis
untuk meneliti sebab turunnya ayat tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut diatas,
persoalan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Asbabun Nuzul surat Al Hajj Ayat 3?

2. Bagaimana penafsiran Alquran surat Al Hajj ayat 3 dalam kitab tafsir


Al Munir?

C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui Asbabun Nuzul surat Al Hajj ayat 3
2. Mengetahui penafsiran surat Al Hajj ayat 3 dalam kitab tafsir Al Munir

2
 Hudzaifah.org - Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat)
3
Qur’an Kemenag 2019
4
Terjemah Kemenag 2019

161
BAB II

PEMBAHASAN

A. ALQURAN SURAT AL HAJJ

Surah Al-Hajj (Bahasa Arab: ‫الح ّج‬, al-Hajj, "Haji") adalah surah ke-


22 dalam Alquran. Surah ini terdiri dari 78 ayat . Sebagian ayat dari surah
ini diturunkan di Mekkah dan sebagian lagi di Madinah, oleh karena itu
para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai golongan surah ini.

Surah ini dinamai surah ini Al-Hajj, karena surah ini


mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji,
seperti ihram, thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, mencukur rambut, syi'ar-
syi'ar Allah, faedah-faedah dan hikmah-hikmah disyari'atkannya haji.
Ditegaskan pula bahwa ibadah haji itu telah disyari'atkan pada masa
Nabi Ibrahim, dan Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim bersama
puteranya Ismail.

Menurut Al Ghaznawi, surah Al-Hajj termasuk di antara surah-


surah yang ajaib, diturunkan di malam dan di siang hari,
dalam musafir dan dalam keadaan tidak musafir, ada ayat-ayat yang
diturunkan di Mekah dan ada pula yang diturunkan di Madinah, isinya ada
yang berhubungan dengan peperangan dan ada pula yang berhubungan
dengan perdamaian, ada ayat-ayatnya yang muhkam dan ada pula yang
mutasyabihaat.

B. ASBABUN NUZUL ALQURAN SURAH AL HAJJ AYAT 3


Allah mencela orang-orang yang mendustakan adanya hari
berbangkit, ingkar terhadap kekuasaan Allah yang mampu menghidupkan
orang-orang yang telah mati, lagi berpaling dari apa yang diturunkan Allah
kepada nabi-nabi-Nya serta segala ucapannya; sikap ingkar dan
kekafirannya mengikuti langkah setan-setan yang jahat, baik setan dari
kalangan manusia maupun jin. Itulah ciri khas ahli bid'ah dan kesesatan

162
yang berpaling dari kebenaran lagi mengikuti jalan kebatilan. Mereka
berpaling dari perkara hak yang jelas, yang telah diturunkan oleh Allah
Swt. kepada Rasul-Nya. Mereka juga mengikuti ucapan para pemimpin
kesesatan yang menyeru kepada perbuatan bid'ah, menuruti kemauan hawa
nafsu dan pendapat mereka sendiri. Karena itulah maka Allah menurunkan
ayat yang sehubungan dengan mereka dan orang-orang yang semisal
dengan mereka.

As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, bahwa ayat ini


diturunkan berkenaan dengan An-Nadr ibnul Haris.5 Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muslim Al-Basri,
telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Bukhturi Abu Qatadah, telah
menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, telah menceritakan kepada kami
Abu Ka'b Al-Makki yang mengatakan, bahwa pernah ada seorang yang
jahat dari kalangan kaum Quraisy berkata kepada Nabi Saw.,
"Ceritakanlah kepada kami tentang Tuhanmu, apakah Dia dari emas
ataukah dari perak ataukah dari tembaga?" Maka langit mengeluarkan
suara guntur yang menggelegar, dan tiba-tiba kepala orang itu
menggelinding jatuh ke depan.

Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa


pernah ada seorang Yahudi datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Hai
Muhammad, ceritakanlah kepadaku tentang Tuhanmu, terbuat dari apakah
Dia, dari mutiara ataukah dari yaqut?" Maka ada halilintar yang
menyambar si Yahudi itu (hingga matilah ia seketika itu juga).

C. TAFSIR ALQURAN SURAH AL HAJJ AYAT 3

ٰ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اس َم ْن ي َُّجا ِد ُل فِى ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّويَتَّبِ ُع ُك َّل َشيْط ٍن َّم‬
٣ ‫ر ْي ۙ ٍد‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
6

5
Ibnu Katsir, kitab tafsir Ibnu Katsir, (Sukoharjo-Jawa Tengah : Insan Kamil, 2020).
6
Qur’an Kemenag 2019

163
3. Di antara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu dan (hanya)
mengikuti setiap (langkah dan tipu daya) setan yang sangat jahat. 7

Ada sebagian manusia yang membantah sifat dan tindakan Allah


SWT serta kuasaNya untuk melakukan ba'ts dan yang lainnya, tanpa
memiliki ilmu pengetahuan yang benar dan akal pikiran yang lurus. Dalam
perbantahan secara batil itu ia hanya mengikuti jejak langkah setiap setan
yang sangat membangkang dan melampaui batas. Oleh karena itu, ia tidak
membantah dengan benar, ia hanya membantah dengan batil. Sebagaimana
yang telah kami singgung di atas, ada keterangan yang menyebutkan
bahwa ayat ini turun berkaitan dengan diri An-Nadhr bin Harits. Ia adalah
orang yang suka membantah. Ia mengatakan bahwa malaikat adalah anak
perempuan Allah SWT, AI-Qur'an adalah mitos dan legenda orangorang
terdahulu, dan Allah SWT tidak kuasa menghidupkan kembali orang yang
telah rusak dan berubah meniadi tanah.8

Ayat ini memberikan sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa


perbantahan yang benar itu dibolehkan. Maksudnya adalah perbantahan
yang disertai dengan ilmu, sebagaimana yang dimaksudkan dalam Alquran
surah An Nahl ayat 125 :

َ َّ‫ع اِ ٰلى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
‫ك هُ َو‬ ُ ‫اُ ْد‬
9
١٢٥ َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬ َ ‫اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

125. Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah424) dan


pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat
petunjuk.10

Adapun perbantahan yang batil adalah perbantahan seperti yang


dimaksudkan dalam surah Az Zukhruf ayat 58 :

7
Terjemah Kemenag 2019
8
Wahbah az-Zuhaili, kitab tafsir Al Munir (jakarta : Gema Insani, 2013) h.159
9
Qur’an Kemenag 2019
10
Terjemah Kemenag 2019

164
11
٥٨ َ‫خَص ُموْ ن‬
ِ ‫ك اِاَّل َج َداًل ۗبَلْ هُ ْم قَوْ ٌم‬ َ ‫َوقَالُ ْٓوا‘ َء ٰالِهَتُنَا خَ ْي ٌر اَ ْم ه َُو ۗ َما‬
َ َ‫ض َربُوْ هُ ل‬
58. Mereka berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau
dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu,
kecuali dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah
kaum yang suka bertengkar.12

Telah dibuat ketetapan atas orang yang mengikuti setan dan


menjadikannya sebagai panutan bahwa setan akan menjerumuskannya ke
dalam kesesatan, dan setan tidakakan memberi manfaat apa pun. Bahkan
ia akan menyesatkan manusia dari jalan surga, pembimbingan ke arah
neraka, dan membawanya ke dalam neraka jahannam. Maksudnya bahwa
meneladani setan pasti berujung pada kesesatan di dunia dan adzab
neraka di akhirat. Seakan-akan Allah SWT berfirman telah ditetapkan
atas orang yang mengikuti setan bahwa setan itu akan menyesatkannya
dari jalur surga dan membimbingnya ke jalur neraka. Ini merupakan
sebuah ancaman bagi setiap orang yang mengikuti setan.13

11
Qur’an Kemenag 2019
12
Terjemah Kemenag 2019

13
Wahbah az-Zuhaili, kitab tafsir Al Munir (jakarta : Gema Insani, 2013) h.159

165
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa orang yang menyekutukan Allah SWT adalah orang yang suka
membantah secara batil tanpa memiliki dasar ilmu yang benar tentang
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Allah SWT, tentang kuasa-Nya untuk
membangkitkan dan menghidupkan kembali setelah mematikan. Dalam
perbantahannya itu, ia hanya mengikuti setiap setan yang sangat
membangkang. Barangsiapa yang mengikuti setan-setan, menjadikan
mereka sebagai panutan, sesungguhnya setan-setan itu akan
menjerumuskannya ke dalam kebingungan dan kesesatan di dalam neraka,
serta membimbing dan menuntunnya menuju adzab jahannam di akhirat.
Ini menunjukkan pengharaman perbantahan yang batil yang hanya
berlandaskan pada kebodohan. Sekaligus menunjukkan ancaman dan
hardikan dari Allah SWT atas sikap mengikuti jejak langkah setan.
Adapun perbantahan dengan benar yang berlandaskan atas ilmu
pengetahuan dibolehkan dan tidak dilarang.

166

Anda mungkin juga menyukai