Nim : 202360024
Kelas :P
Matkul : Pendidikan Agama
Hakikat Ilmu
1. Menambah rasa takut kita kepada Allah SWT.
2. Kita semakin menyadari aib-aib yang telah kita lakukan
3. Bertambahnya makrifat kita kepada Allah dengan semakin banyak beribadah kepada-Nya
4. Berusaha meminimalisasi cinta kita kepada dunia
5. Menambah rindu dan cinta kita kepada amal akhirat
6. Mengoreksi perbuatan yang tercela dan berusaha menghindarI perbuatan tersebut
7. Selalu dijauhkan dari tipudaya setan.
ويزيد في معرفتك بعبادة، ويزيد في بصيرتك بعيوب نفسك،والعلم النافع هو ما يزيد في خوفك من هللا تعالى
، ويفتح بصيرتك بآفات أعمالك حتى تحترز منها، ويزيد في رغبتك في اآلخرة، ويقلل من رغبتك في الدنيا،ربك
ويطلعك على مكايد الشيطان وغروره،
Artinya, “Ilmu yang bermanfaat adalah menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah
kebijaksanaanmu dengan aib-aib dirimu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada
Tuhanmu, serta meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu
kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kaudapat menjaga diri
dari hal itu, serta membebaskanmu dari tipu daya setan,” (Lihat Abu Hamid Muhammad Al-
Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Kairo: Maktabah Madbuli, 1993 M], halaman 38).
Sains itu sistem pengetahuan yang itu ada tanda-tandanya, bukan sesuatu yang hanya angan-
angan yang abstarak, namun walapun abtrak tetap ada wujudnya ada sesuatu yang terjadi, ada
tandanya.
Bukan Sains :
• Tahayul, halusinasi, angan-angan, sesuatu yang dimunculkan berdasarakan
karangan bukan sains
• Bukan berbasis tanda, misalnya hanya spekulasi, prasangka
• Sesuatu yang di dasari hawa nafsu, kepentingan, keinginan
• Hanya ikut-ikutan, ikut yg kuat, ikut nenek moyang, (karena ahli amerika
menyatakan begitu).
Sikap Ilmiah :
• Rendah Hati
(manusia bodoh,Allah Maha Benar – Qur’an)
• Biarkan Data yang Berbicara
(empiris)
• Jangan mudah percaya pendapat orang jika masih belum memuaskan akal pikiran kita
(skeptis)
• Jelaskan dengan logika yang benar,yaitu logika Supra Rasional – Sunatullah dari Allah
Yang Maha Benar
(argumentatif)
• Explorasi segala kemungkinan penjelasan
(teliti dan detil)
Ibnu al-Haytham
Lahir pada tahun 965 di Basra, pada masa kejayaan intelektual peradaban Islam.
Diundang ke Mesir untuk membantu membangun bendungan di Sungai Nil. Setelah
kunjungan lapangan, dia menolak untuk melanjutkan proyek yang menyebabkan dia
berakhir di tempat yang sekarang kita sebut sebagai tahanan protektif selama 10 tahun.
Dari pengamatannya terhadap cahaya yang memasuki ruangan gelap, ia membuat
terobosan besar dalam memahami cahaya dan penglihatan.
Penemuannya mendorongnya untuk melakukan revisi signifikan terhadap pandangan
kuno tentang cara mata kita melihat.
Melalui studinya terhadap karya Galen dan lain-lain sebelumnya, ia memberi nama pada
beberapa bagian mata, seperti lensa, retina, dan kornea.
Dia menetapkan standar baru dalam sains eksperimental dan menyelesaikan Buku
Besarnya tentang Optik sekitar tahun 1027.
Dia meninggal pada usia 74 tahun sekitar tahun 1040.
Bukunya tentang Optik diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap banyak ilmuwan Abad Pertengahan, Renaisans, dan
Pencerahan. Misalnya, buku optik Perspectiva ditulis sekitar tahun 1275 oleh Erazmus
Witelo, yang kemudian disebut “Kera Alhazen” ketika orang-orang menyadari bahwa ia
sebagian besar telah menyalin Buku Optik al-Haytham .