Anda di halaman 1dari 9

PERIODE PERTUMBUHAN

(TASYRI` PADA MASA RASULULLAH)


Ahmad Dianwar1, Ghina Agniya Suhulah2, Raihan Nur tsany3, Ridha Nurjannah4

Prodi Pendidikan Agama Islam,


Fakultas Tarbiyah STAI DR KHEZ
Muttaqien Purwakarta
E-Mail : ahmaddianwar456@gmail.com1 ghinaagniya@gmail.com2 raihannurtsany@gmail.com3 ridhanurjannah27@gmail.com4

INTRODUCTION
Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan
luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Nabi Muhammad SAW mampu
mengelola bangsa yang awalnya egoistis, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen
kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran
dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan
militer terdepan di dunia.
Ketika membicarakan tentang agama Islam pada masa kini, tidak akan lepas dari
sejarah kelahiran sampai perkembangan Islam pada masa lalu. Sekitar abad ke-6 Masehi
merupakan kemunculan Islam di tengah masyarakat Arab, masa itu sering dikenal sebagai
Zaman Jahiliyah. Bisa di katakan keadaan sosial suatu masyarakat akan berpengaruh pada
produk hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kehadiran Islam sebagai agama
yang universal atau rahmatan lil ‘alamin menjadi alasan mengapa Islam dapat berlaku
sampai akhir zaman dan juga tidak musnah dimakan oleh zaman yang senantiasa dinamis dan
menuntut perubahan. Adanya Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. menjadi sebuah
pelurus atau perubah hukum yang telah berlaku pada kalangan bangsa Arab Jahiliyyah.
Berbicara tentang Tasyri’ atau penetapan suatu syari’at, penerapan hukum, atau
menetapkan perundang-undangan, kita harus mengetahui sejarah bagaimana suatu syari’at itu
ditetapkan.
Fokus utama penulisan jurnal ini yaitu Tasyri’ Pada Masa Rasulullah, disini penulis
akan memaparkan beberapa penjelasan hasil daripada penelitian, diantaranya : (1)
Pertumbuhan Tasyri’ pada periode Mekkah, (2) Pertumbuhan Tasyri’ pada periode Madinah,
dan (3) Pembentukan Hukum Islam awal. Semoga dengan adanya jurnal ini menjadi
bermanfaat bagi pembacanya.

1
METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur atau Narrative Review yaitu suatu
tinjauan komprehensif dari penelitian sebelumnya tentang topik tertentu. Studi literatur
bertujuan untuk mengembangkan informasi pengetahuan yang tekah dilakukan sebelumnya.
Sumber data yang digunakan berasal dari jurnal penelitian original yang dapat diakses pada
search engine secara bebas. Penelitian kualitatif ini tersendiri merupakan penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari
orang-orang (subyek) itu sendiri. Dengan menggunakan spesifikasi penelitian kualitatif maka
akan dapat dilihat gambaran mengenai Periode Pertumbuhan (Tasyri’ Pada Masa
Rasulullah).
RESULT AND DISCUSSION
Periode Pertumbuhan Tasyri Pada Masa Rasulullah
Periode ini diawali dengan diutusnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pada tahun
610 M atau 13 tahun sebelum hijrahnya ke Yastrib. Serta berakhir dengan Wafatnya beliau
pada tahun 11 H. Maka berdasarkan rentang masa tersebut, periode kenabian ini dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian:
1. Periode Makkah
Periode Mekkah ini berlangsung selama 13 tahun yang bermula pada masa awal di
utusnya Rasulullah. Hingga beliau hijrah ke Madinah. Pada fase ini karakteristik penekanan
dakwah tertuju pada bidang aqidah dan akhlak. Karena pada fase tersebut kondisi bangsa
Arab sangat jahilyah sehingga penanaman nilai-nilai tauhid, seperti iman kepada Allah,
Rasul-Nya, Hari kiamat, dan perintah untuk berakhlak mulia. Serta berusaha memalingkan
umat manusia dari menyembah berhala dan patung menjadi fokus Rasulullah pada fase
Makkah.
Maka Ayat-ayat Al Qur'an yang turun pada fase tersebut kebanyakan berisi mengenai
Perintah untuk Menggunakan akal pikiran, Allah mengistimewakan mereka dengan akal,
yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya agar mereka mendapat petunjuk kebenaran dari
dirinya sendiri. Mengingatkan agar tidak berpaling dengan ajaran para Nabi , agar tidak
tertimpa azab seperti apa yang ditimpakan pada amat-amat terdahulu yang mendustakan
Rasul-rasul mereka dan mendurhakai perintah Tuhannya. Sehingga inti dari ayat-ayat
Makkah berbicara seputar Aqidah untuk meluruskan keyakinan umat di masa jahiliyah dan
menanamkan ajaran tauhid. Selain itu juga menceritakan kisah umat masa ajaran tauhid dan
kisah umat terdahulu sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad.
Karakteristik periode Makkah
a) Karakteristik Sosiologis
Ciri (karakteristik) Sosiologis Makah, pertama: jumlah masyarakat Islam sangat sedikit;
kedua, Karena sedikit, mereka lebih lemah dibanding musuh-musuhnya; dan Ketiga, Karena
lemah mereka dikucilkan oleh penentangnya. Sementara dilihat dari sisi wahyu, karakteristik
makiyyah adalah sebagai berikut:
1. Setiap ayat yang dimulai dengan seruan “Ya ayyuhan nas” kecuali QS Alhajj.

2
2. Setiap surat yang dimulai dengan fawatihus suwar (Huruf al-muqatha’ah), kecuali
Albaqarah dan Ali Imran
3. Setiap surat yang memuat kisah nabi Adam bersama Iblis/syaitan, kecuali kisah Nabi
Adam di QS Albaqarah
4. Setiap surat yang menyebutkan kisah2 terdahulu dan azab yang ditimpakan kepada
mereka
5. Makkiyah pada umumnya suratnya pendek dengan bahasa yang tegas dan mempunyai
balaghah yang tinggi.
Karakteristik Materi Dakwah
Sementara dilihat dari sisi orentasi materi dakwah syariat yang diturunkan dan
disampaikan oleh Nabi SAW, paling tidak ada dua materi utama, yaitu:
1. Orientasi aqidah sebagai dasar pembinaan utama.
Tahap awal dari orientasi islam adalah memenuhi aqidah yang merupakan
landasan utama yang akan menjadi dasar bagi semua aspek kehidupan
masyarakatnya. Aqidah berbicara tentang kepercayaan kepada Allah SWT.,
kepada hari akhir, kepada malaikat, kepada rasul, dan kepada qada dan qadar dari
Allah.
2. Orientasi akhlak
Periode Makkah sebagai periode penanaman akhlak. Disamping itu,
penghapusan sedikit demi sedikit moral bejat mereka, menghapus kebiasaan-
kebiasaan jelek yang telah mendarah daging di kalagan mereka. Sementara itu
akhlak berbicara tentang larangan membunuh, larangan mengurangi timbangan
dan menjauhi perilaku tercela. Inilah yang diutamakan Nabi dalam dakwahnya. Ini
merupakan awal pembentukan hukum Islam yang menggunakan Al Qur’an
sebagai sumber atau dasarnya.
Beberapa Contoh Masalah Hukum yang di Turunkan di Makkah :
a. Perintah Menjaga Kehormatan.
Surah Al-Mu'minun ayat 5-7

‫َو اِذَّل ۡيَن ۡمُه ِلُفُر ۡو ِهِج ۡم ٰح ِفُظ ۡو َۙن ۝ ِااَّل َعىٰٓل َاۡز َو اِهِج ۡم َاۡو َم ا َم َلـَكۡت َاۡيَم اُهُنۡم َفِاُهَّنۡم َغُرۡي َم ُلۡو ِم َنۡيۚ‌ ۝ َفَم ِن‬
‫اۡبَتٰغ ى َو َر ٓاَء ٰذ َكِل َفُا وٰٓل َك ُمُه اۡلٰع ُد ۡو َن‬
‫ِٕٮ‬
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas.”
b. Pengharaman memakan harta anak yatim
Surah An-Nisa ayat 10

‫ِاَّن اِذَّل ۡيَن ۡاَيُلُكۡو َن َاۡم َو اَل اۡلَيٰت ٰم ى ُظ ۡلًم ا ِاَّنَم ا ۡاَيُلُكۡو َن ۡىِف ُبُط ۡو ِهِنۡم اَن ًر ‌اؕ َو َس َيـۡص َلۡو َن َس ِع ًرۡي ا‬

3
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala (neraka).”
c. Larangan Mubazir
Surah Al Isra ayat 26

‫َو ٰاِت َذ ا اۡلُقۡر ىٰب َح َّقٗه َو اۡلِم ۡس ِكَنۡي َو اۡبَن الَّس ِب ۡيِل َو اَل ُتَبِّذ ۡر َتۡب ِذ ۡيًر ا‬
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.”
d. Larangan mengurangi timbangan
Surah Hud ayat 85

‌ ‫َو ٰيَقۡو ِم َاۡو ُفوا اۡلِم ۡكَياَل َو اۡلِم َزۡي اَن اِب ۡلِقۡس‬
‫ِط َو اَل َتۡب َخ ُس وا الَّناَس َاۡش َيٓاَء ۡمُه َو اَل َتۡع َثۡو ا ىِف اَاۡلۡر ِض ُم ۡفِس ِد ۡيَن‬
“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah
kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat
kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.”
e. Larangan membuat kerusakan di muka bumi
Surah Al Araf ayat 56

‫َو اَل ُتۡفِس ُد ۡو ا ىِف اَاۡلۡر ِض َبۡع َد ِاۡص اَل َهِح ا َو اۡدُع ۡو ُه َخ ۡو ًفا َّو َط َم ًعا‌ؕ ِاَّن َر َمۡحَت اِهّٰلل َقِر ۡيٌب ِّم َن اۡلُم ۡح ِس ۡيِن‬
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
f. Kewajiban shalat
Surah Hud ayat 114

‫َو َاِق ِم الَّص ٰلوَة َط َر ِىَف الَّنَهاِر َو ُز َلـًفا ِّم َن اَّلۡي ِل‌ؕ ِاَّن اۡلَح َس ٰنِت ُيۡذ ِه َنۡب الَّس ِّي ٰا ِت ؕ‌ ٰذ َكِل ِذۡكٰر ى ِلّٰذل ِكِر ۡيَن‬
“Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada
bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-
kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
2. Periode Madinah
Periode Madinah ini berlangsung selama 10 tahun yang bermula sejak hijrahnya
Rasulullah Saw ke Madinah hingga wafat. Pada fase ini karakteristik penekanan dakwah
tertuju pada bidang hukum dan jihad. Sebab Islam sudah kuat (berkembang dengan pesat),
jumlah umat Islam yang bertambah banyak dan sudah terbentuk suatu umat umat yang sudah
mempunyai suatu pemerintahan yang gemilang dan sudah berjalan dengan lancar media
media dakwah. Maka karena kondisi tersebut, mendorong perlunya mengadakan tasyri' dan
pembentukan undang undang untuk mengatur hubungan antara individu dari suatu bangsa
dengan bangsa lainnya serta untuk mengatur pula Hubungan mereka dengan bangsa yang

4
bukan Islam baik di waktu damai maupun perang. Sehingga di Madinah ditentukanlah hukum
perkawinan, perceraian, warisan, perjanjian, hutang piutang, kepidanaan dan lainnya.
Karakteristik Sosiologis periode madinah
1. Jumlah Umat Islam banyak;
2. Umat Islam kuat secara kuantitas;
3. Nabi, Saw. sebagai pemegang hak tasyri’
4. Orientasi dakwah Nabi, Saw. Tidak hanya pada aqidah, namun hukum secara
keseluruhan.
Karakteristik Wahyu al-Qur’an periode madinah
1. Setiap ayat yang dimulai dengan seruan “Ya Ayyuha al-ladzina Amanu”.
2. Isi kandungan ayat-ayat Madaniyah mengenai tasyri’ tafshili dan hukum;
3. Madaniyyah pada umumnya suratnya panjang dengan Bahasa yang tegas dan
mempunyai balaghah yang tinggi.
Beberapa Contoh Masalah Hukum yang di Turunkan di Madinah :
a. Perintah Membayar Zakat
Surah Al Baqarah ayat 43

‫َو َاِق ۡيُم وا الَّص ٰلوَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اۡر َكُع ۡو ا َم َع الّٰر ِكِع َنۡي‬.
“Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk.”
b. Kewajiban Puasa Bulan Ramadhan
Surah Al Baqarah ayat 183

‫ٰٓيـَاَهُّيا اِذَّل ۡيَن ٰا َم ُنۡو ا ُكِتَب َعَلۡي ُمُک الِّص َياُم اَمَک ُكِتَب َعىَل اِذَّل ۡيَن ِم ۡن َقۡبِلۡمُک َلَع َّلۡمُك َتَّتُقۡو َۙن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
c. Kewajiban Haji
Surah Al Baqarah ayat 196

‫َو َاِتُّم وا اۡلَحَّج َو اۡلُع ۡم َر َة ِؕهّٰلِل َفِاۡن ُاۡح ۡرِص ۡمُت َفَم ا اۡس َتۡيَرَس ِم َن اۡلَهۡد ِىۚ‌ َو اَل ۡحَت ِلُقۡو ا ُر ُء ۡو َس ۡمُك َح ىّٰت َيۡب ُلَغ‬
‫اۡلَهۡد ُىَم ِح ؕٗهَّل َفَم ۡن اَك َن ِم ۡنۡمُك َّمِر ۡيًض ا َاۡو ِبٖۤه َاًذ ى ِّم ۡن َّر ۡاِس ٖه َفِفۡد َيٌة ِّم ۡن ِص َياٍم َاۡو َص َد َقٍة َاۡو ُنُس ٍۚك َفِاَذٓا َاِم ۡنۡمُت‬
‫َفَم ۡن َتَم َّتَع اِب ۡلُع ۡم َر ِة ِا ىَل اۡلَح ِّج َفَم ا اۡس َتۡيَرَس ِم َن اۡلَهۡد ِىۚ‌ َفَم ۡن َّلۡم ِجَيۡد َفِص َياُم َثٰلَثِة َااَّي ٍم ىِف اۡلَح ِّج َو َس ۡب َع ٍة‬
‫ِا َذ اَر َجۡع ؕۡمُت ِتَكۡل َع َرَش ٌة اَك ِمٌةَلٰذ َكِل ِلَم ۡن َّلۡم َيُكۡن َاۡه ٗهُل َح اِرِضۡى اۡلَمۡس ِج ِد اۡلَح ـَر اِمؕ‌ َو اَّتُقوا اَهّٰلل َو اۡعَلُم ٓۡوا‬
‫َااَّن َهّٰلل َش ِد ۡيُد اۡلِع َقاِب‬
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika kamu
terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat, dan jangan
kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika

5
ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur),
maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah atau berkurban. Apabila kamu
dalam keadaan aman, maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia
(wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak
mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh
(hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang
yang keluarganya tidak ada (tinggal) di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya.”
d. Pengharaman Riba
Surah Al Baqarah ayat 275

‫َاِذَّل ۡيَن ۡاَيُلُكۡو َن الِّر ٰبوا اَل َيُقۡو ُم ۡو َن ِااَّل اَمَك َيُقۡو ُم اِذَّل ۡى َيَتَخ َّبُط ُه الَّش ۡي ٰط ُن ِم َن اۡلَم ِّس ؕ‌ ٰذ َكِل َاِبُهَّنۡم َقاُلۤۡو ا ِاَّنَم ا‬
‫اۡلَبۡي ُع ِم ۡثُل الِّر ٰبوا‌ۘ ‌ َو َاَح َّل اُهّٰلل اۡلَبۡي َع َو َح َّر َم الِّر ٰبوا‌ؕ َفَم ۡن َج ٓاَء ٗه َم ۡو ِع َظ ٌة ِّم ۡن َّر ِّبٖه َفاۡنَتٰهى َفٗهَل َم ا َس َلَؕف‬
‫َو َاۡم ُر ۤٗه ِا ىَل ا ؕ‌ِهّٰلل َو َمۡن َعاَد َفُا وٰٓل َك َاٰحۡص ُب الَّنا ۚ‌ِر ۡمُه ِف ۡيَها ٰخُدِل ۡو َن‬
‫ِٕٮ‬
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.”

3. Pembentukan Hukum Islam Awal


Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga hubungan
manusia dengan sesama serta dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga Islam hadir ke dalam
ruang lingkup masyarakat Arab jahiliyah dengan membawa syariah yang sempurna hingga
mampu mengatur relasi yang adil antar individu manusia dalam masyarakat.
Adapun Penerapan hukum pada zaman Nabi dengan jalan persuasif dan bertahap.
Khususnya menyangkut masalah hukum atau perbuatan manusia yang sudah membudaya di
kalangan masyarakat Arab. Dan tentu sulit untuk menghilangkannya sekaligus. Diperlukan
waktu yang lama untuk mengubah pola kehidupan yang tidak baik di masyarakat Arab saat
itu.
Terdapat contoh, yang menjadi suatu awal mula pembentukan hukum Islam di Masyarakat
Arab saat itu yakni pelarangan mengkonsumsi khamr. Pelarangan tersebut tidak secara
sekaligus turun bahwasanya mengkonsumsi khamr itu haram, tetapi Al-Qur’an sendiri secara
perlahan dan bertahap dalam menetapkan pelarang tersebut.
Bagi masyarakat Arab pada waktu itu, meminum Arak merupakan suatu tradisi, baik
dalam kehidupan sehari-hari apalagi dalam pesta. Pesta tanpa arak seperti langit tanpa
bintang. Kalau tidak mabuk, niscaya diragukan kejantanan seseorang. Oleh karena itu,
melarang meminum arak dilakukan secara bertahap:

6
1. Dalam Surat An-Nahl ayat 67 disebutkan:

‫َو ِم ۡن َثَمٰر ِت الَّنِخ ۡي ِل َو اَاۡلۡع َناِب َتَّتِخُذ ۡو َن ِم ۡنُه َس َكًر ا َّو ِر ۡز ًقا َح َس ًناؕ ِاَّن ۡىِف ٰذ َكِل ٰاَلَيًة ِّلَقۡو ٍم َّيۡع ِقُلۡو َن‬
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki
yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berfikir.”
Dari ayat ini secara implisit tidak ada satu laranganpun yang mengharamkan meminum
khamr. Ayat ini hanya menerangkan bahwa khamr itu (biasanya-pada waktu itu) dibuat
dari buah kurma dan anggur, sifatnya memabukkan dan dapat menjadi penghasilan
yang baik (jika dibuat atau diperdagangkan). Jadi boleh dibuat, boleh diminum dan
boleh diperdagangkan.
2. Kemudian setelah ayat diatas turun, turunlah ayat Al-Baqarah ayat 219:

‫ِرِس ُقۡل ِف ۡيِهَم ٓا ِاٌمۡث َکِبٌرۡي َّو َمَناِف ُع ِللَّناِس َو ِا ۡثُم ُهَم ٓا َاۡکُرَب ِم ۡن َّنۡفِع ِهَم ا‬
‌ؕ ‫َيۡس َٔـــُلۡو َنَك َع ِن اۡلَخ ۡم ِر َو اۡلَم ۡي‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang Khamr dan judi. katakanlah: Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar daripada manfaatnya..”
Dari ayat ini, dijelaskan bahwa khamr dan judi itu mengandung dosa besar tetapi ada
juga manfaatnya untuk manusia. Tapi kalau ditimbang-timbang antara maslahat dan
mudharatnya, maka mudharat lebih besar daripada manfaatnya. Dalam konteks ini, para
sahabat banyak yang menghentikan kebiasaan minum khamr dan berjudi, tapi ada juga
sahabat yang masih mengerjakan pekerjaan lamanya ini karena tidak tegasnya larangan.
3. Kemudian larangan meminum khamr dilanjutkan dengan ayat al-Nisa ayat 43:

‫ٰۤيـَاَهُّيا اِذَّل ۡيَن ٰا َم ُنۡو ا اَل َتۡقَر ُبوا الَّص ٰلوَة َو َاۡنـۡمُت ُس اَك ٰر ى َح ىّٰت َتۡع َلُمۡو ا َم ا َتُقۡو ُلۡو َن‬.......
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melakukan shalat sedang kamu
dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.”
Wahbah al-Zuhaili menguraikan sabab nuzul dari ayat ini seperti yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’I dan Hakim bahwa Ali berkata: “Suatu hari
Abdurrahman bin Auf pernah mengundang kami dalam sebuah pesta dimana ditempat
itu dihidangkan makanan dan khamr. Setelah jamuan selesai, tibalah waktu shalat
kemudian aku ditunjuk menjadi Imam dari shalat itu. Di dalam shalat aku membaca
surat al-Kafirun, (karena dalam keadaan mabuk) maka bacaanku terbalik-balik”. Maka,
turunlah ayat ini. Sementara dalam riwayat lain, bahwa yang menjadi Imam adalah
Adurrahman bin Auf dan shalat yang dilakukan adalah shalat Magrib.
Dalam ayat ini, Allah hanya melarang orang yang mabuk melakukan shalat sampai ia
sadar. Belum sampai kepada larangan yang tegas-tegas mengharamkan.
4. Baru setelah umat Islam siap untuk bisa meninggalkan khamr, maka turunlah surat al-
Maidah ayat 90:

7
‫َاٰۤيَهُّيا اِذَّل ۡيَن ٰا َم ُنۤۡو ا ِا َّنَم ا اۡلَخ ۡمُر َو اۡلَم ۡيُرِس َو اَاۡلۡنَص اُب َو اَاۡلۡز اَل ُم ِر ۡجٌس ِّم ۡن َمَع ِل الَّش ۡي ٰط ِن َفاۡج َتِنُبۡو ُه َلَع َّلۡمُك‬
‫ُتۡف ِلُح ۡو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,(berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan Syetan, maka
jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya, syetan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran
(meminum) khamr dan berjudi itu. dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
Sembahyang, maka berhentilah kamu (untuk mengerjakan pekerjaan itu).”

Dalam Ayat ini, sangat jelas Allah mengharamkan meminum khamr. Dan disebutkan
bahwa meminum khamr itu merupakan perbuatan Syetan yang terkutuk. Dijelaskan
pula, bahwa efek yang ditimbulkan oleh meminum khamr dan judi itu sangat dahsyat
yaitu dapat menyebabkan permusuhan dan perkelahian bahkan sampai pembunuhan,
dapat melupakan kepada Allah dan lupa mengerjakan sembahyang. Oleh karena itu,
perlu dilarang.

SIMPULAN
Periode Mekkah yaitu sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Inti dari ayat-ayat ini adalah
masalah Aqidah untuk meluruskan keyakinan umat di masa jahiliyyah dan menanamkan
ajaran tauhid. Sedangkan periode Madinah yaitu setelah Nabi hijrah ke kota Madinah. Inti
ayat-ayat ini adalah masalah hukum dan berbagai aspeknya.
Pengaruh Tasyri’ pada masyarakat saat itu menghasilkan kehidupan yang sangat baik,
dari segi perdagangan menjadikan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. Ketika
masyarakat ada kemaslahatan maka mereka mendatangi Rasulullah untuk mendapat jawaban,
baik hukum ataupun lainnya. Adapun sumber hukum pada masa Rasulullah yaitu kepada
Rasulullah sendiri yang didasari oleh wahyu Allah swt. Jika tidak turun wahyu maka Nabi
berijtihad

8
DAFTAR PUSTAKA

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_5BA.0080646.pdf
http://wongkaku.blogspot.com/2016/11/tarikh-tasyri-pada-masa-nabi-muhammad.html
https://tafsirweb.com/5897-surat-al-muminun-ayat-5.html
https://www.merdeka.com/quran/
Sopyan, Y. (2010). Tarikh tasyri': sejarah pembentukan hukum Islam. Rajawali Pers.
Khon, H. A. M. (2022). Ikhtisar Tarikh Tasyri’: Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa
ke Masa. Amzah.

Anda mungkin juga menyukai