Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP DASAR AL QURAN DAN AS SUNNAH DAN METODE PEMAHAMANNYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. RA ULVA OKTAVIANY P. A. W F0118080


2. RAFIF NOOR AUDRYAN F0118081
3. RAHMA MEI SARAH F0118082
4. SUSI MELLA DEWI F0118091
5. SYEHAN RIFYAL MUHAMMAD F0118092
6. YASMINTIA HERADDIN F0118100
7. YHULIANA PURNAMASARI F0118102
8. ZULFI ARIZONA BALQIST F0118110
9. ZULIFA KHOIRUL UMMAH F0118111

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan Al-Hadis yang
memuat sunnah-sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama
ajaran agama Islam (aqidah, syariah, dan akhlak) dikembangkan dengan Rakyu atau akal
pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya.
Pada umumnya para ulama berpendapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah Al-
Quran dan Hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda “Aku tinggalkan pada
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Disamping itu para ulama
fiqih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Al-Quran dan
Hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari Al Quran dan As Sunnah?
2. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dan As sunnah?
3. Bagaimana metode pemahaman Al-Qur’an dan As Sunnah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai konsep dasar dari Al Quran dan As Sunnah
2. Untuk mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dan As sunnah
3. Untuk mengetahui metode pemahaman Al-Qur’an dan As Sunnah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Al Quran dan As Sunnah

Sumber hukum islam adalah asal ( tempat pengambilan ) hukum islam. Hukum islam
terkadang disebut dalil hukum islam atau asas hukum islam atau dasar hukum islam.
Adapun sumber hukum islam adalah Al-Quran, Al-Hadis, dan Ar-Ra’yu ( penalaran ).
Perkataan Al-Quran berasal dari kata kerja qaraa yang artinya dia telah membaca. Kata
kerja ini berubah menjadi kata benda Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan atau
sesuatu yang harus dibaca atau dipelajari.

a) Al-quran

Al-quran adalah kitab suci yang berisi wahyu Ilahi yang menjadi pedoman hidup
kepada manusia yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya. Al-Quran menjadi petunjuk
yang dapat menciptakan manusia menjadi bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena
itu, Al-Quran banyak mengemukakan prinsip-prinsip umum yang mengatur kehidupan
manusia dalam beribadah kepada Allah SWT. Al-Quran sebagai pedoman abadi bagi
kehidupan manusia mempunyai tiga jenis petunjuk yaitu:

1. Ajaran yang didalamnya memberi pengetahuan tentang struktur kenyataan dan


posisi manusia. Ajaran dimaksud berisi petunjuk akhlak atau moral serta hukum
atau syariat yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari. Selain itu, mengandung
ajaran tentang kehidupan manusia, tentang sejarah, serta eksistensi manusia. Al-
Quran mengandung segala pelajaran yang diperlukan manusia untuk mengetahui
siapa dirinya, dimana ia berada dan kemana ia pergi, karena Al-Quran adalah dasar
atau hukum tuhan dan pengetahuan matafisika.
2. Al-Quran berisi petunjuk yang menyerupai ringkasan sejarah manusia baik rakyat
biasa, raja, orang-orang suci, maupun Nabi dan Rasul Allah SWT. Walaupun
petunjuk tersebut dalam bentuk sejarah tetapi ditujukan kepada manusia. Petunjuk
tersebut diturunkan kepada manusia di masa lalu, kini, dan akan datang. Para
pendusta yang mendustakan kebenaran Al-Quran dan agama islam selalu ada pada
setiap saat, begitu pula mereka yang mengingkari Tuhan ataupun mereka yang
berada di jalan lurus. Mereka yang diberi siksa-Nya dan mereka yang diberi
karunia-Nya selalu ada pada setiap ruang dan waktu. Jadi, Al-Quran adalah
petunjuk tentang kehidupan manusia yang dimulai dengan kelahiran dan diakhiri
dengan kematian, dimulai dari-Nya dan kembali kepada-Nya.
3. Al-Quran berisi sesuatu yang sulit dijelaskan dalam bentuk bahasa biasa. Ayat-ayat
Al-Quran berasal dari firman Allah SWT, mengandung kekuatan yang berbeda dari
apa yang kita pelajari dalam Al-Quran secara rasional. Ayat-ayat itu mempunyai
kekuatan untuk melindungi manusia. Itulah sebabnya kehadiran fisik Al-Quran
sendiri membawa berkat bagi manusia. Apabila seorang muslim menghadapi
kesulitan, ia membaca ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran untuk menenangkan
dan menghibur hatinya.

Al-Quran pada hakikatnya mengandung lima prinsip yaitu:

1. Tauhid ( doktrin tentang kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa )


2. Janji dan ancaman Tuhan
3. Ibadah
4. Jalan dan cara mencapai kebahagiaan
5. Cerita/sejarah umat manusia sebelum Nabi Muhammad SAW

Menurut pandangan islam “hukum-hukum” yang terkandung dalam Al-Quran itu


adalah sebagai berikut:

1. Hukum I’tiqadiyah, yaitu hukum yang berkaitan dengan kewajiban pada subjek
hukum untuk mempercayai Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, dan hari
pembalasan.
2. Hukum akhlak, yaitu hukum Allah yang berkaitan dengan kewajiban seorang
subjek hukum untuk “menghiasi” dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan diri dari sifat yang tercela.
3. Hukum Amaliyah, yaitu hukum yang bersangkutan dengan perkataan, perbuatan,
perjanjian, dan hubungan kerja sama antar sesama manusia.
Ketiga jenis hukum diatas dapat dibagi dalam dua jenis yaitu:
1. Hukum Ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar manusia dengan
Allah dalam mendirikan sholat, melaksanakan ibadah puasa, mengeluarkan zakat,
dan melakukan ibadah haji.
2. Hukum Muamalat, yaitu semua hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia, baik hubungan antar pribadi maupun hubungan antar orang perorangan
dengan masyarakat.
Apabila kita membandingkan antara hukum yang ada di dalam Al-Quran dengan
hukum yang dibuat oleh manusia dalam segala seginya maka ditemukan bahwa hukum
Al-Quran lebih mencakup dan lebih sempurna serta serasi bagi keseluruhan aspek
manusia dan kehidupannya. Sebagai contoh dapat diungkapkan bahwa dalam ajaran
islam ditemukan pembagian kategori hukum itu kepada lima bagian yaitu, wajib,
sunah, haram, makruh, dan mubah yang sesuai dengan tindakan manusia di dalam hidup
bermasyarakat. Islam mendahulukan kewajiban daripada hak, sebab apabila kewajiban
telah dipenuhi berarti hak orang telah diberikan, dengan demikian tidak akan menuntut
haknya lagi.

kandungan dan Nama Al Quran:

1. Al-Kitab,
QS (Al-Baqarah : 2)
َ‫ْب فِي ِه هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِين‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
َ ‫ك ْال ِكتَابُ اَل َري‬

Artinya :“ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa”.

QS (Ad Dukhan : 2)

‫ب ْال ُمبِي ِن‬


ِ ‫َو ْال ِكتَا‬

Artinya : “Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan”.

2. Al-Furqan (pembeda benar salah)

QS (Al Furqan : 1)

‫ك الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَ ٰى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرًا‬
َ ‫تَبَا َر‬

Artinya : “ Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.

3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan)

QS (Al Hijr : 9)

َ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬

Artinya : “ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya “.
4. Al-Mau’idhah (pelajaran/nasihat)

QS (Yunus : 57)

~َ ِ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمن‬


‫ين‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُكم َّموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِّ َما فِي الصُّ د‬

Artinya : ” Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

5. Al-Hukm (peraturan/hukum)

QS (Ar Ra’d : 37)

َ ‫َو َك ٰ َذلِكَ أَن َز ْلنَاهُ ُح ْك ًما َع َربِيًّا ۚ َولَئِ ِن اتَّبَعْتَ أَ ْه َوا َءهُم بَ ْع َد َما َجا َء‬
ٍ ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما لَكَ ِمنَ هَّللا ِ ِمن َولِ ٍّي َواَل َوا‬
‫ق‬

Artinya : ”Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan
(yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu
mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung
dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”.

6. Al-Hikmah (kebijaksanaan)

QS (Al Isra’ : 39)

‫ك ِم َّما أَوْ َح ٰى إِلَ ْيكَ َربُّكَ ِمنَ ْال ِح ْك َم ِة ۗ َواَل تَجْ َعلْ َم َع هَّللا ِ إِ ٰلَهًا آ َخ َر فَتُ ْلقَ ٰى فِي َجهَنَّ َم َملُو ًما َّم ْدحُورًا‬
َ ِ‫ٰ َذل‬

Artinya : “ Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan


janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari
rahmat Allah)”.

7. Asy-Syifa’ (obat/penyembuh)

QS (Yunus : 57)

~َ ِ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمن‬


‫ين‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُكم َّموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِّ َما فِي الصُّ د‬

Artinya : “ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
QS (Al Isra’ : 82)

‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ إِاَّل خَ َسارًا‬

Artinya : “ Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian “.

8. Al-Huda (petunjuk)

QS (Al Jinn : 13)

‫َوأَنَّا لَ َّما َس ِم ْعنَا ْالهُد َٰى آ َمنَّا بِ ِه ۖ فَ َمن ي ُْؤ ِمن بِ َربِّ ِه فَاَل يَخَافُ بَ ْخسًا َواَل َرهَقًا‬

Artinya : “ Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut
akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan
kesalahan “.

QS (At Taubah : 33)

ْ ‫ق لِي‬
َ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬ ِّ ‫هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُد َٰى َو ِدي ِن ْال َح‬

Artinya : “ Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-
Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrikin tidak menyukai “.

9. At-Tanzil (yang diturunkan)

QS (Ash Shu’ara’ : 192)

َ‫َنزي ُل َربِّ ْال َعالَ ِمين‬


ِ ‫َوإِنَّهُ لَت‬

Artinya :” Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan


semesta alam”.

10. Ar-Rahmat (karunia)

QS (An Naml : 77)

َ‫َوإِنَّهُ لَهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬

Artinya : “ Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan


rahmat bagi orang orang yang beriman.
Mukjizat AlQuran

Ada empat aspek kemukjizatan al-Qur’an. Pertama, Aspek Ash-Sharfah


(pemalingan) Abu Ishak Ibrahim An-Nazzam, ulama ahli kalam berpendapat bahwa
kemukjizatan al-Qur’an terjadi dengan cara ash-Sharfah (pemalingan). Menurut An-
Nazzam maksud dari ash-Sharfah adalah Allah memalingkan perhatian orang-orang
Arab dari menandingi Al-Qur’an. Padahal, sebenarnya mereka mampu untuk
menandinginya. Di sinilah letak kemukjizatan Al-Qur’an menurut an-Nazzam. Senada
dengan hal itu, Al-Murtadha (dari aliran Syi’ah) berpendapat bahwa Allah telah
mencabut dari mereka ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menghadapi al-Qur’an agar
mereka tidak mampu membuat yang seperti al-Qur’an.

Kedua, Aspek Balaghah (Keindahan Bahasa), Qadi Abu Bakar Muhammad Ibnu
Tayyib Al-Baqalani, dalam kitabnya Ijazul Qur’an dan at- Taqrib wal Irsyad,
berpandangan bahwa bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Qur’an dipandang sebagai
bahasa yang istimewa, baik dari segi gaya bahasanya, susunan kata-katanya, maupun
ketelitian redaksi yang digunakannya. Keindahan bahasa al-Qur’an jauh melebihi
keindahan bahasa yang disusun oleh para sastrawan Arab.

Ketiga, Aspek Kandungan Isinya. Perihal aspek kandungan isi al-Qur’an secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu berita tentang hal-hal yang ghaib dan
isyarat-isyarat ilmiah. Perihal berita ghaib, isi kandungan al-Qur’an banyak
mnginformasikan tentang berita ghaib yang terjadi sebelumnya, yaitu berita tentang
orang-orang terdahulu. Juga berita ghaib yang akan terjadi (sesudah turunnya wahyu),
seperti kemenangan yang akan diperoleh tentara Romawi dalam menghadapi bangsa
Persia dalam QS. Ar-Rum : 1-6, kemurnian Al-Qur’an yang akan tetap terpelihara
dalam QS. Al-Hijr: 9, serta berbagai masalah ghaib lainnya yang ditunjukkan oleh Al-
Quran, baik secara eksplisit maupun implisit. Selain itu, berita ghaib yang sedang terjadi
di tempat lain, seperti maksud jahat orang-orang munafik dengan membangun masjid
Dhirar dalam QS. At-Taubah: 107. Adapun perihal isyarat-isyarat ilmiah, isi kandungan
Al-Qur’an banyak menginformasikan tentang permasalahan ilmiah yang mungkin hanya
diketahui oleh para ilmuwan. Ayat-ayat al-Qur’an yang sudah dibuktikan kebenarannya
melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan alam. Hukum Toricelly yang ditemukan
pada abad XVII M misalnya, menyatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka
semakin rendah tekanan udara yang ada di tempat itu. Sebagaimana dalam QS. Al-
An’am: 125. Selain itu, hukum siang dan malam yang tidak selalu sama lama waktunya.
Terkadang malam lebih panjang daripada siang, dan terkadang terjadi sebaliknya.
Sebagaimana dalam QS. Yunus: 6.

Keempat, Aspek Kesempurnaan Syari’atnya. Syari’at Islam menunjukkan bentuk


yang paling sempurna jika dibandingkan dengan bentuk perundang-undangan manapun
yang pernah ada di dunia ini. Selain itu, syari’at Islam juga diakui sebagai syari’at yang
sesuai dengan kebutuhan manusia, karena berasal dari pencipta manusia itu sendiri.
Sedangkan tujuan utamanya untuk membebaskan manusia dari dunia gelap gulita
menuju dunia yang terang-benderang, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 257.

b) As Sunnah ( Al - Hadis )

As-Sunnah dalam bahasa arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat. Dalam
terminologi islam berarti perbuatan, perkataan,dan keizinan Nabi Muhammad SAW.
As-Sunnah dalam pengertian istilah ialah segala yang dipindahkan dari Nabi
Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang mempunyai kaitan
dengan hukum. Sunnah dan hadis dapat dibagi berdasarkan kriteria dan klasifikasi
sebagai berikut:

1. Dari segi bentuknya


a. Fi’li, yaitu perbuatan Nabi
b. Qauli, yaitu perkataan Nabi
c. Taqriri, yaitu perizinan Nabi, yang artinya perilaku sahabat yang disaksikan
Nabi, tetapi Nabi tidak menegur/melarangnya
2. Dari segi jumlah orang yang menyampaikan
a. Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang yang menurut akal
tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta disampaikan melalui jalan indra.
b. Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang tetapi tidak sampai
kepada derajat mutawatir, baik karena jumlahnya maupun karena tidak jalan
indra.
c. Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai
kepada tingkat masyhur dan mutawatir.
3. Dari segi kualitas hadis
a. Shahih, yaitu hadis yang sehat yang diriwayatkan oleh orang-orang yang
terpercaya dan kuat hafalannya, materinya baik, dan persambungan sanadnya
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Hasan, yaitu hadis yang memenuhi persyaratan hadis shahih kecuali di segi
hafalan pembawanya yang kurang baik.
c. Dha’if, yaitu hadis lemah baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena
salah seorang pembawanya kurang baik.
d. Maudhu, yaitu hadis palsu yang dibuat oleh seseorang dan dikatakan sebagai
sabda atau perbuatan Rasul.
4. Dari segi diterima atau tidaknya
a. Maqbul, yaitu hadis yang mesti diterima.
b. Mardud, yaitu hadis yang mesti ditolak.
5. Dari segi orang yang berbuat atau berkata
a. Marfu’, yaitu betul-betul Nabi yang pernah bersabda, berbuat, dan memberi izin.
b. Maufuq, yaitu sahabat Nabi yang berbuat dan Nabi tidak menyaksikan perbuatan
sahabat.
c. Maqtu’, yaitu tabi’in yang berbuat. Artinya perkataan tabi’in yang berhubungan
soal-soal keagamaan.

Fungsi As-Sunnah Terhadap Al-Quran

As-sunnah adalah sumber hukum kedua setelah Al-Quran, kedudukan As-sunnah


adalah menafsirkan Al-Quran dan menjadi pedoman pelaksanaan yang autentik
terhadap Al-Quran. Fungsi sunnah/hadis terhadap Al-Quran adalah memberi
penjelasan dan/atau menguatkan hukum yang ditetapkan oleh Al-Quran. Fungsi As-
Sunnah terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih umum antara lain:

1. As-Sunnah memberikan rincian terhadap persyaratan Al-Quran yang bersifat


umum.
2. As-Sunnah memberikan batasan maksimal tentang wasiat yang dinyatakan dalam
Al-Quran.
3. As-Sunnah menguatkan hukum yang ditetapkan Al-Quran seperti menetapkan
hukum.

Kedudukan Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam

Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap hukum-hukum yang terdapat dalam


al-qur’an, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam kedudukannya sebagai
penjelas, sunnah kadang-kadang memperluas hukum dalam al-qur’anatau menetapkan
sendiri hukum diluar apa yang ditentukan Allah dalam al-qur’an. Kedudukan sunnah
sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum al-qur’an, tidak
diragukan lagi dan dapat diterima semua pihak, karena memang untuk itulah nabi
ditugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan sunnah sebagai dalil yang berdiri
sendiri dan sebagai sumber hukum kedua setelah al-qur’an, menjadi bahan
perbincangan dikalangan ulama.

B. Hubungan antara Al-Qur’an dan As sunnah


Hubungan as sunah dengan al qur’an ditinjau dari segi penggunaan hujjah dan
pengambilan hukum-hukum syri’at adalah bahwa assunnah itu sebagai sumber hukum
yang sederajat lebi rendah dari pada alqur’an, artinya ialah bahwa seorang mujtahit dalam
menetapkan hukum suatu peristiwa tidak akan mencari dalam assunnah lebih dahulu,
kecuali bila ia tidak mendapatkan ketentuan hukumnya didalam alqur’an hal itu di
sebabkan karena alqur’an menjadi dasar perundang-undangan dan sumber hukum yang
pertama. Apabila ia memperoleh ketentuan hukum yang dicarinya didalam alqur’an harus
diikutinya dan apabila tidak mendapatkannya, maka ia harus mencari dalam assunnah dan
bila ia mendapatkannya dari assunnah hendaklah di ikutinya.
Adapun hubungan assunnah dengan alqu’an dari segi materi hukum yang terkandung
didalamnya ada tiga macam:
a. Menguatkan hukum suatu peristiwa yang letah di tetapkan hukumnya di dalam al
qur’an. Dengan demikian hukum peristiwa terseut di tetapkan oleh dua buah sumber.
Yakni alqur’an sebagai sumber penetap hukm dan assunnah sebgai sumber yang
menguatkannya.
b. Memberikn keterangan (bayan) ayat-ayat alqur’an.
Dalam memberikan penjelasan ini ada tiga macam. Yakni:
1. Memberikan perincian ayat-ayat yang masih mujmal
2. Membatasi kemutlakannya. misalnya al qur,an membolhkan kepada orang yang
akan meninggal berwasiat atas harta peninggalanya berapa saja dengan tidak dibatasi
maksimalnya. Kemudian rosulullah memberikan batasan maksimal wasiat yang di
perkenankan dalam salah satu wawancaranya dengan Sa’ad bin Abi Waqqash yang
memintah agar di perkenankan berwasiat 2/3 harta peninggalannya. Setelah
permintaan wasiat sebesar itu di tolak oleh beliau, mnta di perkenankan wasiat ½
harta peninggalannya dan setelah permintaan yang akhir ini di tolak pula, lalu minta
di perkenankan 1/3 hartanya. Rosulullah mengizinkan 1/3 ini. Katanya: “...sepertiga
itu adalah banyak dan besar. Sebab jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan kecukupan adalah lebih baik dari pada jika kamu meninggalkan dalm
keadaan miskin yang meminta-minta pada orang banyak.”
3. Mentakhshihkan keumumannya. Misalnya Allah berfirman secara umum keharam
makan bangkai ( binatang yang tiada di sembelih dengan nama Allah) dan darah.
Dalam firman-Nya: “ diharamkan bagi kamu makan bangkai , darah dan daging
babi” (al-Maidah :3) Kemudian Rosulullah SAW. Mengkhususkannya dengan
memberikan pengecualian kepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa.
4. Menciptakan hukum baru yang tiada terdapat di dalam Al-qur’an. Misalnya beliau
menetapkan hukum haramnya binatang buas yang bertaring kuat dan burung yang
berkuku kuat.

C. Metode Pemahaman Al-Qur’an dan As Sunnah


a) Al-Qur’an
Menjadi amat penting bagi kita sebagai umat Islam utk memahami AI-Qur’an dgn
sebaik-baiknya sehingga AI-Qur’an bisa kita pahami dgn benar lalu kita gunakan sebagai
pedoman hidup di dunia ini dgn sebenar-benarnya. Adapun sebagai da’I lbh penting lagi agar
kita bisa menda’wahkan Al-Qur’an dgn sebaik-baiknya. Manakala kita dan kaum Muslimin
telah menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam hidup ini maka paling kurang ada tiga
keuntungan yg akan kita peroleh. Pertama Kehidupan menjadi terbimbing dalam berbagai
aspek.Kedua mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup. Ketiga kehidupan menjadi bersih
dari noda dan dosa. Untuk bisa memahami AI-Qur’an dgn baik ada beberapa pendekatan yg
bisa kita lakukan.
1. Memahami AI-Qur’an Dengan AI-Qur’an.
AI-Qur’an merupakan wahyu Allah yg antara satu dgn lainya saling membenarkan
dan menafsirkan karenanya tidak akan kita temukan kontradiksi antara satu ayat dgn
ayatlainya Allah berfirman yg artinya “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-
Qur’an?. Kalau sekiranya AI-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mandapat
pertentangan yg banyak didalamnya.” Ada banyak contoh tentang memahami ayat dgn ayat
AI-Qur’an juga misalnya Ibnu Katsir menghubungkan ayat 7 dari surat Al-Fatihah dgn surat
An-Nisa 69 yg artinya “Dan barang siapa yg mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan
bersama-sama dgn orang-orang yg dianugerahi ni’mat oleh Allah yaitu; Nabi-nabi para
shidiqin orang-orang yg mati syahid dan orang-orang yg saleh. Dan mereka itulah teman yg
sebik-baiknya.”
2. Memahami AI-Qur’an Dengan Hadits
Disamping dgn ayat atau surat lain AI-Qur’an juga bisa dipahami dari hadits
melalui penjelasan dari Rasulullah SAW hal ini krn Rasulullah memang bertugas utk
menjelaskan Al-Qur’an yg diturunkan kepadanya. krn itu hadits-haditsnya bisa kita jadikan
rujukan utk memahami suatu ayat. Diantara contoh tafsir dari hadits Rasulullah SAW adl
sebagaimana yg diriwayatkan oleh lbnu Mas’ud yg artinya Ketika turun ayat ini “Orang-orang
yg beriman dan tidak mencampuradukkan imanya dgn kezaliman..” hal ini sangat meresahkan
para sahabat. Mereka bertanya; “Ya Rasulullah siapakah diantara kita yg tidak berbuat zalim
tertiadap dirinya?”. Beliau menjawab “Kezaliman disini bukan seperti yg kamu pahami.
Tidakkah kamu mendengar apa yg dikatakan hamba yg shaleh “sesungguhnya
mempersekutukan Allah adl kezaliman yg besar.”. Kezaliman disini adl syirik. Di dalam
hadits terdapat juga rincian tentang apa yg diperintah dan apa yg dilarang serta ketentuan
hukum yg difardhukan oleh Allah SWT. Maka hadits-hadits semacam ini berarti tatsir atau
penjelasan atau suatu ayat didalam Al-Qur’an misalnya didalam AI-Qur’an kaum Muslimin
diperintah utk menunaikan shalat namun AI-Qur’an tidak menjelaskan teknis pelaksanaan
shalat maka shalat Nabi yg tergambar didalam hadits merupakan penafsiran ayat tentang
shalat dan begitulah seterusnya sehingga Al-Qur’an memang harus kita pahami dgn hadits-
hadits baik sisi kandungan maupun teknis pelaksanaan dari suatu ayat.
3. Memahami AI-Qur’an Dengan Asbabun Nuzul.
Tidak kurang dari sepertiga Al-Qur’an turun dgn asbabun nuzul . Ini berarti utk
memahami maksud tujuan dan kandungan AI-Qur’an harus kita lakukan melalui asbabun
nuzul. Menurut Manna Khalil Al Qattan dalam bukunya mabahits fi Ulumil Qur’an
mendefinisikan asbabun nuzul “Sesuatu hal yg karenanya AI-Qur’an diturunkan utk
menerangkan status nya pada masa hal itu terjadi baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.”
Dengan memahami asbabun nuzul kita menjadi tahu latar belakang diturunkanya suatu ayat
atau surat dan dgn itu pula kita menjadi tahu makna dan kandungan suatu ayat dan surat serta
terhindar dari pemahaman yg keliru dari kandungan yg sesungguhnya dari satu ayat atau
surat. Bahkan dgn asbabun nuzul pula kita bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan makna
suatu ayat utk kepentingan-kepentingan yg justeru bertentangan dgn misi AI-Qur’an.
4. Memahami AI-Qur’an Dengan Qaul Sahabat.
Para sahabat merupakan generasi yg merasakan suasana turunya AI-Qur’an apalagi
mereka memiliki kesiapan rohani yg kuat utk bisa menerima pesan-pesan yg terkandung di
dalam AI-Qur’an. Karena itu wajar saja apabila utk memahami AI-Qur’an kita juga harus
merujuknya kepada ucapan pemahaman atau penafsiran para sahabat terhadap AI-Qur’an.
Disamping sahabat yg menjadi khalifahada banyak sahabat yg sering kali menafsirkan AI-
Qur’an misalnya saja lbnu Mas’ud Ubai bin Ka’ab Zaid bin Tsabit Abdullah bin Zubajr
Aisyah r. a. dll. Diantara contoh tentang ayat yg ditafsirkan sahabat adl firman Allah yg
artinya “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka itu
bersyukur.”. lbnu Abbas menafsirkan ayat tersebut seperti yg dikutip oleh lbnu Katsir bahwa
yg dimaksud dgn syaitan menggoda dari depan adl agar manusia tidak percaya akan
kehidupan akhirat dari belakang agar manusia terlalu cinta pada dunia dari kanan agar
manusia mengabaikan syari’at dan dari kiri agar manusia lbh cenderung pada dosa dan
kemaksiatan.
5. Memahami AI-Qur’an Dengan Makna Katanya.
AI-Qur’an merupakan kitab suci yg berasal dari bahasa Arab. Oleh krn itu utk
memahami ayat-ayat yg terkandung didalam AI-Qur’an kita perlu menggunakan pendekatan
dari makna kosa kata yg terdapat dari AI-Qur’an itu hal ini krn meskipun maksud AI-Qur’an
tidak persis sama dgn arti harfiyah pada suatu istilah tapi paling tidak berangkat dari makna
kosa kata kita akan memahami kemana arah atau makna dari suatu ayat. Sebagai contoh
didalam AI-Qur’an terdapat kata “amar ma’ruf dan nahi munkar” yg diterjemahkan dgn
memerintahkan yg baik dan mencegah yg buruk. Secara harfiyah ma’ruf itu artinya dikenal
yakni sesuatu yg sudah dikenal oleh manusia. Kebaikan pada dasarnya sudah diketahui oleh
manusia tapi meskipun manusia sudah tahu tentang kebaikan belum tentu manusia melakukan
kebaikan itu. Adapun munkar artinya sesuatu yg diingkari keburukan kemaksiatan dan
kebathilan disebut munkar krn pada dasarnya manusia tidak suka kemunkaran itu namun
ternyata dgn hwa nfsu (**) manusia malah melakukan kemunkaran itu makanya mereka harus
dicegah dari melakukannya. Dengan demikian pendekatan makna kata utk memahami
kandungan suatu ayat menjadi sangat penting kita lakukan utk bisa memahami ayat itu
sendiri.
6. Memahami AI-Qur’an Dengan Tafsir Para Ulama.
Kapasitas keilmuan kita yg belum memadai utk memahami AI-Qur’an secara
langsung tidak membuat kita harus berkecil hati utk bisa memahami Al-Qur’an dgn baik kita
mungkin saja bias memahami Al-Qur’an dgn baik dgn membaca dan mengkaji penafsiran dan
para ulama ahli tafsir yg diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya. Kita amat
bersyukur krn para ulama itu sangat membantu kita dalam memahami AI-Qur’an dgn kitab yg
mereka tulis. Baik ulama dari dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dgn Tafsir Al
Azhar Prof. Dr. Quraish Shihab dgn Tafsir Al Misbah Prof. Dr. Hasbi Ash Shiddiqi dgn
Tafsir An Nur dll. Sedangkan ulama dari luar antara lain Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Khalid bin Kasir Abu Ja’far At Tabari dgn Tafsir At Tabari Ismail bin Amr Al Qurasyi bin
Katsir dgn Tafsir lbnu Katsir hingga Sayyid Qutb dgn Tafsir Fi Zilalil Qur’an dll.
Demikianlah secara umum beberapa pendekatan yg harus ditempuh dalam upaya memahami
Al-Qur’an dgn sebaik-baiknya. Ini berarti menjadi keharusan kita bersama utk terus
melakukan tadabbur atau pengkajian terhadap nilai-nilai yg terkandung dalam AI-Qur’an.
Dalam memaknai Al-Qur'an tersebut ada 17 Ilmu yang harus dikuasai agar bisa
memahaminya dengan benar tidak serampangan, adalah sebagai berikut ;
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul.
Ilmu yang menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya.
Kitab yang membahas ilmu ini banyak. (Diantaranya ialah al-Itqan, tulisan al-Suyuthi)
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul.
Ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat dan tertib turunnya, satu
demi satu, dari awal turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat dengan sempurna.
3.      Ilmu Asbab al-Nuzul.
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat. (Diantara kitab yang menjelaskan hal
ini ialah Lubab al-Nazul karangan al-Suyuthi)
4. Ilmu Qira'at.
Ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira'at (bacaan al-Qur'an yang diterima dari
Rasulullah SAW). (Seindah-indah kitab untuk mempelajari ilmu ini ialah kitab al-Nasyr Fi
Qira'at al-Asyr, tulisan Ibnu Jazary)
5. Ilmu Tajwid.
Ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur'an, tempat mulai dan
pemberhentiannya, dan lain-lain yang berhubungan dengan itu.
6. Ilmu Gharib al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-
kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna
kata-kata yang halus, tinggi, dan pelik.
7. Ilmu I'rabil Qur'an.
Ilmu yang menerangkan baris al-Qur'an dan kedudukan lafal dalam ta'bir (susunan
kalimat). Di antara kitab yang memenuhi kebutuhan dalam membahas ilmu ini ialah Imla al-
Rahman, karangan Abdul Baqa al-Ukbary.
8. Ilmu Wujuh wa al-Nazhair.
Ilmu yang menerangkan kata-kata al-Qur'an yang banyak arti; menerangkan makna
yang dimaksud pada satu-satu tempat. (Ilmu ini dapat mempelajari dalam kitab Mu'tarak
alAqran, karangan al-Suyuthi)
9. Ilmu Ma'rifat al-Muhkam wa al-Mutasyabih.
Ilmu yang menyatakan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan ayat-ayat yang
dianggap mutasyabih. (Salah satu kitab mengenai illmu ini ialah al-Manzhumah al-
Sakhawiyah, susunan Imam al-Sakhawy)
10. Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh.
Ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir.
(Untuk mempelajari ilmu ini dapat dibaca kitab al-Nasikh wa al-Mansukh, susunan Abu Ja'far
al-Nahhas dan al-Itqan karangan al-Suyuthi)
11. Ilmu Bada'i Al-Qur'an.
Ilmu yang membahas keindahan-keindahan Al-Qur'an. Ilmu ini menerangkan
kesusasteraan Al-Qur'an, kepelikan-kepelikan dan ketinggian-ketinggian balaghah-nya.
(Untuk ini dapat juga dibaca kitab al-Itqan karangan al-Suyuthi)
12. Ilmu I'dazAal-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al- Qur'an, sehingga ia dipandang
sebagai mukjizat, dapat melemahkan segala ahli bahasa Arab. (Kitab yang memenuhi
keperluan ini ialah I’jaz al-Qur'an, karangan al-Baqillany)
13. Ilmu Tanasub Ayat al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan
sesudahnya. (Kitab yang memaparkan ilmu ini ialah, Nazhmu al-Durar karangan Ibrahim al-
Riqa'iy)
14. Ilmu Aqsam al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan atau sumpah-sumpah
lainnya yang terdapat di dalam al-Qur'an.
15. Ilmu Amtsal al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada dalam al-Qur'an.(Kitab yang
dapat dipelajari untuk ilmu ini antara lain Amtsal al-Qur'an karangan al-Mawardi)
16. Ilmu Jidal Al-Qur'an.
Ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang dihadapkan Al- Qur'an kepada kaum
musyrikin dan lain-lain. Ayat-ayat yang mengandung masalah ini. (Dikumpulkan oleh
Najamuddin al- Thusy)
17. Ilmu Adab al-Tilawah al-Qur'an.
Ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan di
dalam membaca al-Qur'an. Segala kesusilaan, kesopanan dan ketentuan yang harus dijaga
ketika membaca al-Qur'an. Salah satu kitab yang amat baik.

b) Hadist
Sangat penting mengetahui cara memahami hadits nabi yang baik dan benar. Karena
banyak orang-orang yang membaca Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,
Nasa’i, imam Tirmidzi dan seterusnya. yang itu semua meruapakan kitab yang haq, kitabnya
para ulama, kitabnya salafus sholeh, tapi hasilnya apa? mereka mengatakan “siapa pun yang
tidak sependapat dengan kami kafir, siapa pun yang tidak berbait kafir, najis, haram bagi kita
shalat di masjid-masjid mereka dan jika mereka shalat di masjid-masjid kita harus segera
dibersihkan” . padahal bacaan meraka itu Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu
Daud, Nasa’i,  imam Tirmidzi dan setersunya.
Hal ini bisa terjadi karena mereka Memaknai  qola Allah Dan qola Rosul  yang
terdapat pada Al-Quran dan Sunnah hanya  sebatas itu saja (sebatas artinya saja)  padahal
seharusnya adalah memahami qola Allah Dan qola Rosul  yang terdapat pada Al-Quran dan
Sunnah harus sesuai dengan pemahan para Sahabat.  inilah yang tidak mereka lakukan, inilah
kesalahan terbearnya, jika memaknai firaman Allah dan Sabda Rosul saja sudah salah Insya
Allah kesananya Pasti salah.  kalo saja mereka mau memahami Al-Quran Dan Sunnah  sesuai
dengan pemahaman para sahabat pasti jika terjadi sebuah permasalahan atau perselisihan
mudah menyelesaikannya tinggal kembali lagi kepada Al-quran dan Sunnah, mudah bukan
dan dijamin tidak akan ada perselisihan, syaratnya cuma satu mereka harus mau rujuk kepada
Al-Quran dan Sunnah yang sesuai dengan pemahaman para sahabat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Al-quran adalah kitab suci yang berisi wahyu Ilahi yang menjadi pedoman hidup
kepada manusia yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya. Al-Quran menjadi
petunjuk yang dapat menciptakan manusia menjadi bertakwa kepada Allah SWT.
2. As-Sunnah dalam bahasa arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat. Dalam
terminologi islam berarti perbuatan, perkataan,dan keizinan Nabi Muhammad SAW.
As-Sunnah dalam pengertian istilah ialah segala yang dipindahkan dari Nabi
Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang mempunyai kaitan
dengan hukum.
3. Hubungan assunnah dengan Al-Qur’an yaitu Menguatkan hukum suatu peristiwa yang
letah di tetapkan hukumnya di dalam alqur’an,dan  Memberikn keterangan (bayan)
ayat-ayat alqur’an,
Daftar Pustaka

http://ahsinunniam.blogspot.com/2016/04/makalah-sunnah-sebagai-sumber-hukum.html
http://sensorku.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-as-sunnah.html

Anda mungkin juga menyukai