Anda di halaman 1dari 2

TEORI TABULARASA EMPIRISME

John Locke

Teori Tabularasa

Teori ini mengatakan bahwa apabila anak yang baru lahir maka dapat diumpamakan sebagai kertas
putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Yang inti dari teori adalah
bahwa sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa sebagaimana kertas putih.
Seorang anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya yang ada. Teori ini menyimpulkan bahwa
Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak. Jadi, apabila anak tersebut menjadi baik,
maka lingkungan disekitarnya dipenuhi orang, perilaku dan social yang penuh kebaikan. Begitu pula
sebaliknya, jika seorang anak menjadi bermasalah,maka lingkungan dan dunia pendidikannya penuh
persoalan.

John Locke berpendapat bahwa hal diatas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu paham yang
berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri)
yang masuk melalui alat indera. Istilah empiris bersal dari kata dalam bahasa Yunani,emperia, yang
berarti pengalaman inderawi. Jelas terdapat perbedaan dengan aliran rasionalisme yang sangat
memeningkan rasio dalam mengembangkan pengetahuannya, dalam menentukan sesuatu dan dalam
menyelesaikan masalah.

Menurut behaviorisme, hal tersebut sama seperti teori yang mereka anut bahwa pembentukan
kebiasaan berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan seorang anak. Jadi
kekuatan untuk mengisi Pendidikan anak ada pada lingkungan. Lingkungan berkuasa atas pembentukan
perilaku bahkan kepribadian manusia.

Teori Tabula rasa menganggap bahwa otak manusia adalah sebuah penerima pasif dan kosong yang
memperoleh pengatahuan dari pengalaman dan diserap melalui panca indera. Maka berbagai gagasan
sederhana dan kemudian dihubungkan atau digabungkan menjadi pemikiran yang berkaitan (faiz,
2008:3). Menurut Ibnu Sina, bahwa pikiran saat lahir adalah batu tulis kosong dan pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman dengan benda nyata dan dari pengalaman itu kemudian digunakan untuk
mengembangkan konsep abstrak tentang benda-benda, dan bukan sebaliknya.

Dari hal-hal diatas dapat ditarik benang merah bahwa Teori J. Locke yang dinela dengan tabula rasa ini
tidak mengakui adanya kemampuan awal yang ada dalam setiap diri anak. Maka sejak lahir, seorang
anak tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa, dan segala yang akan terjadi merupakan
tanggung jawab penuh dari pendidiknya, entah guru atau orangtuanya. Locke mengatakan bahwa orang
tua dan pembimbing anak harus menjadi contoh dan memperlihatkan sifat-sifat dan kepribadian yang
baik, yang meliputi kebaikan, pendidikan yang baik, dan hal-hal yang dihormati serta dapat ditiru oleh
anak-anak. Seorang anak yang mencoba untuk mencontoh hal-hal baik tersebut harus diberi pujian,
didorong untuk melakukan hal yang baik kembali, diperbaiki, ditegur, atau dibimbing jika perlu tetapi
jangan dibebani dengan kritik yang berlebihan dan tidak berguna (mudhokhi,2008).

REFERENSI :

Mudhokhi, faiz. 2008. Paradigma Pendidikan John Locke dan Robert Owen.

Anda mungkin juga menyukai