Anda di halaman 1dari 25

NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA BUDAYA BAYI TURUN

TANAH (TUJUH BULANAN)

(STUDI MASYARAKAT MADURA DESA MEKAR SARI KABUPATEN


KUBU RAYA)

PROPOSAL

OLEH:

SRI NINGSIH
NIM. 11711196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2020 M/1441 H


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Fokus Penelitian.............................................................................................
C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................................
D. Tujuan Penelitian...........................................................................................
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................

BAB II. KAJIAN PUSTAKA..................................................................................


1. Nilai-nilai Pendidikan Islam
a. Pengertian nilai-nilai
b. Pengertian Pendidikan Islam
c. Dasar-dasar Pendidikan Islam
d. Nilai-nilai Pendidikan Islam
e. Tujuan Pendidikan Islam
2. Pengertian Budaya
3. Pengertian Turun Tanah...........................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.....................................................................
B. Tempat Penelitian...........................................................................................
C. Sumber Data Penelitian..................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................
E. Teknik Analisis Data......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ribuan ras, suku
dan bahasa daerah dengan keanekaragamandi dalamnya, seiring dengan
hal tersebut, kebudayaan di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dari
beraneka ragam suku yang berbeda dari timur sampai barat wilayah
Indonesia. Hal ini mencerminkan semboyan Negara Indonesia itu sendiri
yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya “ Berbeda beda tetatpi tetap satu
jua”. Maksudnya yaitu meskipun berbeda beda tetapi tetap satu juga.
Menurut Santoso (1997: 6) dalam buku pengantar Filsafat Sejarah
mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk budaya yang memiliki
peradaban, akal serta naluri untuk berkembang. Melalui akalnya manusia
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
budaya baik yang bersifat kebendaan atau kerohanian. Jika dilihat dari hal
tersebut, maka manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
dari segala sisi kehidupan, tak terkecuali budaya. Manusia selalu ingin
berkembang dengan semua panca indra yang dimilikinya untuk
mendapatkan kehidupan yang layak.
Menurut Muhammad Sholikin (2010: 27 ) Budaya yang masih kental
di Indonesia salah satunya adalah budaya di jawa. Jawa adalah suatu pulau
di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terhadap suatu hal mistis
yang dianut oleh para leluhur. Tradisi di Jawa itu sendiri biasanya
berhubungan dengan ritual pernikahan, kelahiran dan kematian. Rantai
kehidupan masyarakat Jawa dipenuhi oleh nilai-nilai kehidupan yang
berkembang dan tertanam secara turun-menurun (shodiq 2013: 4).
Budaya jawa juga tidak lepas dari pengaruh agama yang masuk ke
negara Indonesia itu sendiri, salah satunya adalah Agama Islam. Agama
Islam disampaikan para da’i dengan santun yang mampu menginternalisasi
(memasukkan) nilai-nilai agama dalam kebudayaan di Indonesia. Tidak

1
terjadi tumpah darah antara agama Islam itu sendiri dengan budaya yang
ada di Indonesia. Sehingga, para da’i dalam mengemban misi dakwahnya
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Bagi masyarakat
beragama Islam di Jawa, ritual budaya merupakan bentuk pengabdian dan
keiklasan terhadap Allah SWT, sebagaimana diterapkan dalam bentuk
beberapa simbol ritual yang dijadikan sebagai ekspresi penghayatan dan
pemaknaan terhadap sesuatu yang tidak terjangkau menjadi dekat ketika
menggunakan simbol-simbol tersebut. Dan jiwa merasakan bahwa Allah
SWT lebih dekat, mendekat dan selalu hadir terlibat dalam serangkaian
proses kehidupan ini (Muhammad Sholikhin 2010 :49 ).
Salah satu budaya di jawa yaitu Tedhak siten. Tedhak siten adalah
upacara yang dilakukan terhadap anak yang pertama kali menginjakkan
kaki pada tanah. Sebagai bentuk pendidikan pertama bagi anak tentang
perjalanan kehidupan yang akan ditempuh. Upacara ini adalah sebuah
ikhtiar dan doa supaya anak bisa menjadi pribadi yang unggul dan mandiri
dimasa depan. Demikian halnya yang terjadi di Desa Mekar Sari
Kabupaten Kubu Raya, masyarakat turut berpegang teguh terhadap budaya
yang turun-menurun ini.
Berdasarkan latar di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai nilai-nilai pendidikan Islam pada budaya bayi turun tanah
tersebut. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Nilai Nilai Pendidikan Islam Pada Budaya Bayi Turun Tanah (Tujuh
Bulanan), (Studi Masyarakat Madura Desa Mekar Sari Kabupaten Kubu
Raya).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini, yaitu
“Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Budaya Bayi Turun Tanah
(tujuh bulanan). Studi Masyarakat Madura Desa Mekar Sari Kabupaten
Kubu Raya”.

2
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian atau batasan masalah, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitiannya, yaitu:
1. Bagaimana proses pelaksanaan budaya bayi turun tanah (studi
masyarakat madura kabupaten kubu raya..?
2. bagaimana nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya
turun tanah (studi masyarakat madura kabupaten kubu raya..?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :
1. Proses pelaksanaan budaya bayi turun tanah (studi masyarakat madura
kabupaten kubu raya.
2. nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya turun
tanah (studi masyarakat madura kabupaten kubu raya.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi
dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama Islam yang
membahas hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S. Pd) yang telah ditempuh
penulis di program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Selain itu dapat menambah
wawasan peneliti mengenai nilai-nilai pendidikan Islam Islam Pada
Budaya Bayi Turun Tanah (tujuh bulanan).
b. Bagi IAIN Pontianak
Penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan bagi mahasiswa serta
dapat menjadi informasi awal bagi kepentingan dalam penelitian
yang masih erkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.

3
c. Bagi masyarakat
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan
informasi bagi setiap masyarakat agar tetap menjaga budaya
tersebut, khususnya masyarakat Islam untuk tetap menjaga
keimanannya lewat adanya tradisi yang memiliki nilai-nilai
pendidikan Islam.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai-nilai

Menurut Mansur Isna (2001: 98) nilai adalah sesuatu yang bersifat

abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan

benar dan salah menurut pembuktian empiric, melainkan social penghayatan

yang dikehendaki, disenangi, dan tidak dienangi.

Menurut Kupperman (dalam Rohmat Mulyana, 2004: 9) nilai adalah

patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya

diantara cara-cara tindakan alternatif.

Menurut La Ode Gusal (2015) nilai dalam bahasa Inggris disebut juga

value yang berasal dari bahasa latin yaitu valere yang berarti berguna, mampu,

berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah sifat-sifat atau (hal-hal) yang penting

atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, selalu

dijunjung tinggi, serta dikejar oleh manusia untuk memperoleh kebahagiaan

hidup. Manusia dapat merasakan kepuasan dengan nilai. Nilai merupakan

sesuatu yang abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri yang dapat

membedakan satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa nilai adalah suatu konsep yang bersifat abstrak atau menjadi patokan

normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya baik itu

yang bersifat baik maupun yang bersifat buruk.

2. Pengertian Pendidikan Islam

5
Menurut M. Ngalim Purwanto (dalam Nik Haryanti, 2014: 3) istilah

pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie” yang

asal katanya paedagogia yang berarti “pergulatan dengan anak”. Paduan

katanya paedagogos yang berarti paedos (anak) dan agoge (saya

membimbing). Jelaslah bahwa paedagogos menyatakan seseorang yang

tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri.

Menurut Abdul Aziz (2019: 1) pengertian pendidikan Islam digali dari

Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber pendidikan Islam. Dari kedua sumber

tersebut, ditemukan ayat-ayat atau hadits-hadits yang mengandung kata-kata

atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan Islam,

misalnya: Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib.

Menurut M. Arifin (2006: 22) pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan sadar) anak didik melalui

ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan kekurangannya.

Menurut Moh. Haitami Salim dan Erwin Mahrus (2010: 13) pendidikan

Islam adalah rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup

manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan keampuan belajar

sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan

pribadinya sebagai makhluk individual, social serta dalam hubungannya

dengan alam sekitar dimana ia hidup.

Menurut Ma’ruf dan Ach Tijani (2017: 90) pendidikan mempunya

pengertian yang luas, dimana ia mencakup semua perbuatan atau semua usaha

6
dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan

pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi

selanjutnya, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi

fungsi hidup mereka,baik jasmani begitu pula rohani.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak mulia dalam diri

seseorang supaya bisa hidup dengan sempurna dan sesuai dengan Al-qur’an

dan Al-Hadist.

3. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Menurut Nik Haryanti (2014: 17-20) setiap usaha, kegiatan dan tindakan

yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai tempat landasan

berpijak yang baik dan kuat. Sehingga pendidikan Islam sebagai suatu upaya

membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan

perumusan tujuan pendidikan Islam diarahkan. Adapun dasar ideal pendidikan

Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah

SAW.

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran

pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan

melalui ijtihad. “Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari

dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang

disebut aqidah, dan yang berhuungan dengan amal yang disebut syari’ah.

7
Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan Abd al-Wahhab al-Khallaf

adalah firman Allah SWT yang diturunkan melalui Malaikat Jibril (Ruh al-

Amin) kepada Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah dengan

menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah

(dalil) bagi Muhammad SAW sebagai Rasul, undang-undang bagi

kehidupan manusia serta hidayah bagi orang yang berpedoman kepadanya,

menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah dengan cara membacanya. Ia

tersusun di antara dua mushaf yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan

diakhiri dengan surah an-Naas yang disampaikan kepada kita secara

mutawatir, baik dari segi tulisan maupun ucapannya, dari satu generasi ke

generasi lain.

Menurut Abdul Hamid (2016: 28) Al-Qur’an merupakan puncak dan

penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, mengimaninya

adalah bagian rukun iman, disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW

melalui perantaraan Malaikat Jibril a.s dan wahyu pertama yang diterima

oleh Rasulullah Saw adalah surah al-‘Alaq (96) ayat 1-5: “Bacalah dengan

menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan

manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

b. As-Sunnah

8
Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah. As-Sunnah

adalah sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa

perkataan, perbuatan, taqrir atau ketetapannya dan yang lain itu. Amalan

yang dikerjakan Rasul dalam proses perubahan sikap sehari-hari menjadi

sumber pendidikan Islam, karena Allah telah menjadikannya tauladan bagi

umatnya. Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk

(pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,

untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang

bertaqwa, sehingga Rasul menjadi guru dan pendidik utama.

Menurut Yusuf Al-Qaradhawi (2013: 5) istilah sunnah menurut ulama

hadits pula menyandarkan sunnah kepada ungkapan, perbuatan, pengakuan,

ataupun sifat dari segi ciptaan ataupun akhlak dan perjalanan sirah Nabi

Muhammad SAW.

4. Nilai-nilai Pendidikan Islam

Dalam buku Muzzayin Arifin dijelaskan bahwa nilai dapat dilihat dari dua

segi, yaitu segi normatif dan segi operatif. Nilai yang bersifat normatif biasanya

berupa baik atau kurang baik, wajar atau kurang wajar, diridhoi atau kurang

diridhoi. Sedangkan nilai dari segi operatif ada beberapa kategori yaitu wajib,

sunnah, mubah, haram dan makruh. Jika menarik perbedaan dari keduanya, nilai

normatif merupakan nilai yang absolut dan mutlak (tidak bisa diubah). Sementara

nilai yang bersifat operatif dapat diubah dalam keadaan-keadaan tertentu, baik

dalam keadaan mendesak atau dalam keadaan terpaksa. Permasalahan ini sesuai

dengan ilmu yang terdapat di bidang Fiqih.

9
Berangkat dari dasar-dasar pendidikan Islam tersebut, setiap aspek

pendidikan Islam mengandung beberapa unsur yang mengarah pada pengalaman

dan doktrin kepada Islam secara menyeluruh. Pokok yang harus diperhatikan

dalam pendidikan Islam meliputi :

a. Nilai Akidah

Menurut Hamzah (2006: 11) akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari

khuluqun, yang secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. Pengertian ini dapat dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan

aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta

lingkungan sekitarnya. Ahmad Amin merumuskan akhlak ialah ilmu yang

menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan

oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakana tujuan yang harus

dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk

melakukan apa yang harus diperbuat.

Menurut Zulkarnain (2008:29) Akhlak merupakan suatu yang sangat

penting bagi kehidupan manusia. Akhlak berkaitan dengan nilai dan norma

yaitu baik maupun kurang baik, pantas atau kurang pantas. Pada kenyataannya,

nilai baik atau kurang baik telah dijelaskan didalam Al-Qur’an dan Sunnah

serta manusia memiliki hati nurani yang bisa membedakan apakah hal itu

masih menjadi penghalang atau tidak dihati. Jika masih ada yang mengganjal

dihati, bisa dipastikan bahwa hal tersebut masih memiliki hal yang kurang baik

terhadap diri sendiri maupun orang lain.

10
Menurut Zulkarnain, akhlak yang timbul dan tumbuh didalam jiwa

seseorang memiliki puncak prestasi. Antara lain :

1) Irsyad, yaitu kemampuan membandingkan dan membedakan suatu hal

tersebut baik atau kurang baik.

2) Taufiq, yaitu perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan apa yang

dituntunkan oleh Rasulullah SAW dan diterima oleh akal sehat.

3) Hidayah, yaitu gemar melakukan suatu perbuatan baik dan menghindari

segala suatu yang buruk.

b. Akidah/Tauhid

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu-aqdan yang

artinya mengumpulkan atau mengkokohkan, dari kata tersebut dibentuk kata

aqidah. Aqidah Islam dijabarkan melalui rukun iman dan berbagai cabangnya

seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan diri dari perbuatan syirik.

Menurut Raden Ahmad Muhajir Ansori (2016: 21) aqidah adalah urusan

yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa dan menjadi

keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan. Karakteristik aqidah Islam

sangat murni, baik dalam proses maupun isinya. Aqidah Islam selanjutnya

berpengaruh terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia sehingga

segala aktivitas tersebut bernilai ibadah.

c. Nilai Ibadah (Ubudiyah)

11
Menurut Abu A’ala al-Maududi (2014: 107) ibadah berasal dari kata Abd

yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan.

Sedangkan dalam arti terminologinya ibadah adalah usaha mengikuti hukum

dan aturan-aturan Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan

perintahnya, mulai dari akil balih sampai meninggal dunia.

Menurut Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan (2012:36) ibadah

dapat dijadikan sebagai wasilah untuk menghubungkan antar individu

bersamaan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

5. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Menurut M. Arifin (2010: 113-114) tujuan pendidikan Islam yang

sesungguhnya adalah menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan

tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau

pengalamannya dalam masyarakat manusia, yang mana pada tujuan akhirnya

adalah membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan

kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat dari Allah SWT

diseluruh penjuru alam ini.

Menurut Arif Sukino (2013: 39) tujuan dalam proses pendidikan Islam

adalah identitas atau (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak

12
diwujudkan dalam proses pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara

bertahap.

6. Budaya

a. Pengertian Budaya

Menurut Noorkasiani dkk (2009:12 )Budaya atau kebudayaan berasal

dari kata Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari budaya buddhi

(budi atau akal ). Oleh karena itu, budaya adalah daya dari budi yang berupa

cipta, karsa, dan rasa.

Menurut Masyur Semma (2008 : 85) Budaya adalah sebagai tatanan

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, dan milik yang

diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha

idividu dan sekelompok.

7. Turun Tanah
a. Pengertian Turun Tanah

Nasution Fitri Haryani (2019:51-52) Tradisi ini berasal dari Pulau Jawa.

Suku Jawa memang memiliki kepercayaan dan tradisi khas dan menarik yang

masih dijaga hingga sekarang. Salah satu tradisi itu adalah upacara Tedhak

Siten yang dilakukan untuk balita berusia antara tujuh sampai delapan bulan

atau saat pertama kali kakinya menyentuh tanah, tedhak siten biasanya

dilakukan di pagi hari.

Tedhak memiliki arti turun dan siten berarti tanah ( berasal dari kata “siti”

karena itu, tedhak siten dapat diartikan sebagai upacara turun tanah yang

tujuannya untuk membuat anak tumbuh menjadi kuat, mampu menghadapi

setiap rintangan serta menjadi seorang anak yang mandiri. Ritual ini

13
menggambarkan persiapan seseorang anak mulai kecil hingga dewasa untuk

menjalani setiap fase kehidpunnya dengan baik dan benar. Selain itu, makna

dari upacara tersebut untuk memperlihatkan kedekatan anak dengan ibunya.

Dalam upacara ini, yang dimaksud ibu adalah tanah kelahirannya sendiri.

Tradisi ini sudah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur.

Kepercayaan kepada para leluhur dalam upacara ini dimaksudkan sebagai

wujud penghormatan bagi bumi, tempat anak mulai belajar berjalan diiringi

doa-doa yang dipanjatkan orang tuanya ataupun sesepuh desa. Proses

berjalannya tradisi tedhak siten sebagai berikut :

Si anak akan dilatih berjalan maju dengan menginjak bubur yang terbuat

dari berras ketan tujuh warna. Ketujuh warna itu menggambarkan warna-warna

kehidupan, yaitu merah, putih, kuning , biru, ungu dan oranye. Angka tujuh

dalam bahasa jawa berarti pitu, bermakna pitulungan atau pertolongan. Warna

demi warna beras ketan tersebut melambangkan penghargaan orang tua untuk

keberhasilan anak dapat melewati fase kehidupannya sehingga dewasa dengan

pertolongan Tuhan Yang Maha Esa.

Tahap kedua adalah menuntun buah menaiki anak tangga yang terbuat

dari tebu. Tanaman tebu memiliki arti tersendiri untuk masyarakat Jawa. Tebu

singkatan dari antebing kalbu atau mantapnya hati. Makna dari tahap kedua ini

adalah harapan orang tua agar anak mempunyai kemantapan hati dalam

menjalani kehidupan.

Tahap ketiga, setelah turun dari tangga, anak dituntun menuju onggokan

pasir dan dibiarkan mengais pasir dengan kakinya. Ritual ini memiliki arti jika

14
sudah waktunya, anak diharapkan bisa mencari nafkah untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya kelak.

Tahap keempat anak dimasukkan dalam kurungan ayam yang sudah

dihiasi sebelumnya, dalam kurungan dimaksudkan beberapa benda, seperti

buku, ponsel, bola, raket, bohlam, dan lain-lain. Anak akan memilih benda-

benda tersebut. Kurungan ayam tersebut melambangkan dunia. Anak

dimasukkan kedalam kurungan melambangkan dia sudah memasuki dunia

nyata dalam kehidupannya. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa barang yang

dipilih akan menggambarkan kehidupannya kelak.

Tahap berikutnya adalah ketika kakek (jika kakeknya telah tiada

digantikan bapak) menyebar udik-udik, yaitu uang logam yang dicampur

berbagai bunga. Kegiatan ini menyimbolkan harapan agar anaknya kelak

memiliki sifat dermawan, gemar bersedekah, dan rezkinya lancar.

Kegiatan selanjutnya adalah tubuh anak dibasuh menggunakan kembang

bunga setanam. Hal ini bertujuan agar kelak si anak memiliki nama yang

harum dan dapat menjaga nama baik keluarga dan agamanya.

Tahap terakhir si anak diberi pakaian yang bagus dan bersih, lalu

didandani. Hal ini bertujuan agar suatu saat si anak memiliki jalan kehidupan

yang bagus dan bisa membanggakan keluarganya.

Ritual tedhak siten ini hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat

Jawa. Ritual yang sarat makna dan penuh nilai filosofi ini menjadi sebuah

tradisi yang dilaksanakan turun-temurun pada masyarakat Jawa. Walaupun

15
sudah jarang ditemukan, tetapi tradisi ini hendaknya kita jaga sebagai salah

satu warisan budaya Indonesia.

BAB III

16
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Albi Anggito dan Johan Setiawan (2018: 8), pendekatan

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.

Menurut Lexy J. Moleong (2007: 3) pendekatan atau metode kualitatif

merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi,

penyelidikan, atau fenomena social dan masalah manusia.

Sedangkan menurut Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018: 8),

pendekatan kualitatif merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif menggunakan data berupa kata-kata, pernyataan, dokumen, catatan

lapangan, rekaman suara, dsb yang digunakan untuk memperoleh jawaban atas

permasalahan yang diteliti.

Pendekatan yang dipraktekkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif dimana hasil dari penelitian ini dideskripsikan dengan kata-kata bukan

berupa angka. Lexy J Moleong menyebutkan bahwa data yang dikumpulkan

berupa gambar dan kata-kata. Serta menjabarkan apa yang terdapat dalam objek

penelitian tersebut.

17
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Mekar Sari yang letaknya dikecamatan

Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Tradisi yang lebih dikenal dengan toron

tanah ini didasarkan oleh ketertarikan peneliti terhadap kearifan lokal tersebut.

C. Sumber Data Penelitian

Menurut Syaifuddin Azwar (2013: 91) data sekunder merupakan data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

peneliti. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan

yang telah tersedia.

Menurut Iwan Hermawan (2019: 146) penggunaan istilah data sebenarnya

meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian kuantitatif yang

biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian kualitatif yang

dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan maupun tulisan,

bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab

masalah penelitian sebagaimana dinyatakan di dalam rumusan masalah atau fokus

penelitian. Jadi, menurut Burhan Bungin (2005: 132) dalam penelitian ini sumber

data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu

sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

di lokasi penelitian atau objek penelitian. Maka dari itu, peneliti

memperoleh data secara langsung, mengamati, dan mencatat kejadian atau

18
peistiwa melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara), serta

dokumentasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari sumber

data sekunder, yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Karena

sesuatu dan lain hal, peneliti tidak atau sukar memperoleh data dari sumber

data primer dan mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi

sehingga sukar data itu didapat langsung dari sumber data primer.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dan akurat maka perlu dirancang teknik

pengumpulan data yang tepat. Untuk memperoleh data mengenai “ Nilai-nilai

Pendidikan Islam Budaya bayi turun tanah (tujuh bulanan)”, maka peneliti

melakukan teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan masalah penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Lexi J. Moleong (2009:186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

2. Observasi

19
Menurut Albi Anggito dan Johan Setiawan (2018:109) observasi

merupakan langkah awal menuju fokus penelitian lebih luas yaitu observasi

partisipan, sehingga sebuah metode dalam kapasitasnya sendiri-sendiri.

3. Dokumentasi

Menurut Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018:85) Teknik

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan yang diperoleh dengan cara melihat

atau menganalisis dokumen-dokumen yang ada sesuai kebutuhan peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2016: 244) Analisis data adalah proses mencrai dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi, dengan cara mengkordinasikan data kedalam kategori menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Ulber Silalahi, 2012: 339-341)

kegiatan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan.

20
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan ,

menggolongkan, mengarahkan, memilah data yang tidak diperlukan dan

mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Melalui data yang disajikan kita melihat dan akan memahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah

mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-

penyajian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Data kualitatif merupakan penarikan kesimpulan dan pembuktian.

Kesimpulan awal hanya bersifat sementara dan akan berubah jika mendapatkan

bukti yang kuat dan sangat mendukung pada saat pengumpulan data. Simpulan

dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru untuk mengembangkan

temuan yang sudah ada sebelumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdul A’ala Al-Maududi. 2014. Dasar-dasar Islam. Bandung: Pustaka

Abdul Aziz. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras

Abdul Hamid. 2016. Pengantar Studi Al-Qur’an Edisi Pertama. Jakarta:


Prenadamedia Group

Albi Anggito dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat: Jejak

Arief Sukino. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press

Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam edisi revisi (Jakarta:PT bumi
aksara.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun


2003 Tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta

La Ode Gusal. 2015. Nilai-nilai Pendidikan dalam cerita Rakyat Sulawesi Tenggara.
Jurnal Humanika, 3(15).

M. Arifin. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Ma’ruf dan Ach. Tijani. 2017. Handbookk Matrikulasi. Pontianak : Ayunindya

Mansur Isna. 2001. Diskursus Pndidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama

Moh. Haitami Salim Dan Erwin Mahrus. 2010. Filsafat Pendidikan Islam.
Pontianak: Stain Pontianak Press

Nasution Fitri Haryani . 2019. 70 Tradisi Suku Bangsa Di Indonesia. Jakarta :


Bhuana Ilmu Populer

Nik Haryanti. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Malang: Gunung Samudera

Noorkasiani dkk. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran Egg

Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:


ALFABETA

Santoso, 1997. Pengantar Filsafat Sejarah , Surabaya : University Press Ikip.

Semma Masyur. 2008. Negara Dan Korupsi. Jakarta :Yayasan Indonesia.

22
Shodiq. 2013. Potret Islam Jawa. Semarang: PT Rizki Putra.

Sholikin, Muhammad. 2010. Ritual Dan Tradsi Islam Di Jawa Dan Tradisi Tentang
Kehamilan, Kelahiran Dan Kematian Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Masyarakat Islam Jawa ,Yogyakarta : Narasi.

Yusuf Qaradhawi. 2013. Sunnah Vs Bid’ah. PTS Islamika Sdn

Hamzah Ya’qub. 2006. Etika Islam. Bandung: Cv Diponegoro

Zulkarnain. 2008. Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam. Bengkulu : Pustaka


Belajar.

Khairawati, & Wahidah, A. N. 2019. Menara Penelitian. Pontianak: IAIN Pontianak


Press.

Syaifuddin Azwar. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Raden Ahmad Muhajir Ansori. 2017. Strategi Penanaman Nilai-nilai Pendidikan


Islam Pada Peserta Didik. Jurnal Pusaka, 4(2), 14-32

Bungin Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Haitami Salim, Moh. Dan Kurniawan Syamsul. 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam.Yogyakarta : Arruzz Media.

Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Sugiono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta.

23

Anda mungkin juga menyukai