PROPOSAL
OLEH:
SRI NINGSIH
NIM. 11711196
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Fokus Penelitian.............................................................................................
C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................................
D. Tujuan Penelitian...........................................................................................
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ribuan ras, suku
dan bahasa daerah dengan keanekaragamandi dalamnya, seiring dengan
hal tersebut, kebudayaan di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dari
beraneka ragam suku yang berbeda dari timur sampai barat wilayah
Indonesia. Hal ini mencerminkan semboyan Negara Indonesia itu sendiri
yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya “ Berbeda beda tetatpi tetap satu
jua”. Maksudnya yaitu meskipun berbeda beda tetapi tetap satu juga.
Menurut Santoso (1997: 6) dalam buku pengantar Filsafat Sejarah
mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk budaya yang memiliki
peradaban, akal serta naluri untuk berkembang. Melalui akalnya manusia
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
budaya baik yang bersifat kebendaan atau kerohanian. Jika dilihat dari hal
tersebut, maka manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
dari segala sisi kehidupan, tak terkecuali budaya. Manusia selalu ingin
berkembang dengan semua panca indra yang dimilikinya untuk
mendapatkan kehidupan yang layak.
Menurut Muhammad Sholikin (2010: 27 ) Budaya yang masih kental
di Indonesia salah satunya adalah budaya di jawa. Jawa adalah suatu pulau
di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terhadap suatu hal mistis
yang dianut oleh para leluhur. Tradisi di Jawa itu sendiri biasanya
berhubungan dengan ritual pernikahan, kelahiran dan kematian. Rantai
kehidupan masyarakat Jawa dipenuhi oleh nilai-nilai kehidupan yang
berkembang dan tertanam secara turun-menurun (shodiq 2013: 4).
Budaya jawa juga tidak lepas dari pengaruh agama yang masuk ke
negara Indonesia itu sendiri, salah satunya adalah Agama Islam. Agama
Islam disampaikan para da’i dengan santun yang mampu menginternalisasi
(memasukkan) nilai-nilai agama dalam kebudayaan di Indonesia. Tidak
1
terjadi tumpah darah antara agama Islam itu sendiri dengan budaya yang
ada di Indonesia. Sehingga, para da’i dalam mengemban misi dakwahnya
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Bagi masyarakat
beragama Islam di Jawa, ritual budaya merupakan bentuk pengabdian dan
keiklasan terhadap Allah SWT, sebagaimana diterapkan dalam bentuk
beberapa simbol ritual yang dijadikan sebagai ekspresi penghayatan dan
pemaknaan terhadap sesuatu yang tidak terjangkau menjadi dekat ketika
menggunakan simbol-simbol tersebut. Dan jiwa merasakan bahwa Allah
SWT lebih dekat, mendekat dan selalu hadir terlibat dalam serangkaian
proses kehidupan ini (Muhammad Sholikhin 2010 :49 ).
Salah satu budaya di jawa yaitu Tedhak siten. Tedhak siten adalah
upacara yang dilakukan terhadap anak yang pertama kali menginjakkan
kaki pada tanah. Sebagai bentuk pendidikan pertama bagi anak tentang
perjalanan kehidupan yang akan ditempuh. Upacara ini adalah sebuah
ikhtiar dan doa supaya anak bisa menjadi pribadi yang unggul dan mandiri
dimasa depan. Demikian halnya yang terjadi di Desa Mekar Sari
Kabupaten Kubu Raya, masyarakat turut berpegang teguh terhadap budaya
yang turun-menurun ini.
Berdasarkan latar di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai nilai-nilai pendidikan Islam pada budaya bayi turun tanah
tersebut. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Nilai Nilai Pendidikan Islam Pada Budaya Bayi Turun Tanah (Tujuh
Bulanan), (Studi Masyarakat Madura Desa Mekar Sari Kabupaten Kubu
Raya).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini, yaitu
“Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Budaya Bayi Turun Tanah
(tujuh bulanan). Studi Masyarakat Madura Desa Mekar Sari Kabupaten
Kubu Raya”.
2
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian atau batasan masalah, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitiannya, yaitu:
1. Bagaimana proses pelaksanaan budaya bayi turun tanah (studi
masyarakat madura kabupaten kubu raya..?
2. bagaimana nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya
turun tanah (studi masyarakat madura kabupaten kubu raya..?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :
1. Proses pelaksanaan budaya bayi turun tanah (studi masyarakat madura
kabupaten kubu raya.
2. nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya turun
tanah (studi masyarakat madura kabupaten kubu raya.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi
dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama Islam yang
membahas hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S. Pd) yang telah ditempuh
penulis di program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Selain itu dapat menambah
wawasan peneliti mengenai nilai-nilai pendidikan Islam Islam Pada
Budaya Bayi Turun Tanah (tujuh bulanan).
b. Bagi IAIN Pontianak
Penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan bagi mahasiswa serta
dapat menjadi informasi awal bagi kepentingan dalam penelitian
yang masih erkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.
3
c. Bagi masyarakat
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan
informasi bagi setiap masyarakat agar tetap menjaga budaya
tersebut, khususnya masyarakat Islam untuk tetap menjaga
keimanannya lewat adanya tradisi yang memiliki nilai-nilai
pendidikan Islam.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai-nilai
Menurut Mansur Isna (2001: 98) nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan
Menurut La Ode Gusal (2015) nilai dalam bahasa Inggris disebut juga
value yang berasal dari bahasa latin yaitu valere yang berarti berguna, mampu,
berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah sifat-sifat atau (hal-hal) yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, selalu
sesuatu yang abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri yang dapat
bahwa nilai adalah suatu konsep yang bersifat abstrak atau menjadi patokan
5
Menurut M. Ngalim Purwanto (dalam Nik Haryanti, 2014: 3) istilah
pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie” yang
Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber pendidikan Islam. Dari kedua sumber
Menurut Moh. Haitami Salim dan Erwin Mahrus (2010: 13) pendidikan
pengertian yang luas, dimana ia mencakup semua perbuatan atau semua usaha
6
dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan
seseorang supaya bisa hidup dengan sempurna dan sesuai dengan Al-qur’an
dan Al-Hadist.
Menurut Nik Haryanti (2014: 17-20) setiap usaha, kegiatan dan tindakan
yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai tempat landasan
berpijak yang baik dan kuat. Sehingga pendidikan Islam sebagai suatu upaya
Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah
SAW.
a. Al-Qur’an
melalui ijtihad. “Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari
dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
disebut aqidah, dan yang berhuungan dengan amal yang disebut syari’ah.
7
Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan Abd al-Wahhab al-Khallaf
adalah firman Allah SWT yang diturunkan melalui Malaikat Jibril (Ruh al-
menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah
tersusun di antara dua mushaf yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan
mutawatir, baik dari segi tulisan maupun ucapannya, dari satu generasi ke
generasi lain.
melalui perantaraan Malaikat Jibril a.s dan wahyu pertama yang diterima
oleh Rasulullah Saw adalah surah al-‘Alaq (96) ayat 1-5: “Bacalah dengan
b. As-Sunnah
8
Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah. As-Sunnah
perkataan, perbuatan, taqrir atau ketetapannya dan yang lain itu. Amalan
umatnya. Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk
ataupun sifat dari segi ciptaan ataupun akhlak dan perjalanan sirah Nabi
Muhammad SAW.
Dalam buku Muzzayin Arifin dijelaskan bahwa nilai dapat dilihat dari dua
segi, yaitu segi normatif dan segi operatif. Nilai yang bersifat normatif biasanya
berupa baik atau kurang baik, wajar atau kurang wajar, diridhoi atau kurang
diridhoi. Sedangkan nilai dari segi operatif ada beberapa kategori yaitu wajib,
sunnah, mubah, haram dan makruh. Jika menarik perbedaan dari keduanya, nilai
normatif merupakan nilai yang absolut dan mutlak (tidak bisa diubah). Sementara
nilai yang bersifat operatif dapat diubah dalam keadaan-keadaan tertentu, baik
dalam keadaan mendesak atau dalam keadaan terpaksa. Permasalahan ini sesuai
9
Berangkat dari dasar-dasar pendidikan Islam tersebut, setiap aspek
dan doktrin kepada Islam secara menyeluruh. Pokok yang harus diperhatikan
a. Nilai Akidah
Menurut Hamzah (2006: 11) akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari
khuluqun, yang secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakana tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
penting bagi kehidupan manusia. Akhlak berkaitan dengan nilai dan norma
yaitu baik maupun kurang baik, pantas atau kurang pantas. Pada kenyataannya,
nilai baik atau kurang baik telah dijelaskan didalam Al-Qur’an dan Sunnah
serta manusia memiliki hati nurani yang bisa membedakan apakah hal itu
masih menjadi penghalang atau tidak dihati. Jika masih ada yang mengganjal
dihati, bisa dipastikan bahwa hal tersebut masih memiliki hal yang kurang baik
10
Menurut Zulkarnain, akhlak yang timbul dan tumbuh didalam jiwa
2) Taufiq, yaitu perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan apa yang
b. Akidah/Tauhid
aqidah. Aqidah Islam dijabarkan melalui rukun iman dan berbagai cabangnya
Menurut Raden Ahmad Muhajir Ansori (2016: 21) aqidah adalah urusan
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa dan menjadi
sangat murni, baik dalam proses maupun isinya. Aqidah Islam selanjutnya
11
Menurut Abu A’ala al-Maududi (2014: 107) ibadah berasal dari kata Abd
yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan.
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau
kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat dari Allah SWT
Menurut Arif Sukino (2013: 39) tujuan dalam proses pendidikan Islam
adalah identitas atau (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak
12
diwujudkan dalam proses pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara
bertahap.
6. Budaya
a. Pengertian Budaya
dari kata Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari budaya buddhi
(budi atau akal ). Oleh karena itu, budaya adalah daya dari budi yang berupa
7. Turun Tanah
a. Pengertian Turun Tanah
Nasution Fitri Haryani (2019:51-52) Tradisi ini berasal dari Pulau Jawa.
Suku Jawa memang memiliki kepercayaan dan tradisi khas dan menarik yang
masih dijaga hingga sekarang. Salah satu tradisi itu adalah upacara Tedhak
Siten yang dilakukan untuk balita berusia antara tujuh sampai delapan bulan
atau saat pertama kali kakinya menyentuh tanah, tedhak siten biasanya
Tedhak memiliki arti turun dan siten berarti tanah ( berasal dari kata “siti”
karena itu, tedhak siten dapat diartikan sebagai upacara turun tanah yang
setiap rintangan serta menjadi seorang anak yang mandiri. Ritual ini
13
menggambarkan persiapan seseorang anak mulai kecil hingga dewasa untuk
menjalani setiap fase kehidpunnya dengan baik dan benar. Selain itu, makna
Dalam upacara ini, yang dimaksud ibu adalah tanah kelahirannya sendiri.
wujud penghormatan bagi bumi, tempat anak mulai belajar berjalan diiringi
Si anak akan dilatih berjalan maju dengan menginjak bubur yang terbuat
dari berras ketan tujuh warna. Ketujuh warna itu menggambarkan warna-warna
kehidupan, yaitu merah, putih, kuning , biru, ungu dan oranye. Angka tujuh
dalam bahasa jawa berarti pitu, bermakna pitulungan atau pertolongan. Warna
demi warna beras ketan tersebut melambangkan penghargaan orang tua untuk
Tahap kedua adalah menuntun buah menaiki anak tangga yang terbuat
dari tebu. Tanaman tebu memiliki arti tersendiri untuk masyarakat Jawa. Tebu
singkatan dari antebing kalbu atau mantapnya hati. Makna dari tahap kedua ini
adalah harapan orang tua agar anak mempunyai kemantapan hati dalam
menjalani kehidupan.
Tahap ketiga, setelah turun dari tangga, anak dituntun menuju onggokan
pasir dan dibiarkan mengais pasir dengan kakinya. Ritual ini memiliki arti jika
14
sudah waktunya, anak diharapkan bisa mencari nafkah untuk mencukupi
buku, ponsel, bola, raket, bohlam, dan lain-lain. Anak akan memilih benda-
bunga setanam. Hal ini bertujuan agar kelak si anak memiliki nama yang
Tahap terakhir si anak diberi pakaian yang bagus dan bersih, lalu
didandani. Hal ini bertujuan agar suatu saat si anak memiliki jalan kehidupan
Ritual tedhak siten ini hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat
Jawa. Ritual yang sarat makna dan penuh nilai filosofi ini menjadi sebuah
15
sudah jarang ditemukan, tetapi tradisi ini hendaknya kita jaga sebagai salah
BAB III
16
METODE PENELITIAN
kualitatif. Menurut Albi Anggito dan Johan Setiawan (2018: 8), pendekatan
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud
lapangan, rekaman suara, dsb yang digunakan untuk memperoleh jawaban atas
deskriptif dimana hasil dari penelitian ini dideskripsikan dengan kata-kata bukan
berupa gambar dan kata-kata. Serta menjabarkan apa yang terdapat dalam objek
penelitian tersebut.
17
B. Lokasi Penelitian
Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Tradisi yang lebih dikenal dengan toron
tanah ini didasarkan oleh ketertarikan peneliti terhadap kearifan lokal tersebut.
Menurut Syaifuddin Azwar (2013: 91) data sekunder merupakan data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
peneliti. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan
meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian kuantitatif yang
biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian kualitatif yang
dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan maupun tulisan,
bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab
penelitian. Jadi, menurut Burhan Bungin (2005: 132) dalam penelitian ini sumber
data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
18
peistiwa melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara), serta
dokumentasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari sumber
data sekunder, yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Karena
sesuatu dan lain hal, peneliti tidak atau sukar memperoleh data dari sumber
data primer dan mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi
sehingga sukar data itu didapat langsung dari sumber data primer.
Untuk memperoleh data yang cukup dan akurat maka perlu dirancang teknik
Pendidikan Islam Budaya bayi turun tanah (tujuh bulanan)”, maka peneliti
1. Wawancara
dengan maksud tertentu percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
2. Observasi
19
Menurut Albi Anggito dan Johan Setiawan (2018:109) observasi
merupakan langkah awal menuju fokus penelitian lebih luas yaitu observasi
3. Dokumentasi
Sugiyono (2016: 244) Analisis data adalah proses mencrai dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
kegiatan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
1. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data
tertulis di lapangan.
20
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan ,
diverifikasi.
2. Penyajian Data
Melalui data yang disajikan kita melihat dan akan memahami apa yang sedang
terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah
penyajian tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal hanya bersifat sementara dan akan berubah jika mendapatkan
bukti yang kuat dan sangat mendukung pada saat pengumpulan data. Simpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Albi Anggito dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat: Jejak
Arief Sukino. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam edisi revisi (Jakarta:PT bumi
aksara.
La Ode Gusal. 2015. Nilai-nilai Pendidikan dalam cerita Rakyat Sulawesi Tenggara.
Jurnal Humanika, 3(15).
Mansur Isna. 2001. Diskursus Pndidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Moh. Haitami Salim Dan Erwin Mahrus. 2010. Filsafat Pendidikan Islam.
Pontianak: Stain Pontianak Press
22
Shodiq. 2013. Potret Islam Jawa. Semarang: PT Rizki Putra.
Sholikin, Muhammad. 2010. Ritual Dan Tradsi Islam Di Jawa Dan Tradisi Tentang
Kehamilan, Kelahiran Dan Kematian Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Masyarakat Islam Jawa ,Yogyakarta : Narasi.
Haitami Salim, Moh. Dan Kurniawan Syamsul. 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam.Yogyakarta : Arruzz Media.
23