Anda di halaman 1dari 13

SASTRA ETNIS SUKU BATAK

TOBA

Disusun Oleh :
Yohana br Manalu
2192111006
Mata kuliah : Pengajaran Sastra Etnis Sumatera Utara
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Rosmawaty Harahap. M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengajaran
Sastra Etnis Sumatera Utara ini dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah membantu ataupun mendukung kegiatan perkuliahan
saya baik materi maupun non materi.
2. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengajaran
Sastra Etnis Sumatera Utara yang telah mengajarkan dan membimbing saya.
3. Teman-teman yang memberikan dukungan dan sarannya dalam pengerjaan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan dan perbaikan pembuatan makalah berikutnya.
Saya berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, September 2021

Yohana br Manalu

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................3
BAB III PENUTUP
4.1 Simpulan.............................................................................................10
4.2 Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai banyak keanekaragaman budaya yang
sangat menarik dan unik. Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari
kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan
sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk
pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Budaya merupakan salah satu identitas suatu daerah bahkan suatu bangsa, oleh karena itu kita
harus tau kebudayaan apa saja yang ada di sekitar kita dan saling menghargai kebudayaan yang
ada. Jika sifat saling menghargai dan saling bertoleransi, maka kebudayaan yang ada dapat
berjalan dengan baik , dan dapat memberikan warna – warni kebudayaanyang ada di Indonesia
Batak Toba merupakan salah satu dari sub-etnis Batak yang berada di Sumatera Utara. Suku
Batak terdiri dari enam sub-etnis, yaitu Angkola, Mandailing, Toba, Dairi/Pakpak, Karo, dan
Simalungun. Walaupun dikelompokkan ke dalam satu rumpun etnis yang sama yaitu Batak tetapi
setiap sub etnis memiliki kebudayaan sendiri baik menyangkut sastra, kesenian, dan adat istiadat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan ialah "apa saja sastra etnis pada suku
Batak Toba?"

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami apa saja sastra etnis pada suku Batak Toba

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Budaya
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat
dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup masyarakat
sukunya, adat istiadat, karya seni dan peninggalan sejarah yang beragam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya atau culture dapat diartikan pikiran, akal
budi, hasil. Sedangkan membudayakan berarti mengajarkan supaya mempunyai budaya,
mendidik supaya berbudaya, membiasakan sesuatu yang baik sehingga berbudaya. Dalam bahasa
Sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti akal, yang kemudian menjadi
kata budhi atau bhudaya sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal
manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan daya.
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya
adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai
hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Menurut Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang
meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain
yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Menurut Liliweri (2002: 8) kebudayaan
2
merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai,
dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses
komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke
generasi.

2. Sastra
Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang
memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan. Jika ditinjau dari
kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu akar kata sas dalam kata
kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi.
Wellek dan Warren (2014: 3), menyatakan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah
karya seni. Sementara itu Semi (1988: 7) menyatakan bahwa kata sastra atau kesusastraan dapat
ditemui dalam berbagai pemakaian yang berbeda-beda. Hal ini menandakan bahwa sastra
bukanlah suatu hal yang sederhana. Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu sama lain.
Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan
akan tercermin di dalam sastra.

3. Sastra Etnis Suku Batak Toba


1. Patung Sigale-gale

Sigale Gale berasal dari kata “gale” artinya lemah, lesu, lunglai. Sigale-gale adalah sebuah
patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di
Pulau Samosir, Sumatra Utara. Menurut sejarahnya, patung sigale-gale sendiri
diperkirakansudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Konon boneka tersebut berawal daricerita
seorang raja di Samosir yang kehilangan anak satu-satunya yang telah meninggal. Oleh karena
itu raja pun sangat bersedih dan merasa sangat terpukul mengingat bahwa dia adalah anak
satu-satunya dan pewaris dari keturunan raja tersebut. Karena kesedihan yang mendalam
membuat raja jatuh sakit. Berbagaipengobatan pun diberikan kepada raja, namun tidak mampu
menyembuhkan penyakitnya. Kemudian para penasehat raja menyarankan untuk dibuatkan
patung kayu yang menyerupai wajah anak raja. Setelah patung tersebut jadi, kemudian
dilakukan beberapa upacara termasuk pemanggilan arwah anak raja agar masuk ke dalam
patung tersebut, kemudian patung tersebut ditunjukan pada raja. Ajaibnya setelah raja melihat
patung tersebut raja langsung sembuh dan dapat memimpin rakyatnya kembali. Patung tersebut

3
dahulu dipercaya bisa menari sendiri, dan membuat sang raja bahagia karena merasa anaknya
masih hidup.
Dalam tradisi masyarakat Batak di Samosir, Tari Sigale-Gale biasanyadilakukan pada upacara
kematian, terutama saat laki-laki meninggal. Menurut kepercayaan masyarakat di sana, tarian
ini dilakukan untuk mengantar arwah mendiang yang meninggal.

Namun pada masa sekarang, yakni setelah agama semakin mendalam dan meresap dalam
kehidupan masyarakat Batak Toba ritual Sigale gale mulai ditinggalkan. Menurut pandangan
mereka, ritual ini dianggap sebagai ritual keagamaan parbegu, suatu ritual yang didasarkan pada
kepercayaan terhadap begu (roh dari orang yang sudah meninggal). Walaupun begitu, untuk
menjaga serta melestarikantradisi dan budaya mereka, Tari Sigale-Gale ini kemudian
dikembangkan sebagaitarian pertunjukan. Dan sering ditampilkan di berbagai acara adat
maupunbudaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan yangdatang ke
sana.

2. Tunggal panaluan

Tunggal panaluan adalah tongkat kayu yang digunakan oleh datu, dukun Batak di Sumatra Utara.
Tongkat ini dibuat dari kayu pohon trengguli wanggang yang memiliki daya mistis bagi orang
Batak. Tunggal panaluan digunakan dalam upacara adat untuk untuk mengusir bencana atau juga
mendatangkannya.

Kisah ini diawali dari lahirnya bayi kembar sepasang (laki-laki dan perempuan) yang ketika
menginjak dewasa, mereka saling jatuh cinta dan berbuat hal yang tidak seharusnya. Karena
takut ketahuan oleh orangtua mereka, maka si abangan bersembunyi di atas pohon dan tidak
lama tiba-tiba petir datang menyambar si abangan, melihat hal itu, si adekan berusaha menolong
abangnya, namun tak membuahkan hasil. Akhirnya mereka lengket di batang pohon yang besar
tersebut, tak berapa lama orang tua mereka melihat dan memanggil dukun dari seluruh penjuru
namun, semua dukun tersebut mengalami nasib yang sama seperti anak kembar tadi. Maka dari
situlah dibuatlah sebuah tongkat sesuai urutan mereka yang lengket pada batang pohon tersebut
sesuai urutannya dan disebutlah tongkat itu sebagai tunggal panaluan.

Tungkot Tunggal Panaluan yang dibudidayakan oleh masyarakat suku Batak Toba terdapat pada
keterangan P. Situmorang, yang menyatakan bahwa Tungkot Tunggal Panaluan tidak boleh
dipergunakan dan dipatortorhon oleh sembarangan orang.

3. Legenda Danau Toba

Menurut legenda rakyat, Danau Toba itu terbentuk karena seseorang yang ingkar janji. Toba
adalah nama seorang pemuda yang berasal dari daerah tersebut yang kemudian menikah
dengan gadis jelmaan ikan Bernama Nauli dan lahirlah seorang putra dari hasil pernikahan
mereka Bernama Samosir.

4
Cerita ini masih dipercayai oleh suku batak toba yang secara umum tanah kelahirannya di
daerah tersebut, tetapi dengan canggihnya teknologi yang sangat pesat dan dapat mengubah
pola pikir manusia yang mengatakan bahwa Danau Toba terbentuk karena adanya letusan
gunung berapi sehingga membentuk danau yang luas.

Danau Toba merupakan kawasan objek wisata yang sangat terkenal di Sumatera Utara dan tidak hanya
sebagai kawasan wisata saja, tetapi sudah menjadi tempat pemukiman padat penduduk. Maka dari itu
banyak turis datang berkunjung kesana. Baik itu turis lokal dan turis mancanegara yang singgah untuk
menikmati keindahan danau Toba.

4. Legenda Batu Gantung

Alkisah diceritakan tentang seorang gadis cantik jelita yang bunuh diri ke bukit jurang
dikarenakan akan dinikahkan oleh ayahnya dengan anak naborunya. Calon suaminya ini tidak
normal dan dari keluarga yang kaya.

Menurut peneliti, cerita ini hanyalah mitos dan beberapa peneliti juga mengatakan bahwa batu
yang menggantung tersebut adalah batu yang terkikis oleh air hujan dan cuaca sehingga batu
tersebut longgsor dan seakan menggantung.

5. Umpasa

Masyarakat batak toba banyak dikenal karena memiliki ciri khas yang berbeda dari yang lain, baik dari
segi bahasa, tutur bahasa, makanan, serta adat. Pada adat batak toba umumnya di acara pesta adat
banyak menggunakan Umpasa.

Umpasa adalah pantun yang berupa keinginan untuk mencapai sesuatu atau permohonan dalam bentuk
Doa. Jika dikaji, pantun itu ada sampirannya, yang dibuat sedemikian. Setiap baris atau kata
mengandung makna mendalam dan saling terkait satu sama lain.

Umpasa akan dijawab oleh khalayak umum dengan sebutan "EMMATUTU" atau "IMATUTU", yang
artinya SEPAKAT atau SETUJU, atau bahasa gaulnya YES.

Contoh :

Umpasa

Andor hadukka,

baen togutogu ni lombu.

Sai sahat ma hamu saurmatua.

togutoguan ni pahompu.

5
Jadi, umpasa dikatakan hampir punah karena banyak dari anak muda batak toba zaman sekarang yang
tidak tahu berumpasa, hal ini dianggap sebagai hal yang wajar dikarekan tempat tinggal dan lingkungan
dari anak tersebut.

Kuliner Batak Toba

1. Ikan Mas Arsik

Ikan Mas Na Narsik atau ikan Arsik adalah kuliner tradisional khas Toba yang kaya
dengan bumbu dan rempah. Na Niarsik berarti di-marsik-kan atau dikeringkan. Ikan
Arsik berarti ikan yang dimasak terus-menerus sampai kuahnya kering, hingga bumbunya
menyerap ke ikan mas tersebut. Jika proses memasak benar, Na Niarsik dapat bertahan
dua hari tanpa basi.

Niarsik adalah makanan yang menjadi bagian dari adat Batak yang memiliki cerita dari
mulai kelahiran, perkawinan, hingga meninggal. Bumbu Na Niarsik sangat kaya dan
beragam. Ada 16 macam bumbu dari andaliman, bunga kecombrang dan bawang Batak.
Selain ikan mas, ikan laut seperti kembung dan kakap, dan daging juga dapat dijadikan
bahan arsik.

2. Naniura

Naniura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak dimasak melalui api namun baik dan
enak dimakan. Naniura adalah makanan khas suku Batak yang kebanyakan berada di
daerah Toba. Sekilas kuliner ini konsepnya mirip dengan sushi dari Jepang dan Ceviche
dari Peru.

Kalau ceviche disajikan dengan irisan bawang merah besar di atasnya, Naniura disiram
dengan bumbu halus berwarna kuning. Jika dahulu kala naniura hanya dihidangkan untuk
raja-raja Batak, sekarang makanan khas ini sudah bisa dinikmati oleh banyak orang.

Ikan mas mentah dibersihkan duri dan lendirnya dulu. Lalu dimatangkan dengan cara
merendamnya dengan air asam Jungga atau jeruk purut.

3. Mie Gomak

Mie Gomak terkenal sebagai masakan khas daerah tanah Batak Toba. Cara penyajian
kuliner ini cukup unik, mie digomak atau dalam bahasa Indonesia digenggam langsung
menggunakan tangan saat memasukkannya ke dalam wadah. Mie kemudian disiram kuah
santan yang ditaburi andaliman.

4. Sambal Tuktuk

Sambal Tuktuk merupakan makanan khas Sumatera Utara dari daerah Tapanuli. Di
daerah asalnya, sambal tuktuk dicampur dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang

6
sudah dikeringkan), tapi jika tidak menemukan ikan tersebut bisa diganti dengan ikan teri
tawar.

5. Sasagun

Sasagun dibuat dari tepung beras yang digongseng dengan kelapa dan dicampur dengan
gula merah. Sasagun juga biasa diperkaya dengan rasa nanas, durian, kacang, atau sesuai
selera. Dahulu makanan ini selalu disertakan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang
akan merantau, dan juga kepada mereka yang akan pulang ke perantauan.

6. Tuak

Masyarakat Batak percaya bahwa dahulu kala di sebuah perkampungan di pinggiran


Danau Toba terdapat seorang lelaki tua yang hidup dengan anak perempuannya yang
cantik luar biasa. Lelaki tua itu bernama Jalotua sedangkan anak perempuannya bernama
Pitta Bargot Nauli. Jalotua yang hidup sebagai duda sejak Pitta berusia dua tahun hanya
hidup dari sepetak tanah yang tidak bisa membuatnya terlepas dari kemiskinan.

Pitta Bargot memohon agar kepada Mulajadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Esa) agar
dapat dijadikan sesuatu yang bisa membebaskan ayahnya dari kesusahan. Pada saat
gondang ditabuh, Pitta kerasukan kemudian kakinya melesak ke dalam tanah lalu
perlahan menjadi sebuah pohon. Pohon itu kemudian beranak pinak dan memberikan
kehidupan bagi orang lainnya.

7
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan
Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh
budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra.
Batak Toba merupakan salah satu dari sub-etnis Batak yang berada di Sumatera Utara. Suku
Batak Toba memiliki beragam sastra Etnis yang berkembang dalam masyarakat Batak Toba,
yaitu patung Sigale-gale, legenda Danau Toba, legenda Batu Gantung, Tunggal Panaluan,
Umpasa. Batak Toba juga memiliki sastra Etnis pada kulinernya yaitu : Ikan Mas Arsik, Naniura,
Mie Gomak, Sambal Tuk-tuk, Sasagun dan Tuak.

4.2 Saran
Sastra Etnis daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala
sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas
dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya
merupakan bagian dari kepribadian bangsa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Payung. 1982. “Kebudayaan Batak” dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (ed.
Koentjaraningrat). Jakarta: Djambatan.

Sugiyarto, Menyimak (Kembali) Integrasi Budaya di Tanah Batak Toba, Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi

Yunita Syafitri Rambe, Analisis Arsitektur pada Rumah Tradisional Batak Toba di Kabupaten Toba
Samosir, Balige, (Journal of Architecture and Urbanism Research).

https://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-budaya-batak-toba

Anda mungkin juga menyukai