Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN

PASANGGIRI
BAHASA, SASTRA, AKSARA, DAN KESENIAN DAERAH (SUNDA)

BIDANG PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS


DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Sejak diimplementasikannya Kurikulum 2013, Bahasa dan Sastra Daerah telah ditetapkan
sebagai mata pelajaran muatan lokal (mulok) wajib yang diajarkan pada jenjang SMA di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Berkaitan dengan ketentuan tersebut, maka mata pelajaran mulok bahasa daerah
(Sunda) memiliki kedudukan penting untuk memperkenalkan kearifan lokal (local wisdom) sebagai
landasan etnopedagogis. Selain itu, bahasa daerah dianggap sebagai kekayaan dalam kebhineka-
tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara yang menjadi landasan pendidikan karakter bangsa.
Pembelajaran bahasa daerah pun dianggap sebagai gerbang untuk menanamkan dan mempertajam
nilai-nilai karakter bangsa, melatih kepekaan berpikir, olah rasa, olah karsa, serta sarana menyalurkan
gagasan dan imajinasi secara kreatif. Selain itu, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap serta pengalaman apresiasi dan ekspresi bahasa dan sastra, di samping
meningkatkan kecerdasan logika dan retorika.
Gagasan di atas selaras dengan program “Penguatan Karakter Bangsa” yang termaktub pada
salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM). Komitmen Presiden tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia
pendidikan. Atas dasar itulah, mata pelajaran mulok yang sarat nilai pendidikan karakter bangsa
menjadi semakin penting kedudukannya.
Berdasarkan rasionalisasi di atas, sebagai wujud aplikasi dari hasil pembelajaran di sekolah,
maka Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat memandang
perlu untuk menyelenggarakan kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara dan Kesenian Daerah
Sunda untuk siswa SMA sebagai ajang evaluasi bagi para siswa yang telah mendapat pengajaran
bahasa Sunda di sekolahnya masing-masing. Harapannya, semoga siswa SMA sebagai generasi muda
khuusnya di Jawa Barat dapat mencintai budaya sendiri, tetap teguh dengan jatidirinya sebagai putra
Jawa Barat.
Namun demikian tentu saja dokumen ini isinya masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran maupun kritik konstruktif untuk memperbaiki dokumen ini sangat
kami nantikan. Semoga kegiatan di masa-masa mendatang akan lebih baik.

Bandung, April 2019


Kepala Bidang Pembinaan SMA
Dinas Pendidikan Prov. Jabar

Ir. Yesa Sarwedi Hami Seno, M.Pd


Pembina Tk. I
NIP. 19651223 199002 1 001

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasional
B. Landasan Hukum
C. Maksud dan Tujuan
D. Indikator Keberhasilan

BAB II TEKNIS PELAKSANAAN


A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
B. Materi Pasanggiri
C. Official dan Dewan Juri
D. Hasil Pasanggiri
E. Anggaran
F. Panitia
G. Jadwal Kegitan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Sejak diimplementasikannya Kurikulum 2013, Bahasa dan Sastra Daerah telah
ditetapkan sebagai mata pelajaran muatan lokal (mulok) wajib yang diajarkan pada jenjang
SMA di wilayah Provinsi Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan amanat Perda No.14 Tahun 2014
tentang perubahan atas Perda No. 5 Tahun 2003 tentang “Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan
Akrasa Daerah” yang menetapkan bahasa daerah (Sunda) diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan
pula dengan jiwa UU No.23/2014 tentang “Pemerintahan Daerah” dan UU No. 20/2003
tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Sejalan pula dengan PP No. 32 Tahun 2013 tentang
“Standar Nasional Pendidikan (SNP)”, Bab III Pasal 7 ayat 3-8, yang menyatakan bahwa
pelajaran mulok di antaranya diberikan di jenjang SMA.
Pembelajaran mulok bahasa daerah tercatat pula pada ketentuan lain. Permendikbud
No. 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI,
SMP/MTs., SMA/SMK/MA/MAK, di antaranya menyatakan bahwa: “Bahasa daerah sebagai
mulok dapat diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya.”
Hal ini di perkuat dengan Permendipud No.79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum
2013, Pasal 9-10, menyatakan bahwa: “Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat
mengembangakan muatan lokal”. Pada prinsipnya peraturan dan ketentuan tersebuat tentu
bersumber pada UUD 1945 yang menyangkut “Pendidikan dan Kebudayaan” seraya
memperhatikan rekomendasi Unesco tahun 1999 tentang “Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu
di Dunia”.
Berkaitan dengan ketentuan tersebut, tentu saja mata pelajaran mulok bahasa daerah
(Sunda) memiliki kedudukan penting untuk memperkenalkan kearifan lokal (local wisdom )
sebagai landasan etnopedagogis. Selain itu, bahasa daerah dianggap sebagai kekayaan dalam
kebhineka- tunggal- ikaan bahasa dan budaya Nuasantara yang menjadi landasan pendidikan
karakter bangsa. Pembelajaran bahasa daerah pun dianggap sebagai gerbang untuk
menanamkan dan mempertajam nilai-nilai karakter bangsa, melatih kepekaan berpikir, olah
rasa, olah karsa, serta sarana menyalurkan gagasan dan imajinasi secara kreatif. Selain itu,
diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta pengalaman
apresiasi dan ekspresi bahasa dan sastra, di samping meningkatkan kecerdasan logika dan
retorika.

1
Gagasan di atas selaras dengan progam “Penguatan Karakter Bangsa” yang termaktub
pada salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM). Komitmen Presiden tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter
di dalam dunia pendidikan. Atas dasar itulah, mata pelajaran mulok yang sarat nilai-nilai
pendidikan karakter bangsa menjadi semakin penting kedudukannya.
Berdasarkan rasionalisasi di atas, sebagai wujud aplikasi dari hasil pembelajaran di
sekolah, maka Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat memandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra,
Aksara dan Kesenian Daerah yang dilakukan pada jenjang pendidikan SMA.

B. Landasan Hukum
Terdapat beberapa landasan hukum terkait dengan kegitan ini, antara lain:
1. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2009 tentang “Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan”;
3. Undang-undang No. 7 Tahun 2017 tentang “Pemajuan Kebudayaan”;
4. Undang-Undang RI No.23 Tahun 2014 tentang “Pemerintahan Daerah”;
5. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Jawa Barat No.14 Tahun 2014 tentang “Perubahan
atas Perda No.5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Akasara Daerah”;
6. Perturan Daerah (PERDA) Provinsi Jawa Barat No.15 Tahun 2014 tentang “Perubahan
atas Perda No.6 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Kesenian Daerah”;
7. Misi Dinas Pendidikan Jawa Barat tentang Pengembangan Manusia yang beriman dan
bertaqwa, mandiri dan bermartabat serta menjunjung nilai-nilai luhur budaya masyakat
Jawa Barat (silih asah, silih asih, silih asuh, cageur, bageur, bener, pinter, tur singer)
dan berwawasan kebangsaan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang “Pembinaan
Kesiswaan”;
9. Pedoman Pembinaan Kesiswaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Pembinaan SMA
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008;
10. DPA Kegiatan Pasanggiri, Apresiasi, Helaran dan Gerakan Seniman Masuk Sekolah,
Nomor : 1.01.1.01.01.005.0001, tanggal 4 Januari 2019.

1
C. Makud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan Pasanggiri dan Apresiasi
Bahasa, Sastra, Aksara dan Seni Daerah Sunda 2019 ini adalah sebagai berikut.
1. Maksud
Maksud diselenggarakan kegiatan ini, antara lain:
a) Memfasilitasi Bakat, minat, dan kemampuan siswa SMA yang memiliki
kemampuan pada bidang bahasa, sastra, aksara, dan seni Sunda
b) Mendukung Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yang tengah dicanangkan Pemerintah Pusat.
c) Memelihara dan mengembangkan bahasa, sastra, aksara, dan seni Daerah
(Sunda) sebagai salah satu amanat dari program Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat.
2. Tujuan
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini, antara lain:
a) Memperkuat sikap (karakter), memperluas pengetahuan (wawasan), serta melatih
dan mengembangkan sikap positif bagi siswa SMA terhadap budaya Sunda melalui
kegiatan pergelaran (pertunjukan) dan pasanggiri (perlombaan) bahasa, sastra,
aksara, dan seni Sunda.
b) Melihat sekaligus bahan evaluasi awal dari hasil pembelajaran bahasa, sastra,
aksara, dan seni Sunda pada jenjang SMA.
c) Terpeliharanya bahasa, sastra, aksara dan seni Sunda pada bidang pendidikan,
hususnya pada jenjang satuan pendidikan.

D. Indikator Keberhasilan
Terdapat beberapa indikator keberhasilan dari terselenggaranya kegiatan ini, antara
lain:
1. Adanya calon peserta pasanggiri wakil dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Barat;
2. Terpilihnya juara 1, juara 2, juara 3, harapan 1, harapan 2, dan harapan 3 kategori putra
putri untuk setiap materi Pasanggiri;
3. Terlaksananya kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian Daerah bagi
siswa SMA tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2019, dan;

1
4. Terjalinnya kemitraan antara Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Disdik
Provinsi Jawa Barat dengan unsur perguruan tinggi negeri/swasta (akademisi),
organisasi kesundaan/sanggar kesenian (praktisi) dan sekolah (guru/siswa), serta
masyarakat pada umumnya.

1
BAB II
TEKNIS PELAKSANAAN PASANGGIRI
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian Daerah bagi Siswa SMA
Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2019 akan dilaksanakan secara serentak
pada :
Hari, tanggal : tentatif
Tempat : tentatif

B. Materi Pasanggiri
Materi pasanggiri yang akan digelar Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat pada Tahun 2019 ini, meliputi:
1. Pidato (biantara)
2. Bercerita (ngadongéng)
3. Baca puisi (maca sajak)
4. Pupuh buhun
5. Baca/tulis aksara Sunda (maca/nulis aksara Sunda)
6. Kawih

Rincian penjelasan teknis masing-masing materi pasanggiri tersebut adalah sebagai


berikut.

1. Pidato (Biantara)
a. Lomba biantara diikuti oleh siswa SMA dan masing-masing kabupaten/kota
mengirim perwakilan satu (1) orang putri dan satu (1) orang putra.
b. Setiap peserta lomba mengenakan pakaian batik sekolah serta tidak diperkenankan
membawa aksesoris atau properti lainnya;
c. Saat lomba berlangsung, peserta tidak diperbolehkan membawa atau membaca
naskah;
d. Durasi waktu pidato (biantara) antara 5-7 menit;
e. Setiap peserta menyerahkan naskah biantara masing-masing sebanyak 4 rangkap
untuk diserahkan kepada panitia (1 rangkap) dan dewan juri (3 rangkap);

1
f. Naskah biantara merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan hasil karya guru
pembimbing/official.
g. Setiap peserta lomba berdiri di mimbar yang telah disediakan panitia
h. Tema biantara : mengenai Jabar Masagi yang terdiri dari (agama, jaga budaya, cinta
lingkungan, bela negara)

i. Aspek penilain secara umum, meliputi:

No. Aspek Penilaiian Indikator


1 Aspek Bahasa  Pilihan kata (diksi)
 Gaya bahasa (rakitan basa)
 Tatakrama bahasa (undak-usuk basa)
 Intonasi (lentong) dan pelafalan

2 Aspek Materi (Isi)  Kesesuaian topik/tema dengan isi.


 Substansi isi, aktualitas ide dan
orisinal gagasan.
 Penguasaan dan pemahaman isi.
 Organisasi dan sistematika
penyampaian isi.

3 Aspek Penampilan (Ekspresi)  Gesture (mimik dan gerak).


 Gaya bicara dan teknik vokal.

2. Bercerita (Ngadongéng)
a. Lomba ngadongéng diikuti oleh siswa SMA dan setiap kabupaten/kota mengirimkan
1 (satu) orang putri dan 1 (satu) orang putra.
b. Setiap peserta lomba mengenakan pakaian seragam PSHS dan/atau batik sekolah
masing-masing serta tidak diperkenankan membawa perlengkapan/asesoris atau
properti lainnya.
c. Konsep yang digunakan dalam pasanggiri ngadongéng yaitu ”niténan nu
ngadongéng”, bukan “ngadéngékeun nu ngadongéng”.
d. Materi dongeng yang dilombakan bebas berdasarkan hasil musyawarah di daerah
masing-masing.

1
e. Materi dongeng yang dipilih harus memperhatikan konvensi cerita dongeng (bukan
dongeng yang dibuat-buat atau dongeng yang belum diakui secara luas oleh
masyarakat).
f. Naskah dongeng yang dilombakan harus mencantumkan sumber, referensi, atau
narasumber yang menceritakan dongeng tersebut (baik tertulis maupun lisan).
g. Selama tampil, perserta ngadongéng harus tetap berdiri.
h. Peserta hanya mengandalkan kekuatan vokal dan ekspresi dan tidak diperkenankan
membawa atau menggunakan properti apapun.
i. Jika dalam materi dongeng yang dipilih terdapat bagian yang harus dinyanyikan,
maka peserta harus menyanyikan bagian tersebut dan akan menjadi bagian dari
penilaian dewan juri (girang pangajén).
j. Durasi waktu ngadongéng maksimal 5-7 menit dan jika ada peserta yang belum
selesai pada waktu yang telah ditentukan maka dewan juri berhak menghentikan
penampilan peserta.
k. Aspek penilaian secara umum meliputi :

No Aspek Penilaian Indikator

1 Aspek Bahasa  Pilihan kata (diksi)


 Gaya bahasa (rakitan basa)
 Kepaduan alur cerita dongeng
 Intonasi (lentong) dan pelafalan
2 Pemahaman Isi  Penguasaan isi dongeng
 Penghayatan dan penjiwaan
3 Aspek Penampilan (Ekspresi)  Gesture (mimik dan gerak)
 Gaya bercerita dan teknik vokal

3. Baca Puisi (Maca Sajak )


a. Lomba baca puisi (maca sajak) diikuti oleh siswa SMA dan setiap kabupaten/kota
mengirimkan perwakilan 1 (satu) orang putri dan 1 (satu) orang putra.
b. Setiap peserta lomba mengenakan pakaian seragam PSHS dan/atau batik sekolah
masing-masing.
c. Peserta hanya mengandalkan kekuatan vokal dan ekspresi serta tidak di perkenankan
membawa perlengkapan/asesoris atau properti apapun kecuali naskah/teks sajak.

1
d. Peserta harus menyebutkan dengan jelas judul sajak yang dibaca serta siapa
pengarangnya.
e. Selama tampil, peserta harus tetap berdiri.
f. Durasi waktu sesuai dengan naskah sajak yang dibacakan;
g. Peserta maca sajak memilih salah satu judul sajak di bawah ini:

1) “Sajak Lagu Wajib” karya Godi Suwarna


2) “Ajengan Cigalumpit” karya Apip Mustopa
3) “Basa Upacara Maneuh Tujuh belasan” karyaYoséph Iskandar
4) “Gerilya” karya Rahmat M Sas Karana
5) “Geus Ligar, Kembang Geus Ligar”– haturan Pa Oto – karya Yous Hamdan
h. Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator, sebagai berikut:

No Aspek Pemilihan Indikator


1 Wirahma  Artikulasi
 Intonasi
 Nada
 Tempo
2 Wirasa  Pemahaman isi
 Penjiwaan dan penghayatan
3 Wiraga  Penguasaan panggung
 Gesture (mimik dan gerak )

4) Pupuh Buhun
a. Lomba pupuh diikuti oleh siswa SMA dan setiap Kabupaten/Kota mengirimkan
perwakilan 1 (satu) orang Putri dan 1 (satu) orang putra.
b. Pupuh yang dibawakan adalah pupuh buhun versi (gaya) Yayasan Cangkurileung
karya Mang Koko, dengan ketentuan dibawakan (ditembangkeun) oleh seorang
siswa/siswi.
c. Peserta membawakan satu pupuh wajib dan satu pupuh pilihan dengan materi pupuh
meliputi:
Pupuh Wajib Pupuh Pilihan
Putra: Dangdanggula, Asmarandana, Durma, Gurisa, Juru demung,
naék Sekar Tandak Ladrang, lambing, Pangkur, Pucung, Wirangrong
Putri: Sinom naék Sekar Asmarandana, Durma, Gurisa, Juru demung,
Tandak Ladrang, lambing, Pangkur, Pucung, Wirangrong

1
d. Peserta hanya membawakan sarambahan (1 x ulang) untuk lagu pupuh wajib
berikut sekar tandak (panambih), dan Pupuh Pilihan berikut sekar tandak
(panambih);
e. Rumpaka tembang pupuh dan sekar tandak bebas, bisa menggunakan yang sudah
umum atau hasil karangan sendiri. disesuaikan dengan partitur yang disediakan
oleh panitia dan sudah umum digunakan.
f. Koreografi diperbolehkan dalam batas-batas yang proporsional;
g. Peserta menggunakan pakaian tradisional Sunda dan pakaian tersebut disarankan
tidak mengganggu gerak dan penampilan siswa dalam membawakan lagu.
h. Pengiring (pamirig) dan waditra (pirigan) disediakan oleh panitia dan atau
membawa dari kabupaten/kotanya.
i. Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator sebagai berikut:

No Aspek Pemilihan Indikator

1 Wirahma  Melodi lagu


 Lirik lagu (rumpaka)
 Kesesuaian dengan lagam dan patokan
2 Wirasa  Penjiwaan isi
 Penghayatn dan penjiwaan
 Teknik pembawaan (musikalitas)
3 Wiraga  Gesture (mimik dan gerak)
 Penguasaan panggung dan kereografi

5) Baca Tulis Aksara Sunda (Maca jeung Nulis Aksara Sunda)


a. Lomba Maca jeung Nulis Aksara Sunda diikuti oleh siswa SMA dan setiap
kabupaten/kota mengirimkan perwakilan 1 (satu) orang putri dan 1 (satu) orang putra.
b. Setiap peserta lomba mengenakan pakain seragam PSHS dan/atau batik sekolah
masing-masing serta tidak diperkenankan membawa perlengkapan asesoris atau
properti lainnya.
c. Setiap peserta harus menyelesaikan pekerjannya tidak melebihi waktu yang
disediakan.
d. Bentuk aksara Sunda yang dijadikan acuan untuk Pasanggiri ini adalah Akasa Sunda
Standar Unicode versi terbaru.
e. Materi lomba ditentukan oleh panitia pada saat pelaksanaan lomba.

1
f. Materi untuk “maca aksara Sunda” menggunakan media manual (print out).
g. Materi “ Nulis Aksara Sunda” mencakup hal-hal berikut:
1) Tulisan diterapkan pada kertas polos putih.
2) Durasi penulisan akan ditentukan pada saat pelaksanaan pasanggiri.
3) Alat tulis menggunakan spidol yang disediakan oleh panitia dalam bentuk standar
dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi.
h. Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut:

No Aspek Penilaian Indikator


1 Membaca Aksara Sunda  Ketepatan membaca teks
 Kecepatan membaca teks
 Intonasi dan ekspresi membaca
2 Menulis Aksara Sunda  Ketepatan bentuk tulisan
 Tipografi (kerapihan dan
keseimbangan tulisan)
 Efektivitas (misalnya
penggunaan rarangkén)

i) Khusus untuk hurup ngalagena /ja/ menggunakan simbol ( ) sesuai versi terbaru,

bukan ( ).

6) Kawih
a. Pasanggiri kawih diikuti oleh siswa SMA dan setiap kabupaten/kota mengirimkan
perwakilan 1 (satu) orang putri dan 1 (satu) orang putra.
b. Kawih wajib yang dibawakan adalah kawih Sunda versi Yayasan Cangkurileung
Mang Koko berlaras Salendro.
c. Kawih wajib untuk peserta putra & putri adalah kawih “Gupay Lembur” sanggian
Mang Koko dan rumpaka oleh Nano S., sementara untuk lagu pilihan baik putra dan
putri (memilih salah satu):
a) Indung (Madenda 4 = T)
b) Kembang Impian (Madenda = T =T)
c) Pakuan Babandungan (Pelog 1 = T)
d) Bungur Jalan ka Cianjur (Madenda 4 = G)
e) Peuting jeung Pangharepan (Madenda 4 = T)
f) Memang Sesah ( Degung 2 = T)
g) Liwung (madenda 4 = T)

1
h) Tepung dilamping Galunggung ( Madenda 5=S)
i) Turun hujan di Pengkolan ( Pelog 1 = P)
j) Kudu ka saha (Madenda 4 = P)
k) Ngalagena (Degung 2 = T)

d. Pengiring (pamirig) dan iringan (pirigan) kacapi disediakan oleh panitia dan atau dari
kabupaten/kotanya.
e. Koreografi diperbolehkan dalam batas-batas yang proporsional.
f. Peserta menggunakan pakaian tradisional Sunda dan pakaian tersebut di sarankan
tidak mengganggu gerak dan penampilan siswa dalam membawakan lagu.
g. Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator sebagai berikut:

No Aspek Penilaian Indikator


1 Wirahma  Artikulasi
 Intonasi
 Nada
 Tempo
 Teknik vokal
2 Wirasa  Ekspresi
 Mimik
 Penguasaan isi lagu
 Penjiawaan dan penghayatan
3 Wiraga  Penguasaan panggung
 Teknik pembawaan (musikalitas)
 Gesture (mimik dan gerak)
 Penguasan panggung dan kereografi

C. Pendamping (Official)
Pendamping (official) dari setiap kabupaten/kota berjumlah 6 (enam) orang yang
masing-masingnya mewakili/mendampingi satu cabang lomba. Serta menampilkan
kesenian helaran khas daerah kabupaten/kota masing-masing oleh peserta pasanggiri
dengan official (diperbolehkan membawa property dan alat kesenian yang
mendukung)

D. Dewan Juri (Girang pangajen)


Dewan juri (girang pangajén) untuk seluruh perlombaan (pasanggiri) terdiri dari
unsur akademis dan praktisi yang diambil dari perguruan tinggi negeri/swasta,

1
organisasi Kesundaan dan Organisasi/Sanggar Kesenian yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

E. Hasil Kejuaraan
Dalam pelaksanaan pasanggiri, dewan juri (girang pangajén) memiliki tanggung
jawab untuk menilai dan menentukan serta menetapkan beberapa kategori juara,
antara lain: juara (pununjul) I, juara (pununjul) II, juara (pununjul) III, juara harapan
(pununjul harepan) I, juara harapan ( pununjul harepan) II, serta juara harapan
(panunjul harepan ) III. Seluruh keputusan dewan juri (girang pangajén ) tidak bisa di
ganggu gugat.

F. Anggaran
Anggaran untuk pelaksanaan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian
Daerah bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019, sesuai dengan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, melalui Kegiatan
Pasanggiri, Apresiasi, Helaran dan Gerakan Seniman Masuk Sekolah, Nomor:
1.01.1.01.01.005.0001, tanggal 4 Januari 2019.
Susunan kepanitiaan kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian
Daerah Sunda ini adalah sebagai berikut:
- Koordinator/lomba : 1 (satu) orang
- Anggota/lomba : 6 (enam) orang
G. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Keterangan

12.00 -16.00 Daftar Ulang Peserta Panitia Dewan Juri


12.00 – 16.00 Technical Meeting
12.00 – 16.00 ISOMA
12.00 – 16.00 Latihan
06.00 – 08.45 Sarapan Panitia
08.45 – 09.00 Penampilan Helaran Official Panitia Peserta
09.00 – 10.00 setiap kontingen Panitia Dewan Juri
masing-masing

1
kab./kota

10.00 – 12.00 Pembukaan Kepala Disdik Jabar


Peserta Official

12.00 – 13.00 ISOMA


13.00 – 15.00 Pelaksanaan lomba Panitia Dewan Juri
15.00 – 15.30 Rehat
15.30 – 17.30 Lanjutan pelaksanaan
lomba

17.30 – 19.00 ISOMA


19.00 – 21.00 Lanjutan pelaksanaan
lomba
06.00 – 08.00 Sarapan Panitia Dewan Juri
08.00 – 10.15 Lanjutan pelaksanaan
lomba
Panitia Dewan Juri
10.15 – 10.30 Rehat
10.30 – 12.00 Lanjutan pelaksanaan
lomba Panitia Dewan Juri

12.00 – 13.00 ISOMA


13.00 – 16.00 Lanjutan pelaksanaan Panitia Dewan Juri
lomba peserta Official

16.00 – 16.30 Rehat


16.30 – 17.30 Sidang Pleno Dewan
Juri

1
17.30 – 19.00 ISOMA
19.00 – 22.00  Pengumuman
Kejuaraan
 Penampilan Seni

06.00 – 08.00 Sarapan Panitia


08.00 – 11.00 Pembagian Sertifikat Dewan juri
11.00 – 11.30 Penutupan Peserta
11.30 – 12.00 Check out Official

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan Kesenian Daerah Sunda
merupakan kegiatan rutin yang sebelumnya setiap tahun dilaksanakan oleh Balai
Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah (BPBKD) Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat. Namun saat ini kegiatan tersebut pengelolaannya dialihkan ke Bidang
Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, Bidang
Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berusaha mengelola kegiatan
ini hanya khusus untuk jenjang SMA. Namun demikian, untuk perbaikan pelaksanaan
tahun berikutnya kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
kegiatan tersebut di masa-masa mendatang bisa berjalan lebih baik.

Harapannya kegiatan ini menjadi pintu gerbang menuju penanaman nilai-nilai


pendidikan dan karakter bangsa, menghaluskan budi pekerti, meningkatkan kepekaan,
mempertajam rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, serta sarana menyalurkan
gagasan dan imajinasi secara kreatif. Diharapkan pula siswa memperoleh sikap,
pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman berapresiasi dan berkreasi, disamping
meningkatkan kecerdasan logika dan retorika berpikir.

Hal ini sejalan dengan program penguatan karakter bangsa yang menjadi salah satu
butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan arahan Presiden
kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan
pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Atas dasar inilah, mata pelajaran
mulok yang sarat nilai-nilai pendidikan karater (tatakrama) menjadi hal penting untuk
mendukung program tersebut.

Dengan diselenggarakannya kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara, dan


Kesenian Daerah Sunda Tahun Anggaran 2019 ini mudah-mudahan dapat terjalin
kemitraan antara Bidang Pembinaan SMA Disdik Provinsi Jawa Barat dengan unsur
perguruan tinggi (akademisi), organisasi Kesundaan, serta dengan sekolah dan guru

1
(MGMP Bahasa Sunda). Di samping itu kegiatan ini diharapkan menjadi sarana
penghargaan sekaligus mewadahi minat, bakat, dan kemampuan siswa dalam
mengapresiasi dan mengekspresikan bahasa, sastra, aksara, dan seni Sunda.

B. Saran
Berkaitan dengan penyenggaraan kegiatan Pasanggiri Bahasa, Sastra, Aksara dan
Kesenian Daerah Sunda Tahun Anggaran 2019 ini, setidaknya ada beberapa saran
demi perbaikan dan kelancaran pelaksanaan di masa-masa yang akan datang:
1. Lebih terjalinnya koordinasi antara Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
I s.d Wilayah XIII.
2. Lebih terjalinnya koordinasi antara Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan MGMP bahasa dan sastra Sunda;
3. Lebih terjalinnya koordinasi antara Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan akademisi lintas perguruan tinggi,
komunitas sastra dan organisasi Kesundaan pada umumnya sehingga upaya
pemeliharaan bahasa, sastra, aksara dan seni daerah (Sunda) dapat terlaksana
dengan baik dan simultan.

1
Lampiran téks Sajak

Sajak Lagu Wajib


Godi Suwarna

Tingkelentrung sora lodong teu kabilang nu ngepung ti kuriling bungking. Gumuruh


soraning lodong ngagoronggong tina jajantung gorowong dilaung-laung genggerong. “Sudah
bébas negri kita Indonésia merdéka!” Mangpirang lodong ngalayang warna-warni, hurung-
hérang, jeung teu ngakar na dapuran, nanging anteng tingkowowong. “Padamu negri kami
mengabdi!” Lodong pada lodong lohong jeung lodong pacowong-cowong, jeung songong
pabohong-bohong, teu salempang kong kalikong, teu hariwang najan méong sahong-
hongeun. “Garuda Pancasila, akulah penuh kumu!” Rampak lodong, dipirig lodong jeung
lodong, sedengkeun dapuran awi tinggal tunggul tinghariul, ngarep-ngarep iwung nu teu
renung-renung, teu hayang ngalodong kosong.

(1996)

(Dicutat tina buku Jiwalupat, Opat Kumpulan Sajak, Geger Sunten, 2007, kaca 176)

1
Ajengan Cigalumpit
Apip Mustopa

léngkob mana nu can kasaba


pasir mendi nu can kasungsi
ajengan cigalumpit
lalaki langit

lamun kedal sora tina bahamna


Allohu Akbar!
aleutan walanda bubar
tina leungeun leungeunna nu baruluan
bedil nu metet ku pélor maruragan

beungeut dayeuh dileyek bari dijebéngan


ngadadak muriang ngagibrig tentara karajaan
ngagorowok ajengan cigalumpit handaruan:
kaluar siah kapirin!
dikéré ku aing kawas lauk asin!

tentara karajaan kawalahan


ngémbarkeun pengumuman
: sing saha nu bisa nyabut nyawa ajengan cigalumpit
bakal metet sakuna ku rébuan ringgit

ba’da isa si hianat si murtad


dedepongan ngabongohan ti tukang
ajengan keur husu sumujud
ditigas beuheungna disakalikeun
digusur ka handapeun dapuran awi
ditiir mastakana, ditancebkeun na dadana
ngagakgak si murtad, pokna:
ku lantaran dunungan sia di yogya
ka dinya sia nyanghareup!

Ajengan cigalumpit lalaki langit


Geus lawas leungit
Mastakana dibayar ku walanda rébuan ringgit
Késangna taya nu ngajénan najan sagedé reungit!

(Dicutat tina buku Srangéngé Jakarta, Geger Sunten, 1999, kaca 26)

1
Basa Upacara Maneuh Tujuh belasan
Yoséph Iskandar

isuk-isuk di buruan hareupeun kantor


regu-regu barisan karyawan-karyawati geus disiapkeun
meneran Paskibra Satpam ngelat dwiwarna
euweuh nu engeuh teuing ti mana jolna
milu hadir aki-aki
buukna jabrig bodas ngajewid huis
dikerepus belél semu hideung polét bintara
disaragem héjo-héjo rawék kuleuheu
rimbil tanda pangkat katut tanda jasana
cocok limun jeung cangkang roko
disapatu lars solna tingcalangap
nyoléndang bambu runcing tali rapia
béh tungtungna dipapaés sacewir mérah putih
saluir tanggah ngahormat sérélék jeung kélébétna dwiwarna
barisan regu-regu karyawan narungkup sungut
barisan regu-regu karyawati hemar-hemir tingpuringis

tapi basa upacara ngelat dwiwarna lekasan


manéhna ngaléos bari sura-seuri
teu ganggu teu ngaharubiru
noyod ka lebak ka jalan raya
tuluy baris langkah tegap teuing rék ka mana losna
nu puguh
pidato inspéktur upacara jadi mancawura
kasawur ku tinggerendengna haliwu

Bandung, 3 Juli 1995

(Dicutat tina buku Sajak Sunda Indonésia Emas, Geger Sunten, 1995, kaca 52)

1
Gerilya
Rahmat M Sas Karana

Ngabedega di wates désa


diiket wulung dibeubeur sarung
‘na cangkéngna bedog panjang
leungeun nyekel bambu runcing

Ngajelegur sora mortir


Walanda pésta di kota
haté nu jaga teu gimir
nangtung ajeg na tempatna
(dada lalaki lébér ku getih kawani)
susumbar tanggah ka langit
gerentes kangenes ati
“Demi asih ka taneuh kadeudeuh
aing ‘mo ingkah najan sajeujeuh”

Wanci subuh mortir reureuh


Walanda ngajorag désa
pajar hibar
lembur hibar
(batan sumerah daék dijajah
maranéhna leuwih genah
jadi lebu di tanah kadeudeuh)

Nu jaga di wates désa


lastari dina seuneu révolusi
kuburna teuing di mendi
getihna ‘na dada kula

(Dicutat tina buku Sajak Sunda Indonésia Emas, Geger Sunten, 1995, kaca 70)

1
Geus Ligar, Kembang Geus Ligar
– haturan Pa Oto –

Yous Hamdan

Geus ligar kembang geus ligar


ngoléang tina tangkalna
Geus mulang duh pahlawan anjeun geus mulang
kiwari kari waasna

Seungit puspa ti nirwana


satanggi taman firdausi
réwu do’a meleber marenganana
Blang muka panto sawarga
muga narima

Ukur raga diurugan taneuh beureum


ngaran anjeun tetep langgeng
abadi na unggal dada lalaki

Geus réngsé anjeun geus réngsé


manggul tugas mancén nagara
Kuring nu ditinggalkeun
rék terus nuluykeun hanca

Demi getih jeung tulang nu paburencay


muga subur jadina panggarap hanca satuluyna
muga renung gantina pahlawan anu palastra
Ésa hilang dua terbilang
Leungit hiji datang saketi

Nun Gusti
mugi tampi éta insan
tempatkeun di tempat nu layak kanggo anjeunna
Nun Gusti
pasihan kakiatan abdi sadaya
geusan ngaréngsékeun hanca titinggalna

Geus réngsé anjeun geus réngsé


manggul tugas pancén nagara
Kuring nu ditinggalkeun
rék terus nuluykeun hanca

(Dicutat tina buku Kalakay Budah, Geger Sunten, 1994, kaca 65-66)

Anda mungkin juga menyukai