Anda di halaman 1dari 14

Tugas mandiri

Membaca sastra Indonesia

“DRAMA”

Oleh:

MARSEL MAATITA

18 402 106

D/ I

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2018
TUGAS 1

 Berikut ini ada sebuah cuplikan yang diambil dari sebuah tulisan dimajalah bulanan
Matra, No. 172, edisi bulan November 2000, berjudul “Addie M.S.: Gus Dur dan Aku
Satu Aliran”. Dilihat dari bentuknya, kutipan berikut ini dapat dikatakan sama dengan
sebuah teks drama. Akan tetapi, mengapa kutipan ini tidak mungkin dikatakan sebagai
sebuah karya drama?
Wawancara pertama dengan mengagum Leonard Berstein, konduktor kondang Amerika
Serkat, ini dilakukan di Hotel Sherator Bandara, Cengkareng, akhir September lalu. Saat
itu ia akan bertolak ke Melbourne, Australia, bersama Alex Frits, manager twilite
orchestra. Di “negeri kanguru” itu, adddie dan the victorianphilharmonic orchestra
merekam theme song Garuda Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:

Anda sering bertemu Gus Dur?


Sebelum Gus Dur jadi presiden, aku belum kenal dan hanya tahu namanya saja.Tapi,
setelah jadi presiden, tiga kali sudah kami bertemu.Pertama, waktu bulan puasa tahun
lalu.Waktu itu beliau mengundang 30 budayawan atau seniman ke istana untuk buka
puasa bersama. Perjumpaan kedua dan ketiga terjadi sewaktu konser twilite orchestra di
hotel Dharmawangsa.

Anda punya pesan khusus saat pertama bertemu?


Saat salaman, beliau dibisiki oleh orang dibelakngnya, entah siapa.Lalu kami malah jadi
bicara musik, Beethoven, dan lain-lain. Aku jadi nggak enak karna masih banyak yang
antri mau salam.

Apa Anda senang, karena Gus Dur-juga Megawati-menyukai musik klasik?


Kalau soal musik, aku bahagia.Akhirnya kita punya pemimpin yang memiliki orientasi
seni.Gus Dur presiden seni.Ya, setelah Bung Karno yang aku kagumi sekali.Gus Dur dan
aku satu aliran. Mungkin, kalau Soeharto suka seni, sentuhan keberhasilannya akan lain.
Ha-ha-ha…

 Jelaskan pendapat Anda secara tertulis sebanyak-banyaknya 250 kata dengan


mengandalkan asumsi-asumsi yang Anda telah ketahui atau pahami.
 Carilah kemungkinan bentuk atau genre sastra lainnya yang pernah atau mungkin dapat
dipentaskan. Misalnya saja, sebuah puisi yang berkemungkinan untuk dipentaskan.
Catatlah dalam buku catatan Anda berbagai alasan yang mendasari kemugkinan
pementasan itu.
 Carilah di perpustakaan atau di tempat lainnya, buku kesastraan melayu Tionghoa dan
kebangsaan Indonesia, jilid 2, yang memuat karya Kwee Tek Hoay yang berjudul “bunga
Roos dari Cikembang” itu. Bacalah dan catatlah hal-hal yang penting. Kalau
memungkinkan, cobalah membuat naskah drama berdasarkan prosa Kwee Tek Hoay
tersebut. Anda dapat membagi tugas ini, dengan teman di kelompok Anda.

TUGAS 2

 Tontonlah sebuah pementasan drama yang ditampilkan dimana saja. (kalau dalam
minggu ini tidak ada pementasan drama, cobalah simak sebuah sinetron atau film televisi
yang ditayangkan oleh sejumlah stasiun televisi). Di dalam proses menyaksikan
pementasan tersebut, usahakan untuk mencatat hal-hal penting yang berkenaan dengan
penghayatan tokoh, alur cerita yang dibangun, kostum, tata cahaya, tata suara, dan
sebagainya. Juga catat, adakah monolog, solilokui, atau sampingan dalam drama atau
sinetron yang Anda tonton?
 Buatlah sebuah laporan ringkas mengenai pementasan yang anda lihat itu dengan
menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan apa yang telah anda pelajari dari bab ini
maupun dari bab selanjutnya. Kemudian, simpulkan unsur yang paling menonjol dari apa
yang anda tonton itu sehingga anda dapat mengatakan mengenai kekuatan utama karya
tersebut.

TUGAS 3

 Secara individual, cobalah analisi salah satu dari karya drama yang di sediakan dengan
mempertimbangkan segi-segi yang telah dijelaskan. Analisi yang anda lakukan ini harus
diketik sekurang-kurangnya sebanyak 1000 kata dan serahkan kepada pengajar anda pada
pertemuan berikutnya.
 Buatlah sebuah naskah drama yang dikembangkan dari genre sastra lain, boleh dari
cerpen, puisi, atau novel. Setelah selesai, bandingkan kedua genre sastra yang berbeda
itu. Unsur-unsur apa saja “hilang” dari prosa atau puisi itu, dan apa yang bertambah?
JAWABAN
TUGAS 1

 Karena, sebuah karya drama mempunyai struktur dan unsur-unsur drama yang dapat
membedakan teks drama. Struktur drama itu sendiri, terdiri atas prolog, yaitu bagian yang
mengandung pembukaan atau acara pendahuluan dalam drama. Dialog, yaitu media
kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak manusia. Dan struktur terakhir adalah struktur Epilog, yaitu bagian
akhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan inti sari atau bagian yang
menunjang maksud cerita oleh seorang aktor atau dalang pada akhir cerita. Dari struktur
di atas dapat dikatakan bahwa kutipan di atas tidak termasuk dalam karya drama.
 Menurut saya, sebuah karya drama yang menarik ditentukan dari judul dan inti dari
masalah yang disajikan dalam sebuah karya drama. Kemudian, cerita yang disajikan juga
menentukan karya drama tersebut menarik untuk ditonton. Jikasang penulis naskah
menulis sebuah karya drama untuk ditonton oleh anak-anak maka, alur cerita yang dibuat
harus menarik. Misalnya pementasan karya drama disajikan dengan animasi-animasi
yang dapat membuat anak-anak terhibur dan senang menonton sebuah pementasan
drama. Kemudian, gaya bahasa yang digunakan dalam pementasan harusmenggunakan
gaya bahasa yang dapat dimengerti oleh anak-anak agar maksud dari sang penulis karya
drama, dapat dimengerti oleh anak-anak. Isi cerita juga harus mengandung sebuah pesan
moral, yang dapat membuat anak-anak tersebut, giat untuk belajar serta dapat terhindar
dari perilaku-perilaku yang kurang baik. Selain anak-anak, drama juga dapat ditampilkan
di depan anak-anak remaja yang menampilkan misalnya bahaya narkotika, seks bebas,
ugal-ugalan, atau kejahatan-kejahatan yang lainnya, yang dapat merusak masa depan
mereka. Maka dari itu, melalui sebuah karya drama dapat memberikan gambaran kepada
anak-anak remaja agar tidak terjerumus dalam kejahatan-kejahatan yang dapat merusak
masa depan generasi bangsa. Tak hanya anak-anak, anak-anak ABG/remaja, pementasan
dramapun dapat ditonton oleh orang dewasa, dari ibu-ibu sampai nenek-nenek, dari
bapak-bapak sampai kakek-kakek semuanya dapat menoton karya drama. Maka dari itu,
drama yang dibuat harus sesuai dengan umur sang penonton. Karya drama di jaman
sekarang dapat ditonton ditelevisi, dibioskop, atau secara langsung dapat di tonton di
pementasan drama yang ada di gereja, biasanya saat mendekati paskah atau natal di
Gereja ada sebuah pementasan drama yang dipentaskan dalam Gereja. Gunanya untuk
memberikan gambaran bagaimana Isa Almasih atau Yesus Kistus lahir kedunia. Kalau di
jaman dulu masyarakat betawi menampilkan pementasan drama yang dipentaskan dalam
sebuah panggung yang biasa disebut “Lenong” drama ini mengandung cerita komedi
yang dimainkan oleh anak kecil sampai orang dewasa menggunakan bahasa betawi
melayu. Pementasan Lenong ini, diiringi oleh musik tradisonal seperti, Gambang dan
Kromong. Pementasan Lenong juga memiliki dua jenis yaitu: Lenong Dedes dan Lenong
Preman. Itulah sedikit yang saya ketahui tentang Drama.
 Berbagai alasan yang mendasari kemungkinan pementasan puisi:
Alasan pertama, adanya sebuah panggung pergelaran untuk sebuah pementasan puisi atau
sebuah karya drama.
Alasan kedua, ada lomba yang dapat diikuti untuk pementasan puisi terjadi
Alasan ketiga, karena sebuah acara yang mengharuskan mementaskan puisi atau sebuah
karya drama.
Alasan keempat, untuk memberikan suatu gambaran yang mengharuskan pementasan
drama atau puisi dilakukan.
Itulah berbagai alasan yang saya ketahui dan yang saya dapat paparkan.
 Hal-hal yang penting yang terdapat dalam novel Boenga Roos dari Tjikembang yaitu
sebagai berikut:
1. Dalam buku tujuh belas bab ini, menceritakan seorang manajer perkebunan
bernama Oh Aij Tjeng yang harus meninggalkan nyai (pasangan tanpa hubungan
pernikahan) tercintanya, Marsiti, sehingga ia bisa menikah.
2. Novel ini terinspirasi dari lirik lagu berbahasa inggris “if Those Lips Could Only
Speak”(jika bibir itu dapat berbicara) dan sandiwara “impian di tengah musim”
karya William Shakespeare. Boenga roos bahasa dari Tjikembang awalnya ditulis
sebagai cerita garis besar untuk grup drama panggung Union Dalia. Kwee
mencampurkan beberapa bahasa lainnya, khususnya belanda, sunda, dan inggris;
yang memasukkan dua kutipan dari puisi bahasa inggris dan dari lagu bahasa
inggris.
3. Novel ini telah ditafsirkan sebagai promosi teosofi, sebuah risalah pada konsep
reinkarnasi Buddhisme, panggilan untuk pendidikan, sebuah ode penghormatan
untuk para nyai, dan kecaman terhadap bagaimana mereka diperlakukan kala itu.
4. Novel ini telaah difilmkan dua kali, pertama yaitu Boenga Roos dari
Tjikembaang(1931) oleh The Teng Chun kemudian Bunga Roos (1975) oleh Fred
Young.
TUGAS 2

 Judul drama yang ditonton “Cinta yang hilang”. Hal-hal penting yang hendak dicatat:
1. Penghayatan tokoh
Tokoh-tokoh yang ada dalam sinetron drama ini yaitu:
Mira, sebagai pemeran utama dalam cerita ini,

Yudha, pemeran ke dua dalam cerita ini,


Ilham dan Indah sebagai anak dari Mira dan Yudha juga sebagai konflik yang di
adakan dalam cerita.
Rafi, suami ke dua dari Mira.
Rianty, adek dari Rafi yang juga merupakan istri ke dua dari Yudha.
Gilang, anak dari Rianty dengan suaminya yang pertama.
Firman, suami pertama Rianty dan papa dari Gilang.
Tari, mantan pacar dari Rafi dan juga sebagai guru Indah dan ilham.
Jarwo, sebagai teman dari Yudha yang membantu Yudha melakukan kejahatan
memisahkan anak-anaknya yaitu Ilham dan Indah dari ibunnya yakni Mira.
Penghayatan tokoh-tokoh dilihat dari peran sangat berhasil karena dapat membuat
sang penonton merasa terbawa dengan sinetron drama yang telah di tonton.
Seperti Yudha yang selalu memisahkan anak-anaknya dari ibunnya dengan rela
melakukan apa saja untuk memisahkan anak-anak dari Mira.
2. Alur cerita yang dibangun, alur yang digunakan dalam cerita “Cinta yang hilang”
ini alur campuran karena terdapat masa lalu dari Mira dan Yudha yang sudah
lama dan digabungkan dengan sekarang.
3. Kostum, dalam pementasan sinetron drama ini, menggunakan kostum yang
modern terlihat dari Yudha yang menggunakan jas dengan celana yang warnanya
selaras sepatu juga yang membuat penampilan pria modern. Selain itu, kostum
Mira juga sangat modern dengan hijab yang kekinian yang sering digunakan.
4. Tata cahaya, sangat bagus karena dapat dilihat dari sinetron ini tak satupun
adegan yang terlihat tidak ada cahaya.
5. Tata suara, juga sangat baik buktinya kita dapat memahami isi cerita dan kata
perkata yang di ucapkan oleh para pemain dalam cerita ini.

Monolog yang ada dalam cerita ini, jterdapat dalam kisah pedih anak-anak yang ingin
bertemu dengan ibunnya sehingga setiap kali mereka berdoa, mereka slalu meminta
agar dipertemukan dengan ibunnya dan dapat hidup seperti dulu bersama ibunnya.
 Laporan karya Drama:
a. Tema dari drama sinetron “cinta yang hilang” sedih.
b. Alur yang digunakan juga alur campuran.
Dimulai dari kisah seorang janda yang mempunyai dua orang anak.Mereka
berangkat ke Jakarta untuk mencari ayah dari anak-anak tersebut.Awal konflik
sedih itu dimulai dari situ.Bahwa, Mira menemukan suaminya telah menikah
kembali dengan wanita kaya yaitu Rianty yang mempunyai anak satu. Oleh
karena keegoisan dari Yudha yaitu suami Mira mencoba memisahkan Ilham dan
Indah dari ibunya, dengan melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan

mereka. Alur campuran di cerita ini, terdapat dalam kisah yang mereka ungkit di
jaman dulu.
c. Karakter tokoh:
Mira: lembut, rasa keibuan yang tinggi, baik, sabar, bijaksana.
Yudha: kasar, egois, keras kepala, jahat
Ilham: baik, sopan, sabar, penyayang
Indah: baik, sopan, sabar, penyayang
Ranty: suka menolong, memiliki perasaan yang gampang tersentuh.
Raffi: baik, suka menolong, lembut, sedikit tidak sabaran
Jarwo; baik, egois
Tari: lembut, baik, sabar,bijaksana.
Firman: baik, lembut, penyayang, bijaksana.
d. Bahasa dialog:
Komunikatif sehingga mudah dimengerti, penyampainnya yang menarik sesuai
dengan alur cerita.
e. Latar:
-Tempat
Rumah, kantor, jalanan, perkampungan
-Waktu
Pagi, siang, malam
-Suasana
Senang, tegang, sedih.
f. Action/gerak tubuh
Setiap tokoh dalam cerita memerankan dengan baik sesuai dengan tokoh yang di
perankan.
g. Tata busana:
Tata busana sesuai dengan isi cerita yang modern.
Tata suara juga baik.
TUGAS 3

 Analisis karya drama:


“Lautan Bernyanyi”Karya Putu Wijaya
a) Tema
Dalam naskah drama yang berjudul “ Lautan Bernyanyi “ karya Putu Wijaya,
tema yang diangkat adalah keyakinan. Permasalahan yang seringkali mengubah
pendirian dan kegetiran dihati, menjadi sorotan utama naskah ini.
“Tidak bisa lagi Adenan.Kesabaranku telah menghancurkan kesadaranku.Sejak
kemarin aku merasa dirikulah yang paling benar. Karena itu aku takut aku akan
gila. AKu pernah ke tengah laut mencari suara itu, sehari semalam dalam topan
dan hujan, aku hanya menjumpai kekosongan dan kelengangan yang sepi. Demi
Tuhan, untuk kali pertamanya aku merasa sangsi. Ketika sore aku pulang,
kudengar suara melolong lagi dari sini.Aku tak berpikir lagi, aku hanya
meyakinkan diriku.Aku menembak seperti orang gila.Aku percaya sekarang, aku
telah melakukan kesalahan yang aku kerjakan dengan yakin, karena tidak tahu itu
adalah kesalahanku. Demi Tuhan, sebelum kegetiran ini menghancurkanku,
tolonglah aku Adenan…..”
b) Dialog
Ragam tutur dialog yang terjadi dalam naskah drama “Lautan Bernyanyi” karya
Putu Wijaya seperti tersebut dibawah ini.
KAPTEN: Panieka tak ada di sini, Rubi
COMOL: Ya, tak ada di sini. baru saja tadi pergi
KAPTEN: Kau terlalu banyak melek Mol. Teruskanlah tidurmu. Di sini kau Rubi,
biarkan dulu dia menyelesaikan tidurnya, jangan terlalu banyak bicara. Panieka
tidak ada di sini sejak beberapa hari ini
COMOL: Ajaib, Kapten
KAPTEN:Tidak. Tidurlah dulu telor mata sapi(Adenan menggerutu, Comol
duduk di atas tali itu lagi)Apa kabar Rubi? Bagaimana gitarmu?”
Dialog diatas cenderung lebih bebas namun sedikit efektif kalimat – kalimatnya.
Ragam bahasa yang digunakan komunikatif terhadap lingkungan sekitar.Tanpa isi
penjelas dan langsung tertuju pada inti permasalahan. Begitu juga pada dialog
dibawah ini pengulangan kata sedemikian rupa akan mempertegas untuk
menguatkan ekspresi dan gagasan tokoh dalam pentas.
RUBI: Kalau dia hendak bersembunyi di sini, jangan diijinkan Kapten
ADENAN: Benar, lebih baik kita mengembalikan pada orang tuanya. Gadis itu
sedang sakit Sekarang suara itu lebih jelas lagi merintih sakit.Ampun…..Ampun
ibu…..Aduh…..Ampun ibu…..Jangan sakiti saya…..

ADENAN: Nah! Jelas sekali”


Dialog yang terjadi seperti dibawah ini cukup pendek, karena dialog tersebut
menguatkan tokoh – tokohnya untuk menuju ketitik puncak konflik, dimana Rubi
dan Adenan mengetahu bahwa wanita dalam kapal, dan menurut mereka wanita
itu terjangkit penyakit cacar. Sehingga Kapten Leo mulai terkejut dan mulai gusar
untuk melakukan tindakan selanjutnya.
RUBI: Kapten! Gadis itu kena cacar!
KAPTEN (Terkejut)
ADENAN: Ya. Kenapa Kapten membiarkan Panieka membawa kemari.Abu yang
bilang pada saya.ketika perempuan itu dilarikan dia tidak apa-apa. tapi sehari
kemudian dia kena cacar!
COMOL: Cacar! Waduh….Kapten, lihat malapetaka itu mulai datang!
ADENAN: Awas Kapten! Wabah itu cepat sekali menularnya
COMOL: Oh, Wabah itu sekarang ada di sini!”
c) Latar atau Setting
Dalam naskah drama “ Lautan Bernyanyi “ karya Putu Wijaya , latar yang ada
meliputi :
a. Latar tempat
Latar tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Naskah drama “
Lautan Bernyanyi “ memiliki latar tempat diatas geladak kapal Harimau Laut ,
ditepi pantai Sanur disebelah Timur Denpasar, Bali.
“Pantai ini memang dahsyat Kapten.Malah orang-orang bilang sangat
angker.Dengarlah suara ombak dan lolong anjing itu, ajaib sekali
kendengarannya.baru sekali ini saya ngeri mendengar suara angina. kabut-
kabut yang aneh. Lihatlah, saya juga sering memikirkan alangkah suramnya
pantai itu setiap malam, padahal kalai suang saya tahu sekali banyak yang
suka mandi.”
“Nah, sekarang saya mendengar dan Kapten tidak, tapi ada yang bersiul
tadi.Aneh sekali.pantai ini semakin lama semakin menakutkan”
b. Latar Waktu
Latar waktu adalah waktu terjadinya cerita dalam drama tersebut. Dalam
naskah ini , latar waktu yang terjadi pada tanggal 2 Desember 1980menjelang
pagi, sore menjelang malam dan pagi hari.
“Kita harus menuntut kerugian.Benar kata Kapten tadi, tong itu bocor di
pantat kirinya.Saya sudah mencoba menambalnya tapi terlambat.Terpaksa
besok pagi saya harus turun ke darat, sebab tak cukup air.menysal sekali telah
membeli tong itu rongsokan itu”
“PAGI TELAH DATANG, SETELAH MALAM YANG HUJAN
LEBAT,….. “

“SORE MENJELANG MALAM, DALAM KEADAAN YANG


SURAM……”
Penggalan teks drama tersebut.
c. Latar Suasana
Latar suasana adalah latar yang mendukung kejadian dalam suatu cerita.
Naskah “ Lautan Bernyanyi “ karya Putu Wijaya , terjadi dalam suasana
tegang, gelisah, panik,takut, marah dan riang. Terjadi dalam adegan dibawah
ini.
KAPTEN: Dia mengancam kita, dia hendak membunuh kita. Tidak
”KAPTEN LEO MEMBIDIKAN SENAPANNYA KE ARAH LAUT”
COMOL (Berteriak): Jangan menembak, Kapten! Jangan menembak.Siapa
tahu ada nelayan di dekat sini.(Comol melompat turun mendekati Kapten Leo)
nanti kita dituduh membunuh orang. Kapten…Kapten!
KAPTEN (Geram): Aneh! Dia menghilang. Setiap bedil-bedil ini kuacungkan,
dia pasti lenyap”Kemudian pada adegan berikut :
KAPTEN: Diam setan
COMOL: Maafkan Kapten
KAPTEN: Kau pikir aku gila seperti kau?”Suasanan tegang dan marah terjadi
pada konflik cerita.Dituliskan pada adegan dibawah ini.
KAPTEN (Berteriak): Diiiaaaammmmm!
COMOL: Ingatlah ramalan-ramalan itu, Kapten!
KAPTEN: Ramalan setan! Ini semua Cuma kebetulan
COMOL: Tapi semua penduduk pantai sangat mempercayainya Kapten”
Sedangkan suasana senang dan kelegaan mereka timbul ketika kapal Harimua
Laut mulai bergerak dan dapat melaut lagi.
RUBI: Ya Tuhan, kapal ini bergerak!
ADENAN: Pegang kemudi Rubi!
ADENAN BERSORAK KEGIRANGAN. KAPTEN LEO MEMEGANG
LENGANNYA YANG LUKA. IA MENGANGKAT BADAN COMOL DAN
MENDONGAKKAN KEPALA YANG KAKU ITU KE TENGAH LAUT
KAPTEN: Lihat Mol! Kita sudah mengalahkan dewa laut…. Ya Tuhan
kenapa begitu terlambat!? Begitu terlambat!”
d. Tokoh
tokoh dalam naskah drama “ Lautan Bernyanyi “ berjumlah delapan tokoh,
antara lain Kapten Leo, Comol, Rubi, Adenan, Dayu Sanur, Panieka dan
Dukun.
Tokoh yang menjadi tokoh protagonisnya adalah Kapten Leo.Kapten Leo
berperan menjadi tokoh utamam dalam cerita tersebut.Sedangkan tokoh
antagonisnya adalah Dayu Sanur, yang dijadikan sebagai penentang tokoh
utama.

Sedangkan tokoh wirawan dan wirawatinya ialah panieka dan dukun. Tokoh
bawahan dalam naskah drama ini adalah Comol. Perannya sangat ditentukan
untuk membantu pemeranan tokoh utama.
e. Penokohan
Naskah drama “ Lautan Bernyanyi “ karya Putu Wijaya memiliki karakter –
karakter sebagai berikut:
1. Kapten Leo
Kapten Leo berperan sebagai tokoh utama dalam naskah “ Lautan
Bernyanyi “ karya Putu Wijaya ini. Kapten Leo memiliki sifat tegas dalam
melakukan sesuatu, dia selalu teguh pada pendiriannya dan yakin pada
keyakinannnya.Namun, sisi negatif dari Kapten Leo, dia memiliki sifat
yang mudah terbawa suasana hati. Halusinasi serta kegelisahannya
membuatnya terpuruk dan melakukan kesalahan yang fatal. Gambaran
fisik dari Kapten Leo ialah bertubuh kekar dan berkumis tebal.
2. Comol
Dia berperan sebagai juru masak kapal.Peranan Comol dalam setiap
adegan membantu peran Kapten Leo untuk menjelaskan isi dari
cerita.Comol digambarkan dengan tubuhnya yang bongkok.Sifatnya
terlalu percaya terhadap cerita – cerita orang banyak.Comol berkarakter
cerewet dan latah.Seringkali dia dikatakan bodoh dan tolol namun dirinya
tetap saja tidak merasa seperti itu.
3. Panieka
Panieka hadir sebagai awak kapal Kapten Leo.Ia kabur dan meninggalkan
kapal ketika Kapal Harimau Laut terdampar. Tokoh initidak begitu
dhambarkan secara jelas keadaan fisiknya, namun tokoh tersebut memiliki
karakter kurang disiplin.Kedatangannya disini menjadi awal dari
pemunculan konflik cerita terjadi.
4. Adenan
Tokoh ini menjadi pekengkap pada bagian awal mula konhlik sampai
penyelesaian.Adenan memiliki sifat peduli tehadap kawan – kawannya
dan tenang dalam menghadapi masalah.Kehadirannya dalam cerita
menyeimbangi koflik – konflik yang terjadi dalam cerita.
5. Rubi
Dalam naskah drama yang berjuduk “ Lautan Bernyanyi “ , Rubi
digambarkan sebagai sosok yang pemalu dan mudah marah. Dia menjadi
pemicu perdebatan tokoh utama dan tokoh lain dalam cerita.
6. Dayu Sanur
Dayu Sanur dikarakterkan sebagai seorang Dewa Laut yang buas.Menurut
masyarakat sekitar Dayu Sanur serba mengetahui dan menakutkan.Dalam
cerita, tokoh tersebut memiliki sifat dan sikap layaknya Tuhan.Merasa tau
tentang segalanya dan merupakan tokoh yang ditentang oleh tokoah
utama.
7. Dukun
Tokoh dukun dalam naskah drama “ Lautan Bernyanyi “ karya Putu
Wijaya memiliki watak yang baik dan rendah hati. Tokoh ini menjadi
tokoh penentu pada adegan penyelesaian tahap akhir.
f. Alur atau Plot
Adapun alur atau plot yangterdapat dalam naskah drama ‘ Lautan Bernyanyi “
karya Putu Wijaya diuraikan sebagai berikut :
a. Perkenalan
Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang
akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal
adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan
dengan pelataran dan penokohan.Cerita diawali ketika kapal Harimau Laut
terdampar ditepi Pantai Sanur, pulau Bali.Pada adegan pertama dijelaskan
awal mula fenomena Laautan Bernyanyi.Pembicaraan antara Kapten Leo
dan Comol menjadi isi dari tahap pengenalan situasi cerita.
b. Pemaparan masalah
Pada tahap pemaparan masalah atau tahap menuju adanya konflik ini,
bermula ketika Panieka kembali ke geladak kapal dan membawa seorang
wanita.Wanita yang ternyata anak dari Dayu Sanur.Comol kemudian
panik namun Kapten Leo tetap mengijinkan wanita tersebut
bersembunyi.Disinilah letak awal dari pemunculan konflik.
c. Klimaks
Tahapan ini mencakup pokok klimak dari cerita “Lautan Benyanyi “,
dimana Dayu Badung yang sedang mengidap penyakit cacar dan sedang
dicari oleh banyak orang ternyata bersembunyi di geladak kapal. Awak
kapal lain seperti Adenan dan Rubi, serta Comoil sangat mengkhawatirkan
hal tersebut. Terjadilah perdebatan dan pertikaian antara mereka dengan
Kapten Leo.
d. Anti klimaks
Pemecahan masalah timbul, setelah kedatangan Dayu Sanur didalam
geladak kapal.Panieka yang membawa dukun untuk menyembuhkan Dayu
Badung ternyata kakak dari Dayu Sanur.Kehadiran dukun itu, membuat
Dayu Sanur pergi dari geladak kapal.
e. Penyelesaian masalah.
Pada tahapan penyelesaian ini, terjadi ketika perdebatan antara Rubi dan
Kapten Leo.Adenan berusaha untuk melerai dan mendamaikan
suasana.Setelah itu. Kapten Leo mulai tunduk dan merendahkan dirinya
dihadapan

mereka berdua. Tidak lama dari saat – saat tersebut, kapal Harimau laut
bergerak.
Amanat
Dari kutipan – kutipan naskah drama “Lautan Bernyanyi “ karya Putu
Wijaya diatas. Dapat diambil amanat, bahwasannya kita manusia harus
mempunyai keyakinan yang teguh untuk menentukan sesuatu. Dengan
begitu, semua yang dilakukan akan menjadi jelas dan tertata tanpa ada
kebingungan dan kebimbangan. Seperti yang digambarkan pada tokoh
Kapten Leo, kebingungannya menghambat jalan pikiran dan keteguhan
hatinya, sehingga banyak kesalahan – kesalahan yang ia lakukan dan
masalah yang ia alami.
 Puisi sastra lama dan sekarang:
Puisi lama:
Judul: Butir-butir kasih sayang
Bahagia tersenyum sendiri
Guyuran air merajam hati
Arus yg deras menyiksa diri
Berdiam tak pantas tuk dikasihi
layu dalam kesedihan
malu dalam cemoohan
menangis tak dihiraukan
tumbuh butir-butir kasih saying
lewat lubang jeritan hati
sampai tawa tak lagi menghampiri
sekarang:
bumi sudah terbalik
(Karya : Tedy Pratama Saputra)
Kini alam sudah bisa menangis
Melihat bumi yang dijungkir-balikan
Matahari sudah tidak lagi diatas
Tanahpun tidak berada di bawah lagi
Itulah kehidupan saat ini
Sebuah gambaran yang menyedihkan
Hubungan manusia dengan manusia
Begitu juga manusia dengan alam
Dari kehidupan ekonomi
Yang miskinpun semakin melarat
Yang kaya semakin menjadi-jadi
Tak ada keseimbangan antara keduanya

Dari kehidupan sosial


Manusia baik sekarang dikucilkan
Merekapun diusir dari gerombolannya
Manusia jahatpun semakin gila
Rusak, bobrok, dan hancur sudah
Seperti tak ada harapan lagi
Yang benar semakin tertusuk
Yang jahatpun berkuasa
Itulah kehidupan
 Kedua puisi di atas sangat berbeda, puisi pertama mengandung sastra yang kental
dan puisi kedua tidak terlalu sastra.

Anda mungkin juga menyukai