Anda di halaman 1dari 7

Wisran Hadi

26 03 2008

Seniman Teater

Dilahirkan di Lapai, Padang, Sumatera Barat, pada 27 Juli 1945. Nama Hadi
merupakan singkatan nama orang tuanya, Haji Darwas Idris. Wisran merupakan
anak ketiga dari tiga belas bersaudara. Ia dibesarkan dalam lingkungan pendidikan
agama Islam yang taat. Ayahnya, H. Darwas Idris, adalah seorang Imam Besar
Masjid Muhammadiyah Padang dan juga seorang ahli tafsir terkemuka di
Indonesia.

Masa kecilnya banyak dipengaruhi oleh kesenian Minangkabau tradisional, seperti


pertunjukan randai dan cerita rakyat Minangkabau. Dia menyelesaikan pendidikan
dasar dan menengah di kota Padang . Setelah menyelesaikan sekolah guru agama
di Padang, Wisran melanjutkan pendidikannya ke Akademi Seni Rupa Indonesia
(ASRI) Yogyakarta dan tamat tahun 1969.

Dia tidak hanya menggeluti dunia lukis dan sastra, tetapi juga memasuki dunia
akting dan aktif di berbagai kegiatan kesenian, baik tingkat daerah maupun
nasional. Hobinya sebagai penulis membuahkan hasil sebagai penulis drama
terkemuka di Indonesia yang memiliki ciri khas kedaerahan. Naskah-naskah drama
yang dihasilkan mampu mengantarkannya sebagai pemenang lomba penulisan.

Dia memperoleh penghargaan penulisan naskah sandiwara yang diselenggarakan


oleh DKJ pada tahun 1975, 1981, 1984, 1985, dan 1998. Tahun 1991, dia
menerima penghargaan sebagai seniman teladan dari Pemda Tk II Padang. Wisran
juga pernah memperoleh Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa tahun 1978 atas
karyanya yang berjudul “Jalan Lurus”. Selain menulis naskah drama, dia juga
menulis, puisi, cerpen, dan novel. Untuk menyalurkan kreativitas generasi Padang
dalam dunia teater, Wisran mendirikan sanggar Teater Bumi pada tahun 1978 di
Padang.

Saat ini, Wisran lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menulis setelah
pensiun dari dosen tamu Fakultas Sastra Universitas Andalas dan INS Kayu
Tanam. Istrinya, Upita Agustina, juga seorang penyair. Mereka dikaruniai lima
orang anak. Yang menarik dari karya-karya Wisran adalah adanya upaya untuk
menghidupkan kembali tradisi dan mitos lama Minangkabau dan Melayu ke dalam
bentuk kekinian. Akan tetapi, tidak tunduk kepada pemikiran masyarakatnya.
Wisran, dalam karya-karyanya, berupaya mentransformasikan mitos dan nilai-nilai
lama Minangkabau yang ada dalam tradisi dan cerita lama Minangkabau dalam
bentuk yang baru.Namanya terpilih sebagai salah satu seniman yang
memenangkan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Penulis
prosa berdarah Minang ini adalah salah satu seniman yang konsisten berkarya
hingga hari tuanya. Ketika menerima penghargaan tersebut pada Kongres
Kebudayaan V beberapa waktu lalu. Penghargaan lain yang pernah diterimanya
datang dari Kerajaan Thailand berupa SEA Write Award tahun 2000. Ia menjadi
penulis Minang kedua yang mendapatkan hadiah bergengsi itu setelah A.A. Navis
pada tahun 1992.

Wisran pernah menulis kumpulan naskah drama berjudul Empat Orang Melayu
berisi empat naskah drama “Senandung Semenanjung”, “Dara Jingga”, “Gading
Cempaka””dan “Cindua Mato””yang membuatnya mendapat penghargaan SEA
Write Award 2000. Novelnya yang pernah dibukukan antara lain berjudul “Tamu”,
“Iman”, “Empat Sandiwara Orang Melayu” dan “Simpang”. Cerpen-cerpennya
kerap dipublikasikan di media cetak dan dibukukan penerbit Malaysia berjudul
‘Daun-daun Mahoni Gugur Lagi”.

Dia juga pernah mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa
Depdikbud karena karya buku dramanya “Jalan Lurus” mendapat Hadiah Sastra
1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud dan dijadikan buku drama
terbaik pada Pertemuan Sastrawan Nusantara 1997. Karyanya dikenal sangat kritis
termasuk dalam menulis tentang permasalahan budaya dalam masyarakatnya.
Misalnya pada karya dramanya yang berjudul “Cindua Mato” yang
menggambarkan tentang figur Bundo Kanduang sebagai figur agung masyarakat
Minangkabau. Juga karya dramanya yang lain “Tuanku Imam Bonjol” dengan sisi
kepahlawanan dan kelemahannya.

(Dari Berbagai Sumber)

Nama :
Wisran Hadi

Lahir :
Lapai, Padang,
Sumatera Barat
27 Juli 1945

Pendidikan :
ASRI Yogyakarta (1969),
International Writing Program di Iowa University, USA (1997),
mengikuti Observasi Teater Modern Amerika di USA (1978),
mengikuti Observasi Teater Modern Amerika dan Jepang (1986)
Karya :
Dua Buah Segi Tiga (1972),
Sumur Tua (1972),
Gaung (1975),
Putri Cendana
(drama anak-anak, 1975),
Angsa-Angsa Bermahkota (drama anak-anak, 1975),
Kejaran Bungsa
(drama anak-anak, 1975)
Putri Mawar
(drama anak-anak, 1975)
Saijah dan Adinda
(drama remaja, 1975),
Ehm (1975),
Memuara ke Telaga (1976)
Ring (1976),
Tetangga (1977)
Sandi Ba Sandi (1977)
Payung Kuning (1977)
Simpang (1977)
Astaga (1977)
Anggun Nan Tongga (1977)
Cindua Mato (1977)
Malin Kundang (1978),
Malin Deman (1978)
Perguruan (1978)
Puti Bungsu (1979)
Tuanku Yayai (1979)
Imam Bonjol (1980),
Terminal (operet, 1980)
Kemerdekaan (1980)
Baeram kumpulan sandiwara: (Baeram, Nilam Sari, Nilonali, Sutan Pamenan,
Sabai, dan Istri Kita,1981)
Pewaris (1981),
Nurani (1981)
Titian (1982)
Perantau Pulau Puti (1982)
Nyonya-Nyonya (1982)
Tuanku Nan Renceh (1982), Sabai Nan Aluih
(naskah randai, 1982)
Paimbang Dunia
(naskah randai, 1982)
Makan Bajamba
(naskah randai, 1983)
Manjau Ari,
(naskah randai, 1984)
Dara Jingga (1984), Penyeberangan (1984)
Senandung Semenanjung (1985)
Jalan Lurus (1985)
Drama Perjuangan (1985)
Teater Elektronik (1985)
Kebun Tuan (1985)
Ibu Suri (1988)
Matri Lini (1988)
Salonsong (1988)
Ceramah Alamiah (1989)
Mandi Angin (1999)
Empat Sandiwara Orang Melayu (2000),
Wayang Padang (2006)

Penghargaan :
Pemenang Harapan Ketiga Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk
karyanya Gaung (1975),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Ring (1976),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Anggun Nan
Tongga (1976),
Pemenang Lomba Penulisan Nasah Sandiwara DKJ untuk karyanya Cindua Mato
(1997)
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Malin
Kundang (1978).
Pemenang LombaPenulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Perguruan
(1979)
Pemenang lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Imam Bonjol
(1980),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Pewaris
(1981),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya
Penyeberangan (1984),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Senandung
Semenanjung (1985),
Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Gading
Cempaka (1998)
Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa atas karyanya Jalan Lurus (1991),
Penghargaan sastra SEA Write Award dalam karyanya Empat Sandiwara Orang
Melayu (2000)

Anda mungkin juga menyukai