Anda di halaman 1dari 16

STUDI KOMPARATIF STRUKTUR CERITA LEGENDA

LA HILA (BIMA) DAN LEGENDA PUTRI MANDALIKA


(LOMBOK)

JURNAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Program Strata Satu (S1), Pada Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh

ROSNILAWATI
E1C112107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA


INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit No. 62 Telpon (0370) 6283873 Fax 634918 Mataram NTB

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL SKRIPSI

Jurnal yang disusun oleh Rosnilawati

STUDI KOMPARATIF STRUKTUR CERITA LEGENDA LA HILA (BIMA) DAN


LEGENDA PUTRI MANDALIKA (LOMBOK)

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Agustus 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Drs. Cedin Atmaja, M.Si) (Murahim, M.Pd.)


NIP: 195612311983011004 NIP:197904152005011002
STUDI KOMPARATIF STRUKTUR CERITA LEGENDA
LA HILA (BIMA) DAN LEGENDA PUTRI MANDALIKA (LOMBOK).

Oleh

Rosnilawati, Drs. Cedin Atmaja, Murahim


Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Pendidkan Bahasa dan Seni
FKIP Universitas Mataram
Email : Rosnilaputri@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi berjudul “Studi Komparatif Legenda La Hila (Bima) dan


Legenda Putri Mandalika (Lombok)”. Masalah yang diangkat ialah (a)
Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam legenda La Hila (Bima)? (b)
Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam legenda Putri Mandalika
(Lombok)? Bagaimanakah persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam kedua
legenda tersebut?. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan persamaan
dan perbedaan unsur intrinsiknya, khususnya dalam hal tema, tokoh/penokohan,
alur/plot, latar/setting dan amanat yang terdapat di dalam kedua legenda. Metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menjawab semua permasalan yang ada
yaitu metode dokumentasi dan metode kepustakaan. Proses analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dalam suatu proses yaitu penganalisisan data telah mulai
dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif sampai
berakhirnya penelitian. Hasil penelitian ini adalah perbandingan unsur intrinsik
legenda La Hila dan Putri Mandalika yang memiliki persamaan unsur intrinsik
seperti tema yaitu Legenda La Hila dan Putri Mandalika sama-sama mengangkat
tema tentang pengorbanan seorang gadis untuk menghindari peperangan, tokoh
yang digambarkan dalam cerita yaitu seorang gadis yang sangat cantik rupawan
dan amanat yang juga menyampaikan pesan moral yang dapat dijadikan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat yang rela berkorban demi kepentingan orang
banyak. Selain mengemukakan persamaan dalam legenda, terdapat juga
perbedaannya yaitu latar/setting. Latar tempat yang terdapat dalam legenda La
Hila ialah di sebuah Sungai, sedangkan Putri Mandalika berubah menjadi Nyale
bertempat di lautan. Latar waktu dalam legenda La Hila tidak diketahui jelas
waktu di saat ia menghilang dan berubah menjadi serumpun Bambu, sedangkan
Putri Mandalika tertulis pada tanggal 20 bulan 10 pada penanggalan Sasak dia
berubah menjadi Nyale. Kemudian wujud setelah melakukan pengorbanan. La
Hila berubah wujud menjadi serumpun Bambu (rebong). Sementara Putri
Mandalika berubah wujud menjadi Nyale. Kesimpulannya, dalam kedua legenda
sama-sama memiliki struktur cerita yang lengkap yang terdiri atas tema,
tokoh/penokohan, alur, latar dan amanat.

Kata kunci : folklor, studi bandingan, unsur intrinsik.


THE COMPARATIVE STUDY OF THE STRUCTURE OF STORY IS LA
HILA (BIMA) LEGEND AND PRINCES MANDALIKA (LOMBOK)
LEGEND

Rosnilawati, Drs. Cedin Atmaja, Murahim


Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Pendidkan Bahasa dan Seni
FKIP Universitas Mataram
Email : Rosnilaputri@gmail.com

ABSTRACT

Paper gets title “The Comparative Study Of The Structure Of Story is


La Hila (Bima) Legend And Princes Mandalika (Lombok) Legend ”.
Appointed problem it (a ) How intrinsik's element that exists in legend La Hila
(Bima)? (b ) How intrinsik's elements that exists in legend Mandalika's princes
(Paprika)? How is equation and the difference that available in legend second
that?. To the effect this research which is to describe equation and the difference
element intrinsiknya, notably in term theme, figure / characterization, path / plot,
background / setting and mandate that exists in legend second. Methodic data
collecting that is utilized to answer all problems whatever available which is
documentation method and bibliography method. analisis's process data in
observational it is done in a process which is penganalisisan data was beginning
being done since data collecting and is worked intensively until gets finally
research . This observational result is intrinsik's elemental compare La Hila's
legend and Mandalika's Princes that have intrinsik's element equation as theme
which is Legend La Hila and Mandalika's Princes all same lift theme about
sacrifice a girl to avoid war, figure that is figured in story which is a girl which
really pretty good-looking and mandate that also pass on moral order that can
make guidance in day-to-day life. Willing character gets victim for the benefit
multitude. Besides interpose equation in legend, available also in contrast which
is background / setting. Background is place that exists in La Hila's legend it at
one River, meanwhile Mandalika's Princes changed as Nyale gets place at ocean.
Background is time in La Hila's legend unknown is clear time at while it gets lost
and changed as Bamboo grass root, meanwhile Mandalika's Princes is written on
the fifteenth 20 moons 10 on her Bouffant calendar changed as Nyale. Then
afters form does sacrifice. Changed La Hila forms to become Bambu grass root
(rebong). While Mandalika's Princes changed form becomes Nyale. In
conclusion, in legend second same have fledged story structure one comprise of
theme, figure / characterization, path, background and mandate.

Key word: folklor, study is comparative, element intrinsic.


A. PENDAHULUAN gadis yang berubah menjadi serumpun
Bambu (Rebong).
Folklor merupakan kajian
kebudayaan masyarakat, baik dari segi Dari sekian banyak cerita
materi maupun nonmateri. Kajian yang ada di Indonesia, ternyata ada
tersebut pada masalah kepercayaan beberapa legenda yang memiliki
rakyat, adat kebiasaan, pengetahuan kesamaan terutama dari segi tema dan
rakyat, bahasa rakyat serta cerita alur ceritanya. Nusa Tenggara Barat
rakyat, salah satunya adalah legenda. sendiri memiliki legenda Putri
Legenda merupakan salah satu karya Mandalika (Lombok) dan legenda La
sastra lisan yaitu bagian dari folklor. Hila (Bima). Legenda dari dua daerah
Pada hakikatnya ialah tradisi lisan yang berbeda namun memiliki unsur
yang dimiliki oleh sekelompok kesamaan cerita.
masyarakat tertentu yang dianggap
Legenda Putri Mandalika
benar-benar terjadi.
ialah cerita yang berasal dari daerah
Legenda atau cerita rakyat Lombok Tengah. Legenda ini bercerita
yang ada di Indonesia sangat beraneka tentang seorang gadis cantik yang
ragam. Dikatakan demikian karena terkenal ramah dan sopan sehinnga
setiap daerah memiliki cerita yang banyak pemuda yang ingin
berbeda antara daerah yang satu menikahinya. Kerajaan pertama
dengan yang lainnya. Misalnya, di mengutus prajurit untuk melamar,
Nusa Tenggara Barat terdapat banyak dengan ancaman hancurnya kerajaan
legenda di setiap daerahnya. Di Pulau sang Putri bila lamaran itu di tolak.
Lombok khususnya terdapat legenda Kerajaan kedua mengutus prajurit
Putri Mandalika yang mengisahkan dengan hajat dan ancaman yang sama
tentang seorang putri yang berubah membuat sang Putri gelisah dan
menjadi Nyale. Kemudian pada bimbang. Akhirnya sang Putri memilih
masyarakat suku Samawa terdapat untuk menyeburkan dirinya ke laut dan
legenda Ai Mangkung, begitu pula di berubah menjadi Nyale.
Dompu terdapat legenda Wadu Ntanda Legenda La Hila
Rahi. Selanjutnya di daerah Donggo mengisahkan tentang seorang gadis
Kala Kabupaten Bima terdapatlegenda cantik, selain cantik kepribadiannya
La Hila yaitu cerita tentang seorang juga baik. Kecantikannya yang sudah
tersohor membuat banyak pemuda
yang ingim mempersuntingnya. perbedaan yang terdapat dalam kedua
Sepanjang malam ia merenungkan apa legenda tersebut?
yang harus ia lakukan. akhirnya La
1. Folklor
Hila memilih untuk menghilang dan
berubah menjadi serumpun Bambu. Kata folklor merupakan
Dari uraian cerita di atas pengindonesiaan dari bahasa Inggris
sekilas dapat dilihat persamaan dan folklor, berasal dari dua kata folk dan
perbedaan yang terdapat dalam lore. Kata folk berarti sekelompok
Legenda La Hila dan Putri Mandalika. orang yang memiliki ciri pengenal
Hal tersebut menarik perhatian untuk fisik, sosial dan kebudayaan sehingga
dikaji lebih dalam tentang legenda La dapat dibedakan dari kelompok sosial
Hila dan Putri Mandalika dalam hal lainnya. Ciri pengenal itu antara lain.
sruktur cerita yang terdapat dalam warna kulit, bentuk rambut, mata
kedua legenda tersebut. pencaharian dan lain sebagainya. Kata
Dengan meneliti struktur lore merupakan tradisi dari folk, yaitu
cerita maka akan ditemukan sebagian kebudayaan yang diwariskan
persamaann dan perbedaan yang secara lisan atau melalui salah satu
terapat dalam legenda tersebut. Hal ini contoh yang disertai dengan gerak
sangat menarik karena diperoleh fakta isyarat atau alat bantu pengingat.
bahwa dalam legenda tersebut Folklor adalah sebagian kebudayaan
memiliki banyak persamaan, selain itu suatu kolektif yang tersebar dan
ditemukan juga ada perbedaan antara diwariskan turun-temurun. Di antara
kedua cerita. kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda,
Berdasarkan latar belakang di atas
baik dalam bentuk lisan maupun
terdapat tiga permasalahan yang
contoh yang di sertai gerak isyarat atau
diangkat yaitu.
alat pembantu pengingat
Bagaimanakah unsur intrinsik yang (Danandjaja,1986 .1)
terdapat dalam legenda La Hila (Bima)
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai
?, bagaimanakah unsur intrinsik yang
berikut.
terdapat dalam legenda Putri
Mandalika (Lombok) ?. a) Penyebarannya dan pewarisannya
Bagaimanakah persamaan dan biasanya dilakukan secara lisan, yakni
disebarkan melalui tutur kata dari
mulut ke mulut atau dengan gerak 2. Cerita Prosa Rakyat
isyarat, dan alat pembantu pengingat
Seperti yang telah dijelaskan di
dari satu generasi ke generasi
atas, cerita prosa rakyat termasuk
berikutnya.
dalam kelompok folklor lisan, dan
b) Folklor bersifat tradisional, yakni
merupakan bentuk folklor yang
disebarkan dalam bentul relative tetap
banyak diteliti. Ada tiga golongan
atau dalam bentuk standar. Disebarkan
besar yang menjadi bagian dari dari
di antara kolektif tertentu dalam waktu
cerita prosa rakyat tersebut yaitu mite,
yang cukup lama (paling sedikit dua
dongeng dan legenda (Bascom dalam
generasi).
Danandjaja, 1986. 50).
c) Folklor ada dalam versi-versi bahkan
a) Mite adalah cerita prosa rakyat yang
varian-varian yang berbeda. Hal ini
ditokohi para dewa atau makhluk
diakibatkan oleh cara penyebarannya
setengah dewa yang terjadi di dunia
dari mulut ke mulut (lisan) biasanya
lain (kayangan) dan dianggap benar-
bukan melalui cetakan atau
benar terjadi oleh penganutnya.
rekaman, sehingga oleh proses lupa
b) Dongeng adalah prosa rakyat yang
diri manusia
tidak dianggap benar-benar terjadi dan
d) Folklor dapat dengan mudah
ceritanya terutama untuk hiburan,
mengalami perubahan. Walau
walaupun banyak juga yang
demikian perbedaannya hanya pada
melukiskan kebenaran, pelajaran
bagian luarnya saja, sedangkan bentuk
moral atau bahkan sindiran.
dasarrnya dapat tetap bertahan.
c) Legenda adalah cerita rakyat yang
e) Folklor menjadi milik bersama dari
dianggap benar-benar terjadi yang
kelompok tertentu, karena pencipta
ceritanya dihubungkan dengan tokoh
pertamanya sudah tidak diketahui
sejarah, telah dibumbui dengan
sehingga setiap anggota kolektif yang
keajaiban, kesaktian, dan
bersangkutan merasa memilikinya
keistimewaan tokohnya. Bila melihat
(tidak diketahui penciptanya).
dari definisi dan pengertian legenda,
f) Folklor mempunyai kegunaan dalam
maka legenda dapat dibagi menjadi
kehidupan bersama. Diantaranya
empat kelompok. (1) Legenda
sebagai alat pendidik, pelipur lara,
keagamaan yang banyak kita jumpai
protes sosial, dan proyeksi keinginan
kisah-kisah para wali penyebar islam,
yang terpendam.
misalnya; Sunan Kalijaga dan Syekh
Siti Jenar di Jawa, sedangkan di Bali ide kaidah mandiri (Haukes dalam
dapat kita temui legenda tentang kisah Nurhadi 1987.128).
Ratu Calon Arang. (2) Legenda Sedangkan menurut A Teew
kegaiban ini berkisah tentang (1984.61) dikatakan bahwa
kepercayaan rakyat pada alam gaib, pendekatan struktural amat berhasil
misalnya kerajaan gaib Pajajaran di untuk mengupas karya sastra atas
Jawa Barat, kerajaan gaib Laut Kidul dasar strukturnya. Namun pendekatan
di Jawa Tengah dan Yogyakarta. (3) ini merupakan kerja pendahuluan,
Legenda perseorangan perseorangan karena sastra merupakan bagian atau
menceritakan tokoh tertentu yang mata rantai sejarah sastra dan sejarah
dianggap pernah ada dan terjadi, bangsanya.
misalnya Si Pahit Lidah dari Sumatra Menurut Nurgiantoro
dan Si Pitung dari Jakarta, Lutung (2007.69) strukturalisme dapat
Kasarung dari Jawa Barat, serta dipandang sebagai salah satu
Jayaprana dan Layonsari dari Bali. (4) pendekatan penelitian kesusastraan
Legenda local adalah legenda yang yang menekankan pada kajian
berhubungan dengan nama tempat hubungan antar unsur pembangun
terjadinya gunung, bukit, danau, dan karya sastra yang bersangkutan.
sebagainya. Misalnya, legenda Wadu Pendekatan struktural dapat dilakukan
Ntanda Rahi di Dompu Nusa Tenggara mengidentifikasi, mengkaji, dan
Barat, Danau Toba di Sumatra, mendeskripsikan funsi dan hubungan
Sangkuriang (legenda Gunung antarunsur intrinsik. Kajian struktural
Tangkuban Parahu) di Jawa Barat. dilakukan agar setiap penelitian
3. Kajian tentang Struktur Cerita bersifat internal dan tidak
Rakyat mengabaikan elemen yang ada.
Salah satu cara memahami karya Dengan demikian jika menganalisis
sastra adalah pendekatan karya sastra dalam hal ini cerita rakyat
strukruralisme. Strukturalisme adalah dengan pendekatan struktural, maka
cara berpikir tentang dunia, terutama unsur-unsur pembangun itulah yang
dalam kaitannya dengan presepsi dan menjadi objek utama. Pendekatan
deskripsi struktur. Struktur sebagai struktural merupakan kajain terhadap
kesatuan organis pada dasarnya yaitu unsur pembentuk karya sastra (unsur
ide kemenyeluruhan, ide transformasi, intrinsik) seperti tema, tokoh, plot,
setting dan amanat yang merupakan mengembangkan konsep-konsep sastra
satu kesatuan yang utuh. bandingan aliran Perancis, sehingga
4. Unsur Intrinsik sastra bandingan aliran Amerika ini
Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro disebut sebagai aliran baru (Hutomo,
(2007.75) adalah unsur pembangun 1993. 5).
karya sastra yang berasal dari dalam Sastra perbandingan adalah
karya itu sendiri yang terdiri atas. pendekatan dalam ilmu sastra yang
a) Tema adalah sesuatu yang menjadi tidak menghasilkan teori tersendiri.
pokok masalah/pokok pikiran dari Boleh dikatakan teori apapun bisa
pengarang yang ditampilkan dalam dimanfaatkan dalam penelitian sastra
sebuah karya sastra. bandingan, sesuai dengan objek dan
b) .Tokoh dan Penokohan tujuan penelitiannya. (Damono, 2013
Tokoh merupakan pemain atau orang- .1). Studi sastra yang dilakukan dalam
orang yang terlibat di dalam cerita sastra perbandingan pada umumnya
tersebut. Sedangkan penokohan adalah berawal dari adanya kemiripan yang
penentuan watak atau sifat tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra
ada di dalam cerita. yang berasal dari kebudayaan yang
c) Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian berbeda.
peristiwa yang memiliki hubungan Menurut Remak (dalam
sebab akibat sehingga menjadi satu Damono 2013.1) sastra bandingan
kesatuan yang padu, bulat dan utuh. adalah kajian sastra di luar batas-batas
5. Studi Bandingan negara dan kajian hubungan di antara
Istilah sastra bandingan kali pertama sastra dengan bidang ilmu serta
muncul di negara Inggris yang kepercayaan yang lain seperti seni
dipelopori oleh para pemikir Perancis (misalnya seni lukis, seni ukir, seni
seperti Fernand Baldensperger, Jean- bina, dan seni musik), filsafat, sejarah
Marie Carre, Paul van Tieghem, dan dan sains social, (misalnya politik,
Marius-Francois Guyard. Mereka ini ekonomi, sosiologi), agama dan lain-
dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lain. Ringkasnya sastra bandingan
lebih dikenal sebagai pelopor aliran membandingkan sastra sebuah Negara
Perancis atau aliran lama (Hutomo, dengan sastra Negara lain dan
1993. 5). Pada perkembangan membandingkan sastra dengan bidang
selanjutnya, sastra bandingan ini juga lain sebagai keseluruhan ungkapan
berkembang di Amerika, kehidupan.
B. METODE PENELITIAN “Perangai La Hila cukup baik dan
Jenis penelitian ini adalah bersahaja, tutur katanya Sangat hal.us,
penelitian deskriptif kualitatif. tingkah lakunya sungguh sopan semua
“Metode penelitian deskriptif kualitatif orang di kampung senang melihat La
merupakan prosedur penelitian yang Hila”(hal. 20).
menghasilkan data deskripsi berupa b. Wai Kimpi : seorang ibu yang
kata-kata tertulis atau lisan tentang merawat dan membesarkan La Hila.
sifat-sifat suatu individu, keadaan atau (baik, sabar dan penyayang).
gejala dari kelompok tertentu yang “Dengan penuh ketabahan Wai Kimpi
dapat diamati” (Moleong, 2000.6). membesarkan La Hila. Dia jaga dan
Sumber Datanya dokumen yaitu buku rawat La Hila layaknya seperti anak
cerita Legenda La Hila yang terdapat kandungnya sendiri. Kasih sayang
dalam Buku Bunga Rampai Legenda Wai Kimpi tiada pupus untuk La
Tanah Bima dan legenda Putri Hila”. (hal. 20).
Mandalika yang terdapat dalam buku c. Siri Gani dan Siri Dungga : pangeran
Kumpulan Cerita Nusantara. Teknik yang memperebutkan La Hila. (keras
analisis yaitu menggunakan teknik hati).
dokumentasi dan kepustakaan. “Dari atas pohon beringin besar ada
dua orang pemuda yang sedang
C. PEMBAHASAN beridiri berhadap-hadapan dan
saling mengeluarkan keris”.
1. Unsur Intrinsik Legenda La Hila 3. Alur/Plot
(Bima) Berdasarkan urutan peristiwanya,
1. Tema : pengorbanan seorang legenda La Hila bersifat kronologis
gadis cantik bernama La Hila yang atau alur maju. Hal. ini dapat dilihat
memutuskan untuk mengorbankan dari urutan peristiwa yang di awali
diri untuk menghindari keributan dan dengan perkenalan dan di akhiri
peperangan yang terjadi karena dengan penyelesaian.
memperebutkannya. La Hila memilih 4. Latar/Setting
menghilang dan berubah menjadi a. Tempat
serumpun Bambu. Latar tempat dalam legenda La Hila
2. Tokoh dan Penokohan terjadi di sebuah desa di dataran tinggi
a. La Hila : tokoh utama dalam Donggo Kala dan di sebuah sungai.
cerita. (baik, ramah dan sopan).
Seperti digambarkan dalam kutipan untuk rela mengorbankan diri sendiri
berikut. daripada menyusahkan orang lain. La
“Ada sebuah cerita di masa silam, Hila menghilang untuk menghindari
cerita ini datang dari tanah Donggo agar tidak ada lagi keributan yang
yang tinggi”. (hal. 20.) terjadi karena dirinya.
“Ada sebuah sungai yang mengalir dan 2. Unsur Intrinsik Legenda Putri
airnya cukup bersih. Sungai itulah Mandalika (Lombok)
menjadi tempat La Hila biasa mandi”. 1) Tema
(hal. 20). Pengorbanan Putri Mandalika demi
b. Waktu kesejahteraan kerajaan Tonjang Beru
Legenda La Hila memiliki latar waktu dan rakyatnya. Untuk menghindari
yang terjadi pada waktu siang dan terjadinya peperangan karena
malam hari. Seperti digamnbarkan memperebutkannya, ia memilih
dalam kutipan berikut. mengorbankan jiwa raganya dan
”Pada suatu ketika di pagi hari, La berubah menjadi Nyale.
Hila sedang mandi. Ia berjalan 2) Tokoh dan Penokohan
mengikuti La Hila hingga tiba di a. Putri Mandalika : tokoh utama
rumahnya”. (hal. 21). dalam cerita, putrid dari kerajaan
c. Suasana Tonjang Beru. (baik, cerdas,
Suasan yang digambarkan dalam bijaksana yanh juga ramah dan
legenda yaitu kesedihan. Di mana La sopan).
Hila harus mengorbankan dirinya agar “Raja Tonjang Beru memiliki
tidak terjadi perkelahian dan seorang putri yang cantik jelita,
peperangan yang disebabkan karena cerdas dan bijakasana. Disamping
memperebutkan dirinya. Seperti cerdas dan bijaksana Putri
tergambar dalam kutipan berikut. Mandalika juga terkenal ramah dan
“La Hila hanya terdiam, air matanya sopan. Tutur bahasanya Sangat
berlinang, namun tidak kelihatan lembut, seluruh rakyat negeri
tangisannya”. (hal. 23). Sangat sayang terhadap Sang
5. Amanat putri”. (hal. 82).
Legenda La Hila mengandung nilai b. Raja Tonjang Beru : raja dari
moral yang dapat dijadikan pedoman kerajaan Tonjang Beru. (arif dab
dalam kehidupan sehari-hari. Legenda bijaksana).
La Hila adalah cerita mengajarkan
“Tonjang Beru adalah seorang raja sebuah kerajaan yang bernama
yang arif dan bijaksana. Seluruh Tonjang Beru”. (hal. 84)
rakyatnya hidup makmur, aman dan ”Hari yang telah
sentosa. Mereka Sangat bangga ditentukan tiba. Tampaklah
mempunyai raja yang arif dan pemandangan yang Sangat
bijaksana itu”.(hal. 82). menarik. Para undangan
c. Dewi Seranting : tidak digambarkan dari berbagai negeri
karakternya dalam cerita. berbondong-bondong
d. Datu Taruna dan Pangeran Maliawang datang ke Pantai Seger”.
: pangeran dari kerajaan Johor dan (hal. 85).
Lipur (keras dan angkuh). b. Waktu
“Datu Teruna mengutus Arya Bawal Legenda Putri Mandalika
dan Arya Tebuik untuk melamar, memilik latar waktu yang terjadi siang
dengan ancaman hancurnya kerajaan dan malam. Seperti digambarkan
Tonjang Beru bila lamaran itu dalam kutipan berikut.
ditolaknya”. “Setelah berpikir sehari-semalam, Sang
“Pangeran Maliawang mengirim Arya Putri pun menemukan jalan keluarnya”.
Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat (hal. 84).
dan ancaman yang serupa”(hal. 83) “Dalam semedinya, ia mendapat
3) Alur yang dipakai dalam wangsit agar mengundang semua
cerita ini adalah alur maju, karena pangeran dalam pertemuan pada
rangkaian peristiwanya diceritakan tanggal 20, bulan 10 penanggalan
secara berurutan dari awal hingga Sasak), bertempat di Pantai Seger,
akhir, di awali dengan perkenalan dan Lombok Tengah”. (hal. 84).
di akhiri dengan penyelesaian. “Mereka harus datang ke tempat itu
4) Latar/Setting sebelum matahari memancarkan
a. Tempat sinarnya di ufuk Timur”. (hal. 85).
Latar tempat dalam legenda Putri c. Suasana
Mandalika terjadi di kerajaan Tonjang Suasan yang digambarkan dalam
Beru dan Pantai Seger, Lombok legenda Putri Mandalika yaitu sedih
Tengah. Seperti digambarkan dalam dan menegangkan.
kutipan berikut. “Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain
“Pada zaman dahulu kala, di pantai bagi Sang Putri. Ia pun memutuskan
Selatan Pulau Lombok, berdiri untuk mengorbankan jiwa dan raganya.
Tekadnya tersebut sudah tidak bisa b) Petunjuk untuk berkorban
ditawar lagi. Ia sudah siap merelakan Legenda La Hila tidak mendapatkan
jiwanya demi menghindari terjadinya petunjuk untuk melakukan
peperangan yang akan memakan pengorbanan. Sedangkan legenda
korban yang lebih banyak”. (hal. 84). Putri Mandalika mendapat
“Para pangeran sudah tidak sabar lagi petunjuk/wangsit untuk melakukan
menanti keputusan dari Sang Putri. pengorbanan dengan mengundang
Masing-masing berharap dirinyalah semua pangeran dan seluruh rakyatnya
yang akan dipilih Sang Putri. Suasana untuk hadir di Pantai Seger.
semakin tegang. Jantung para pangeran d) Wujud setelah menghilang
berdetak kencang seakan-akan mau Setelah menghilang La Hila berubah
copot”. (hal. 85). wujud menjadi serumpun
Bambu(rebong). Sementara Putri
5) Amanat Mandalika berubah wujud menjadi
Legenda Putri Mandalika Nyale.
mengandung nilai-nilai moral yang e) Status
dapat dijadikan pedoman dalam La Hila adalah seorang gadis biasa
kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai yang tidak di ketahui orang tuanya dan
yang menonjol adalah sifat yang rela dibesarkan oleh seorang nenek di
berkorban. Sifat tercermin pada sifat sebuat desa dataran tinggi Di Donggo
Putri Mandalika ketika ia rela. Kala. Sedangkan Putri Mandalika
1. Perbedaan Legenda La Hila (Bima) adalah seorang putri dari kerajaan
Dan Putri Mandalika (Lombok) Tonjang Beru yang hidup dan
a) Perkelahian/peperangan dibesarkan di lingkungan kerajaan
Legenda La Hila terjadi perkelahian bersama kedua orang tuanya.
antara dua pangeran yang f) Tempat
memperebutkan dirinya. Sedangkan La Hila berubah menjadi serumpun
legenda Putri Mandalika tidak terjadi Bambu bertempat di Sungai,
perkelahian karena Putri Mandalika sedangkan Putri Mandalika berubah
terlebih dahulu menceburkan dirinya menjadi Nyale bertempat di lautan.
ke lautan sebelum para pangeran
melakukan perkelahian/peperangan. g) Waktu
La Hila tidak diketahui jelas waktu di
saat ia menghilang dan berubah
menjadi serumpun Bambu, sedangkan malam memikirkan keputusan untuk
Putri Mandalika tertulis pada tanggal menentukan pilihan.
20 bulan 10pada penanggalan Sasak f) Manfaat
dia berubah menjadi Nyale. La Hila berubah menjadi serumpun
2. Persamaan Legenda La Hila (Bima) Bambu dan Putri Mandalika berubah
Dan Putri Mandalika (Lombok) menjadi Nyale, keduanya sama-sama
a) Tema dapat dimanfaakan dalam kehidupan
Pengorbanan seorang gadis cantik sehari-hari.
demi menghindari peperangan. Rela g) Waktunya siang dan malam hari.
menghilang demi kesejahteraan orang h) Suasana
banyak dan kerajaan. Suasana dalam cerita ialah sedih dan
b) Paras dan karakter menegangkan. Sedih karena harus
Mengisahkan tentang seorang gadis mengambil keputusan untuk
yang sama-sama memiliki paras yang mengorbankan jiwa dan raga dan
cantik jelita, cerdas, bijaksana. menghilang tanpa meninggalkan jejak,
Berbudi baik, tingkah laku yang membuat semua merasa kehilangan
sungguh sopan, tutur kata dan bahasa akan kepergiannya. Suasana yang
yang sangat halus. Seluruh rakyat amat menegangkan ketika para pangeran
menyayanginya. harus mengambil jalan untuk
c) Paras yang memikat berperang karena merebutkan dirinya
Memiliki kecantikan dan kemolekan sehingga memutuskan untuk
yang membuat para pangeran dan mengorbankan jiwa dan raganya.
pemuda tidak dapat bekedip ketika i) Amanat
melihatnya. Meninggalkan nilai-nilai moral yang
d) Penyebab Konflik dapat dijadikan pedoman dalam
Memperebutkan seorang gadis, para kehidupan sehari-hari. Sifat yang rela
pangeran tidak ada yang ingin berkorban demi kepentingan orang
mengalah. banyak.
e) Bimbang menentukan pilihan D. PENUTUP
La Hila dan Putri Mandalika sama- 1. Simpulan
sama tidak bisa memilih satu dari Berdasarkan pembahasan yang telah
pangeran yang melamarnya. dilakukan, hasil penelitian ini dapat
Kegelisahan dan rasa takut sepanjang disimpulkan sebagai berikut.
a) Legenda La Hila memiliki struktur amanat yang terdapat pada kedua
cerita yang lengkap. Struktur cerita La legenda.
Hila yang terdiri dari tema, tokoh dan 2. Saran-saran
penokohan, alur/plot, latar/setting dan Legenda merupakan salah satu
amanat. Pada cerita La Hila kebudayaan atau warisan yang sangat
disimpulkan bahwa tema yang berharga yang harus dijaga
diangkat dalam cerita iala kelestarianya. Sebagai bangsa yang
pengorbanan seorang gadis cantik kaya akan budaya, marilah
demi kesejahteraan orang banyak dan melestarikarikan budya lokal yang
akhirnya berubah menjadi serumpun kaya akan nilai yang dapat dijadikan
Bambu. pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
b) Legenda Putri Mandalika juga memiliki Sehubungan dengan hal berikut, dapat
struktur cerita lengkap yang terdiri dari dikemukkan beberapa saran sebagai
tema, tokoh dan penokohan, alur/plot, berikut.
latar/setting dan amanat. Tema yang a) Legenda yang tersebar di berbagai
diangkat dalam cerita yaitu daerah harus tetap dilestarikan agar
pengorbanan seorang gadis cantik untuk tidak punah tergeser oleh pengaruh
menghindari peperangan demi budaya asing. Oleh karena itu,
kesejahteraan kerajaan dan rakyatnya. diperlukan upaya pembinaan dan
h) Setelah dilakukan analisis pengembangan, serta penelitian lebih
perbandingan, maka diketahui bahwa lanjut secara berkesinambungan.
terdapat perbedaan dan persamaan b) Pemerintah sebaiknya ikut serta dalam
dalam legenda La Hila dan Putri membina kelestarian cerita rakyat guna
Mandalika. Perbedaannya meliputi memperkenalkan budaya lokal pada
perkelahian/peperangan, petunjuk masyarakat luas, sehingga masyarakat
untuk berkorban, wujud setelah akan lebih mencintai budaya setempat
menghilang, status, tempat kejadian, daripada budaya asing.
dan waktu terjadinya peristiwa.
Kemudian persamaannya meliputi
tema, paras dan karakter, penyebab
konflik, kebimbangan dalam
memutuskan, manfaat, waktu dan
suasana terjadinya peristiwa dan
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Damono, Supardi Djoko. 2013. Sastra Bandingan. Editum.

Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra_Epistemologi, model, teori dan
aplikasi. Yogyakarta: CAPS (center for academic publishing service).
Hutomo, Suripan S.1993. Merambah Matahari:Sastra dalam Perbandingan. Surabaya:
Gaya Masa.

Malingi, Alan.2015. Bunga Rampai Legenda Tanah Bima. Yogyakarta: Penerbit Omba.

Mahrif, Salehudin. 1994. “Studi Komparatif Nilai Sosial Cerpen Mis Karya Putu Wijaya
dengan Seorang Anak di Mata IbunyaKarya Sori Siregar serta Hubungannya
dengan M,ateri Pembelajaran Sastra di SMTA”(Skripsi). Mataram: FKIP
Uiversitas Mataram.

Moleong, Lexi J.2000. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nopitasari, Mala. 2013. “Studi Komparatif Unsur Intrinsik Novel Twin Love For
OneKarya Monica Petra dan Novel Bukan Pinang Dibelah Dua Karya Ratna
Indaswari Ibrahim” (Skripsi). Mataram: FKIP Unram.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Rahimsyah, MB.2003 Kumpula Cerita Rakyat Nusantara. Surabaya: Serba Jaya.

Ratna, Nyoman Kuta. 2010. Sastra and Cultural Studies Teori Sastra. Yogyakarta
Pustaka Pelajar.

2012. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satoto, Soediro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yuma Pustaka.

Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai