Anda di halaman 1dari 63

BABAK I

ADEGAN I
ROBERT SUUHROF
Ahoi si Phyloginik Minke, Mata keranjang kita , Buaya kita!!
Bulan mana pula sedang kau rindukan? Juga ada seorang dewi yang cantik di Surabaya. Cantik
tiada bandingan. Tidak kalah dari gambar itu.

MINKE
Apa yag kau maksud dengan cantik ?

ROBERT SUUHROF
Apa ? Kan kau sendiri yang rumuskan ? Letak dan bentuk tulang yang tepat, diikat oleh lapisan
daging yang tepat pula.

MINKE
Benar. Apa lagi ?

ROBERT SUUHROF
Apa lagi ? Kulit yang lembut. Mata yang bersinar. Dan bibir yang pandai berbisik.

MINKE
Kau sudah tambahi dan rubah dengan pandai berbisik

ROBERT SUUHROF
Jadi bibir itu hanya haru bisa memekik dan mengutuki kau ? Kan biarpun mengutuki asal
berbisik tidak apa. Pendeknya kalau kau memang jantan, Phyloginik sejati, mari aku bawa kau

kesana. Aku ingin lihat akan bagaimana solah dan tingkahmu. Apa kau memang sejantan bibirmu
.

MINKE
Aku masih banyak pekerjaan

ROBERT SUUHROF
Kecut sebelum turun gelanggang

MINKE
Baik, katakana. Kemana kita akan pergi?

ROBERT SUUHROF
Ke tempat dimana semua pemuda mengimpikan undangan, karena bidadarinya, Minke. Dengar,
aku beruntung mendaatkan undangan dari abangnya. Tak ada yang pernah mendapatkan
undangan kesana, kecuali ini (menuding ke dadanya sendiri).

MINKE
Mengapa tak kau ambil semua untuk dirimu saja ? santapannya dan dewi itu ?

ROBERT SUUHROF
Aku ? Ha.. Ha.. Untukku ? Hanya dewi berdarah Eropa tulen !

MINKE
Jadi dewi yang akan kami kunjungi itu Indo ? Peranakan , Indisch ? Kau sendiri kan Indo ?

ROBERT SUUHROF
Bagaimanapun aku adalah bagian dari orang kulit putih, Eropa, Minke!

MINKE
Ingin betul kau dibilang sebagai orang putih, Suuhrof?

ROBERT SUUHROF
Menjadi orang kulit putih itu dihormati. Bagaimanapun mereka lebih mempunyai peluangpeluang. Sudah, ayo kita ke sasaran kita. Ha..ha.. Tapi belum-belum kau sudah pucat sekarang.
Tak lagi yakin dengan kejantananmu sendiri. Ha..ha..ha..

MINKE
Kau memperolok aku, Rob.
Ayo katakana, mau kemana kita?

ROBERT SUUHROF
Tidak. Pada suatu kali kau akan jadi Bupati, Minke. Mungkin kau akan mendapat kebupatian
tandus. Akan aku doakan kau akan mendapat yang subur. Kalau dewi itu kelak akan
mendampingimu jadi Raden Ayu, aduhai, semua Bupati di Jawa akan demam kapilau karena iri.

MINKE
Siapa bilang aku akan jadi Bupati?

ROBERT SUUHROF
Aku. Dan aku akan meneruskan sekolah ke Nederland. Aku akan jadi Insinyur. Pada waktu itu
aku akan bertemu kau lagi. Aku akan berkunjung bersama istriku. Tahu kau, pertanyaan pertama
yang akan kuajukan?

MINKE
Kau mimpi, aku takkan pernah jadi Bupati

ROBERT SUUHROF

Dengarkan dulu. Aku akan bertanya; Hai, Philogynik, Mata keranjang, buaya darat, mana
haremmu? Ha..ha..ha..

MINKE
Rupa-rupanya kau masih anggap aku sebagai Jawa yang belum beradab.

ROBERT SUUHROF
Ha..ha..ha.. Mana ada Jawa, dan Bupati pula, bukan buaya darat?

MINKE
Aku tak akan jadi Bupati.
Mereka berjalan lalu sampai dirumah Nyai Ontosoroh
Didepan rumah Nyai Ontosoroh, satu pendekar Madura, Darsam sedang berjaga jaga.
Wajahnya tenang dan menyelidik.
Minke dan Robert Suuhrof muncul. Minke tampak ragu ragu. Robert Suuhrof berlagak percaya
diri.

DARSAM :
Cari siapa?

ROBERT SUURHOF :
Saya adalah tamu Tuan Besar. Jangan kau halangi.
Robert Mellema Muncul
ROBERT MELLEMA :
Hai Rob !

ROBERT SUURHOF :
Aku bawa temanku, Rob. kau tak keberatan kan?
Robert Mellema hanya melirik tajam kea arah Minke. Minke seperti gelisah. Robert Mellema
mengulurkan tangannya.

ROBERT MELLEMA :
Robert Mellema.

MINKE :
Minke.

ROBERT MELLEMA
Nama yang aneh. Dalam kamus Belanda, saya pikir tak ada nama itu. Mungkin, di kamus bahasa
Inggris?

MINKE
Bukan mauku dinamai Minke. Tapi orang memanggilku Minke. Ya, panggil saja aku Minke

ROBERT MELLEMA
Nama orang tua, mmm maksudku nama Ayah ?

MINKE
Tak ada nama orang tua. Panggil aku Minke saja.
Robert Mellema tertawa-tawa mengejak ha..ha,..ha.

ROBERT MELLEMA
Senang berkenalan denganmu. Mari duduk
Robert Mellema, Robert Suuhrof dan Minke, memasuki ruangaan sofa, lalu duduk. Suasana
tampak kaku dan hening. Lalu, perlahan Annelies masuk dari arah kamar mendekat, berjalan
dengan kemayunya. Ia mengenakan gaun panjang putih. Minke sangat terkejut mendapati
kedatangan Annelies berdiri dihadapan mereka bertiga. Robert Suuhrof juga memandang ke

Annelies, tapi dengan sekejap justru memperhatikan Minke yang masih terkesima dengan
kedatangan Annelies.Robert Mellema terdiam saja.
ANNELIES:
Annelies Mellema. Bolehkah aku ikut duduk disini ?

MINKE :
(DIAM)

ANNELIES :
Kenapa diam saja ?
MINKE :
Semua serba bagus disini.

ANNELIES :
Suka kau disini ?

MINKE :
Suka sekali.

ANNELIES :
Mengapa kau sembunyikan nama keluargamu?

MINKE :
Tak ada kusembunyikan. Apa perlu benar kusebutkan ?

ANNELIES :
Tentu. Nanti disangka kau tak diakui oleh ayahmu.

MINKE :

Aku tak punya. Betul-betul tak punya.

ANNELIES :
Oh, maafkan aku. Tak punya pun baik.

MINKE :
Aku bukan Indo.

ANNELIES :
Oh. Bukan?

MINKE :
(DIAM.PUCAT)

ANNELIES :
Mengapa pucat ? Pribumi juga baik.
Ibuku juga pribumiPribumi Jawa. Kau tamuku, Minke.

MINKE :
Terima kasih.

ROBERT MELLEMA :
Mari Rob ke tempat lain, disini agak gerah.
Mereka berdua beranjak dari kursi dan pergi.

ANNELIES :
Mengapa kau diam saja ? Kau bersekolah?

MINKE :
Kawan sekelas Robert Suurhof.

ANNELIES :
Rupa-rupanya abangku bangga punya teman dia, seorang murid HBS.
Mama! Sini! Mama ada tamu.
Nyai Ontosoroh masuk.

NYAI ONTOSOROH :
Ya, Annelies, siapa tamumu ?

ANNELIES :
Ini, Mama, Minke namanya. Pribumi Jawa, Mama. Pelajar HBS, Mama.

NYAI ONTOSOROH :
O ya ? betul itu?
Nyai Ontosoroh mengulurkan tangannya
Tamu Annelies juga tamuku. Bagaimana aku harus panggil? Tuan? Sinyo? Tapi bukan Indo.
Betul pelajar HBS?

MINKE :
Betul, mmm.. (ragu ragu mau panggil apa)

NYAI ONTOSOROH :
Orang memanggil aku Nyi Ontosoroh. Mereka tidak bisa menyebut Nyai Buitenzorg.
Nampaknya Sinyo ragu menyebut aku demikian. Semua memanggil aku begitu. Jangan segan.
Kalau Sinyo pelajar HBS, tentu Sinyo putra Bupati. Bupati mana itu ?
MINKE :

Saya bukan anak Bupati, mmm.....

NYAI ONTOSOROH :
Begitu segannya Sinyo menyebut aku. Kalau ragu tak menghinakan diri Sinyo, panggil saja
MAMA, seperti Annelies juga.

ANNELIES :
Ya Minke, Mama benar, panggil saja Mama.

MINKE :
Bukan Bupati manapun, mmm... Mama.

NYAI ONTOSOROH :
Kalau begitu tentu putra Patih. Silahkan duduk. Mengapa berdiri saja.

MINKE :
Putra Patih pun bukan.

NYAI ONTOSOROH :
Ya, terserahlah. Setidak-tidaknya senang juga ada teman Annelies datang berkunjung. Hey, Ann,
yang benar layani tamumu.

ANNELIES :
Tentu Mama.
Nyai Ontosoroh pergi
ANNELIES :

Aku senang ada tamu untukku. Tak ada yang pernah mengunjungi aku. Orang takut datang
kemari.
Mengapa kau masih diam saja?

MINKE :
Mengagumi rumah ini. Serba indah.

ANNELIES :
Betul-betul senang kau disini ?

MINKE :
Tentu. Tentu saja.

ANNELIES :
Kau tadi pucat. Mengapa?

MINKE :
Karena tak pernah menyangka akan bisa berhadapan dengan seorang Dewi secantik ini.

ANNELIES :
Siapa kau maksudkan...Dewi itu ?

MINKE :
Kau.
ANNELIES :
Aku ? Kau katakan aku cantik ?

MINKE :
Tanpa tandingan.
Minke mencium kening Annelies. Annelies terkaget dan berlari.

ANNELIES :
Mamaaaa!!!
Nyai Ontosoroh muncul kembali

NYAI ONTOSOROH :
Ada apa lagi Ann ? Apa dia mengajak bertengkar, Nyo ?

ANNELIES :
Tidak, tidak bertengkar. Mama, coba Mama, masa Minke bilang aku cantik ?

NYAI ONTOSOROH :
Kan Mama sudah sering bilang, kau memang cantik. Dan cantik luar biasa. Kau memang cantik,
Ann. Sinyo tidak keliru.

ANNELIES :
Oh, Mama. BERLARI.

NYAI ONTOSOROH :
Nyo, kau biasa memuji-muji gadis?
MINKE :
Kalau gadis itu memang cantik, kan tiada buruk, memujinya?

NYAI ONTOSOROH :
Berani Sinyo lakukan itu ?

MINKE :
Kami diajari untuk secara jujur menyatakan perasaan hati kami.
Nyai Ontosoroh duduk dikursi

NYAI ONTOSOROH:
Apa kegiatan Sinyo selain sekolah ?

MINKE :
Aku mencoba-coba bekerja, Mama.

NYAI ONTOSOROH:
Sinyo ? putra Bupati ? Mencoba-coba bekerja bagaimana?

MINKE :
Mungkin juga karena bukan anak Bupati itu.

NYAI ONTOSOROH:
Apa Sinyo kerjakan?

MINKE :
Mebel dari kelas teratas, Mama. Biasa aku tawarkan di kapal pada pendatang baru, juga rumahrumah orangtua teman-teman sekolah.

NYAI ONTOSOROH:
Jadi kedatanganmu ini juga hendak berdagang ? Coba lihat gambar-gambarnya?

MINKE :
Tidak. Datang kemari aku tak membawa sesuatu. Hanya kalau Mama perlu, lain kali akan
kubawakan : Lemari, misalnya, seperti dalam istana raja-raja Austria atau Perancis atau Inggris
renaissance, baroc, roccoco, victoria
Dan jugasekali sekali menulis.... teks iklan, Mama.

NYAI ONTOSOROH:

Menarik. Bagiku siapapun berusaha, bekerja selalu menarik. Berbahagialah dia yang makan dari
keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri .
Annelies muncul kembali ke panggung. Nyai Ontosoroh menengok ke samping, melihat
kedatangan Annelies yang muncul berjalan perlahan dengan berkain batik, berkebaya berenda,
sanggulnya agak ketinggian. Leher, lengan, kuping, dan dadanya di hiasi perhiasan kombinasi
hijau putih, zamrud mutiara dan berlian. Nampak berlebihan
Bukan main Ah!!!
Dia bersolek untukmu, Nyo.
Dari siapa kau belajar bersolek dan berdandan seperti itu, Ann?

ANNELIES :
Ah, Mama ini..

NYAI ONTOSOROH:
Lihat, Ann. Sinyo sudah mau berangkat pulang saja. Beruntung dapat dicegah. Kalau tidak, dia
akan merugi tidak melihat kau seperti ini.

ANNELIES :
Ah, Mama ini !

NYAI ONTOSOROH:
Bagaimana , Nyo? Mengapa kau diam saja? Lupa kau pada adatmu?

MINKE :
Terlalu cantik, Mama. Apa kata yang tepat untuk cantiknya cantik?
Ya, begitulah kau, Ann.

NYAI ONTOSOROH:
Ya, pantas untuk jadi Ratu Hindia, bukan, Nyo?

ANNELIES :
Ah, Mama ini.

NYAI ONTOSOROH
Ah Mama ini. Kau sudah sebut untuk kesekian kali
Suasana hening sesaat. Robert Mellema dan Robert Suuhrof dari kebun masuk ke ruangan itu.
Tiba tiba terdengar suara langkah sepatu seperti terseret dengan berat. Minke mngangkat
pandanng ke wajah Nyai Ontosoroh yang tajam memasang telinganya. Annelies Nampak
tegang. Makin lama suara langkah sepatu terseret dilantai semakin jelas. Suasana ruangan itu
semakin hening dan jelas.
Lalu bayang bayang pendatang itu disemprotkan oleh lampu yang makin lama makin jelas.
Kemudian munul Tuan Mellema yang tinggi besar dari arah sorot lampu itu. Pakaiannya kusut,
rambutnya kacau dan sepatunya dekil. Tuan Mellema melihat kesemua orang yang ada disitu.
Lalu pandangannya berhenti ketika menatapi wajah Minke.

MINKE :
Selamat petang, Tuan Mellema.

TUAN MELLEMA :
Siapa kasih Kowe ijin datang kemari, Monyet ! Kowe kira, kalau sudah pakean Eropa, bersama
orang Eropa, bisa sedikit bicara Belanda, lantas jadi Eropa? Tetap monyet !!

NYAI ONTOSOROH:
Tutup mulut. Dia tamuku.

TUAN MELLEMA :
Nyai
Tuan Mellema menghilang kedalam kamar

ROBERT MELLEMA
Suuhrof, mari keluar. Terasa panas betul disini

Robert Mellema dan Robert Suuhrof keluar tanpa pamit. Menyelonong, menghilang keluar
Minke diam seperti berfikir keras, bergantian menatapi Annelies dan memandang Nyai
Ontosoroh. Sesekali menunduk.
NYAI ONTOSOROH
Pulanglah Nyo. Darsam akan mengantarmu pulang
Nyai Ontosoroh berjalan kebelakang , memanggil Darsam
NYAI ONTOSOROH
Darsam!! Darsam !
Darsam masuk dari dapur. Memberi tabik.

DARSAM
Ya, Nyai

NYAI ONTOSOROH
Tuan muda ini tamuku, tamu Non Annelies. Antarkan jangan terjadi apa-apa di jalan.
Darsam mengangkat tangan, tanpa bicara, kemudian pergi. Disusul Minke. Baru dua langkah,
Ontosoroh bicara lagi. Minke berhenti.

NYAI ONTOSOROH
Sinyo Minke, Annelies tak punya teman. Dia senang Sinyo datang kemari. Kau memang tak
punya banyak waktu, itu aku tahu. Biar begitu usahakan sering datang kemari. Tak perlu kuatir
pada Tuan Mellema. Itu urusanku. Kalau Sinyo suka, kami akan senang sekali kalau Sinyo mau
tinggal disini. Apalagi kalau Sinyo suka bekerja dan berusaha, kau cukup disini saja bersama
kami. Itu kalau Sinyo suka.

MINKE
Terima kasih, Mama. Semuanya itu baik dan menyenangkan, namun begitu harus kupikir-pikir
dulu. Apalagi banyak sudah pekerjaan dan janji dengan sahabat-sahabatku yang ada.

NYAI ONTOSOROH

Itu baik. Manusia yang wajar, mesti mempunyai sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa
sahabat, hidup akan terlalu sunyi (Ia mengucapkan dengan nada sedih dan seperti ditujukan
kepada dirinya sendiri)
ANNELIES
Jangan tidak Minke

NYAI ONTOSOROH
Ya, Nyo, pikirkanlah. Kalau tidak ada keberatan, biar nanti semua di urus Annelies. Kan begitu,
Ann? (ke arah Annelies).
Annelies berjalan menuju Nyai Ontosoroh dan berbisik

MINKE :
Selamat malam semua dan terima kasih banyak, Mama, Ann.

NYAI ONTOSOROH:
Brenti dulu ! Sinyo Minke kemari.
Minke berbalik, menghampiri Nyai Ontosoroh
Annelies tadi berbisik kepadaku, Nyojangan gusarbenarkah itu, kau telah menciumnya?
Benarkah itu ? (Minke kaget, dia tak bisa bicara)
Nah, jadi benar. Sekarang Minke, cium Annelies di hadapanku. Biar aku tahu anakku tidak
bohong.
Minke gemetar menciumi kening Annelies
Aku bangga, Nyo, kaulah yang telah menciumnya. Pulanglah sekarang.
Minke keluar diikuti Darsam
Dipanggung tinggal Nyai Ontosoroh bersama Annelies. Mereka duduk berdua di sofa.
Hening.
Robert Mellema masuk kembali, tampak acuh tak acuh

NYAI ONTOSOROH
Sudah kau urus sapi sapi dibelakang ?

Robert masih tidak peduli


Nyai Ontosoroh bangkit dan mendekat ke Robert

NYAI ONTOSOROH
Masihkah sedikit punya kesopanan terhadap ibumu ? Mendengarpun kau tak mau
Robert menjawab sinis dan tetap melihat ke kapal di tangannya

ROBERT MELLEMA
Saya tidak peduli sapi sapi. Saya tidak peduli pribumi. Saya mau berlayar, ke negeri jauh. Ke
Eropa!

NYAI ONTOSOROH
Baik. Buatmu, tidak ada yang lebih agung dari pada menjadi Eropa! Dan kau menginginkan
semua pribumi untuk tunduk padamu, termasuk ibumu ini. Yang pribumi ini. Tapi aku tidak akan
tunduk kepadamu yang mengurus diri sendiri saja tidak mampu. Pergi sana. Jadilah orng Eropa
yang kau agungkan.

ROBERT MELLEMA
Papaku bukan pribumi

NYAI ONTOSOROH
Aku ibumu. Aku yang melahirkan kau
Robert menyingkir sedikit lalu pergi ke kamar dan berteriak

ROBERT MELLEMA
Papaku bukan pribumi
Nyai Ontosoroh menengok ke Annelies yang masih di sofa, Nampak ketakutan

NYAI ONTOSOROH

Kau boleh ikut abangmu

ANNELIES
Tidak Ma. Aku anak Mama.
Nyai ontosoroh keluar ruangan menuju kebun. Annelies memandangi punggung Nyai Ontosoroh
yang berjalan cepat, keluar panggung
Dipanggung tinggal Annelies sendirian. Ia bangkit perlahan dari sofa, berjalan pelan. Lalu
bicara dengan nada sedih, rapuh dan sunyi tapi berusaha untuk kukuh

ANNELIES
Mama. Mamaku tersayang. Engkau mempunyai cinta yang teragung. Tapi betapa diri ini juga
merasa lelah . lelah harus terus bekerja siang malam, mengikuti Mama yang kadang seperti
mesin. Terus dan terus. Dan disana ada kemurungan. Ya, kemurungan yang tak terungkap,
meskipun cinta Mama juga terlalu memberiku kekuatan
Robert muncul, berhenti di belakang agak jauh dan Annelies mengawasinya

ANNELIES
Ah Mama, Mamaku sayang. Engkaulah kebesaran dan kekuasaan satu-satunya yang ku kenal.
Annelies seperti tersadar pada sesuatu, bergerak cepat, badannya memutar ke belakang dan
didapatinya Robert yang sudah mau memeluk. Annelies berhasil melepaskan dekapan Robert.

ANNELIES
Mau apa kau?
Robert berusaha menyeret tangan annelies kembali. Annelies semakin menghindari Robert
mellema. Tetapi Robert terus mengejarnya
Annelies tertangkap kembali. Annelies meronta dan berusaha melepaskan diri dari dekapan
Robert. Tetapi tubuh Robert terlalu kuat dan seperti kesetanan menciumi wajah annelies.
Black out.

ADEGAN II
Di ruang kerja Tuan Mellema. Tuan Mellema tampak sedang mengajari Nyai Ontosoroh..
TUAN MELLEMA
Nyai, pekerja-pekerja harus disewa untuk menjalankan usaha susu ternak rumah ini. Mulai saat
ini kau pun harus mulai mengurusi semua urusan usaha.
Satu hal yang harus kau ingat, majikan mereka adalah penghidupan mereka. Majikan
penghidupan mereka adalah kau! Jadi kau harus jadi majikan yang baik, yang tahu bagaimana
mengurus pekerjanya.

NYAI ONTOSOROH
Ya, aku akan menjalankan semua tugas sebaik-baiknya. Akan kukerahkan seluruh tenaga dan
perasaan yang ada di diriku untuk Tuan. Sebaik-baiknya. Karena itulah tugasku, sebagai Nyai
Tuan.

Nyai Ontosoroh berjalan mendekat ke Tuan Mellema.

TUAN MELLEMA
Nyai, bacalah majalah-majalah itu selalu. Juga buku-buku itu akan membawamu kepada dunia
yang maha luas. Dengan begitu, bahasa Melayu dan Belandamu akan terus maju dan Nyai akan
semakin menguasai berbagai bidang dan pengetahuan. Kemarin pagi, datang pula majalah dan
buku dari Nederland.

NYAI ONTOSOROH
Apa wanita Eropa diajar sebagaimana aku diajar sekarang ini, Tuan?

TUAN MELLEMA
Kau lebih mampu dari rata-rata mereka, apalagi yang peranakan.

NYAI ONTOSOROH
Sudahkah aku seperti wanita Belanda?

TUAN MELLEMA
Ha..ha..ha tak mungkin kau seperti wanita Belanda. Juga tidak perlu. Kau cukup seperti yang
sekarang. Biar begitu, kau lebih cerdas dan lebih baik dari mereka semua. Tapi kau juga harus
selalu kelihatan cantik, Nyai. Muka yang kusut dan pakaian yang berantakan juga pencerminan
perusahaan yang kusut berantakan
Tiba-tiba Darsam masuk, mengabarkan bahwa ada orang tua Nyai Ontosoroh datang.

DARSAM
Tuan, maaf tuan, ada orang tua Nyai datang, Tuan. Mereka tunggu di depan.
Nyai Ontosoroh menaruh majalahnya di meja. Terdiam sejenak, tegang dan bicara getir.

NYAI ONTOSOROH

Dia tidak patut jadi Ayahku, meskipun aku masih anaknya, dan aku tidak bisa berbuat sesuatu
karenanya. Tapi yang kuingat adalah bahwa ia telah menjual diriku. Ia telah menyerahkan badan
ini, dan, ibuku, tak bisa mencegahnya. Bahkan, untuk mempertahankan aku untuk tinggal
dirumah, ibuku pun tak mampu. Anggaplah aku sebagai telornya yang telah jatuh dari
petarangan. Pecah. Bukan telornya yang salah. Dan perlu diingat, orang tuaku telah menjual
diriku kepada Tuan. Jadi orang tuaku tidak berhak lagi menemuiku. Sekarang ini aku adalah
Nyai Tuan.

TUAN MELLEMA
Temuilah

NYAI ONTOSOROH
Kalau aku harus menemuinya, berarti Tuan telah mengembalikan aku kepada pemilik semula.
Apakah aku harus pergi dari sini??

TUAN MELLEMA
Kalau kau pergi, bagaimana dengaan aku? Bagaimana sapi-sapi di peternakan rumah ini?

NYAI ONTOSOROH
Banyak orang bisa disewa untuk mengurusnya.

TUAN MELLEMA
Sekarang ini, sapi-sapi itu hanya kenal kau

NYAI ONTOSOROH
Baik, kalau begitu suruh mereka pulang saja.

TUAN MELLEMA
Kau terlalu keras Nyai

NYAI ONTOSOROH
Bakal jadi apa kalau aku tidak sanggup bersikap keras. Luka terhadap kebanggaan dan harga diri
tak jua mau hilang. Bila teringat kembali, bagaimana hina aku dijual kepada Tuan. Aku tak
mampu mengampuni kerakusan ayahku dan kelamahan ibuku. Sekali dalam hidup kita mesti
menentukan sikap. Sudahlah, biar semua putus sudah terhadap masa lalu. Itu sudah sebaik-baik
yang aku bisa lakukan. Suruh mereka pulang
Darsam memberi tabik, Nyai Ontosoroh berjalan mondar-mandir seperti gelisah sambil
membetulkan letak sanggulnya. Tuan Mellema masih duduk di sofa sedang membaca sebuah
buku dan sesekali memperhatikan Nyai nya.

NYAI ONTOSOROH
Tuan, tak terasa, anak-anak, Annelies dan Robert sudah besar. Sebaiknya kita ke pengadilan
untuk mendaftarkan kita, sehingga anak-anak kita diakui sebagai anak sedarah, anak syah.

TUAN MELLEMA
Itu sudah kupikirkan sejak semula. Kemarin aku datang ke pengadilan untuk minta pengakuan.
Tapi

NYAI ONTOSOROH
Tapi, kenapa tuan?

TUAN MELLEMA
Dengan campur tangan hukum, justru Robert dan Annelies tetap dianggap anak tidak syah dan
hanya diakui sebagai anakku, anak Tuan Mellema.

NYAI ONTOSOROH
Bukankah aku ibunya. Aku yang mengandung dan melahirkannya. Aku yang merawat dan
membesarkannya
Suasana sedikit tegang
Dari kebun Annelies perlahan masuk ke panggung, berhenti sebentar, memperhatikan ke arah
Nyai Ontosoroh dan Tuan Mellema. Ia mengenakan gaun panjang putih. Lalu muncul ROBERT
MELLEMA dari arah kamar..

TUAN MELLEMA
Kau adalah Nyai, bukan Mevrow. Bukan Nyonya Mellema, tetapi Nyai! Begitulah hukum
Nederland. Tetapi selama masih ada aku, kalian semua akan aman.

NYAI ONTOSOROH
Hukum Tuan tidak mengakui aku sebagai ibu anakku sendiri, hanya karena aku pribumi dan
tidak kawin secara syah dengan Tuan. Ya, aku mengerti. Seharusnya aku tidak bertanya-tanya ini.
Tetapi, syah atau tidak menurut hukum Tuan, aku tetaplah ibu dari anak-anakku.
Annelies mendekat kesamping Nyai Ontosoroh. Sementara Robert mondar mandir seperti orang
gelisah.
NYAI ONTOSOROH
Kau kenapa, Robert? Duduklah

ROBERT MELLEMA
Aku bukan pribumi! Aku anak Papa!!!
Tuan Mellema menjadi tegang. Bangkit dari duduknya dan mondar mandir di situ lalu pergi kea
rah kebun dan di susul Robert, mengejarnya.
Nyai Ontosoroh hanya memandangi mereka berdua pergi.
Annelies menghampiri Mamanya. Memeluk pundaknya dari belakang.

ANNELIES
Mama, mamaku sayang, aku tetap anak Mama
Hening sesaat
Muncul Ir. Mauristz Mellema dari depan, pintu. Insiyur ini masih muda, tegap dan berpakaian
serba putih, seragam angkatan laut dan bertopi putih. Mauritz tampak ragu-ragu masuk,
menengok kiri kanan. Nyai Ontosoroh melihat kedatangan Mauritz itu, dan berjalan
menghampirinya. Sebelum Nyai Ontosoroh menegurnya, Mauritz dengan cepat lebih dulu
berucap dengan angkuhnya.

MAURITS MELLEMA
Mana Tuan Mellema?

NYAI ONTOSOROH
Siapa Tuan?

MAURITS MELLEMA
Hanya Tuan Mellema yang kuperlukan.
Dengan marah dan tersinggung, Nyai Ontosoroh meninggalkan Maurits. Nyai Ontosoroh
memanggil Tuan Mellema. Annelies heran menatap Maurits, lalu pergi kea rah kamar,
menghilang dari panggung.

NYAI ONTOSOROH
Tuan.! Tuan.!!!

Muncul Tuan Mellema datang menemui Maurits. Nyai Ontosoroh diam-diam memperhatikan
percakapan Tuan Mellema dan Maurits dari meja kerjanya.

TUAN MELLEMA
Maurits, kau sudah segagah ini?!

MAURITS MELLEMA
In-si-nyur Maurits Mellema
Tuan Mellema terkejut melihat sambutan Maurits. Tuan Mellema menyilahkan duduk, akan
tetapi Maurits tetap berdiri.

TUAN MELLEMA
Silahkan duduk.

MAURITS MELLEMA
Aku datang tidak untuk duduk di kursi ini. Ada sesuatu yag lebih penting dari pada duduk.
Dengarkan, Tuan Mellema! Ibuku, Mevrow Amelia Mellema-Harmes, setelah Tuan tinggalkan

secara pengecut, harus membanting tulang untuk menghidupi aku, menyekolahkan aku, sampai
aku berhasil menjadi insinyur.
Tuan Mellema mengangkat kedua belah tangannya. Bibirnya bergerak-gerak, tapi tak bersuara.
Pipinya menggeletar tak terkendali, kemudian tangannya jatuh terkulai.
Maurits melanjutkan bicaranya.

MAURITS MELLEMA
Tuan telah tinggalkan Mevrow Amelia Mellema Harmers, ibuku, dengan satu tuduhan berbuat
serong. Aku, anaknya, ikut merasa terhina. Tuan tidak pernah mengajukan soal ini ke pengadilan.
Tuan tidak memberi kesempatan kepada ibuku untuk membela diri. Tuan seenaknya saja
menggantungkan perkara ibuku, sehingga ibuku susah karenanya. Seharusnya ibuku bisa kawin
lagi dan hidup berbahagia.

TUAN MELLEMA
Dari dulu dia bisa datang ke pengadilan kalau membetuhkan cerai.

MAURITS MELLEMA
Mengapa mesti Mevrow Mellema Harmers kalau yang menuduh Tuan? Kalau Tuan yakin ibuku
serong, mengapa Tuan tidak mengajukan tuntutan cerai sekarang juga ke pengadilan?
TUAN MELLLEMA
Kalau aku yang mengajukan perkara, ibumu akan kehilangan semua haknya atas semua
perusahaan susuku disana.

MAURITS MELLEMA
Jangan berlagak menjadi seorang humanis, Tuan Mellema. Tahu apa tuan tentang hak?

TUAN MELLEMA
Kalau ibumu sejak dulu tak ada keberatan skandal itu diketahui umum, tentu aku telah lakukan
tanpa nasihatmu.

MAURITS MELLEMA

Dahulu ibuku belum mampu menyewa pengacara. Sekarang anaknya sanggup, bahkan yang
semahal-mahalnya. Tuan bisa buka perkara. Tuan juga cukup kaya untuk membiayai itu semua.
Nyai Ontosoroh tak tahan mendengar percakapan kedua anak bapak itu. Nyai Ontosoroh
keluar mendekati mereka berusaha untuk meredakan suasana. Akan tetapi Maurits sama sekali
tidak menggubrisnya, ia terus bicara.

MAURITS MELLEMA
Aku tahu apa saja yang ada dalam setiap kamar rumah ini, berapa pekerjamu, berapa sapimu,
berapa ton hasil padi dan palawija dari ladang dan sawahmu, berapa penghasilanmu setiap tahun,
berapa depositomu Dan, yang terhebat dari semua itu, Tuan Mellema, yaitu sesuatu yang
menyangkut tentang azas hidup, bahwa tuan telah meninggalkan dakwaan serong kepada istri
Tuan, Ibuku. Apa kenyataannya sekarang? Tuanlah yang justru telah mengambil seorang
perempuan pribumi sebagai teman tidur, tidak untuk sehari dua hari, sudah bertahun-tahun!!
Siang dan malam. Tanpa perkawinan yang syah. Tuan sudah menyebabkan lahirnya dua anak
haram jadah!!!
Nyai Ontosoroh marah mendengar itu. Ia melangkah perlahan, mendekati Maurits Mellema dan
hampir saja mencakar mukanya. Nyai Ontosoroh merasa dihina.
NYAI ONTOSOROH
Ucapan yang hanya patut didengarkan di rumahmu sendiri!!!
Maurits tidak menggubrisnya. Maurits sama sekali tidak menganggap kehadiran Nyai
Ontosoroh, Nyai Ontosoroh bicara lagi.

NYAI ONTOSOROH
Tak ada hak padamu bicara tentang keluargaku!!

MAURITS MELLEMA
Tak ada urusan dengan Kowe, Nyai!!! (kasar dan tetap tidak mau melihat Ontosoroh)

NYAI ONTOSOROH
Ini rumahku. Bicara kau di pinggir jalan sana, bukan disini!
Lalu Nyai Ontosoroh berusaha memberi isyarat kepada Tuan Mellema untuk pergi. Tetapi Tuan
Mellema nampak semakin melemah, dan linglung. Ia tetap berdiri di situ. Maurits masih
melanjutkan bicaranya.

MAURITS MELLEMA
Tuan Mellema, biarpun Tuan kawini Nyai, gundik ini, dengan perkawinan yang syah, dia tetap
bukan Kristen. Dia kafir! Sekiranya dia Kristen pun, tuan tetap lebih busuk dari Mevrow Amelia
Mellema Harmers, lebih busuk dari kebusukan yang pernah Tuan tuduhkan kepada Ibuku. Tuan
telah lakukan dosa darah, pelanggaran darah! Mencampurkan darah Kristen Eropa dengan darah
kafir pribumi berwarna! Dosa tak terampuni!
Nyai Ontosoroh meraung marah.

NYAI ONTOSOROH
Pergi! Bikin kacau rumah tangga orang. Mengaku insinyur, sedikit kesopananpun tak punya.
Maurits tetap tidak melayani dan tidak menggubris Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh maju
selangkah, Maurits mundur selangkah, Nampak jijik kepada Nyai Ontosoroh.

MAURITS MELLEMA
Tuan Mellema, jadi Tuan tahu sekarang siapa sesungguhnya Tuan ?
Lalu Maurits memunggungi Nyai Ontosoroh dan Tuan Mellema, pergi meninggalkan tempat itu,
tanpa menengok dan tanpa mengucapkan sesuatupun.
Tuan Mellema terpaku menatap ke lantai , dalam keadaan bengong. Nyai Ontosoroh meraung
marah kepada Tuan Mellema.

NYAI ONTOSOROH
Begitu macamnya peradaban Eropa yang kau ajarkan padaku ? Kau agungkan setinggi langit ?
siang dan malam ? Menyelidiki rumah tangga dan penghidupan orang, menghina, untuk pada
suatu kali bisa datang untuk kemudian memeras ? MEMERAS ? Apalagi kalau bukan untuk
memeras ? Untuk apa menyelidiki urusan orang lain ?
Tuan Mellema diam saja. Matanya bengong dan tidak berkedip. Nyai Ontosoroh semakin
meradang.
NYAI ONTOSOROH
Begitukah adab Eropa yang kau agungkan ? Dia datang hanya untuk memeras ??!

Nyai Ontosoroh menarik narik baju Tuan Mellema, tetapi Tuan Mellema tetap tidak
bergeming, bengong. Akhirnya Nyai Ontosoroh kelelahan dan menangis, bicara lemah dan
Nampak marah sekalius putus asa.

NYAI ONTOSOROH
Apa guna semua ilmu dan pengetahuan yang kau miliki ? ! Apa guna kau jadi orang Eropa yang
dihormati semua orang pribumi ?! Apa guna kau jadi Tuanku dan guruku sekaligus dan dewaku,
kalau membela dirimu saja tak mampu .
Nyai Ontosoroh dengan berlinang airmata memandangi wajah Tuan Mellema. Tuan Mellema
masih bengong, memandang keluar. Kemudian terbatuk batuk, lambat lambat melangkah.
Tuan Mellema berseru seru pelan, seperti takut kedengaran iblis dan setan.

TUAN MELLEMA
Mauritz! Mauritz! Mauritz..
Tuan Mellema berjalan sempoyongan sambil memanggil manggil Mauritz sampai ia
menghilang dari panggung.
Fade out.

ADEGAN III
Di rumah Tuan Mellema / Nyai Ontosoroh
Annelies terbaring lemah dan sakit diatas tempat tidur. Nyai ontosoroh nampak sedang menyeka
badan Annelies

NYAI ONTOSOROH
Kau tidur aja Ann.

ANNELIES
Tidak. Minke Ma, kenapa Mama membiarkan Minke pergi?

NYAI ONTOSOROH
Sabar Ann, sabar. Jatuh cinta benar, kau, padanya.

ANNELIES
Mama, Mamaku seorang. Jangan kau siksa aku begini macam ma..

NYAI ONTOSOROH
Kau jadi sakit begini, Ann, kau jangan sakit Ann. Siapa yang akan bantu Mama ?

ANNELIES
Aku tidak mau sakit, Ma

NYAI ONTOSOROH
Badanmu panas begini, Ann. Belajar bijaksana, Nak. Dalam soal begini orang hanya bisa
berusaha, dan hanya bisa bersabar menunggu hasilnya..
Lalu Nyai Ontosoroh memerintah kepada Darsam

NYAI ONTOSOROH
Panggil Robert, Darsam

Darsam lari kebelakang dan sebentar kemudian muncul Robert. Darsam masih berada
disampingnya.

NYAI ONTOSOROH
Kau tahu dimana Minke tinggal ?
Robert masih diam. Darsam mendesak

DARSAM
Jawab nyo

ROBERT MELLEMA
Tidak ada urusan dengan pribumi Jawa itu (mengarah ke Darsam)

DARSAM
Jawab pada Nyai , bukan padaku!

ROBERT MELLEMA
Tak ada urusan dengan Minke. Dia hanya pribumi

NYAI ONTOSOROH
Baik, jadi kau membenci Minke hanya karena dia pribumi dan kau berdarah Eropa. Baik.
Memang aku tak mampu mengajar dan mendidik kau. Hanya orang Eropa yang bisa lakukan itu
untukmu. Baik, Rob. Sekarang, aku, ibumu, orang pribumi ini, tahu bahwa orang yang berdarah
Eropa tentu lebih bijaksana. Lebih terpelajar dari pribumi. Tentu kau mengerti aku. Sekarang,
aku minta darah pribumi dalam tubuhmu-bukan Eropa dalam dirimu- Pergi ke kantor polisi

Surabaya. Cari keterangan tentang Minke. Darsam tak mungkin lakukan. Aku tidak. Pekerjaan
disini tidak memungkinkan. Kau pandai Belanda dan baca tulis. Darsam tidak. Aku ingin tahu,
apa kau bisa kerjaan cepat..!

DARSAM
Berangkat Nyo!!!
Tanpa menjawab, Robert Mellema pergi dan disusul Darsam, keluar rumah. Di panggung
tinggal Nyai Ontosoroh dan Annelies yang masih tergolek lemah di tempat tidur.

ANNELIES
Suka, kau pada Minke, Ma?

NYAI ONTOSOROH
Tentu, Ann, Minke anak yang baik. Bagaimana Mama tak akan suka, kalau kau sendiri sudah
suka? Orang tua tentu bangga punya anak seperti dia

ANNELIES
Mama, Mamaku sendiri

NYAI ONTOSOROH
Karena itu kau tak perlu kuatirkan sesuatu..
ANNELIES
Suka dia padaku Ma?

NYAI ONTOSOROH
Pemuda siapa yang tidak tergila-gila padamu? Totok, Indo, Pribumi. Semua. Mama mengerti
Ann. Tak akan ada gadis secantik kau. Sudah tidur, jangan pikirkan apa-apa.
Annelies tertidur,
Fade out

ADEGAN IV
Sore hari, Nyai Ontosoroh masuk ke ruang kerja dan memberesi arsip-arsip di mejanya.
Muncul Robert dengan penampilan berambut klimis dan nampak perlente. Nyai Ontosoroh
terkejut mendapati Robert yang sudah berdiri di depannya, lalu mengamati penampilannya.

NYAI ONTOSOROH
Nah, anak gila itu datang juga!
Darsam! Darsam!
Darsam masuk. Lalu robert bicara, nampak takut kepada Darsam. Memandang ke Nyai
Ontosoroh.

ROBERT MELLEMA
Polisi tak tahu menahu kemana Minke dibawa. Mereka tak mengenal nama itu
Nyai Ontosoroh meradamg marah.

NYAI ONTOSOROH
Penipu!
ROBERT
Aku sudah keliling kemana-mana mencari keterangannya.

NYAI ONTOSOROH
Sudah! Tidak perlu bicara! Bau mulutmu, bau minyak wangimu, sibak rambut itu, sama dengan
papamu. Begitulah permulaan papa mu tidak kenal mata angin lagi. Menyingkir pergi kau
penipu! Tak ada anakku seorang penipu!!
Darsam mendehem, mengawasi Robert. Robert cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu
(keluar panggung)
Terdengar seseorang masuk. Dialah Minke.

NYAI ONTOSOROH
Darsam, tengoklah siapa yang datang.
Darsam menengok keluar. Tampak Minke.

DARSAM
Sinyo, ditunggu-tunggu Nyai dan Non Annelies
Minnke berjalan ke arah Annelies dan Nyai Ontosoroh.

NYAI ONTOSOROH
Keterlaluan, kau, Nyo. Di tunggu- tunggu begitu lama. Annelies sakit keras merindukan kau.
Sudah, temani dia
Nyai Ontosoroh keluar. Di susul Darsam. Tinggal Annelies dan Minke di panggung.
Minke naik keranjang, duduk disamping Annelies yang terlentang

ANNELIES :
Akhirnya Mas datang juga.
Lama betul kami harus tunggu kau.
MINKE :
Ujian, Ann. Aku harus berhasil.

ANNELIES :
Aku ucapkan selamat naik kelas.

MINKE :
Terima kasih. Tahun depan aku harus tamat.
Ann, aku selalu terkenang padamu.

ANNELIES :
Jangan bohong.

MINKE :
Siapa akan bohongi kau ? Tidak.

ANNELIES :
Betul itu ?

MINKE :
Tentu. Tentu.
Dimana Robert ?

ANNELIES :
Kau tak perlu perhatikan dia. Dia benci pada semua dan segala yang serba Pribumi kecuali
keenakan yang bisa didapat daripadanya. Rasa-rasanya dia bukan anak sulung Mama, bukan
abangku, seperti orang asing yang tersasar kemari.

MINKE :
Aku juga tak melihat Tuan Mellema .

ANNELIES :
Papa ? Masih juga takut padanya? Diapun tak perlu kau perhatikan. Seminggu sekali belum tentu
pulang, itupun hanya untuk pergi lagi. Menghilang entah kemana.

MINKE :
Mengapa rahasia keluarga kau sampaikan padaku?

ANNELIES :
Karena Mas tamu kami dalam lima tahun ini. Kau begitu dekat, begitu baik pada Mama maupun
aku. Tak segan-segan aku ceritakan semua itu padamu Mas. Kaupun jangan segan-segan disini.
Kau akan jadi sahabat kami berdua. Segala milikku jadilah milikmu, Mas. Kau bebas sekehendak
dalam rumah ini.

Kau tentu masih ingat pada kunjunganmu yang pertama, Mas. Siapa pula bisa melupakan.
Akupun tidak. Seumur hidup pun tidak. Kau gemetar mencium aku di depan Mama. Aku pun
gemetar.
Ciuman itu terasa panas pada pipiku. Aku lari ke kamar dan kuperiksa mukaku pada kaca
cermin. Tiada sesuatu yang berubah. Tapi mengapa begitu panas? Kugosok dan kuhapus. Masih
juga panas. Kemanapun mata kulayangkan selalu juga tertumbuk.
Sudah gilakah aku? Mengapa kau juga yang selalu nampak, Mas? Dan mengapa aku senang di
dekatmu, dan merasa sunyi dan menderita jauh daripadamu? Mengapa tiba-tiba merasa
kehilangan sesuatu setelah kepergianmu?
Aku memadamkan lilin di kamar tidurku, tapi kegelapan justru semakin memperjelas wajahmu.
Aku ingin menggandengmu tapi tanganmu tak ada. Dalam dadaku terasa ada sepasang tangan
yang jari-jarinya menggelitik memaksa aku berbuat sesuatu. Berbuat apa ? Aku sendiri tak tahu.
Kulemparkan selimut Kutinggalkan kamar dan
menyerbu ke kamar Mama tanpa mengetuk.

ANNELIES
Selimuti aku mas

MINKE
Kau sudah berselimut begini Ann, masa kau terus begini manja.

ANNELIES
Pada siapa lagi aku bermanja, kalau bukan padamu, Mas, sekarang ceritai aku, Mas

MINKE
Cerita apa, Ann? Jawa atau Eropa?

ANNELIES
Mau mu sajalah. Aku rindukan suaramu, kata-katamu, yang di ucapkan dekat kuping, sampai
terdengar nafasmu

MINKE
Bahasa apa, Jawa atau Belanda?

ANNELIES
Sekarang kau sudah jadi bawel, Mas. Ceritai sudah.

MINKE
Di negeri yang jauh, jauh sekali tak ada nyamuk seperti disini. Juga tak ada cicak merangkak
pada dinding untuk menyambarnya. Bersih, negeri itu sangat bersih. Negeri itu subur dan hijau.
Segala yang ditanam jadi. Hama juga tak pernah ada. Tak ada penyakit dan kemiskinan. Semua
orang hidup senang dan berbahagia. Setiap orang pandai dan suka menyanyi, gemar menari.
Orang punya kudanya sendiri: putih, merah, hitam, coklat, kuning, biru, jambu, kelabu.
Seekorpun tak ada yang belang

ANNELIES
Ha ha.. ada kuda biru dan hitam
Annelies menarik tubuuh Minke sampai terjatuh dalam pelukannya. Mereka bercengkrama
penuh gairah. Lampu berubah menjadi sendu dan temaram. Terdengar musik yang membawa
suasana sepi dan duka.
ANNELIES :
Menyesal, Mas.
Minke terdiam

ANNELIES :
Bicara, Mas.

MINKE :
Benarkah aku bukan lelaki pertama, Ann.

ANNELIES :
Kau menyesal, Mas. Kau menyesal. MENANGIS

MINKE :
Maafkan aku, Ann. Membelai rambut Annelies

ANNELIES :
Aku tahu, pada suatu kali seorang lelaki yang aku cintai akan berkata begitu, seluruh
keberanianku telah kupusatkan untuk menerima pertanyaan itu. Untuk menghadapi. Aku tetap
takut, takut kau tinggalkan. Akan kau tinggalkan aku, Mas?

MINKE :
Tidak, Annelies sayang.

ANNELIES :
Akan kau peristri aku, Mas?

MINKE :
Ya.

ANNELIES :
Kasihan kau Mas, bukan lelaki pertama.
Tapi itu bukan kemauanku sendirikecelakaan itu tak dapat kuelakkan.

MINKE :
Siapa lelaki pertama itu ?

ANNELIES :
Kau mendendam padanya, Mas?

MINKE :
Siapa dia?
ANNELIES :
Memalukan ! Binatang yang satu itu .
Rob

MINKE :
Robert ! Suurhof. Mana mungkin.

ANNELIES :
Bukan Suurhof. Bukan dia. Mellema.

MINKE :
Bohong !!

ANNELIES :
Aku malu padamu, pada diriku sendiri.

MINKE :
Berapa kali kau lakukan?

ANNELIES :
Sekali. Betul sekali. Kecelakaan.
MINKE :
Bohong !!

ANNELIES :
Bunuhlah aku kalau bohong. Apa gunanya hidup tanpa kau percayai ?

MINKE :
Siapa lagi selain Robert Mellema?

ANNELIES :
Tak ada. Kau.
Mas, biar sekarang saja aku ceritakan. Aku masih ingat hari, bulan, tahun dan tanggalnya. Kau
bisa lihat pada coretan merah pada kalender itu. Kurang lebih setengah tahun yang lalu.

MINKE :
Annelies, aku percaya. Aku percaya, Ann. Aku percaya.
ANNELIES :
Kepercayaan Mas adalah hidupku, Mas. Itu aku tahu sejak semula.

MINKE :
Kau tak mengadu pada Mama ?

ANNELIES :
Apa kebaikannya ? Keadaan tidak akan menjadi lebih baik.
Kalau Mama tahu, Robert pasti dibinasakan oleh Darsam, dan semuanya akan binasa. Juga
Mama, juga aku.
Orang takkan menyukai perusahaan kami lagi. Rumah kami akan menjadi rumah setan.
Benar atau salah aku ini, Mas ? Minke memeluk Annelies. Lampu temaram. Fade out.
ADEGAN IV
Music waltz terdengar di ruangan itu. Lalu datang Magda Peters, gurunya Minke, masuk
kepanggung berdiri depan tidak jauh dari Minke. Minke berdiri dan meyambutnya.

MAGDA PETERS
Tidak seperti yang aku bayangkan semula. Jadi disini kau tinggal ? Tidak mudah memiliki rumah
seperti ini. Ai, Minke, ternyata rumah ini penuh dengan kehangatan. Tidak seperti yang
dibayangkan dengan orang luar.
Annelies berjala perlahan menggunakan gaun hitam beludu. Langsung berdiri disamping Minke.
MINKE
Ann, ini guruku, Juffrouw Magda Peters.
Annelies mengulurkan tangan kepada Magda Peters

MINKE
Annelies Mellema, Jufrouw. Ann, mau kiranya kau panggilkan Mama?
Annelies membungkuk meminta diri dan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

MAGDA PETERS
Seperti ratu, Minke. Begitu lembut wajahnya. Seperti primadona Italia. Tidak mengherankan kau
betah disini. Nampaknya berpendidikan baik, sopan dan agung. Karena dia, kau tinggal disini ?
ya, aku dengar, kau telah mengawininya. Semoga kau bahagia, Minke, juga primadonamu.

MINKE
Annelies dan Mamanya sangat menyenangkan, Juffrouw. Mereka selalu bisa berbicara,
berdiskusi dengan saya.

MAGDA PETERS
Primadona dari Italia dan Spanyol, Balerina dari Perancis dan Rusiapun tak secantik dia. Pantas
terlalu banyak orang bicara tentang kecantikan Kreol. Sayang sekali, gaun itu sepantasnya
dipakai di malam hari
Nyai Ontosoroh mendekat pula. Ia ulurkan tangannya pada Magda Peters.

MINKE
Ini Mama, Juffrouw, dan ini guruku, Mama. Juffrouw Magda Peters guru bahasa dan sastra
Belanda. Mama tidak biasa menerima tamu, Juffrouw.

NYAI ONTOSOROH
Apa pelajaran Minke, maju, Juffrouw ?

MAGDA PETERS
Dia bisa lebih maju kalau mau

NYAI ONTOSOROH

Memang kami tidak biasa menerima tamu, Juffrouw. Kami sangat senang Juffrouw sudi datang.

MAGDA PETERS
Mevrouw

NYAI ONTOSOROH
Nyai, Juffrouw. Aku bukan Mevrouw, bukan Nyonya, tetapi Nyai
Magda Peters kaget.

MAGDA PETERS
Mmmm, begini Mevrouw, kedatanganku sebenarnya untuk urusan sekolah. Kami ingin
mendapat keterangan yang pasti apa Minke disini bisa belajar dengan baik ?

NYAI ONTOSOROH
Dia berangkat pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Malam hari dia membaca, belajar atau
menulis. Maafkan Juffrouw, aku tak biasa dipanggi Mevrouw. Sebutan itu tidak tepat, bukan
hakku. Panggil saja Nyai, seperti yang dilakukan semua orang. Karena itulah aku, Juffrouw.

MAGDA PETERS
Tidak ada jeleknya di panggil Mevrouw? Kan bukan penghinaan ?

NYAI ONTOSOROH
Tidak ada jeleknya. Juga bukan penghinaan. Hanya agak menyalahi kenyataan, juga tidak sejalan
dengan hokum. Sampai sekarang memang belum pernah bersuami. Hanya ada seorang Tuan
yang memiliki aku, diriku.

MAGDA PETERS
Memiliki ?

NYAI ONTOSOROH

Begitu yang telah terjadi Juffrouw. Sebagai wanita Eropa tentu Juffrouw bergidik mendengarnya.

MAGDA PETERS
Tapi perbudakan telah dihapuskan barang 30 tahun yang lalu ?

NYAI ONTOSOROH
Betul, Juffrouw, laporan-laporan mengatakan telah tidak ada lagi perbudakan. Tapi nyatanya
perbudakan dimana mana di Hindia ini. Para perempuan di giring oleh Ayah-ayah mereka, oleh
para orang tua mereka, bahkan oleh para suami untuk ditukar dengan gulden! Untuk kemudian
ditendang, diejek, dikhianati, tetapi dengan rakusnya para ayah, para suami, dan masyarakat
melumat uang dari hasil penjualannya.

MAGDA PETERS
Mevrouw bukan budak. Juga tidak seperti budak.

NYAI ONTOSOROH
Nyai, Juffrouw. Bisa saja seorang budak tinggal di istana kaisar . hanya dia tinggal budak.

MAGDA PETERS
Bagaimana keterangannya maka Nyai merasa diri budak ?

NYAI ONTOSOROH
Seorang Eropa, Eropa totok, telah membeli diriku dari orang tuaku. Aku dibeli untuk dijadikan
induk bagi anak-anaknya
Minke merasai suasana tidak enak, lalu terburu buru pamit, masuk kedalam.

MINKE
Maaf, saya hendak kedalam dulu
Magda peters melihat-lihat ruangan. Berusaha menetralisir suasana. Lalu ia memperhatikan
beberapa bacaan.
MAGDA PETERS :

(DIAM SEBENTAR, MENGUASAI DIRI) Boleh aku lihat-lihat ruangan ini ?

NYAI ONTOSOROH :
Silahkan .

MAGDA PETERS :
Bagus sekali ruangan ini, bersih dan tenang. Indah sekali.
Siapa yang membaca Indishe Gids ini ?

MAGDA PETERS
Siapa yang membaca Indish Gids ?

NYAI ONTOSOROH :
Bacaan pengantar tidur, Juffrouw.

MAGDA PETERS :
Pengantar tidur !
NYAI ONTOSOROH :
Dokter menganjurkan banyak membaca sebelum tidur.

MAGDA PETERS :
Nyai sulit tidur ?

NYAI ONTOSOROH :
Ya

MAGDA PETERS :

Sudah lama itu Nyai tanggungkan ?

NYAI ONTOSOROH :
Lebih lima tahun, Juffrouw.

MAGDA PETERS :
Dan Nyai tidak sakit karenanya ?
Nyai Ontosoroh menggeleng

MAGDA PETERS :
Lantas apa hendak Nyai cari dalam majalah ini ?

NYAI ONTOSOROH :
Hanya supaya bisa tidur.

MAGDA PETERS :
Bacaan apalagi pengantar tidur Nyai ?

NYAI ONTOSOROH :
Apa saja yang terpegang, Juffrouw. Tak ada pilihan.

MAGDA PETERS :
Apa yang Nyai lebih sukai diantara semuanya.

NYAI ONTOSOROH :
Yang dapat aku mengerti, Juffrouw.
Magda Peters melihat lihat lagi
MAGDA PETERS

Tak ada buku sastra Belanda disini Nyai ?

NYAI ONTOSOROH
Tuanku kurang tertarik. Kecuali tulisan orang-orang Vlaam (Belanda Selatan)

MAGDA PETERS
Kalau begitu Nyai juga membaca buku-buku Vlaam ?

NYAI ONTOSOROH
Ada juga

MAGDA PETERS
Apa sebab Tuan tidak suka dengan karya karya Belanda, kalau boleh tahu ?

NYAI ONTOSOROH
Tak tahulah Juffrouw. Hanya dia pernah bilang, buku-buku Vlaam tidak ada semangat, tidak ada
api.

MAGDA PETERS :
Nyai, ijinkan aku bertanya. Lulus sekolah apa Nyai dulu ?

NYAI ONTOSOROH :
Sekolah ? Seingatku belum pernah.
MAGDA PETERS :
Mana mungkin ? Nyai bicara, membaca, mungkin juga menulis Belanda.
Mana bisa tanpa sekolah.

NYAI ONTOSOROH :
Apa salahnya ? Hidup bisa memberi segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima. Maaf
saya harus kebelakang.

Nyai Ontosoroh pergi ke kebun meninggalkan Magda Peters. Lalu muncul kembali Minke

MINKE
Maafkan Juffrouw

MAGDA PETERS
Mamamu memang luar biasa. Pakaiannya, pemunculannya. Hanya jiwanya terlalu majemuk.
Dan kecuali renda kebaya dan bahasanya, ia seluruhnya pribumi. Jiwanya yang majemuk sudah
mendekati Eropa dari bagian yang maju dan cerah. Memang banyak, terlalu banyak yang
diketahuinya sebagai pribumi. Hanya gaung dendam dalam nada dan inti kata-katanya, aku tak
tahan mendengarnya. Sekiranya tak ada sifat pendendam itu, ah, sungguh gemilang, Minke. Baru
aku bertemu seorang, dan perempuan pula, tidak mau berdamai dengan nasibnya sendiri. Dan ia
punya kesadaran hukum begitu tinggi. Seperti dongeng seribu satu malam. Coba, ia merasa lebih
tepat dipanggil Nyai. Aku kira itu hanya untuk membenarkan dendamnya. Memang Nyai sebutan
paling tepat untuk gundik seorang pribumi. Nyai tidak suka dilakukan bermanis manis

MINKE
Aku rasa, justru perasaan dendamnya lah yang menggerakkan Mama untuk tetap tegak. Mama
tidak mau pasrah pada nasibnya. Juffrouw, apa yang disebut nyai nyai pada luarnya, tak lain
dari orang terpelajar. Malahan, termasuk guruku.

MAGDA PETERS
Guru? Guru apa?

MINKE
Bagaimana mungkin seorang dari tiada apa-apa menjadi otodidak mengagumkan.
Pertama memimpin diri sendiri, kemudian memimpin perusahaan Buiternzorg ini.

MAGDA PETERS
Orang yang bisa memerintah, Minke, dengan bertimbang. Perusahaan lebih besarpun dia akan
mampu pimpin. Tak pernah aku temui seorang perempuan pengusaha seperti itu. Lulusan
sekolah tinggi dagang pun belum tentu bisa. Benar kau Minke, dia seorang otodidak. God! Itu
yang dikatakan lompatan histories, Minke, untuk seorang pribumi God! God! Mestinya ia
hidup di alam abad mendatang

Lalu pelan-pelan muncul sosok Tuan Mellema memasuki rumah itu dengan sempoyongan.
Langkah-langkahya di seret, menimbulkan suara di lantainya. Tuan Mellema berhenti didepan
Minke. Mulutnya menggeram.

TUAN MELLEMA
Monyet kowe masih disini. Hahhhhh ?
Nyai ontosoroh dan Annelies muncul berbarengan. Nyai langsung menghadapi Tuannya.

NYAI ONTOSOROH
Minke adalah menantuku dan suami Annelies. Tuan, mau apa pulang kerumah ini ? tempatmu
tidak lagi disini. Pergi sana ketempat pelesiran itu. Aku sudah tidak sudi
Tuan Mellema mendekat ke Nyai Ontosoroh. Ia mengamati dan menggeram. Tetapi kemudian
langsung pergi menghilang ke dalam, menyeret langkahnya pelan-pelan dan menghilang dari
panggung.
Tak lama kemudian terdengar teriakan Darsam dari dalam

DARSAM
Tuan ! Tuan Mellema !!
Darsam berlari panik menuju ruang tengah.
Mati ! Tuan Mellema! telah mati .

Minke, Magda Peters dan Annelies masih di panggung, menyaksikan duka Nyai Ontosoroh yang
kecewa dan bicara dengan getir.

NYAI ONTOSOROH
Sebegitu rapuhkah, Tuan. Sudah aku coba semuanya untuk menyelamatkan anak-anak, rumah
ini, dan Tuan sendiri. Tetapi Tuan memilih jalan kehancuran yang Tuan ciptakan sendiri.
Fade out.

Adegan VI
Di Rumah Nyai Ontosoroh.
NYAI ONTOSOROH
Minke anakku, kita menghadapi keadaan yang lebih sulit. Apakah kau akan lari dari kami, nak ?

MINKE
Tidak, Ma. Kita akan hadapi semua bersama sama. Kita juga punya sahabat sahabat, Ma.
Dan, jangan anggap Minke ini criminal, Ma.

NYAI ONTOSOROH
Mereka punya segala untuk mengkambing-hitamkan kita.

MINKE
Akan kubuat pengaduan, Ma.

NYAI ONTOSOROH
Tidak, Nak. Kita tak bakalan menang. Harus dengan cara lain!

MINKE
Akan kulawan dengan penaku, Mama. Ya, aku akan menulis untuk menjawab berita berita
yang menyudutkan kita itu

NYAI ONTOSOROH
Aku dipanggil ke pengadilan, sebagai saksi, Nak. Kalau kau sudah sepakat untuk bersamaku,
untuk menghadapi mereka, orang orang yang berkuasa itu, hadapilah mereka sampai selesai.
Sebaik-baiknya. Mari kita persiapkan sebisa mungkin.
Black Out.

BABAK II

Adegan I
Di Pengadilan Putih

HAKIM
Nama Nyai ?

NYAI ONTOSOROH
Namaku Sanikem atau Nyai Ontosoroh

HAKIM
Apakah Nyai kenal dengan Babah Ah Tjong ?

NYAI ONTOSOROH
Aku tidak pernah bertemu dengan Babah Ah Tjong seumur hidupku.

HAKIM
Apakah Babah Ah Tjong pernah menyatakan kejengkelannya kepada Nyai ?

NYAI ONTOSOROH
Sudah kubilang, aku tidak pernah bertemu. Aku tidak mengenalnya. Aku hanya betemu rekening
- rekening tagihan yang dikirimkan kepadaku untuk pembayaran Tuan Mellema dan Tuan
Robert Mellema. Rekening Tuan Mellem 45 Gulden sebulan, yang selalu dikirim oleh seorang
pesuruh. Kemudian rekening Robert Mellema 60 Gulden.
HAKIM
Kenapa ada seorang pribumi, pelajar HBS tinggal di rumah Nyai, menginap pula disana.

NYAI ONTOSOROH
Tidak ada kaitannya dengan persoalan Tuan Mellema.

HAKIM
Jawab dengan pasti : Apa yang dilakukan Minke ? Dan dikamar mana Minke tidur ?

NYAI ONTOSOROH
Tuan tuan yang terhormat, aku kira, pertanyaan tuan tuan sudah tidak ada kait mengkait
dengan persoalan kematian Tuan Mellema. Tentu tuan-tuan, sebagai bangsa Eropa lebih
mengerti, lebih memahami bagaimana adabnya hokum Eropa. Tapi baik, aku akan jawab agar
tuan-tuan tahu : Tuan Hakim yang terhormat, Tuan Jaksa yang terhormat. Karena toh telah
memulai membongkar keadaan rumah tanggaku. Aku, Sanikem, Gundik, Nyai Tuan Mellema,
mempunyai pertimbangan lain dalam hubungan antara anakku dengan tamuku.
Nyai Ontosoroh mengatur duduknya sebentar, dan mengambil nafas. Lalu bicara lagi.

NYAI ONTOSOROH
Sanikem memang hanya seorang gundik. Dari kegundikannya lahir Annelies. Perlu Tuan-Tuan
ketahui, tak pernah ada yang menggugat hubunganku dengan mendiang Tuan Mellema. Kenapa ?
karena hanya dia Eropa totok. Mengapa hubungan anakku, Annelies dengan Tuan Minke
dipersoalkan ? Mengapa ? Hanya karena Tuan Minke pribumi ?
Hakim nampak marah dan mengetokkan palunya. Akan tetapi Nyai Ontosoroh terus bicara

NYAI ONTOSOROH

Tuan tuan yang terhormat, antara aku dan Tuan Mellema ada ikatan perbudakan yang tidak
pernah digugat oleh hukum. Antara anakku dan Tuan Minke ada cinta mencintai yang sama
sama tulus, bahkan mereka sudah diikat dengan perkawinan yang syah. Sekali lagi Tuan, orang
Eropa dapat membeli perempuan pribumi seperti diriku ini, tak seorangpun ada yang
memprotesnya. Apa pembelian ini lebih benar dari pada percintaan tulus ? kalau orang Eropa
boleh berbuat karena keunggulan dan kekuasaannya, mengapa kalau pribumi jadi ejekan, justru
karena cinta yang tulus ?

HAKIM
Cukup .!!!
Hakim menjadi marah. Kemudian jaksa bicara dengan nada tinggi.

JAKSA
Annelies itu Indo, Indo lebih tinggi dari pada kau, pribumi! Dan, Minkepun hanya seorang
pribumi, meskipun masih lebih tinggi dari pada kau, Nyai, karena Minke mempunyai forum
istimewa sebagai anak seorang Bangsawan. Tetapi, forum istimewa Minke pun setiap saat bisa
dibatalkan. Dan sekali lagi, Juffrouw Annelies lebih tinggi dari pada pribumi, karena didalamnya
mengalir darah orang Eropa !!! Juffrouw Annelies lebih tinggi dari pada kau maupun Minke!

NYAI ONTOSOROH
Annelies anakku Tuan, hanya seorang Indo. Maka tidak boleh melakukan apa yang diakukan
bapaknya ? Aku yang melahirkannya, membesarkan dan mendidik Annelies, tanpa bantuan satu
sen pun dari tuan-tuan yang terhormat. Tuan-tuan sama sekali tidak bersusah payah untuknya.
Mengapa usil ?

NYAI ONTOSOROH
Siapa yang menjadikan aku gundik? Siapa yang menjadikan mereka jadi yai nyai? Tuan-tuan
bangsa Eropa yang dipertuan! Mengapa kami ditertawakan, dihinakan? Apa tuan tuan juga
menghendaki anakku juga jadi gundik ?

NYAI ONTOSOROH
Kalianlah bangsa Eropa yang dipertuan, yang membuatku jadi gundik

NYAI ONTOSOROH
Kalianlah yang membuatku menjadi Nyai!!!

Minke memasuki ruangan itu. Minke duduk tidak jauh dari Nyai Ontosoroh.

HAKIM
Baik, di tanganku sekarang ada keputusan untuk pengadilan Surabaya untuk Juffrouw Annelies
Mellema, anak mendiang Tuan Mellema.

NYAI ONTOSOROH
Aku ibunya.

HAKIM
Ada disebutkan Sanikem, alias Nyai Ontosoroh

NYAI ONTOSOROH
Akulah Sanikem

HAKIM
Baik, tapi Sanikem bukan Mevrouw Mellema

NYAI ONTOSOROH
Aku bisa ajukan saksi, akulah yang telah lahirkan dia..

HAKIM
Annelies Mellema dibawah hukum Eropa, Nyai tidak. Nyai hanya pribumi. Juffrouw Annelies
Mellema adalah anak mendiang Tuan Mellema Pengadilan Putih tidak punya sesuatu urusan
denganmu.

NYAI ONTOSOROH
Aku akan sangkal keputusan itu dengan advokatku

HAKIM

Silahkan

NYAI ONTOSOROH
Dia anakku. Hanya aku yang berhak atas dirinya. Aku yang melahirkan dan membesarkannya.
Dan Annelies sudah kawin dengan Minke secara Islam. Hubungan mereka syah.

HAKIM
Annelies masih dibawah umur. Dia belum kawin. Kalau toh ada yang mengawinkan dan
mengawininya, perkawinan itu tidak syah. Tidak. Juga degarkan baik-baik : Pengadilan
Amsterdam, berdasarkn surat- surat resmi dari Surabaya yang tidak dapat diragukan
kebenarannya, memutuskan bahwa Tuan Maurits Mellema menguasai seluruh kekayaan
peninggalan mendiang Tuan Herman Mellema, untuk kemudian, karena tidak ada tali
perkawinan syah antara Tuan Herman Mellema dengan Sanikem, maka harta itu dibagi antara
Tuan Maurits yang menguasai 4/6 seluruh harta, 2/6 untuk Robert Mellema dan Annelies
Mellema. Berhubung Robert Mellema dinyatakan belum ditemukan baik untuk sementara
ataupun untuk selama lamanya, warisan yang menjadi haknya akan dikelola oleh Ir. Maurits
Mellema. Pengadilan Amsterdam juga telah menunjuk Ir. Maurits Mellema menjadi wali bagi
Annelies Mellema, karena yang belakangan ini masih berada di bawah umur, sedang haknya atas
warisan , sementara ini dianggap belum dewasa, juga dikelola oleh Ir. Maurits Mellema.
Nyai Ontosoroh mendadak menjadi tegang, Nyai Ontosoroh berdiri, meradang, hendak bicara
lagi, tapi hakim segera mendahuluinya.
HAKIM
Baik, di tanganku sekarang juga ada keputusan dari pengadilan Surabaya untuk Juffrouw
Annelies Mellema, anak mendiang Tuan Herman Mellema. Menurut keputusan , Juffrouw
Annelies Mellema akan diangkat dengan kapal dari Surabaya lima hari yang akan datang

NYAI ONTOSOROH
Dia anakku, dia sakit!

HAKIM
Di kapal-kapal ada dokter pandai

MINKE
Aku menyangkal pemberngkatannya. Aku suaminya!

HAKIM
Kami tidak punya urusan dengan siapapun yang mengaku sebagai suami Annelies. Juffrouw
Annelies Mellema masih gadis, tidak bersuami.

MINKE
Aku suaminya! Apakah perlu ku jelaskan kapan dan dimana kami kawin?
Aku dan Annelies sudah menikah secara Islam, kami punya saksi.

HAKIM
Kalau toh ada yang mengawinkan atau mengawininya, perkawinan itu tidak syah. Hukum kami
menyatakan dengan tegas bahwa Annelies masih gadis dan akan di bawa ke Nederland, negeri
leluhurnya.

MINKE
Ma, jelaslah, bahwa kita sedang menghadapi persoalan bangsa kulit putih menelan pribumi,
menelan Mama, Annelies dan aku.

NYAI ONTOSOROH
Bertahun tahun aku membanting tulang, mengembangkan, mempertahankan dan menghidupi
perusahaan, baik dengan ataupun tanpa mendiang Tuan Mellema. Perusahaan it telah kuurus
lebih baik dari pada anak-anakku sendiri. Sekarang akan dirampas dari padaku. Sikap, penyakit,
dan ketidakmampuan mendiang Tuan Mellema telah menyebabkan aku kehilangan anak
pertamaku. Sekarang seorang Mellema lain, akan merampas anak bungsuku juga, dengan
menggunakan kekuatan Huku Eropa. Orang menghendaki aku tertendang dari segala yang jadi
hakku dan jadi kekasihku
Minke menatap Nyai Ontosoroh
Lampu gelap
(Exit)

ADEGAN II
Di ruangan rumah Nyai Ontosoroh
Minke dan Nyai Ontosoroh sedang menjaga Annelies yang terbaring lemah

NYAI ONTOSOROH
Nak, bangun Nak. Ini Minke, suamimu sendiri akan bersamamu, sayang. Juga Ibumu.

MINKE
Aku ambilkan makan, ya Ann.

MINKE
Kenapa kau tak mau bicara Ann? Kau mau dengarkan aku Ann?
Annelies mengunyah makanannya pelan, dari belakang Minke Nyai Ontosoroh bicara.

NYAI ONTOSOROH
Dulu Maurits membangkit-bangkitkan soal dosa darah. Sekarang dia tuntut hasil dosa darah ini.

MINKE
Tidak ada guna diingat, Ma

NYAI ONTOSOROH
Ya, diingat kadang menyiksa. Memang tidak ada guna mengingat. Tulisan-tulisan yang sudah
kau edarkan dikoran-koran sebagai tanda perlawananmu, rupanya juga takkan mengubah
keputusan pengadilan. Mereka tidak bergeming dengan pendapat ataupun seruan teman-teman
Eropamu apalagi kaum pribumi seperti Darsam. Biar begitu, kau sudah mencoba, Nak.
Annelies memandangi Minke. Ia tersenyum dan Minke menjadi kegirangan dan mencoba duduk.
MINKE
Kau mulai baik, Ann?
Nyai Ontosoroh mendekati dan merangkulnya.

NYAI ONTOSOROH
Duka citaku lenyap karena senyummu Ann, juga suamimu

Lalu Annelies terkulai lagi ditempat tidur, nampak lemas. Minke mendekap Annelies dan
berbisik, berbicara pelan tapi pasti dan terdengar sedih.

MINKE
Kita kalah, Ann. Tapi kita telah melawan sehormat kita. Di Pengadilan kita sudah berseru-seru
tentang kebenaran yang kita miliki. Dengan pena sudah kuwartakan ke seluruh penjuru temanteman Eropa yang berilmu. Tapi apa nyatanya Ann? Mereka akan tetap mengambilmu. Kami
akan menyertai kau berlayar ke Netherland, tapi mereka melarang. Aku, suamimu sendiri, juga
Mamamu dilarang untuk menyertai kau, Ann. Kau dengar aku, Ann? Tapi jangan kecil hati Ann,
sahabat baikku akan mewakili Mama dan aku. Dia akan iringkan kau berlayar sampai ke Eropa.
Jangan kecil hati ya Ann. Kalau kau telah tiba, aku dan Mama pasti akan segera menyusul
Minke menciumi Annelies, Annelies tetap tidak berkutik
Nyai Ontosoroh berjalan ke meja , mengambil beberapa surat yang ada disitu dan
menyerahkannya ke Minke.

NYAI ONTOSOROH
Nak, Nyo, ini ada surat dari Bundamu dan tean-teman Eropamu. Mereka semua bersimpati
kepada kita. Namun, simpati saja tidak mengubah keadaan. Kita tetap ditendang dari segala yang
kita cintai, Nak.
Tiba-tiba Annelies bergerak dan meraih Minke, bangun dan memeluknya.

ANNELIES
Mas

MINKE
Ann, betulkah Anneliesku mulai bicara? Ah, Anneliesku, kau sudah baik, Ann?
Annelies meraih makanan disampingnya.

ANNELIES
Mari makan ya. Ini makanan sudah tersedia. Aku suapi ya
Minke nampak gugup meskipun bahagia, melihat Annelies bangun

MINKE
Mengapa kau suapi aku begini?

ANNELIES
Sekali dalam hidup biarlah aku suapi suamiku
Lalu Annelies terdiam lagi. Pelan menyuapi Minke yang masih terus menatapi dengan sedih.
Lalu ditaruhnya piring itu dan terbaring lagi. Nampak lemas. Tiba tiba Annelies bicara lagi.

ANNELIES
Ceritai aku tentang negeri Belanda menurut cerita Multatuli

MINKE
Belanda Ann? Adalah sebuah negeri ditepi laut utara sana. Tanahnya rendah, maka dinamai
negeri tanah rendah, Nederland atau Holland. Karena tanahnya rendah orang bosan selalu
memperbaiki tanggulnya, maka jadi kebiasaan mereka meninggalkan negerinya, mengembara,
Ann, untuk mengagumi negeri-negeri lain yang tinggi bergunung-gunung. Kemudian
menguasainya tentu..
ANNELIES
Ceritai aku tentang laut

Tiba tiba muncul seorang perempuan, utusan pemerintah Netherland. Dan langsung menyela
bicara

PEREMPUAN UTUSAN
Empat jam lagi aku akan melayari laut, dan laut dan laut, saying! Ikan tiada terkira banyaknya.
Ombak, riak, alun, buih dan busa. Juffrouw akn naik kapal besar, indah melintasi samudera
sayang! Melintasi terusan Zues, berpapasan dengan kapal-kapal ain. Kau berpapasan dengan
kapal-kapal itu sayang. Kapal Juffrouw akan bersuling. Yang lain juga akan bersuling. Pernah
melihat Gilbratar? Ah, kota karang itupun akan Juffrouw lalui. Setelah itu, beberapa hari
kemudian, Juffrouw akan menginjakan kaki di bumi leluhurmu sendiri. Pasirnya kuning
gemerlapan, bunga-bungaan, semua yang Juffrouw kehendaki. Menyenangkan. Tak lama lagi
musim gugur akan tiba. Dedaunan akan berguguran, betapa akan senangnya, dalam asuhan abang
sendiri, sarjana, insinyur, kenamaan, terhormat dan dihormati. Betapa akan senangnya.
Minke tampak gelisah, dan nampak marah. Nyai Ontosoroh bangkit dari kursinya, berdiri
menyaksikan perempuan utusan itu.

NYAI ONTOSOROH
Darsam! Darsam dimana? Mengapa dibiarkan perempuan itu masuk seenaknya
Perempuan itu gusar menyaksikan Nyai Ontosoroh marah

ANNELIES
Mas, aku lebih suka pada ombak, pada busa, pada gelombang, dari pada Nederland.
Perempuan utusan itu kembali menyela dengan cepatnya

PEREMPUAN UTUSAN
Tidak, Sayang. Di Nederland ada segalanya. Semua yang Juffrouw inginkan bisa diperoleh.

ANNELIES
Mas, apakah ada kekurangan sesuatu disini?

MINKE
Tidak, Ann, isteriku. Kau punya segalanya disini. Kau berbahagia disini
Nyai ontosoroh berjalan mendekati perempuan utusan itu, lalu bicara dengan Gerang

NYAI ONTOSOROH
Kalau di Nederland sana ada segalanya, untuk apa orang Eropa datang kemari?

PEREMPUAN UTUSAN
Nyai, jangan sulitkan pekerjaanku. Siapkan pakaiannya.

NYAI ONTOSOROH
Bukan, bukan hanya pakaiannya, juga perhiasannya, juga buku banknya, juga surat pengakuan
ayahnya, juga doa ibu dan suaminya.

ANNELIES
Mama, ingatkah Mama, akan cerita Mama dulu ?

NYAI ONTOSOROH
Ya, Ann. Apa maksudmu ?

ANNELIES
Mama meninggalkan rumah ini untuk selama-lamanya ?

NYAI ONTOSOROH
Ya, Ann mengapa ?

ANNELIES
Mama bawa kopor tua coklat dari seng

NYAI ONTOSOROH
Ya, Ann

ANNELIES
Dimana kopor itu sekarang, Ma?

NYAI ONTOSOROH
Tersimpan dalam kamar sepen, Ann.

ANNELIES
Aku ingin melihatnya
Nyai Ontosoroh berjalan mengambil kopernya yang berada dibawah lemari yang tidak jauh dari
situ

PEREMPUAN UTUSAN
Waktunya sudah semakin dekat Juffrouw
Baik Annelies maupun Minke tidak menggubris perempuan utusan itu. Nyai Ontosoroh kembali
dengan kopor tua dari seng kecil, coklat, berkarat, peot, dan cekung sana sini.

ANNELIES
Dengan kopor tua itu aku akan pergi, Mama, Mamaku
NYAI ONTOSOROH
Terlampau kecil dan buruk, Ann. Tidak pantas untukmu.

ANNELIES
Mama, dengan kopor itu dulu Mama pergi dan bertekad tak akan kembali lagi. Kopor ini terlalu
memberati kenangan Mama. Biar aku bawa, Mama. Beserta kenangan berat didalamnya. Aku
takkan bawa apa-apa, kecuali kain batik-an Bunda, pakaian pengantinku, Ma. Masukan sini
Nyai Ontosoroh nampak sedih, berjalan lagi menuju lemari dan mengambil kain batikan itu dan
dimasukannya kedalam kopor tua itu. Minke menangis memegangi Annelies.

ANNELIES
Suamiku, jangan menangis. Aku tetap mencintai suamiku selamanya.
MINKE

Kita akan bertahan bersama, Ann

ANNELIES
Sembah sungkemku untuk Bunda, Mas Ma, aku akan pergi. Jangan kenangkan aku yang duludulu. Yang sudah lewat, biarlah berlalu, Mamaku sayang, suamiku tercinta.
Perempuan utusan itu menyela lagi

PEREMPUAN UTUSAN
Kereta sudah menunggu diluar Juffrouw
Annelies bangkit perlahan

NYAI ONTOSOROH
Apa maksudmu, Ann?

ANNELIES
Seperti Mama dulu, Ma. Juga aku tak kan balik lagi kerumah ini
Nyai Ontosoroh menubruk dan memeluk Annelies, sedih dan berseru

NYAI ONTOSOROH
Ann, Anneliesku sayang bukan Mama kurang berusaha Ann. Bukan aku kurang membela, kau,
Nak.
Nyai Ontosoroh dan Minke memeluk Annelies, tersedu sedan

MINKE
Kami berdua sudah lakukan semua, Ann..

ANNELIES
Jangan, jangan menangis, Ma, Mas, aku masih ada permintaan, Ma, jangan menangis

NYAI ONTOSOROH

Katakan, Ann Katakan..

ANNELIES
Beri aku seorang adik yang akan selalu manis padamu, begitu manis Ma, tidak menyusahkan
seperti anakmu ini, sampai
Nyai Ontosoroh semakin tersedan, Minke .. masih memegangi Annelies

NYAI ONTOSOROH
Sampai apa, Ann?

ANNELIES
Sampai Mama tak merasa lagi tanpa Annelies

NYAI ONTOSOROH
Ann, anakku, betapa tega kau bicara begitu. Ampuni Mama, Ann. Kami tak mampu membela
kau. Ampuni kami

ANNELIES
Mas, kita pernah berbahagia bersama?

MINKE
Tentu, Ann

ANNELIES
Kenangkan kebahagiaan itu saja ya Mas. Jangan yang lain.
Tiba- tiba muncul Lelaki Utusan Indo bertubuh jangkung dari pintu. Menyela bicara dengan
keras.

LELAKI UTUSAN
Ayo! Sudah dua menit terlambat berangkat

Perempuan Utusan itu mendekat ke Annelies, meraih tangannya

PEREMPUAN UTUSAN
Mari, sayang, Juffrouw
Annelies berdiri, nampak sempoyongan. Pandangan matanya kosong dan menatap lurus nampak
tidak peduli. Berjalan lambat-lambat, digandeng Perempuan Utusan.
Nyai Ontosoroh dan Minke lalu berlari, mencoba meraih tangan Annelies. Tetapi Perempuan
dan Lelaki Utusan itu menghalanginya.
Annelies, Perempuan dan Lelaki Utusan berjalan oelan meninggalkan tempat itu.
Nyai Ontosoroh dan Minke tertinggal disitu. Hening. Senyap dan duka. Lalu Minke bicara pelan
dan dalam

MINKE
Bunda, putramu kalah Bunda. Putramu sayang tidak lari, bukan kriminil. Biarpun tak mampu
membela istri sendiri, menantumu. Sebegini lemah pribumi dihadapan Eropa? Eropa yang
kuagungkan! Kau Guruku! Begini macam perbuatanmu? Istriku yang tahu banyak tentangmu
pun kau rampas. Beginkah kau, Guruku ? Maafkan suamimu Ann. Annelies.. Isteriku
puspitaku!!! Aku akan segera menyusul Ann
Nyai Ontosoroh diam tapi tampak berfikir keras. Mukanya tenang. Tubuhnya tegak.
Pause. Hening.
Terdengar suara roda menggiling kerikil. Annelies semakin menjauh dan hilang.

MINKE
Kita kalah, Ma

NYAI ONTOSOROH
Kita telah melawan, Nak, Nyo. Sebaik baiknya. Sehormat-hormatnya.

Lampu padam. SELESAI.

Anda mungkin juga menyukai