Anda di halaman 1dari 2

Tri Mardani 4E (15410205)

Pemertahan Bahasa pada Drama Panggung” tari kecak” Bali

Tari Kecak merupakan salah satu tari Bali yang paling populer yang diciptakan pada
tahun 1930-an. Tarian ini dimainkan oleh puluhan atau lebih penari laki-laki yang duduk berbaris
melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua tangan,
menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Kata
Kecak sendiri, konon diambil dari seruan mereka ketika menari yaitu "cak-cak-cak", dan lama
kelamaan menjadi Kecak.

Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi dimana penarinya dalam keadaan tidak
sadar karena melakukan komunikasi dengan Tuhan, atau roh para leluhur yang kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Pada tari kecak tidak menggunakan alat
musik dan hanya menggunakan kincringan yang dikenakan pada kaki para penari yang sedang
memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sedangkan para penari yang duduk melingkar mengenakan
kain kotak-kotak yang melingkari pinggang mereka.

Sedikit mengomentari mengenai pementasan tari kemaren di Bali, yang menarik adalah
tarian ini seolah-olah menjadi wajah rakyat bali, akan keeolakan penari-penarinya. Diatas
dijelaskan bahwa penari/aktork kecak hanya laki-laki saja, namun sebaliknya apa yang saya lihat
kemaren. Pemeran drama kecak ini terdapat dua perempuan juga sebagai tim penari. Di ibaratkan
sekitar 20 orang sabagai alat musik yang menyerukan suara “ cak-cak” dan 6 penari yang
memerankan sebagai Sita, Rama, Rahwana, Garuda, Hanoman, Kijang Emas, dan Baghawan
beradegan menceritakan mengenai cerita tari kecak di Bali.

Dari unsur kepanggungan.

1. Pencahayaan sangat indah dan mendukung aka nisi drama. Hal ini dilihat betapa terpusatnya
pencahayaan ke lattar atau setting yang terdapat diatas panggung.
2. Prolog sudah ada, namun menggunakan bahasa daerah. Sehingga saya sendiri juga sedikit
tidak paham mengenai pengantar cerita.
3. Pada drama tari kecak ini para 7 penari intinya tidak berdialog sama sekali. Ke 7 penari itu
hanya bermimik seperti yang terdapat pada kramagung. Mereka hanya menari tanpa ada
dialog antar pemain.
4. Kemudian yang menggantikan dialog para pemain ini hanya seorang Narator. Dia bertugas
sebagai narator yang mneceritakan mengenai alur cerita kecak tersebut. Posisi narator ini
berada di barisan para penari yang menyerukan suara “cak,cak,cak”. Namun ia hanya bertugas
sebagai narator atau pencerita adegan. Yang paling mengesankan narrator disini benar-benar
ahli sehingga seolah-olah para penarilah yang berdialog. Sehingga drama terlihat sangat
menarik, penonton pun sedikit paham mengenai alur cerita tersebut. Namun dalam drama
kecak ini masih menggunakan bahasa daerah “Bali” khususnya. Sehingga tanpa adanya
selebaran yang menjelaskan mengenai alur cerita, penonton tidak akan paham mengenai cerita
apa yang dipentaskan diatas panggung.
5. Alur cerita sangat runtut dari adegan pertama hingga akhir.
6. Epilog pada cerita tari kecak adalah Open Ending dimana pada akhir cerita dijelaskan bahwa
Sita dapat dibebaskan dan Hanoman pun menang melawan Rahwana.

Kemudian pada akhir cerita disertai sebuah tarian atraksi yang diperankan oleh satu
penari saja. Penari ini mengalami kesurupan dan beratraksi mematikan sebuah kobaran api tanpa
alas kaki dan menginjak-injak bara api dengan kaki. Sebelumnya penari ini pun melakukan ritual
atau apa saya tidak tahu yang pastinya demi kesuksesan atraksinya.

Sedikit menanggapi mengenai penggunaan bahasa di dalam drama tari kecak, dapat
disimpulkan bahwa di Bali sangat memperhatikan akan pelestarian bahasa. Hal ini dapat dilihat
bahwa dalam sebuah tarian yang tidak hanya ditonton oleh turis lokal melainkan dari manca
Negara, namun narator pada drama tari kecak masih menggunakan bahasa daerah.

Anda mungkin juga menyukai