Anda di halaman 1dari 21

1

Naskah Kethoprak
KERIS MPU GANDRING
Naskah:
Bondan Nusantara

Dialihbahasakan oleh:
Herika Puspita

Diolah dari naskah


“ANUSAPATI” karya SH. Mintardja

Para Pelaku:
01.Sri Ranggah Rajasa (umur 45 tahun – gagah – berani) :
02.Anusapati (umur 25 tahun – penakut) :
03.Ken Dedes (umur 40 tahun – setia – teguh) :
04.Ken Umang (umur 30 tahun – kenes – ketus) :
05.Tohjaya (umur 20 tahun – kemaki) :
06.Ratri (umur 20 tahun – cantik – pintar) :
07.Sempana (umur 45 tahun – setia) :
08.Tunggul Ametung (umur 40 tahun – gagah) :
09.Mpu Gandring (umur 60 tahun – slengekan) :
10.Kebo Ijo (umur 30 tahun – penakut) :
11.Suwana (umur 30 tahun – pandai berperang) :
13.Wredhamentri (umur 50 tahun – berwibawa) :
12.Ratri (umur 20 - 30 tahun – dayang) :
13.Niken (umur 20 – 30 tahun – dayang) :
14.Umayi (umur 20 – 30 tahun – dayang) :
15.Lindri (umur 20 – 30 tahun – dayang) :
16.Drini (umur 20 – 30 tahun – dayang)
17.laras (umur 20 – 30 tahun – dayang) :
18.Prajurit (umur 20 – 35 tahun – bisa perang) :
2

BABAK I (INTRODUKSI)
Panggung remang-remang. Gendhing illustrasi. Akuwu Tunggul Ametung sedang
berbaring. Kebo Ijo duduk sambil membaca kitab (nembang). Akuwu merasa
mengantuk, tertidur. Kebo Ijo membaca kitab, lama kelamaan mengantuk. Tertidur.
Ken Arok datang. Mengambil keris Kebo Ijo, membunuh Tunggul Ametung. Ken Arok
pergi. Ken Dedes datang. Melihat Akuwu mati berteriak:

01.KEN DEDES
(MENDEKAT) Akuwu.... akuwu? (KAGET) Ohhh??? Akuwu..!!!???? (BERLARI
MAJU, BERTERIAK) Prajurit...!!! Tolooong.... Akuwu meninggal!!! Akuwu dibunuh
orang asing!!!

KEBO IJO KAGET DAN TERBANGUN. KEN AROK & PRAJURIT DATANG.

02.KEN AROK
(BERWIBAWA) Semuanya mundur! Tidak ada yang boleh mendekat!!! (MENDEKATI
AKUWU– MENGAMBIL KERIS, MEMANDANG - MEMANDANG KEBO IJO -
KERAS) Kebo Ijo..!! Ternyata kau yang menghabisi nyawa Akuwu Tunggul Ametung!!!

03.KEBO IJO
(MARAH) Kau jangan asal bicara!!! Bagaimana mungkin kau menuduhku membunuh
Akuwu Tunggul Ametung!!!

04.KEN AROK
(MENYAHUT) Mungkin saja!! Seandainya saja keris ini bukan milikmu, aku tentu tidak
akan menuduhmu!!!

05.KEBO IJO
(BINGUNG) Keris... kerisku... (BINGUNG - MARAH) Ooh... Ken Arok..!!!! Kau
berniat menjebakku!!! Caramu meraih kekuasaan.. dengan berbuat licik seperti ini..!!!

KEN AROK MEREBUT PEDANG PRAJURIT

06.KEN AROK
(MENUSUK KEBO IJO)

07.KEBO IJO
(KESAKITAN)

LAMPU BLACK OUT – BABAK I SELESAI


3

BABAK II BALAIRUNG
Panggung nampak terang. Para prajurit dan Wredhamentri tengah menghadap,
berdiri, Tohjaya juga telah berada di situ.
Gendhing: Gagah – Rep.

01.TOHJAYA
(KEMAKI) Paman Wredhamentri.

02.WREDHAMENTRI
Hamba, Pangeran.

03. TOHJAYA
(KEMAKI) Apakah semua sudah datang menghadap?

04.WREDHAMENTRI
Sudah, Pangeran. Hanya tinggal Kanjeng Pangeran Anusapati yang belum nampak.

05.TOHJAYA
(KEMAKI ) Hey, Sempana! Di mana tuanmu, ha??

06.SEMPANA
(NYEMBAH) Punten ndalem sewu. Beliau sedang bersiap! Sebentar lagi beliau akan
datang menghadap...

ANUSAPATI DATANG – TOHJAYA MENANGGAPI – MENGEJEK

07.TOHJAYA
(KEMAKI) Oooo... jadi ini! Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga!
(MEMPERSILAKAN – MENGEJEK) Mangga, mangga! Silakan ke depan. Semua orang
sudah menantikan kedatangan Kangmas Anusapati! (TERTAWA)

08.ANUSAPATI
Aku di sini saja, Dhimas.

09.TOHJAYA
(KEMAKI) Ooo tidak bisa! Ini adalah perintah Ayahanda, Kangmas harus maju ke
depan!

10.ANUSAPATI
Sendika. (MAJU SEDIKIT)

11.TOHJAYA.
(KEMAKI) Hey... Suwana!!!
4

10.SUWANA
(MANTAB) Hamba!

11.TOHJAYA
(KEMAKI) Jangan berlama-lama! Laksanakan kewajibanmu!

12.SUWANA
(MANTAB) Sendika ..!!! (BERSAMA) Prajurit.... siaaaaapppp..!!!

13.PRAJURIT
(SEMUA = BERSAMA) Siaaappppp...!!!!

14.SUWANA
(MANTAB) Beri penghormatan kepada rawuh Dalem Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi!

15.PRAJURIT
(BERSAMA) Sendika...!!!

AMURWABUMI – KEN UMANG – KEN DEDES DATANG

16.SRI RAJASA
(BERWIBAWA) Dedes, Umang, dan semua yang hadir di sini.

17.KABEH
(BERSAMA) Hamba!

18.SRI RAJASA
(BERWIBAWA) Dengarkanlah dhawuhku melalui Wredhamentri Halu.

19.KABEH
(BERSANA) Sendika!

20.SRI RAJASA
(BERWIBAWA) Wredhamentri.... laksanakan!

21.WREDHAMENTRI
Sendika! Para Brahmana, Adyaksa, Sentana, Nayaka dan
Prajurit Singasari. Ketahuilah. ... Hari ini, Aku, Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi,
menobatkan putera sulungku Pangeran Anusapati, sebagai Pangeran Pati di Singasari.....
Kalian semua jadilah saksi!

22.SEMUA
(BERSAMA) Sendika!
5

23.SRI RAJASA
(BERWIBAWA) Anusapati! Majulah! (ANUSAPATI MAJU) Terimalah pusaka ini,
sebagai tanda dirimu menjabat Pengeran Pati! (TERTAWA)

24.ANUSAPATI
Sendika....... (MENERIMA PUSAKA)

LAMPU BLACK OUT BABAK II SELESAI

BABAK III PASEBAN


Lampu panggung sedikit suram. Gendhing srepeg. Anusapati memegang keris.
Hatinya resah, jengkel bercampur bingung. Sempana datang. Berdiri di dekatnya.

01.ANUSAPATI
(JENGKEL BERCAMPUR SEDIH) Apa lagi ini??? Permainan apa lagi yang sedang
dimainkan oleh Ayahanda untuk mempermalukan hidupku??? Apakah ini yang disebut
penghinaan tersembunyi dalam upacara penobatan???

02.SEMPANA
(SEDIKIT KAGET) Pangeran??? Kenapa Pangeran berkata demikian? Tidak elok jika
sampai ada orang lain yang mendengar.

03.ANUSAPATI
(MENYAHUT) Kau jangan pura-pura tidak tahu, Sempana!

04.SEMPANA
(MENYAHUT) Hamba tidak berpura-pura, Pangeran! Yang hamba katakan ini benar
adanya. Sebagai prajurit pamomong, hamba tidak berani berbohong kepada Pangeran!

05.ANUSAPATI
(JENGKEL) Sempana, Sempana! Tuli pun kau mendengar – buta pun kau melihat!
Penobatan Pangeran Pati ini hanyalah sandiwara! Ini semua hanyalah tipu muslihat,
Sempana! Apa yang nampak di depan matamu, apa yang terjadi di Penobatan tadi,
sejatinya bukanlah kenyataan!

06.SEMPANA
Nuwun sewu Pengeran. Penjenengan ndalem hanya salah sangka! Bukan itu yang
dikehendaki oleh Sri Ranggah Rajasa kepada Pangeran Anusapati!

07.ANUSAPATI
(JENGKEL) Oohh, kau masih belum percaya..!!! (MENGAMBIL KERIS) Lihatlah!
Perhatikan...!! Keris yang digunakan sebagai tandha penobatanku sebagai Pangeran Pati
ini, tidak lebih bagus dari pisau yang digunakan untuk memotong bawang! Apa hal
semacam ini bukan sebuah penghinaan terhadap Anusapati, calon Raja di Singasari??

08.SEMPANA
(RAGU-RAGU) Tapi Pangeran .....
6

09.ANUSAPATI
(MENYAHUT) Sempana..!!! Kau tidak perlu mencoba menghiburku! Biarpun kau bukan
seorang Empu, tapi kau pasti paham! Keris ini tidaklah istimewa! Ini hanya keris pasaran
yang sengaja diberikan kepadaku sebagai tanda penghinaan! Aku tahu, Sempana.
Walaupun keris ini bukan pusaka yang sakti, tapi jika ditancapkan ke dada Anusapati,
tetap akan akan mampu menembus jantung, sehingga aku tergeletak di tanah!!!

08.SEMPANA
(KAGET) Pangeran..????!!!

LAMPU BLACK OUT – BABAK III SELESAI

BABAK IV PURI
Lampu panggung suram. Para perempuan menari dengan sesaji di depan puri. Begitu
juga dengan Ratri. Setelah selesai menari para perempuan dan Ratri berdiri.
Gendhing: tari.

01.RATRI
Niken, Laras, Umayi, dan teman-teman semua.

02.PARA PEREMPUAN
Ada apa, Tri?

03.RATRI
Walaupun sesaji ini sudah selesai, kalian jangan langsung pulang, ya.

04.NIKEN
(KEMAYU) Memangnya ada apa? Apakah masih ada yang harus dilakukan? Bukankah
kewajiban kita hari ini sudah selesai?

05.LARAS
(MENYAHUT) Welhaaah, selesai dari mana? Kau tidak ingat perintah Gusti Putri Ken
Dedes? Setelah selesai sesaji, kita diminta untuk membersihkan Kasatriyan! Betul tidak,
Yu?

06.UMAYI
Sebentar… aku jadi penasaran. Kok kamu tiba-tiba ingin segera pulang, ada apa hayo?

07.NIKEN
(TERBATA-BATA) Anu... aku mau... mau mengantar Simbok, menjenguk orang sakit.
7

08.LINDRI
(MENYAHUT) Halaaaaah... jangan bohong!! Jujur saja! Kau kira kami tidak tahu kalau
kau bukan akan menjenguk orang sakit.

09.NIKEN
Iiiih.... siapa bilang?? Aku sungguh akan menjenguk orang sakit, Ndri.

10.UMAYI
Sudah.. Kau jangan bohong! Aku tahu kau terburu-buru karena akan bertemu Lurah
Warak!

11.NIKEN
Wiiii... ngawur! Bertemu apa....??? Jangan asal kamu!

12.LINDRI
(MENYAHUT) Tu kaaaann... bohong lagi! Yang tahu hal ini bukan hanya Niken dan
Laras. Aku pun mendengar bahwa malam ini kau diajak nonton wayang oleh Lurah
Warak. (NGECE) Iya, kan? Hayo ngakuuuuu??

13.DRINI
(MENYAHUT) Oooo... pantas saja! Sedari sore Niken sudah kebingungan menyiapkan
pakaian yang bagus. Ternyata akan dipakai sarimbitan dengan Lurah Warak, ta? Pantas
saja, sejak sesaji tadi Niken nampak sangat tidak sabaran!

14.RATRI
Sudah, sudah, sudah… tidak perlu dipermasalahkan. Yang penting sekarang kita sudah
menyelesaikan semua pekerjaan. Aku akan meletakkan sesaji ini di depan gerbang.

15.PARA KENYA
Baik, Tri. Kami pergi dulu, ya.

PARA PEREMPUAN PERGI – RATRI MELETAKKAN SESAJI – SEMPANA


DATANG

16.SEMPANA
Ratri. Sudah berapa kali Bapak katakan? Jangan meletakkan sesaji di situ.

17.RATRI
Dospundi ta, Pak? Dari dulu aku meletakkan sesaji di sini. Apa aku salah?

18.SEMPANA
Dulu saat kau masih kecil memang tidak salah. Tetapi sekarang? Kau ini sudah tumbuh
menjadi perempuan dewasa, sudah tidak sepantasnya kau melakukan kewajiban itu.

19.RATRI
Lalu, apa penyebabnya, Pak?
8

20.SEMPANA
Singasari sudah bukan Tumapel. Para ksatria yang dulu menghormati tata krama,
memegang teguh paugeran, sekarang mudah bertindak seenaknya. Juga mengumbar hawa
napsu. Bapak khawatir….. (BELUM SELESAI)

21.RATRI
(MENYAHUT) Pak... kenapa Bapak berkata demikian? Aku bukan perempuan yang
mudah tergoda oleh hawa napsu. Dan aku pun tidak mudah terpikat oleh eloknya
penampilan, juga derajat dan pangkat.

22.SEMPANA
Kau benar. Namun kau ini adalah perempuan yang cantik. Parasmu yang rupawan itu
tidak hanya menjadi perantara untuk mencapai kemuliaan, tetapi juga bisa menyeret
hidupmu ke jurang kesengsaraan. Oleh karena itu, jikalau kau mau menuruti perkataan
Bapak, sembunyikanlah paras cantikmu itu, sebab kau ini anak prajurit yang pangkatnya
rendah. Sedangkan kasatriyan ini, tempat para taruna berdarah leluhur yang berwajah
tampan.

23.ANUSAPATI
(MENIMBRUNG) Bapakmu benar, Ratri! Kasatriyan ini bukan tempat bagi perempuan
berparas cantik sepertimu! Yang layak berada di sini hanya aku, Anusapati, Pangeran Pati
yang lemah dan tidak punya budi luhur!

24.SEMPANA
(TAK ENAK HATI) Eh... nuwun sewu Pangeran, yang hamba maksud bukan
panjenengan ndalem. Sebab...... (BELUM SELESAI)

25.ANUSAPATI
(MENYAHUT – MENYINDIR SEMPANA) Aku tahu, Sempana! Kau pasti hanya ingin
mengatakan bahwa para ksatria di Singasari sudah tidak memegang teguh jiwa
ksatrianya! Semua sudah melupakan ajaran luhur, mementingkan kepentingan diri
sendiri, lupa akan sangkan paraning dumadi!

26.RATRI
(TAK ENAK HATI) Punten ndalem sewu. Apabila diperkenankan, hamba… hamba
mohon ijin untuk menyelesaikan kewajiban.

27.ANUSAPATI
(SEDIKIT KECEWA) Pergilah, Ratri… Turuti perkataan Bapakmu! Kau tidak perlu
mendekati Kasatriyan!

28.RATRI
(NYEMBAH) Sendika.

RATRI PERGI – SEMPANA MENDEKAT


9

29.SEMPANA
Punten ndalem sewu Pangeran.....

30.ANUSAPATI
(MUTUNG) Sudahlah, Sempana. Kau tidak perlu berkata apa-apa. Walaupun kau tidak
mengatakan yang sebenarnya, tapi aku yakin kau pasti tahu, Gelar Pangeran Pati yang
kuterima ini hanya sekedar untuk menaati peraturan! Bukan gelar yang sesungguhnya
kudapatkan. Semua ini tidak lain teka-teki yang dirakit oleh Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi!

31.SEMPANA
(MAJU) Pangeran... Perkataan Pangeran ini sungguh menyiksa batin hamba. Sebab
hamba hanya seorang prajurit yang harus memegang teguh sumpah prajurit hamba.

32.ANUSAPATI
(JENGKEL) Aku tahu, Sempana! Sebagai prajurit kau terikat oleh peraturan harus setia
dan berbakti kepada pepundhenmu! Apa pun yang dikehendaki sesembahanmu kau harus
sendika! Sekarang pergilah. Aku ingin menata harapan-harapanku yang terkurung di
dalam beteng kasatriyan!

33.SEMPANA
Tapi Pangeran.....

34.ANUSAPATI
(JENGKEL) Sudah, Sempana! Pergilah!

SEMPANA PERGI – TOHJAYA DAN PRAJURIT DATANG

35.TOHJAYA
(KEMAKI) Lho, Kangmas di sini, ta?

36.ANUSAPATI
Kau mau pergi ke mana, Dhimas?

36.TOHJAYA
(KEMAKI) Ooo, apakah Kangmas belum tahu? (PAMER) Aku diutus Ayahanda untuk
ikut berburu di hutan! Ayahanda ingin tahu seberapa beraninya aku menghadapi hewan
liar yang banyak diburu! (TERTAWA)

37.ANUSAPATI
Kalau begitu, aku akan ikut berburu.
10

38.TOHJAYA
(KEMAKI) Tidak bisa, Kangmas! Tidak bisa! Ayahanda tidak mengijinkan! (NGECE)
Nuwun sewu.. Kangmas ini adalah Pangeran Pati! Calon Raja Singasari! Jika nanti kulit
Kangmas sampai terluka, besarnya luka oleh karena hewan liar, Singasari pasti
kehilangan!

39.ANUSAPATI
Tapi aku ingin ikut, Dhimas!

40.TOHJAYA
(KEMAKI) Lho, kan tadi aku sudah bilang, Ayahanda tidak mengijinkan! Kangmas
dengar, kan? (TERTAWA) Sudah, duduk saja di sini! Aku mohon pamit! (TERTAWA
MENGEJEK) Prajurit… antar aku!
.
TOHJAYA DAN PRAJURIT PERGI - SUWANA CS DATANG

39.SUWANA
(GARANG) Caaa..... kepung!!!!

40.LUDIRA
(MENYAHUT) Anusapati!!! Kau sudah tidak bisa berbangga! Kasatriyan ini sudah
dikepung!

41.ANUSAPATI
Siapa kau?

42.SUWANA
(MENYAHUT) Aku prajurit Kediri yang akan menghabisi nyawa Sri Ranggah Rajasa,
termasuk Pangeran Pati di Singasari...!!!

43.ANUSAPATI
(MENYAHUT) Apa salahku hingga kau juga ingin menghabisiku?

44.SUMIRAT
(MENYAHUT) Sebab orang tuamu telah membunuh sesembahanku, Prabu Dhandhang
Gendhis! Dan sekarang, kami semua akan balas dendam! Hutang nyawa dibalas nyawa!!

45.SUWANA
(MENYAHUT) Semua orang di Singasari harus dibinasakan!

46.ANUSAPATI
Oo, jadi itu mau kalian. Baiklah, hidupku memang sudah tidak ada gunanya. Daripada
aku menanggung malu, lebih baik bunuhlah aku. Ayo..! Cepat lakukan! Bunuh aku..!!

RATRI DATANG – MENIMBRUNG

47.RATRI
(LANTANG) Pangeran...!!!! Pangeran tidak boleh berkata seperti itu!!!

48.ANUSAPATI
(MENOLEH – MENDEKAT) Ratri!!! Kau jangan ikut campur!!
11

49.RATRI
(MANTAP) Hamba tidak akan ikut campur! Hamba hanya ingin membenarkan perkataan
banyak orang, bahwa Pangeran Pati Singasari tidak mempunyai jiwa ksatria! Hatinya
lemah seperti hati wanita! Padahal sejatinya, hati wanita itu tidaklah lemah karena berani
menghadapi banyak hal, menanggung cobaan hidupnya!

50.LUDIRA
(MANTAP) Hey, kau hanya seorang wanita! Kau tak perlu ikut campur, atau kau ingin
kulibatkan dalam dosa Anusapati!

51.ANUSAPATI
Diam..!!

52.RATRI
(MANTAP) Punten ndalem sewu. Pangeran sebagai seorang pria harus menjunjung
tinggi jiwa ksatria! Suatu kesalahan besar jika tidak berani bangkit menghadapi cobaan
hidup! Hidup ini harus dihadapi, Pangeran! Tidak cukup bila hanya disesali apalagi
ditangisi! (SEMAKIN MANTAP) Apa jadinya jika rakyat melihat Pengeran Pati
Singasari menyerahkan hidupnya kepada orang-orang ini? Lantas di mana jiwa ksatria
yang harus dipegang teguh calon Raja Singasari?? Hey, kalian, orang-orang Kediri!
Sebelum kalian membunuh Pangeran Anusapati, ayo, bunuhlah aku!

53.ANUSAPATI
(MANTAP) Ratri!!! Kau benar! Aku yang salah! Aku tidak boleh mati seperti hewan
yang tak bisa melawan! (LANTANG) Hey kalian, orang-orang Kediri..!! Majulah!
Majulah beramai-ramai, akan kuhadapi kalian semua!!

54.SUWANA
Caa.... kroyok..!!!

PERANG. SEMPANA MEMBANTU, SUWANA DIRINGKUS.

55.ANUSAPATI
Siapa kau sebenarnya?

56.SUWANA
(TAKUT) Hamba.... hamba prajurit Kediri!
12

57.ANUSAPATI
(MENYAHUT) Aku tidak percaya! (MEMBUKA PENUTUP WAJAH – KAGET)
Suwana?!!! Kau Suwana, abdi dari Dhimas Tohjaya??

58.SUWANA
(TAKUT) I...i...iya, Pangeran.

LAMPU BLACK OUT – BABAK IV SELESAI

BABAK V KEPUTREN
Lampu panggung semburat merah. Ken Umang duduk sambil disisir rambutnya oleh
Dayang. Lindri lan Umayi “mendupai” kemben Ken Umang. Gendhing ketawang.

01.NIKEN
Kelihatannya, rambut Gusti sudah halus. Jika Sri Ranggah Rajasa datang, beliau pasti
sangat senang. Sebab rambut Gusti ini sudah terlihat lebat bagaikan bunga bakung.

02.KEN UMANG
(KETUS) Sisir lagi!

03.NIKEN
Tetapi ini sudah sangat halus, Gusti.

03.KEN UMANG
(JENGKEL) Kau ini dengar atau tidak? Sisir lagi!!

04.NIKEN
Sendika, Gusti.

05.UMAYI
Ini sudah harum belum ya, Ndri?

06.LINDRI
(SAMBIL MENGIPASI ANGLO) Seharusnya sudah, sebab kita kan sudah mendupainya
sejak tadi. Coba kita cium baunya.

07.UMAYI
(MENCIUM JARIK) O, iya ya. Kalau begitu, aku berikan kepada Gusti Putri dulu, ya.
Kau dupai pakaian yang lainnya.

08.LINDRI
Baiklah.... (MENGAMBIL JARIK LALU DIDUPAI)
13

09. UMAYI
(MENDEKATI KEN UMANG) Gusti, ini pakaian yang akan Gusti gunakan sudah
hamba dupai. Silakan Gusti Putri lihat dulu. Kalau perlu silakan bisa langsung dipakai
saja, Gusti. (MENYERAHKAN KEMBEN)

10.KEN UMANG
(MEMANDANG KEMBEN-KETUS) Lho? Kok yang ini, ta? Kemarin aku bilang apa?
Aku bilang yang bango tulak, bukan? Kenapa kau malah mendupai yang ini??

11.UMAYI
Punten ndalem sewu, Gusti. Seingat hamba, kemarin Gusti mengatakan akan
menggunakan yang .......

12.KEN UMANG
(MENYAHUT) Jangan banyak bicara! Kau ini sudah menjadi abdi bertahun-tahun,
masih saja tidak pernah memperhatikan! Kalau diutus bendaramu itu mbok yang teliti,
jangan semaunya sendiri!

13.UMAYI
(TAKUT - MENYEMBAH) Iya, Gusti. Hamba salah. Nyuwun pangapunten ndalem.
(KEMBALI KE TEMPATNYA)

TOHJAYA DATANG

12.TOHJAYA
Ibu, aku datang. (MAJU)

13.KEN UMANG
(KEPADA PARA ABDI) Semuanya boleh pergi!

PARA ABDI PERGI MEMBAWA PERLENGKAPAN MASING-MASING

14.TOHJAYA
Punten ndalem sewu, Ibu.... aku hendak menyampaikan bahwa.....

15.KEN UMANG
(KETUS) Tak perlu bicara! Ibu sudah tahu semuanya! (BERDIRI) Kau ini bagaimana?
Berkali-kali ibu bilang apa! Jangan sekali-kali mengutus Suwana!! Ibu sudah tahu,
prajurit macam dia tidak pernah bisa menuntaskan tugasnya! Dia hanya bisa bilang
sendika dan minta upah! Paham?!

16.TOHJAYA
(SEDIKIT TAKUT) Pa... paham, Ibu! Tapi Suwana sudah hampir berhasil. Ketika
Kangmas hampir saja berhasil dibunuh, Sempana datang! Dia membantu Kangmas
Anusapati sehingga .......

17.KEN UMANG
(MENYAHUT) Suwana kalah?! Ketahuan bahwa Suwana adalah abdimu? Begitu kan,
maksudmu?
14

18.TOHJAYA
Bagaimana Ibu tahu?

19.KEN UMANG
(KETUS) Jelas Ibu tahu! Sebab Ibu telah mengutus abdi lain untuk memata-matai
Suwana! Hal apa saja yang terjadi di Puri, Ibu tahu semuanya!

20.TOHJAYA
(TAKUT) Kalau begitu, jika Kangmas Anusapati mengadu pada Ayahanda, aku harus
bagaimana, Ibu? Aku pasti akan dimarahi habis-habisan oleh Ayahanda, bahkan aku pasti
akan dihukum! Bagaimana ini, Ibu?

21.KEN UMANG
(KETUS) Kau tidak perlu khawatir! Ibu yang akan melindungimu! Dengan cara dan
korban apa pun, Anusapati harus bisa disingkirkan! Sebab Anusapatilah yang akan
menjadi penghalang kau naik tahta! Soal Ayahmu, Ibu yang akan bertanggung jawab!

20.TOHJAYA
(GEMBIRA) Apa Ibu sungguh-sungguh?

21.KEN UMANG
Percayalah kepada Ibumu. Ayahmu tidak akan marah, apalagi menghukummu! Sudah,
sekarang pergilah, menjauhlah dari Ayahmu.

22.TOHJAYA
Sendika!

TOHJAYA PERGI – KEN AROK DATANG

25.SRI RAJASA
(GEMBIRA) Ken Umang.

26.KEN UMANG
(CEMBERUT) Ya, Sinuwun.

27.SRI RAJASA
(GEMBIRA) Pemandangan di keputren ini sangat indah. Sinar rembulan yang diselimuti
angin menyapu aroma bunga, membuat hatiku terasa ringan. (TERTAWA)

28.KEN UMANG
(CEMBERUT) Itu kan menurutmu! Tetapi bagiku, semua ini justru tampak sebaliknya.
Semilirnya angin serta harumnya bunga-bunga di keputren Singasari, justru membuat
hatiku terasa panas.

29.SRI RASAJA
(TERTAWA) Ooo,.. aku tahu! Aku tahu yang kau inginkan.

30.KEN UMANG
(CEMBERUT) Belum! Kau belum tahu! Sebab kasih sayangmu kepada Ken Dedes
masih lebih besar daripada kasih sayangmu kepadaku!
15

31.SRI RAJASA
(MANTAP - MENDEKAT) Ken Umang. Hal yang mengganjal di hatimu hanya
berdasarkan emosi. Kau tidak menggunakan nalar. Kau tidak berpikir panjang bahwa
semua ini sudah kurancang sesuai dengan paugeran, bahwa anak sulung, laki-laki, dari
istri prameswari harus dinobatkan sebagai Pangeran Pati.

32.KEN UMANG
(MENYAHUT) Kalau begitu, lantas apa artinya aku dan Tohjaya di mata Sri Ranggah
Rajasa?? Apa artinya aku dan Tohjaya di hadapan Narendra yang dianugerahi kesaktian
Dewa Brahma??

33.SRI RAJASA
(TERTAWA LIRIH) Kau jangan berkata demikian, Umang! Kasih sayangku tetap akan
utuh seperti ketika kau dan aku berada di Bulak Karautan!

34.KEN UMANG
(KETUS) Apa buktinya?

35.SRI RAJASA
(BERWIBAWA) Jagad raya dan segala isinya menjadi saksi! Tohjaya yang akan menjadi
Raja, sebab kedudukan Anusapati tidak lebih dari sebatas Pangeran Pati! Usianya pun
tidak akan lebih panjang dari umurku!

36.KEN UMANG
(KAGET– MENDEKAT - MESRA) Sinuwun...!!!! Perkataanmu ini sungguh-sungguh,
bukan? Atau kau hanya ingin membuat aku senang saja? Kalau perkataanmu ini benar,
maka kau sungguh mencintai aku!

SRI RAJASA DAN KEN UMANG BERMESRAAN – LAMPU BLACK OUT – BABAK
V SELESAI
16

BABAK VI KAPUTREN (B)


Ken Dedes melamun. Sedih. Anusapati datang. Mendekat pelan-pelan. Gendhing
ilustrasi sedih

01.ANUSAPATI
(MENDEKAT) Ibu.

02.KEN DEDES
(CEPAT-CEPAT MENGHAPUS AIR MATA) Oh, ternyata kau, Anusapati.. Kemarilah,
duduklah dekat ibu. (PURA-PURA BAHAGIA) Bagaimana? Kau pasti bahagia bukan,
setelah dinobatkan sebagai Pangeran Pati? Tidak hanya kau yang merasa bahagia, namun
ibu juga.

03.ANUSAPATI
(MEMANDANG KEN DEDES TANPA BERKATA APAPUN)

04.KEN DEDES
(PURA-PURA SENANG) Hal itu memang sudah menjadi kehendak ayahmu. Sebab kau
adalah anak laki-laki yang lahir dari prameswari.

05.ANUSAPATI
(MENYAHUT – AGAK KERAS) Cukup! (BERDIRI) Sudah cukup! Ibu tidak perlu
bersembunyi di balik kebahagiaan semu! Juga tak perlu menutupi apa yang
sesungguhnya terjadi!

06.KEN DEDES
(KAGET) Anusapati????

07.ANUSAPATI
(MANTAP) Walaupun Ibu tidak mengatakannya namun tentu Ibu tahu! Siapa sebenarnya
aku, yang selalu dihina dan diremehkan oleh Sri Ranggah Rajasa! Apa salahku, Ibu??
Apa salahku??

08.KEN DEDES
(MEYAKINKAN) Tidak, Ngger, anakku! Kau tidak salah! Apa yang kau rasakan ini
hanyalah perasaanmu semata.

16.ANUSAPATI
(MENYAHUT- MANTAP) Ini bukan hanya perasaanku saja, tetapi kenyataan Ibu! Maka
Ibu, sudah tiba waktunya Ibu mengatakan yang sesungguhnya! Siapa aku sebenarnya!

17.KEN DEDES
(MENJAUH, MREBES MILI) Anusapati..... pertanyaanmu tidak hanya menusuk hati
Ibu. Tetapi juga membuka kembali peristiwa masa lampau yang sudah Ibu simpan rapat-
rapat di sepanjang hidup Ibu. Hidup yang penuh luka oleh karena harus diboyong paksa
dari Panawijen, diajadikan sarana untuk mencapai kekuasaan, dan akhirnya dibuang
bagaikan barang yang tidak ada harganya.

18.ANUSAPATI
(JENGKEL) Ibu jangan membuatku semakin bingung! Perkataan Ibu tidak ada
hubungannya dengan apa yang sedang kuhadapi ini!
17

19.KEN DEDES
(SEDIH BERCAMPUR JENGKEL) Anusapati. Kau memang bukan putera Sri Ranggah
Rajasa! Kau adalah anak angkat! Ketika Ibu dipinang menjadi istri ayahmu, kau sudah
ada di dalam kandungan Ibu, sebab Ibu sudah menjadi istri Akuwu Tunggul Ametung!

20.ANUSAPATI
(LIRIH - MANTAP) Akuwu Tunggul Ametung?

21.KEN DEDES
(SEDIH BERCAMPUR JENGKEL) Dialah yang mengukir jiwa dan ragamu. Orang yang
dibunuh oleh Ken Arok sebelum ia menjadi Raja. Hingga saat ini keris yang menancap di
dada ayah kandungmu masih Ibu simpan sebagai pengingat.

22.ANUSAPATI
(JENGKEL) Keterlaluan! Sungguh sangat keterlaluan! Kenapa ibu tega mengorbankan
ayah kandungku?? Bahkan ketika darah di ujung keris itu belum kering, kenapa Ibu tega
menikah lagi? Ibu malah menyerahkan kemuliaan kepada orang jahat!

23.KEN DEDES
(SEDIH BERCAMPUR JENGKEL) Itu karena Tumapel harus berperang melawan
Kediri! Tidak ada seorang pun yang bisa melindungi Tumapel kecuali Ken Arok!
Sehingga Kediri bisa ditaklukkan. Dan Ibu diangkat sebagai istri prameswari. Tapi
setelah Ken Arok menikahi Ken Umang dan melahirkan Tohjaya, impian Ibu yang indah
penuh dengan kemuliaan, hancur berkeping-keping! (MENANGIS)

24.ANUSAPATI
(JENGKEL - MENYAHUT) Ini adalah balasan yang harus Ibu terima! Karena Ibu tega
kepada ayah Tunggul Ametung!! Apa salah ayah, hingga Ibu tega mengorbankannya
demi Ken Arok?! Apakah hal ini bisa dibenarkan?? Tidak!! Ini tidak benar, Ibu!!!!

25.KEN DEDES
(SANTAK – MARAH) Cukup, Anusapati! Cukup!!! Kau bisa berkata demikian sebab
kau belum tahu betul siapa sesungguhnya Akuwu Tunggul Ametung! Laki-laki sombong!
Yang nekat memaksa dan membawa lari Ibu dari Panawijen tanpa meminta ijin dari Mpu
Purwa Eyangmu!!

27.ANUSAPATI
(KAGET) Oooh...Ibuuu??? Kenapa aku dilahirkan bukan dari kasih sayang? Kenapa aku
harus menjadi aib? Apa dosaku, Ibu? Apa dosaku? (AMBRUK DI POJOK
PANGGUNG)

28.KEN DEDES
(MANTAP- MENDEKAT) Hidup ini memang keras, Anusapati. Kau tidak perlu
menangisi dan menyesalinya, tapi kau harus menghadapinya! Terlebih lagi, kau adalah
calon Raja Singasari! Sekarang, buang jauh-jauh kesedihanmu! Singkirkan
penyesalanmu! Bangunlah! Hadapilah semua yang terjadi dengan sifat ksatriamu!

29.ANUSAPATI
(BANGUN PELAN-PELAN) Kalau begitu, Ibu tidak perlu ikut campur masalah ini! Aku
sendiri yang akan membalaskan kematian ayah! (MEMANDANG KEN DEDES) Ibu,
18

aku ingin meminjam keris yang digunakan untuk membunuh ayah, Akuwu Tunggul
Ametung!

30.KEN DEDES
(KAGET) Anusapati?!

LAMPU BLACK OUT – BABAK VI SELESAI

BABAK VII PURI


Sri Ranggah Rajasa sedang makan dilayani para Dayang. Anusapati datang. Gendhing
sekatenan.

01.ANUSAPATI
Aku datang menghadap.

02.RAJASA 
Anusapati, ada perlu apa kau datang tanpa kupanggil?

03.ANUSAPATI 
Ada hal yang harus kusampaikan.

04.SRI RAJASA  
Kau tahu paugeran di Singasari.

05.ANUSAPATI 
Aku sudah tidak mengakui paugeran Singasari.

06.SRI RAJASA
(KERAS) Kau itu Pangeran Pati, Aku Raja Singasari!

07.ANUSAPATI 
(MANTAP) Yang ada bukanlah Pangeran Pati dan Raja, tetapi Anusapati dan Ken Arok, Setan
Padang Karautan!

08.SRI RAJASA
(MARAH) Anusapati..!!!?
19

PARA DAYANG NYEMBAH – PERGI – ILUSTRASI MANTHENG

09.ANUSAPATI 
(MANTAP) Aku sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi! Dan aku pun sudah tahu siapa yang
menghabisi nyawa ayahku, Akuwu Tunggul Ametung!

10.SRI RAJASA
(TERTAWA) Tidak seperti dugaanku! Ternyata kau adalah laki-laki yang punya keberanian,
berani menyebut nama orang tuamu yang sudah dibunuh Kebo Ijo!

11.ANUSAPATI
(MENYAHUT – MANTAP) Tidak ada gunanya bersembunyi di balik Kebo Ijo!

12.SRI RAJASA 
(TERTAWA) Bagus..... bagus! Jika memang itu yang kau mau, aku tidak akan basa basi.
(SOMBONG) Akulah yang membunuh Akuwu Tunggul Ametung, oleh karena besarnya kasih
sayangku kepada Ken Dedes ibumu.

12. ANUSAPATI 
(MENYAMBUNG) Aku adalah anak dari ayahanda Tunggul Ametung! Dosa besar jika aku
tidak membalaskan kematian ayahku!

13. SRI RAJASA 


(MEREMEHKAN) Kau ini anak kemarin sore, berani melawan aku??

14. ANUSAPATI 
Aku tidak takut menghadapi Setan Padhang Karangutan!!!!

15. SRI RAJASA


(MANTAP - SOMBONG) Dulu aku menjadi buronan Negara! Namun sekarang, aku Sri
Ranggah Rajasa Amurwabumi yang disembah-disembah oleh rakyat Singasari!

16. ANUSAPATI
Hari ini akan menjadi hari terakhir Setan Karautan bisa memandang sinar mentari!

17. SRI RAJASA


(MARAH) Anusapati. Sesungguhnya sudah lama aku menantikan kematianmu! Dan ketahuilah,
aku menobatkanmu sebagai Pangeran Pati hanya sekedar untuk melaksanakan kewajiban!
Selebihnya, kau tidak akan pernah kunobatkan sebagai Raja Singasari!

18. ANUSAPATI 
Sambutlah kematianmu!!!!!! 

ANUSAPATI DIHAJAR – AMBRUK - SEMPANA MERINGKUK KEN AROK.

19.SRI RAJASA
(KAGET) Sempana!? Kau adalah prajurit Singasari! Kenapa kau membantu Anusapati?!

20.SEMPANA
20

(MANTAP) Aku adalah abdi kesayangan Akuwu Tunggul Ametung! Puluhan tahun aku
mengabdi kepadamu hanya untuk melindungi momonganku! Dan sekarang, telah tiba waktunya
aku membalaskan kematian tuanku!

21.SRI RAJASA
(TERTAWA) Bagus, Sempana! Ayo majulah, akan kuantarkan nyawamu!!

22.SEMPANA
Mati kau!!

PERANG – SEMPANA DIHAJAR – AMBRUK – ANUSAPATI BANGUN

23.SRI RAJASA
Ayo bangun! Bangunlah! Lawanlah Sri Ranggah Rajasa!!

24.ANUSAPATI
(PELAN-PELAN BANGUN – MENGHUNUS KERIS MPU GANDRING) Ken Arok…
Pandanglah! Apa yang ada di tanganku!!!!

25.SRI RAJASA
(KAGET) Keris Mpu Gandring????? (BINGUNG – MUNDUR)

LAMPU BLACK OUT – MPU GANDRING – SUDAH DI ATAS PANGGUNG.

20. MPU GANDRING


(TERTAWA) Ken Arok. Apakah kau sudah lupa kepadaku?

21. SRI RAJASA


Ka… ka… kau, Mpu Gandring??!!

22.MPU GANDRING 
(TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Ternyata matamu masih bisa melihat! Pikiranmu masih
jernih! Dan kau belum lupa, ketika keris buatanku yang belum jadi seutuhnya, kau tancapkan di
dadaku!

23.SRI RAJASA
(TAKUT) Kau pasti bukan Mpu Gandring! Kau setan dari antah berantah!!

24.MPU GANDRING
Tidak ada setan di sini! Yang ada hanya kenyataan!

25.SRI RAJASA
(TAKUT) Tidak.. tidak.... kau… kau sudah mati, Gandring!
21

26. MPU GANDRING 


(TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Kau takut kepada bayang-bayang perbuatanmu. Oh, Ken
Arok, mulutmu penuh dengan tata krama, tapi sesungguhnya, hati dan pikiranmu kotor melebihi
apapun! Kau mendapatkan kemuliaan dengan menginjak darah orang lain!

26. SRI RAJASA


(MULAI BERANI) Semua orang berhak mendapatkan kemuliaan! Dan sekarang, aku telah
menjadi Raja! Sabdaku menjadi paugeran!

29. MPU GANDRING


Boleh saja kau berbicara seperti itu. Tapi sekarang, sudah tiba waktunya kau mendapatkan
ganjaran atas perbuatanmu!! (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK)

LAMPU BLACK OUT – MPU GANDRING MENGHILANG

30. SRI RAJASA


Mpu.... Mpu Gandring..... !!!!???

ANUSAPATI MENGHUNUSKAN KERISNYA

31.ANUSAPATI
Inilah jalan kematianmu!!!

KEN AROK KAGET – MERASAKAN SAKIT – TETAP BERDIRI MEMANDANG KERIS


LAMPU BLACK OUT - GENDHING PENUTUP

Tamat

Anda mungkin juga menyukai