Anda di halaman 1dari 120

1

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA

karya Albert Camus

Terjemahan Asrul Sani

Diketik sesuai dengan naskah yang dikeluarkan oleh Bank Naskah - Dewan Kesenian Jakarta, dari
koleksi Teater Sae.
oleh:

Busyra Q. Yoga

bqyoga@gmail.com

bqyoga@indosat.net.id

http://www.serdadubumi.com

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA DIPERTUNJUKKAN UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM TAHUN 1945 di

“THEATRE – HEBERTOT” DENGAN PAUL OTTLY SEBAGAI PERENCANA MISE-EN-SCENE,


LOUIS MIQUEL PERENCANA DEKOR DAN MARIA VITON SEBAGAI PERENCANA
PAKAIAN. PERANAN CALIGULA DIMAINKAN OLEH GERALD

PHILIPE, KINI PEMAIN “THEATRE NATIONAL POPULAIRE” DAN SALAH SEORANG

BINTANG FILM PERANCIS TERKENAL.

P AR AP E LAK U

CALIGULA …………………………………..………….Umur antara 25 dan 29 tahun.

CAESONIA …………………………..……………..Gundik Caligula, umur 30 tahun.

HELICON ……………………………………Sahabat karib Caligula, umur 30 tahun.

SCIPION ……………………………………………………..……………………Umur 17 tahun.

CHEREA ……………………………………………………….………………….Umur 30 tahun.

BANGSAWAN TUA …………………………………….…………………….Umur 71 tahun.

MEREIA …………………………………………………….……………………..Umur 60 tahun.

MUCIUS …………………………………………………………………………..Umur 23 tahun.

BENTARA …………………………………………………..…………………….Umur 50 tahun.

BANGSAWAN I, BANGSAWAN II, BANGSAWAN III ………………………………..

……………………………………………………………Umur antara 40 sampai 60 tahun.


KESATRIA, PENGAWAL ISTANA, PESURUH2……………………………………………

dari koleksi Teater Sae

B AB AK- I
Adegan Pertama
SEJUMLAH BANGSAWAN, DIANTARANYA SESEORANG YANG SUDAH SANGAT

TUA, BERKUMPUL DI BALAIRUNG SARI. MEREKA KELIHATAN GELISAH.

BANGSAWAN I:

Belum juga ada berita.

BANGSAWAN TUA:

Kemarin tidak, kinipun tidak.

BANGSAWAN II:

Tiga hari tidak ada kabar sedikitpun juga. Heran!

BANGSAWAN TUA:

Pesuruh pergi, pesuruh datang, jawab yang dibawa selalu geleng kepala “Tidak ada”.

BANGSAWAN II:

Seluruh pedalaman sudah diperiksa. Apa lagi yang dapat dilakukan lebih dari itu?

BANGSAWAN I:

Kita Cuma bisa menunggu. Tidak ada gunanya kelewat lekas bersusah hati.

Barangakali dia akan kembali sendiri, seperti dulu dia pergi.

BANGSAWAN TUA:

Ketika meninggalkan istana kulihat ada sinar ganjil di matanya.

BANGSAWAN I :

Aku pun melihatnya. Bahkan aku bertanya padanya apa yang kurang.

BANGSAWAN II:

Apa jawabnya?

BANGSAWAN I :

“Tidak ada-apa!”. Hanya itu.


SUNYI SEBENTAR, HELICON MASUK. IA LAGI MAKAN BAWANG.

BANGSAWAN II: (DENGAN SUARA YANG MASIH GELISAH) dari koleksi Teater Sae

Gelisah kita jadinya!

BANGSAWAN I:

Ah, mengapa?! Memang begitu adat orang muda.

BANGSAWAN TUA:

Tuan benar. Mereka terlalu lemah hati. Tapi umur akan melicinkan segalanya.

BANGSAWAN II:

Begitukah kiraan tuan?

BANGSAWAN TUA:

Tentu. Satu gadis yang hilang selusin gantinya.

HELICON:

O! Jadi Tuan kira dibelakang ini ada soal perempuan?

BANGSAWAN I:

Apalagi kalau bukan itu!? Tapi untunglah kesedihan tidak berlangsung selama-lamanya. Apakah ada
diantara kita yang sanggup berdukacita karena kehilangan seseorang lebih dari setahun?

BANGSAWAN II:

Aku tidak.

BANGSAWAN I:

Tak seorang jugapun yang dapat.

BANGSAWAN TUA:

Hidup akan pahit sekali kalau kita sanggup menjalankan itu BANGSAWAN I:

Memang. Aku sendirilah misalnya, aku kehilangan istriku tahun yang lalu. Aku menangis sejadi-
jadinya. Sudah itu aku lupakan. Kadang-kadang aku masih merasakan sekarang. Tapi untunglah
keadaan ini tak sering.
BANGSAWAN TUA:

Ya. Alam adalah dukun yang baik. (CHEREA MASUK) Adegan Kedua

BANGSAWAN I:

Bagaimana, ada kabar?

dari koleksi Teater Sae

CHEREA:

Belum.

HELICON:

Ayolah tuan-tuan! Tidak ada gunanya bercemas hati.

BANGSAWAN I:

Memang.

HELICON:

Biarlah susah keadaan tak akan berubah…. Sekarang sudah waktunya makan.

BANGSAWAN TUA:

Betul. kita jangan menyangka yang bukan-bukan CHEREA:

Hatiku tak begitu senang. tapi segalanya kelihatan lancar. Sebagai seorang Kaisar dia boleh disebut
penjelmaan dari kesempurnaan.

BANGSAWAN II:

Ya, Kaisar yang sesuai betul dengan keinginan kita, hati-hati…dan tak berpengalaman.

BANGSAWAN I:

Apa yang kau risaukan? Tidak ada alasan untuk meratap seperti itu. Apa sebabnya maka ia berubah.
Misalkan ia cinta pada Drusilla. Biasa. Drusilla adalah saudaranya. Atau katakanlah bahwa cinta
kepadanya melebihi cinta kakak kepada adiknya. Memang menjijikkan, kuakui. Tapi kelewatan sekali
menjadikan Roma ribut hanya karena gadis itu meninggal.

CHEREA:
Mungkin. Tapi seperti kukatakan, hatiku tak begitu senang. Keadaan ini menggelisahkanku.

BANGSAWAN TUA:

Memang. Tidak ada asap jika tidak ada api.

BANGSAWAN I:

Tapi bagaimanapun juga, demi kepentingan negara, ia tidak boleh menjadikan….menjadikan, kita –
katakanlah dulu perbuatan yang akan disesalkan ini menjadi bencana umum. Memang hal itu mungkin
telah terjadi.

Tetapi makin tidak dibicarakan, makin baik.

HELICON:

Bagaimana tuan tahu begitu pasti Drusila yang menjadi sebab?

dari koleksi Teater Sae

BANGSAWAN II:

Siapa lagi kalau bukan dia?

HELICON:

Mungkin juga bukan siapa-siapa. Begitu banyak alasan yang dapat dikedepankan, mengapa justru
alasan begini yang dipilih?

SCIPION MASUK. CHEREA BERJALAN MENEMUINYA


Adegan Ketiga
CHEREA:
Ada kabar?

SCIPION:

Belum juga ada. Kecuali kabar-kabar dari beberapa petani yang telah melihat dia kemarin malam
tidak jauh dari Roma, berlari dalam angin ribut.

CHEREA KEMBALI KE TEMPAT BANGSAWAN-BANGSAWAN TADI. SCIPION

MENGIKUTINYA.

CHEREA:

Dengan hari ini cukup tiga hari sudah, bukan, Scipion?

SCIPION:

Ya….aku ada di situ. Mengikuti dia seperti biasa. Ia hampiri jenazah Drusilla.

Dipukulnya dengan dua jari. Sudah itu ia seolah-olah tenggelam dalam pikirannya. Kemudian ia
berbalik lalu berjalan keluar dengan tenang….dan sejak itu kita mencari dia - dengan sia-sia.

CHEREA: (SAMBIL MENGELENG-GELENGKAN KEPALANYA) Anak muda itu terlalu asyik


dengan kesusasteraan.

BANGSAWAN II:

Ah, maklumlah dalam umur begitu….

CHEREA:

Umur memang, tapi tidak dalam kedudukannya. Seorang Kaisar yang berjiwa seni adalah sesuatu yang
salah. Memang ada satu-dua; salah pasang selalu saja bisa terjadi biar dalam sebuah kerajaan yang
sebaik-baiknya sekalipun.

Tapi Kaisar-Kaisar yang ini cukup punya perasaan untuk mengingat bahwa ia adalah abdi rakyat.

BANGSAWAN I:

dari koleksi Teater Sae


Dan menyebabakan keadaan jadi lancar.

BANGSAWAN TUA:

Satu manusia satu pekerjaan, begitulah seharusnya.

SCIPION:

Apa yang harus kita lakukan, Cherea?

CHEREA:

Tidak ada.

BANGSAWAN II:

Kita hanya bisa menunggu. Jika ia tidak kembali, maka gantinya harus kita carikan. Diantara
kita….tidak kurang calon.

BANGSAWAN I:

Memang. Tapi yang kurang adalah calon yang tepat.

CHEREA:

Misalkan ia kembali dengan hati yang berang.

BANGSAWAN I:

Ah, dia masih anak muda. Nanti kita tunjukan pikiran sehat padanya.

CHEREA:

Dan kalau ia tidak mau terima, bagaimana?

BANGSAWAN I: (KETAWA)

Dalam keadaan seperti ini sahabat, jangan lupa, bahwa aku pernah menulis buku tentang revolusi. Di
dalamnya dapat kau temui segala petunjuk.

CHEREA:

Nanti kuperiksa – kalau memang sudah waktunya. Tapi aku lebih suka membaca buku-bukuku sendiri

SCIPION:

Saya permisi……..! (KELUAR).


CHEREA:

Dia marah.

BANGSAWAN TUA:

Scipion masih anak muda sekali. Anak muda selalu seperasaan HELICON:

Ah, Scipion tak masuk hitungan

dari koleksi Teater Sae

SEORANG PENGAWAL ISTANA MASUK

PENGAWAL ISTANA:

Caligula kelihatan di kebun istana….!

SEMUA KELUAR.
Adegan Keempat
PANGGUNG SUNYI BEBERAPA SAAT. CALIGULA MASUK DENGAN DIAM-DIAM

DARI KIRI. KAKINYA PENUH LUMPUR, SEDANGKAN PAKAIANNYA KOTOR

SEKALI KELIHATANNYA. RAMBUTNYA BASAH DAN MATANYA NANAR. IA MEMEGANG


MULUTNYA BEBERAPA KALI DENGAN TANGANNYA. KEMUDIAN IA MENDEKATI
CERMIN YANG TERGANTUNG DI PANGGUNG ITU DAN TIBA-TIBA TEGAK BERHENTI
WAKTU MELIHAT BAYANGANNYA DI KACA. SETELAH

MENGUCAPKAN BEBERAPA PATAH KATA YANG TAK KEDENGARAN IA DUDUK DI


KANAN SAMBIL MEMBIARKAN TANGANNYA TERKULAI ANTARA KEDUA LUTUTNYA.
HELICON MASUK DARI KIRI. WAKTU MELIHAT CALIGULA IA BERHENTI DIUJUNG
PANGGUNG LALU MEMPERHATIKANNYA DENGAN HENING.

CALIGULA MEMBALIK LALU MELIHAT PADA HELICON. HENING SEKEJAP.


Adegan Kelima
HELICON: (DARI UJUNG PANGGUNG).

Selamat pagi, Caius.

CALIGULA: (DENGAN SUARA BIASA).

Selamat Pagi, Helicon.

HENING SEKEJAP.

HELICON:

Kau lelah kelihatannya.

CALIGULA:

Aku banyak berjalan.

HELICON:

Ya, kau telah pergi selama beberapa hari.

CALIGULA:

dari koleksi Teater Sae

Memang susah diperoleh

HELICON:

Apa yang susah diperoleh?

CALIGULA:

Apa yang kucari.

HELICON:

Apa itu?

CALIGULA: (DENGAN SUARA BIASA).

Bulan.
HELICON:

Apa??

CALIGULA:

Ya, aku ingin kan bulan.

HELICON:

Oh…..(DIAM SEBENTAR. KEMUDIAN HELICON MENDEKATI CALIGULA) Dan mengapa kau


inginkan bulan?

CALIGULA:

Ah, ya……itu satu barang yang aku belum punya.

HELICON:

O, begitu. Dan kini – sudah kau bereskan sehingga memuaskanmu?

CALIGULA:

Belum. Aku tidak dapat memperolehnya.

HELICON:

Sayang sekali.

CALIGULA

Ya. karena itu aku sangat lelah. (DIAM. KEMUDIAN) Helicon!

HELICON:

Ya, Caius.

CALIGULA:

Tak sangsi lagi. Menurut pikiran kau tentu aku gila.

HELICON:

dari koleksi Teater Sae

10

Kau sendiri tahu aku tidak pernah berpikir.


CALIGULA:

Ah, betul juga… Sekarang, begini! Aku tidak gila. malahaan rasanya belum pernah aku setenang
sekarang ini. Apa yang terjadi padaku adalah hal yang biasa saja. Aku tiba-tiba didatangi keinginan
yang mustahil. Cuma itu.

(DIAM). Menurut hematku, keadaan seperti adanya sekarang ini, jauh sekali dari pada menyenangkan.

HELICON:

Banyak yang sependapat dengan kau.

CALIGULA:

Memang. Tapi dulu aku tidak sadari ini. Kini aku tahu dunia kita ini dengan apa yang orang sebutkan
susunannya, tidak bisa kita biarkan. Itu makanya aku inginkan bulan, atau kebahagian, atau hidup
abadi…..

Pendeknya sesuatu yang tak masuk akal kedengarannya. tapi yang tak dapat digolongkan kepada dunia
ini.

HELICON:

Dalam teori jelas sekali kedengarannya. Cuma dalam prakteknya hal seperti itu tak bisa dilaksanakan

CALIGULA: (BERDIRI. TAPI MASIH TENANG SEPERTI TADI).

Kau khilaf. Karena tidak seorang pun yang berani mengikuti pikirannya sampai ke ujung-ujungnya,
makanya tak ada yang dicapai sampai sekarang. Satu-satunya yang harus dilakukan – menurut hematku,
terus berpikir lurus atau logis, dengan mengorbankan segalanya. (MENGAMATI WAJAH
HELICON). Aku pun tahu apa yang kau pikirkan “Alangkah ributnya hanya karena seorang perempuan
telah meninggal!”. Tapi bukan itu. Ya, memang, aku agaknya ingat bahwa beberapa hari lalu seorang
perempuan telah meninggal. Seorang perempuan yang kucintai. Tapi cinta, apakah itu? Soal tetek
bengek! Dan aku bersumpah pada kau, bukanlah kematian yang menjadi masalah di sini. Ia tidak lebih
dari suatu perlambang kebenaran, yang membuat bulan menjadi penting bagiku. Suatu kebenaran yang
sangat bersahaja, jelas bahkan hampir-hampir edan. Tapi suatu kebenaran yang susah untuk didekati
dan pahit untuk dialami.

HELICON:

Tapi bolehkah aku tahu , kebenaran apakah yang telah kau temukan itu?

CALIGULA: (DENGAN MEMALINGKAN MATA DAN DENGAN SUARA YANG JEMU).

Manusia mati; dan mereka tidak berbahagia!

HELICON: (SETELAH DIAM SEBENTAR).


11

dari koleksi Teater Sae

Bagaimanapun juga, kebenaran itu adalah kebenaran yang dapat diterima dengan tawakal. Coba lihat
orang-orang di sana. Kebenaran kau tidak mengurangkan kenikmatan yang mereka alami kala
menyantap makanan mereka.

CALIGULA: (DENGAN MARAH YANG TIBA-TIBA).

Segala itu membuktikan bahwa aku dikelilingi oleh dusta dan penipuan diri sendiri. Aku sudah bosan!
Aku mau manusia hidup dalam cahaya kebenaran.

Dan aku punya kekuasaan untuk melakukannya. Karena aku tahu apa yang mereka inginkan dan apa
yang mereka belum peroleh. Mereka tidak mengerti dan mereka memerlukan seorang guru; seseorang
yang betul-betul arif tentang apa yang ia bicarakan

HELICON:

Jangan marah, Caius. Jika boleh aku menasehati kau sedikit….tapi nanti sajalah. Sekarang kau harus
istirahat dulu.

CALIGULA: (DUDUK KEMBALI. DENGAN SUARA RAMAH LAGI).

Tidak mungkin Helicon. aku tidak mungkin istirahat lagi!

HELICON:

Tetapi, ….mengapa?

CALIGULA:

Jika aku tidur, siapa yang akan memberikan bulan untukku?

HELICON: (SETELAH DIAM SEBENTAR).

Benar juga.

CALIGULA: (BERDIRI DENGAN SUSAH PAYAH).

Begini, Helicon. …..Aku dengar suara orang berjalan dan suara orang bicara.

Jangan katakan apa-apa. Lupakan kau telah bertemu denganku HELICON:

Aku maklum.

CALIGULA: (BERJALAN KE PINTU, SAMBIL MENOLEH KE BELAKANG). Tolonglah aku mulai


dari saat ini.
HELICON:

Tidak ada alasan untuk tidak menolongmu, Caius. Tapi pengetahuanku sangat sedikit dan perhatianku
sangat terbatas. Dengan cara apa aku dapat menolong kau?

CALIGULA:

Dengan cara…. yang mustahil

dari koleksi Teater Sae

12

HELICON

Aku akan berusaha


Adegan Keenam
CALIGULA KELUAR. SCIPION DAN CAESONIA MASUK DENGAN BERGEGAS.

SCIPION:

Tidak ada orang! Apa tidak kau lihat dia, Helicon?

HELICON:

Tidak.

CAESONIA:

Helicon, pasti benarkah kau bahwa ia tidak mengatakan apa-apa sebelum ia pergi?

HELICON:

Aku bukan tempat ia mencurahkan rahasianya. Aku hanya menontonnya.

Begitu lebih baik

CAESONIA:

Jangan bicara begitulah.

HELICON:

Caesonia sayang, seperti kita semua tahu, Caius adalah seorang idealis. Ia mengikuti pikirannya
sendiri dan tidak seorang pun dapat meramalkan sampai kemana ia akan dibawa pikirannya….! Tapi,
permisi dulu, aku belum makan siang. (HELICON KELUAR).
Adegan Ketujuh
CAESONIA DUDUK DENGAN HATI GUNDAH.

CAESONIA:

Seorang pengawal melihat ia lewat, seluruh warga kota melihat Caligula dimana-mana. Dan Caligula,
tentu tak melihat apa-apa selain pikirannya sendiri.

SCIPION:

Pikiran apa?

13

dari koleksi Teater Sae

CAESONIA:

Bagaimana aku tahu, Scipion?

SCIPION:

Drusilla barangkali?

CAESONIA:

Barangkali. Satu hal pasti sudah; ia mencintainya. Memang pahit sekali rasanya menerima kematian
seseorang yang kemarin masih berada dalam pelukan kita

SCIPION: (DENGAN MALU-MALU).

Dan kau?

CAESONIA:

Ah, aku adalah gundiknya yang sudah tua dan yang dapat dipercaya. Itu bagianku.

SCIPION:

Caesonia, dia harus kita tolong

CAESONIA:

Jadi kau juga mencintainya?

SCIPION:
Ya. Ia sangat baik padaku. Ia hidup-hidupkan semangatku. Aku tak akan pernah lupa hal-hal yang ia
katakan kepadaku. Ia katakan padaku, hidup tidak mudah, tapi masih ada penghiburnya: agama, seni
dan cinta yang kita timbulkan dalam diri orang lain. Ia sering berkata padaku, bahwa satu-satunya
kesalahan yang mungkin diperbuat dalam kehidupan ini ialah menyebabkan orang sampai jadi
menderita. Ia ingin menjadi seorang manusia yang wajar.

CAESONIA: (BERDIRI).

Ia masih kanak-kanak. (IA PERGI KE KACA. LALU MEMPERHATIKAN DIRINYA SENDIRI).


Satu-satunya tuhan yang kuyakini, ialah tubuhku sendiri, dan kini akan kuminta pada tuhanku ini supaya
ia mengembalikan Caligula kepadaku CALIGULA MASUK. WAKTU MELIHAT CAESONIA DAN
SCIPION IA BIMBANG.

LALU MUNDUR BEBERAPA LANGKAH. PADA SAAT ITU DARI BERBAGAI ARAH

KAMAR ITU ORANG MASUK: BANGSAWAN-BANGSAWAN DAN PARA PENGAWAL


ISTANA. MEREKA BERHENTI TATKALA MEREKA MELIHAT CALIGULA.

CAESONIA BERBALIK. IA DAN SCIPION BERGEGAS KE ARAH CALIGULA, YANG

MENOLAK MEREKA DENGAN ISYARAT TANGANNYA.

dari koleksi Teater Sae

14
Adegan Kedelapan
PENGAWAL: (DENGAN SUARA YANG SANGSI-SANGSI).

Kami….kami telah mencari tuan hamba Caesar. Kemana-mana.

CALIGULA: (DENGAN UCAPAN PENDEK DAN AGAK KERAS).

O, begitu.

PENGAWAL:

Kami….artinya….

CALIGULA: (KASAR).

Mau apa kau?

PENGAWAL:

Kami merasa gelisah, Caesar.

CALIGULA: (BERJALAN KE ARAHNYA)

Urusan apa yang menyebabkan kau gelisah?

PENGAWAL:

Ya….e….! (IA BEROLEH ILHAM) Sebagai tuan hamba tahu, ada beberapa hal yang harus
dibereskan sehubungan dengan perbendaharaan.

CALIGULA: (GELAK TERBAHAK-BAHAK).

Ah, betul. Perbendaharaan. Betul juga. Perbendaharaan adalah soal yang paling penting.

PENGAWAL:

Ya, tuan hamba.

CALIGULA: (SAMBIL MASIH TERTAWA. KEPADA CAESONIA).

Apakah kau tak sependapat dengan itu, sayang? Perbendaharaan adalah soal yang maha penting.

CAESONIA:

Tidak Caligula. Tempatnya adalah di tempat kedua.


CALIGULA:

Itu hanya menandakan bahwa kau bodoh. Kami sangat sekali memperhatikan soal keuangan kami.
Semuanya penting: susunan pajak kita, susila umum, politik luar negeri, perlengkapan tentara, hukum
tanah. Percayalah, semuanya penting-penting sifatnya. Dan semuanya sama tinggi dan sama rata.
Kebesaran Roma dan serangan encok kau..ha..ha..! Ya, ya, sekarang pikiranku akan 15

dari koleksi Teater Sae

kugunakan untuk kepentingan itu. Sebagai permulaan, …..Pengawal, coba dengarkan baik-baik.

PENGAWAL:

Kami siap tuanku.

PARA BANGSAWAN MAJU BEBERAPA LANGKAH KE DEPAN.

CALIGULA:

Tuan-tuan setia kepada saya, bukan?

PENGAWAL: (DENGAN SUARA MENYESALI).

Wahai Caesar…!

CALIGULA:

Baiklah! Ada sesuatu yang akan kuusulkan. Kita akan mengadakan perubahan lengkap dalam susunan
ekonomi kita. Dalam dua tindakan. Cepat dan tegas.

Akan kuterangkan, pengawal,….jika tuan-tuan ini sudah pergi.

PARA BANGSAWAN KELUAR DAN CALIGULA DUDUK DEKAT CAESONIA SAMBIL

MEMELUKKAN TANGANNYA KEPINGGANG


Adegan kesembilan
CALIGULA:
Sekarang perhatikan baik-baik. Tindakan pertama: Setiap orang bangsawan, setiap orang di seluruh
kemaharajaan ini yang punya modal, baik besar atau kecil, semuanya sama: tidak boleh mewariskan
modal itu kepada anaknya.

Mereka harus menulis surat wasiat baru dan menyerahkan harta mereka kepada negara jika mereka
tidak ada lagi.

PENGAWAL:

Tapi, Caesar….

CALIGULA: (DENGAN KASAR).

Aku belum lagi beri izin kau bicara! (KEMBALI MELANJUTKAN SEAKAN TAK

TERGANGGU). Dan jika keadaan membutuhkan kita akan usahakan supaya orang-orang ini
meninggal dunia. Sebuah daftar akan kami buat dimana urutan kematian mereka akan ditentukan. Jika
keadaan menghendaki, maka kami boleh merobah daftar itu. Dan dengan tentu, kami akan mengambil
uang mereka.

CAESONIA: (MELEPASKAN DIRI)

Tapi…….mengapa kau?

dari koleksi Teater Sae

16

CALIGULA: (DENGAN MERASA TAK TERGANGGU).

Jelas sekali bahwa urutan kematian mereka tidak begitu penting. Atau lebih jelasnya: hukuman-
hukuman bunuh ini semuanya sama pentingnya…artinya, tidak satupun yang penting. Sungguh semua
mereka ini sama saja, yang satu sama salah dengan yang lain. (KEPADA PENGAWAL DENGAN
KASAR). Kau harus laksanakan tugas ini dengan tidak membuang waktu sedikitpun juga dan periksa
supaya ia dijalankan. Surat wasiat itu malam ini juga sudah harus ditandatangani oleh penduduk
Roma. Dan dalam satu bulan oleh setiap orang di propinsi-propinsi. Kirimkan pesuruh-pesuruhmu
segera.

PENGAWAL:

Caesar, aku sangsi apa tuanku menyadari….


CALIGULA:

Dengarkan baik-baik dungu! Jika perbendaharaan adalah maha penting, maka jiwa manusia tidak
penting sama sekali. Ini tentu jelas bagi kau. Orang yang berpikir seperti kau harus menerima
kebenaran perintah ini, dan karena uang satu-satunya hal yang penting, karena itu kau tak akan
menghargai jiwa kau sendiri atau jiwa orang lain. Aku sudah memutuskan untuk berpikir logis dan aku
punya kekuasaan untuk memaksakan kemauanku. Sekarang akan kau lihat artinya pikiran yang logis
bagimu. Segala tentangan dan penentang akan kutindas. Jika perlu aku akan mulai dengan kau sendiri.

PENGAWAL:

Caesar, aku bersumpah, kesetiaanku sanggup diuji.

CALIGULA:

Dan aku juga, percayalah. Lihatlah bagaimana bersedianya aku menerima pandangan kau dan
memberikan tempat terpenting kepada perbendaharaan dalama rencanaku. Sebetulnya kau harus
berterimakasih kepadaku: aku mengikuti apa yang kau kehendaki dan aku jalankan apa yang kau maui.
(IA BERHENTI SEBENTAR KEMUDIAN MELANJUTKAN DENGAN SUARA YANG

LEMBAB). Bagaimana juga ada suatu sinar kecendekiawanan dalam kebersahajaan rencanaku itu.
Tak dapat disanggah! Kau beroleh tiga detik untuk menghindarkan diri. Satu….(PENGAWAL PERGI).
Adegan Kesepuluh
CAESONIA:
Aku tidak percaya engkau yang bicara begitu. Ini Cuma olok-olok, bukan?

CALIGULA:

Tidak, Caesonia. Kita anggap saja sebuah pelajaran.

17

dari koleksi Teater Sae

SCIPION:

Tapi, Caius, ini tidak mungkin!

CALIGULA:

Karena itulah.

SCIPION:

Aku tidak mengerti.

CALIGULA:

Kuulangi lagi: ya, karena itulah. Sekarang aku menjelajah apa yang dianggap orang tidak mungkin.
Atau lebih baik kukatakan begini: Aku sedang berusaha memungkinkan yang tak mungkin.

SCIPION:

Tapi ini permainan yang tak ada batasnya. Ini suatu hiburan orang gila.

CALIGULA:

Tidak, Scipion. Hiburan seorang maharaja. (IA MEREBAHKAN DIRI DI ATAS

SOFA DENGAN LELAH). Ah, kawan-kawan akhirnya aku mengetahui apa gunanya kekuasaan. Ia
dapat membuat yang mustahil terjadi. Mulai hari ini, selama masih ada nyawa di badan, kebebasan
tidak ada lagi batasnya CAESONIA: (DENGAN SEDIH)

Aku sangsi apakah penemuanmu ini akan dapat membuat kita lebih bahagia.

CALIGULA:
Aku pun begitu. Tapi kukira kita harus menjalaninya.

CHEREA MASUK
Adegan Kesebelas
CHEREA:
Aku baru dengar kau telah kembali. Mudah-mudahan kau sehat.

CALIGULA:

Kesehatanku mengucapkan terima kasih padamu. (HENING. KEMUDIAN

DENGAN TIBA-TIBA). Pergilah Cherea, aku tidak ingin bertemu dengan kau.

CHEREA:

Kau mengherankan aku, Caius.

dari koleksi Teater Sae

18

CALIGULA:

TIdak ada yang perlu kau herankan. Aku tidak suka sastrawan-sastrawan dan aku tidak suka dusta.

CHEREA:

Sekiranya kami berdusta, maka itu kami lakukan dengan tidak sadar. Aku tidak bersalah.

CALIGULA:

Dusta memang tidak pernah terlihat salah. Dan dusta kau memberikan sifat penting pada orang dan
hal-hal. Itu yang tak dapat kuampuni.

CHEREA:

Dan kini – karena dunia ini satu-satunya dunia yang kita punya, apakah ia tidak akan dibela?

CALIGULA:

Pembelaan kau terlambat, hukuman telah dijatuhkan. Dunia ini tidak lagi penting. Sekali manusia
menyadari itu, maka ia beroleh kemerdekaannya. (IA BERDIRI). Itu makanya aku benci kau. Kau dan
golonganmu. Karena kalian tidak merdeka. Pada dirikulah kau melihat satu-satunya manusia yang
merdeka di seluruh kemaharajaan Roma. Kau

seharusnya gembira karena akhir-akhirnya diantaramu hidup seorang maharaja yang dapat menunjukan
jalan ke kemerdekaan. Pergilah Cherea, kau juga Scipion, pergilah – karena apalah artinya
persahabatan. Pergilah kalian dan siarkan berita ke seluruh Roma, bahwa akhirnya kemeredekaan
telah diberikan kepadanya. Dan dengan pemberian ini, akan mulai suatu masa percobaan besar.

MEREKA PERGI DAN CALIGULA BERPALING MENYEMBUNYIKAN WAJAHNYA Adegan


Keduabelas

CAESONIA:

Kau menangis?

CALIGULA:

Ya, Caesonia.

CAESONIA:

Apa sebetulnya yang berubah dalam hidupmu? Memang kau mencintai Drusilla, tapi kau juga
mencintai yang lain – aku sendiri misalnya – pada satu waktu. Ini bukan sebab untuk membuat kau
menjelajahi pedalaman selama tiga hari tiga malam dan kembali….dengan membawa kengerian pada
jiwamu.

19

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA: (MEMBALIK KE ARAHNYA).

Omomg kosong apa ini!? Mengapa dibawa-bawa Drusilla? Kau kira cinta satu-satunya hal yang
menyebabkan seorang laki-laki mengucurkan air mata?

CAESONIA:

Maaf, Caius. Aku hanya berusaha memaklumi kau.

CALIGULA:

Laki-laki menangis, karena semua di dunia ini salah! (CAESONIA DATANG

MENGHAMPIRI CALIGULA). Tidak, Caesonia. (IA MUNDUR). Tetaplah di tempatmu.

CAESONIA:

Segala kehendakmu akan kulakukan. (DUDUK). Dalam umurku sekarang ini orang tahu hidup
menyedihkan. Tapi mengapa dengan sengaja kita berusaha mempersedihnya lagi.

CALIGULA:
Tidak, tidak ada gunanya; kau tidak mengerti. Tapi peduli apa? Barangkali aku akan menemui jalanku.
Aku merasa sesuatu bergerak dalam diriku, seolah-olah hal yang belum lagi sempat diimpikan
mendesak keluar – dan aku tak dapat menghalanginya. (IA MENDEKATI CAESONIA). Caesonia, aku
tahu orang merasa takut, tapi aku tak tahu apa artinya kata takut itu. Seperti orang lain, aku juga
berpendapat bahwa takut adalah suatu penyakit pikiran – lain tidak.

Tidak, tubuhkulah yang sedang sakit. Sakit dimana-mana, didadaku, dikakiku dan tanganku. Bahkan
kulitku kasar, dan kepalaku pusing. Rasanya seakan-akan aku hendak muntah. Tapi yang paling pahit
dari segalanya ialah rasa ganjil yang ada di lidahku. Bukan darah, atau maut, atau demam, tapi
campuran dari ketiga-tiganya. Aku cuma perlu menggerakkan lidahku lalu dunia jadi gelap dan semua
manusia kelihatannya mengerikan. Alangkah berat, alangkah pedihnya upacara untuk menjadi manusia
ini!

CAESONIA:

Yang kau butuhkan, sayang, ialah tidur yang panjang dan pulas.

Istirahatkanlah dirimu, dan hentikan pikiranmu. Aku akan menjaga selama kau tidur. Dan jika kau
bangun akan kau lihat bagaimana dunia telah kembali lagi pada kebagusannya. Lalu kau harus
mempergunakan kekuasaanmu untuk hal-hal yang baik – untuk lebih mencintai lagi apa yang dapat kau
cinta. Karena yang mungkin pun patut pula diberi kesempatan.

CALIGULA:

Ah, kalau untuk itu, aku tak perlu tidur – untuk membiarkan diriku berbuat sesukanya – dan itu adalah
tak mungkin.

CAESONIA:

dari koleksi Teater Sae

20

Seseorang yang terlalu lelah selalu berpikir begitu. Suatu masa akan tiba dimana pegangan seseorang
akan menjadi kukuh kembali.

CALIGULA:

Tapi kita harus tahu dimana ia harus ditempatkan. Dan apa gunanya bagiku sebuah pegangan yang
kukuh, apakah gunanya kekuasaan besar yang ada padaku, jika aku tak dapat memaksa matahari turun
di Timur, jika aku tak dapat mengurangi jumlah derita atau mengakhiri kematian? Tidak Caesonia,
tidur atau tidak bagiku serupa saja, jika aku tak punya kekuasaan untuk mencampuri perjalanan dunia
ini.

CAESONIA:

Tapi itu artinya sama dengan mau menyamai Tuhan. Itu suatu pekerjaan yang gila.
CALIGULA:

Jadi, kaupun mengira, bahwa aku gila. Dan kini – siapakah Tuhan yang aku ingin samai itu? Apak yang
kutuju, yang kuingin dengan seluruh jiwa dan ragaku, adalah sesuatu yang lebih tinggi, yang berada
lebih jauh, lebih tinggi dari tuhan. Aku mau merebut sebuah kerajaan dimana yang mustahil, yang tak
mungkin, menjadi raja.

CAESONIA:

Kau tak dapat melarang langit menjadi langit. Kau tak dapat menghalangi sebuah wajah muda menjadi
tua atau menghalangi supaya hati manusia menjadi dingin.

CALIGULA: (DENGAN SEMANGAT BERTAMBAH).

Aku mau menenggelamkan langit dalam laut, aku mau menyemarakkan keburukan dengan kebagusan,
aku mau memeras ketawa dari kesakitan.

CAESONIA: (MENGHADAPINYA DENGAN SIKAPMEMOHON).

Ada yang jahat, ada yang baik, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada kelaliman ada keadilan.
Percayalah ini tak akan berubah.

CALIGULA: (DENGAN SUARA YANG SAMA).

Dan aku telah memutuskan untuk merubahnya. Aku akan memberikan sesuatu yang besar kepada zaman
ini: sama rata. Dan kalau semuanya telah disama-ratakan, jika yang mustahil telah turun ke bumi dan
bulan telah ada dalam tanganku – lalu barangkali, aku akan berobah dan bersamaku dunia ini.

Manusia tidak lagi mengenal mati dan berbahagia selalu.

CAESONIA: (DENGAN SUARA TANGIS SEDIKIT).

Dan cinta? Apa kau akan mengingkari cinta?

CALIGULA: (DENGAN AMARAH YANG MELEDAK).

21

dari koleksi Teater Sae

Cinta, Caesonia? (MEMEGANG BAHU CAESONIA LALU MENGGONCANG-


GONCANGKANNYA) Aku sudah tahu apa yang disebutkan cinta; omong kosong, omong kosong!
Pengawal tadi benar – kau dengar apa yang dikatakannya, bukan - yang penting cuma perbendaharaan.
Puncak dari segalanya. Dan kini aku mau hidup, hidup yang sebenarnya. Dan hidup, sayang, adalah
lawan dari cinta. Aku tahu apa yang kukatakan. Aku undang kau untuk menghadiri sebuah pertunjukan
yang paling indah, suatu kejadian besar. Untuk itu, aku memerlukan orang banyak – penonton, korban-
korban, penjahat-penjahat, beratus bahkan beribu orang. (IA BERLARI KE GONG LALU MULAI
MEMUKUL

MAKIN LAMA MAKIN KERAS DAN CEPAT). Biar datang semua yang terdakwa, aku mau lihat
penjahat-penjahatku. Ya, mereka semua penjahat! (MASIH

MEMUKUL GONG). Bawa masuk manusia yang terkutuk. Aku ingin penonton.

Hakim, saksi, terdakwa, semuanya dijatuhi hukuman mati tanpa diadili. Ya, Caesonia aku akan
perlihatkan pada mereka sesuatu yang sampai kini mereka belum pernah lihat, satu-satunya manusia
yang merdeka di kemaharajaan Roma. (WAKTU MENDENGAR BUNYI GONG, WARGA DILUAR
MULAI BERISIK

OLEH BERBAGAI BUNYI, BUNYI SENJATA BERADU, PELUIT, SUARA LANGKAH

KAKI, TERIAKAN. LANGKAH MAKIN CEPAT DAN DEKAT. SEMUA MASUK TAPI SEMUA
KELUAR LAGI). Dan kau Caesonia, akan mematuhi perintahku. Kau tetap disampingku sampai saat
terakhir. Alangkah hebatnya, kau lihatlah nanti.

Bersumpahlah Caesonia, engkau akan tetap disampingku CAESONIA: (DENGAN LIAR DIANTARA
DUA PUKULAN GONG).

Aku tidak perlu bersumpah. Kau tahu aku cinta kau CALIGULA: (DENGAN SUARA TETAP).

Kau akan lakukan segala apa yang kukatakan!?

CAESONIA:

Segalanya. Segalanya Caligula, tapi hentikan itu.

CALIGULA: (MASIH MEMUKUL GONG).

Kau akan ganas!?

CAESONIA: (MENANGIS)

Ganas..

CALIGULA: (MASIH MEMUKUL GONG).

Berhati batu dan gelisah!?

CAESONIA:

Gelisah..

CALIGULA:

Dan kau juga akan menderita.


dari koleksi Teater Sae

22

CAESONIA:

Ya, ya, Caligula. Aku jadi gila barangkali.

BEBERAPA BANGSAWAN MASUK, DIIKUTI OLEH ABDI-ABDI ISTANA.

SEMUANYA KELIHATAN KAGET DAN CEMAS. CALIGULA MEMUKUL GONG UNTUK

PENGHABISAN KALI, LALU MENGANGKAT PEMUKULNYA, MEMBUAI-BUAIKANNYA,


BERPUTAR-PUTAR. LALU MEMANGGIL DENGAN SUARA YANG

SERAK DAN SEPARUH GILA.

CALIGULA:

Mariii..! Semuanya. Dekat. Dekat lagi. (IA GEMETAR KARENA TAK SABAR) Raja kalian
memerintahkan pada kalian supaya lebih dekat..!!! (MEREKA MENDEKAT, PUCAT KARENA
TAKUT). Cepat!!! Dan kau, Caesonia mari ke dekatku. (DIPEGANGNYA TANGAN CAESONIA,
DIBIMBINGNYA KE DEPAN

CERMIN DAN DENGAN AYUNAN LIAR DENGAN PEMUKULNYA IA HAPUS SEBUAH

BAYANGAN DI ATAS CERMIN ITU. TIBA-TIBA IA TERTAWA) Semua habis. Kau lihat
sayang….! Akhir dari segala kenangan. Akhir segala kedok. Tidak suatu-pun, tidak siapapun yang
tinggal. Tidak siapapun..?! Tidak, tidak benar masih ada. Lihat Caesonia. Kemari semuanya!
Lihat….!!! (IA BERDIRI DI DEPAN

CERMIN DENGAN TAMPAN DAN MEGAH).

CAESONIA: (MEMANDANG DENGAN KECUT KE ARAH CERMIN).

Caligula!

CALIGULA MELETAKKAN TANGANNYA/JARINYA DI ATAS CERMIN.

PANDANGANNYA BERHENTI TIBA-TIBA. DAN SEWAKTU IA BICARA TIBA-TIBA


BEROLEH BUNYI YANG BARU DAN BANGGA.

CALIGULA:

Ya…..Caligula!!!

LAYAR – T UR UN
23

dari koleksi Teater Sae

B A B A K - II
Adegan Pertama
KAUM BANGSAWAN BERKUMPUL DALAM SEBUAH RUANG DI RUMAH CHEREA
BANGSAWAN I:

Ia hinakan kehormatan kita.

BANGSAWAN TUA:

Ia memangilku “Cintaku sayang!” Depan orang banyak, jangan lupa. Cukup menjadikan aku buah
tertawaan orang. Hukuman bunuh rasanya masih terlalu baik buat dia.

BANGSAWAN I:

Ia memaksa kita berlari disamping tandunya jika ia lagi berjalan ke luar kota.

BANGSAWAN II:

Katanya itu latihan yang baik buat kita.

BANGSAWAN TUA:

Kelakuan seperti itu tidak bisa dimaafkan.

BANGSAWAN III

Tuan benar, hal yang seperti itu benarlah yang tidak bisa dimaafkan.

BANGSAWAN I:

Ia telah menyita hartamu Patricius. Ia telah membunuh ayahmu, Scipion. Ia telah merebut istrimu dari
sampingmu, Octavius, dan menyuruhnya kerja di rumah pelacurannya. Ia telah membunuh anakmu,
Lepidus. Aku mau bertanya tuan-tuan, apakah tuan-tuan masih sanggup menahankan ini? Aku,
bagaimana pun juga, telah mengambil keputusan. Aku tahu resikonya, tapi aku juga tahu, hidup yang
penuh ketakutan ini tidak bisa ditahankan lagi. Lebih sakit dari mati. Ya, seperti kukatakan, putusanku
tetap sudah.

SCIPION:

Waktu ia membunuh ayahku, ia pun telah menetapkan keputusanku.

BANGSAWAN I:

Nah, apakah tuan-tuan masih sangsi?

SEORANG KESATRIA:
dari koleksi Teater Sae

24

Tidak, kami bersama tuan. Ia telah memberikan tempat duduk kami di Circus kepada rakyat banyak
dan menghasut kami supaya berkelahi dengan rakyat jembel. Sekedar untuk beroleh alasan buat
menghukum kami, tentunya.

BANGSAWAN TUA:

Ia pengecut!

BANGSAWAN II:

Ia kejam!

BANGSAWAN III:

Seorang pemain sandiwara.

BANGSAWAN TUA

Ia seorang yang mati pucuk.

SEBUAH ADEGAN KEKACAUAN LIAR. SENJATA DIHUNUS, SEBUAH MEJA DIBALIKKAN.


SEMUANYA BERLARI KE PINTU. WAKTU ITU MASUK CHEREA, TENANG SEBAGAI
BIASA, LALU MENGHENTIKAN KERIBUTAN MEREKA.
Adegan Kedua
CHEREA:
Mau kemana tuan-tuan?

SEORANG BANGSAWAN:

Ke istana!

CHEREA:

Ah, aku mengerti. Tapi tuan-tuan kira akan diberi izin masuk, tuan-tuan?

SEORANG BANGSAWAN:

Kami tidak perlu minta izin

CHEREA:

Lepidus tolong tutupkan pintu itu. (PINTU LALU DITUTUP. CHEREA BERJALAN

KE ARAH MEJA YANG DIBALIKAN TADI LALU DUDUK DI ATAS SEBUAH

SUDUTNYA. YANG LAIN MENGHADAP KEPADANYA) Soal ini tidak semudah yang tuan-tuan
kira, kawan-kawan. Tuan-tuan takut, tapi cemas tidak dapat menggantikan tempat ketabahan dan
pembebasan. Secara ringkas: Tuan-tuan terlalu terburu nafsu.

SEORANG KESATRIA:

Kalau kau tidak mau ikut serta, suka hati kaulah! Tapi tutuplah mulutmu.

25

dari koleksi Teater Sae

CHEREA:

Rasanya aku ikut saudara-saudara. Tapi janganlah salah terima, tidak karena alasan yang sama.

SEBUAH SUARA:

Cukup sudah omong kosong!

CHEREA:
Baik, cukup! Sekarang mari kita bicarakan kenyataan sebenarnya. izinkan terlebih dulu aku mau
memberikan penjelasan tentang diriku. Biarpun aku ikut tuan-tuan, tak berarti aku sependapat dengan
tuan-tuan. Aku berpendapat tuan-tuan, bahwa tuan-tuan telah memilih jalan yang salah. Tuan-tuan
belum lagi membuat ukuran yang sebaik-baiknya dari musuh tuan-tuan. Ini jelas, karena tuan-tuan telah
melekatkan kepadanya alasan-alasan yang tetek bengek. Tapi dalam diri Caligula tidak ada tetek
bengek itu. Dan tuan-tuan hanya mempersiapkan diri untuk jatuh. Tuan-tuan akan lebih dapat
mempersiapkan diri dengan baik jika tuan-tuan memandangnya sebagaimana ia sebenarnya.

SUATU SUARA:

Kami memandang dia sebagaimana dia adanya, penindas yang gila.

CHEREA:

Tidak. Kita cukup kenal pada kaisar-kaisar yang gila. Tapi yang ini belum cukup gila. Yang aku jijikan
dalam dirinya adalah ini: ia tahu apa yang dia mau.

BANGSAWAN I:

Kamipun tahu: ia mau membunuh kita semua.

CHEREA:

Tuan khilaf. Kematian kita baginya bukan soal yang pokok. Ia memakai kekuasaannya untuk
kepentingan suatu nafsu yang lebih tinggi dan lebih tajam. Nafsu ini mengancam segala yang kita
anggap suci. Memang benar, bukan inilah kali pertama Roma mengenal seseorang yang punya
kekuasaan tak terbatas. Tapi kali inilah baru terjadi seseorang yang tidak membatasi pemakaian
kekuasaan itu, dan yang menganggap manusia dan dunia yang kita kenal tidak berharga samasekali. Ini
yang mengerikanku terhadap Caligula dan inilah yang mau kulawan. Kehilangan jiwa bukanlah soal
yang besar. Jika sampai waktunya aku pun cukup tabah untuk mengorbankan jiwaku. Tapi yang tak
sanggup diderita ialah jika dari hidup kita direnggutkan tujuannya, jika kepada kita dinyatakan bahwa
hidup ini tidak ada artinya sama sekali. Seorang manusia tidak bisa hidup tanpa suatu tujuan.

BANGSAWAN I:

Pembalasan dendam adalah suatu tujuan

dari koleksi Teater Sae

26

CHEREA:

Ya, dan aku akan ikut dengan tuan-tuan, tetapi aku bukan mau menolong tuan-tuan untuk membalaskan
kemarahan yang tak berarti itu. Tidak, jika aku menyatukan diri dengan tuan-tuan, maka ini adalah
karena aku mau melawan sebuah cita-cita besar – sebuah cita-cita – yang jika ia menang akan
memusnahkan segala-galanya. Aku tidak peduli jika tuan-tuan dijadikan olok-olok, tapi aku tidak akan
sampai hati membiarkan Caligula melaksanakan pikirannya sampai ke akar-akarnya. Ia merubah
filsafatnya jadi mayat manusia, sedangkan filsafat ini – celakanya – mulai

dari awal sampai akhirnya cukup logis, cukup masuk akal. Kita akan memukul jika pikiran kita tidak
dapat lagi menjelaskan.

SEBUAH SUARA:

Kita harus bertindak.

CHEREA:

Kita harus bertindak, aku setuju. Tapi suatu serangan dari depan tidak ada gunanya jika kita
menghadapi seorang kaisar gila yang sedang berada di puncak kebesarannya. Kita boleh mengangkat
senjata melawan seorang penindas, tapi muslihat diperlukan untuk menghancurkan suatu niat jahat.
Kita hanya dapat menganjur-anjurkan supaya mengikuti liku-liku pikirannya, dan menunggu
kesempatan sampai logikanya karam dalam suatu kegilaan yang betul. Sebagai tuan-tuan lihat, aku
lebih suka berterus terang, dan aku peringatkan bahwa aku hanya sementara mengikuti tuan-tuan. Yang
kukehendaki hanya suatu ketenteraman pikiran dalam sebuah dunia yang kembali telah memperoleh
artinya. Yang mendorong aku bukan ambisi tapi ketakutan, ketakutan yang wajar terhadap pandangan
yang mengerikan dimana kehidupan tidak lebih artinya dari pada secercah debu.

BANGSAWAN I: (SAMBIL MENDEKATI CHEREA).

Aku paham apa yang kau maksud, Cherea. Bagaimana pun juga yang penting ialah bahwa kau juga
merasa seluruh masyarakat terancam. Tuan-tuan aku kira kita setuju dengan aku bahwa alasan kita
yang terpenting bersifat moril.

Kehidupan kekeluargaan kini hancur luluh, rasa hormat terhadap pekerjaan yang jujur tidak ada lagi,
suatu gelombang kebobrokan moril memukul keras seantero negara. Siapakah diantara kita yang tidak
peduli terhadap panggilan kesalehan nenek-moyang kita yang sedang terancam bahaya!? Sesama
pemberontak! Apakah tuan-tuan dapat membiarkan keadaan dimana kaum bangsawan dipaksa berlari,
seperti budak belian, di samping tandu Kaisar?

BANGSAWAN TUA:

Apakah kalian mau membiarkan diri dipanggil “Cintaku sayang”?

SEBUAH SUARA:

Dan istri kita direbut?

27

dari koleksi Teater Sae

SUARA LAIN:
Dan harta kita?

SEMUA BERSAMA:

Tidak!?

BANGSAWAN I:

Cherea, nasehatmu baik sekali. Dan usahamu menenangkan kami kusetujui betul-betul. Waktu belum
matang lagi untuk bertindak. Rakyat masih banyak yang akan menentang kita. Sudikah kau bersama
kami memeriksa - kapan saat sebaiknya untuk memberikan pukulan —dan memukul dengan sekeras-
kerasnya?

CHEREA:

Ya, aku bersedia. Sementara ini biarkan Caligula mengikuti angan-angannya.

Atau sebaiknya mari kita anjurkan dia untuk melaksanakan rencananya yang paling gila. Mari kita
masukan suatu system ke dalam kegilaannya. Nanti, suatu hari akan tiba, dimana ia tinggal sendiri.
Seorang manusia lengang, di kerjaan orang mati dan sanak keluarga orang mati.

TERDENGAR SUARA HIRUK PIKUK, BUNYI TEROMPET KEDENGARAN DI LUAR. LALU


DIAM, TAPI SUARA KECIL MEMBISIKAN NAMA:

“C A L I G U L A”
Adegan Ketiga
CALIGULA DAN CAESONIA MASUK DIIRINGKAN OLEH HELICON DAN BEBERAPA
ORANG PENGAWAL. SEMUA DIAM. CALIGULA BERHENTI DAN MEMANDANGI
PEMBERONTAK-PEMBERONTAK ITU. DENGAN TIDAK BERKATA SEPATAH KATA PUN, IA
PERGI DARI BANGSAWAN YANG SATU KE BANGSAWAN YANG LAIN, IA LURUSKAN
BUNGKUK BAHU SESEORANG, MUNDUR BEBERAPA LANGKAH

UNTUK MERENUNGI YANG LAIN, MELEMPARKAN PANDANG, KEMUDIAN

MENUTUP MATANYA DENGAN LENGAN LALU KELUAR DENGAN TAK

MENGUCAPKAN KATA SEPATAHPUN.


Adegan keempat
CAESONIA: (DENGAN IRONIS SAMBIL MENUNJUKAN KEKACAUAN YANG

TERDAPAT DALAM RUANG ITU)

Apa tuan-tuan habis berkelahi?

dari koleksi Teater Sae

28

CHEREA:

Ya, kami habis berkelahi.

CAESONIA: (DENGAN SUARA SAMA).

Ah, betulkah!? Boleh aku tahu apa yang tuan-tuan perkelahikan?

CHEREA:

Tidak apa-apa.

CAESONIA:

Jadi, kalau begitu tidak betul?

CHEREA:

Apa yang tidak betul?

CAESONIA:

Tuan-tuan tidak berkelahi.

CHEREA:

Kalau begitu katamu apa boleh buat. Kami tidak berkelahi.

CAESONIA: (TERSENYUM).

Barangkali lebih baik kau bereskan tempat ini, Caligula tidak suka pada tempat yang kotor

HELICON: (KEPADA BANGSAWAN TUA)

Akhir-akhirnya tuan akan mati karena memaksa dia melakukan sesuatu diluar wataknya.
BANGSAWAN TUA:

Maaf. Apa yang telah kami lakukan?

HELICON:

Tidak apa-apa. Justru tidak apa-apa. Mengagumkan betul perasaan sia-sia dalam hal ini. Bisa
menjadikan kita sakit syaraf. Coba, misalkan tuan-tuan jadi Caligula. (DIAM SEBENTAR) Aku
mengerti. Rupanya orang lagi asyik membuat komplotan.

BANGSAWAN TUA:

Ini kelewatan. Aku berharap Caligula tidak akan mengira…..

HELICON:

Ia tidak mengira. Ia tahu. Tapi kukira, pada dasarnya, hal ini menyenangkan hatinya juga. Tapi mari
kita bereskan kamar ini.

SEMUANYA SIBUK. CALIGULA MASUK. IA MEMPERHATIKAN.

29

dari koleksi Teater Sae


Adegan Kelima
CALIGULA: (PADA BANGSAWAN TUA).

Selamat, cintaku sayang. (KEPADA YANG LAIN). Tuan-tuan, aku sedang menuju pelaksanaan sebuah
hukuman mati. Tapi aku merasa alangkah baiknya aku mampir sebentar ke rumahmu Cherea, untuk
bersantap sedikit. Aku sudah memberikan perintah supaya dibawa makanan kemari untuk kita semua.
Tapi panggilah istri tuan-tuan dulu. (DIAM SESAAT). Rafius sebetulnya harus bersyukur karena aku
lapar. (DENGAN BERSIKAP MERAHASIA). Aku mau mengatakan kepada tuan-tuan, Rafiuslah
kesatria yang mau dihukum mati hari ini. (DIAM LAGI). Ada apa ini? Tidak seorang pun diantara
tuan-tuan yang bertanya mengapa ia kusuruh dibunuh? (TIDAK SEORANG PUN YANG BICARA.

SEMENTARA ITU PELAYAN-PELAYAN MENGHIDANGKAN MAKANAN). Bagus, bagus! Rupa-


rupanya tuan-tuan sudah mulai agak cerdas sedikit. (IA MENGUDAP SEBUAH BUAH ZAITUN).
Rupanya tuan-tuan sudah mulai mengerti bahwa seseorang untuk beroleh hukuman mati tidak perlu
melakukan perbuatan salah. (IA BERHENTI MAKAN, LALU MEMANDANG KEPADA YANG

HADIR). Prajurit-prajuritku, aku betul-betul bangga atas diri kalian. (TIGA EMPAT PEREMPUAN
MASUK). Bagus. Mari kita duduk. Hari ini tidak ada protokol. (SEMUANYA DUDUK). Pendeknya
tidak dapat disangsikan, bahwa sahabat kita Rafius untung besar. Tapi aku tidak tahu apa ia senang
dengan pengunduran ini. Kematiannya kita undurkan beberapa jam. Itu sama nilainya dengan emas!
(IA MULAI MAKAN. YANG LAIN IKUT. CALIGULA MEMPERLIHATKAN TATA TERTIB
MAKAN YANG BURUK SEKALI. IA MELEMPARKAN BIJI ZAITUN KE DALAM PIRING
ORANG DI SAMPINGNYA, MELUDAH SISA MAKAN KE ATAS MAKANAN, ATAU
MENCUNGKIL GIGI DENGAN

JARI, ATAU MENGGARUKKAN KEPALA DENGAN SEJADI-JADINYA. SELAMA MAKAN ITU


DIA BERTINDAK DENGAN TIDAK MENUNJUKKAN RASA MINTA MAAF

SEDIKIT JUGAPUN. TIBA-TIBA IA BERHENTI MAKAN, MEMANDANG KEPADA LEPIDUS,


SALAH SEORANG YANG HADIR LALU BERKATA DENGAN KASAR). Kau marah-marah
kelihatannya, Lepidus. Apa barangkali karena anakmu kubunuh?

LEPIDUS: (DENGAN LEMBAB)

Tidak, Caius. Bahkan sebaliknya.

CALIGULA: (MENIRU LEPIDUS)

“Bahkan sebaliknya”. Aku selalu senang melihat wajah yang menyembunyikan rahasia hati. Wajahmu
suram, bagaimana hatimu? Bahkan sebaliknya, bukan begitu, Lepidus?

LEPIDUS: (DENGAN SEDIKIT NGOTOT)

Bahkan sebaliknya, Caesar.


dari koleksi Teater Sae

30

CALIGULA: (YANG MAKIN LAMA MAKIN SENANG PADA KEADAAN SEPERTI) Percayalah,
Lepidus, tidak ada orang yang lebih kusenangi selain engkau. Kini mari kita tertawa bersama-sama
kawan. Coba ceritakan sebuah cerita yang lucu.

LEPIDUS: (YANG TAK DAPAT MENAHAN LEBIH LAMA LAGI) Caius…!

CALIGULA:

Baik, baik! Kalau begitu, aku saja yang cerita. Tapi kau Lepidus, kau akan tertawa, bukan? (DENGAN
PANDANGAN JAHAT) Biarpun untuk keselamatan anakmu yang kedua. (TERSENYUM LAGI).
Pendekanya, sebagaimana kau tadi katakan, kau tidak berada dalam gundah. (IA MINUM LALU
BERKATA LAYAKNYA SEORANG GURU YANG MENUNJUKI MURIDNYA).
Bahkan….bahkan…. Ah, Ayolah lepidus…. bahkan…..

LEPIDUS: (DENGAN SUSAH PAYAH)

Bahkan sebaliknya, Caesar.

CALIGULA:

Bagus. (MINUM LAGI) Sekarang dengarkan. (DENGAN SUARA YANG RAMAH

DAN JAUH). Pada suatu ketika hiduplah seorang Kaisar yang muda yang tidak dicintai oleh siapapun
juga. Ia cinta pada Lepidus. Untuk memusnahkan cinta ini dari hatinya, maka dibunuhnyalah anak
Lepidus yang bungsu. (DENGAN

SUARA LEBIH KERAS). Tidak usah disebutkan, bahwa ini tidak betul sama sekali. Tapi bagaimana
pun juga cerita ini masih cukup lucu bukan? Tapi kau tidak tertawa. Tidak seorang pun yang tertawa.
Dengar! (DENGAN SUARA AMARAH). Aku perintahkan supaya semua tertawa! Kau Lepidus,
pimpin paduan suara ini! Ayolah, berdiri semuanya dan ketawa! (IA MEMUKUL MEJA).

Apa kalian dengar yang kukatakan? Aku mau kalian semua tertawa! (SEMUA YANG HADIR
BERDIRI. SELAMA ADEGAN INI, SEMUA PEMAIN BERLAKU

SEPERTI BONEKA-BONEKA DALAM SEBUAH PERTUNJUKAN WAYANG, KECUALI


CALIGULA DAN CAESONIA. CALIGULA BERSANDAR KEMBALI KE BANTALNYA,
BERBINAR-BINAR KARENA RIANGNYA DAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK). Oh,
Caesonia, lihatlah! Permainan selesai sudah. Kehormatan, kecerdasan dan martabat seluruh negara,
hilang ditiup angin! Angin ketakutan telah meniupnya sampai habis. Ketakutan, Caesonia – moga-
moga kau setuju –

adalah suatu keharuan yang mulia, murni dan bersahaja, berdiri sendiri. Tidak ada yang seperti itu. Ia
beroleh cap kemuliaannya langsung dari perut. (IA MEMUKUL KENINGNYA LALU MINUM LAGI.
DENGAN BAHASA YANG RAMAH) Ya, ya. Mari kita

bicarakan soal lain saja. Apa pikiranmu, Cherea? Kau diam betul selama ini.

CHEREA:

Aku sedia untuk bicara, Caius. Dengan izinmu.

31

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA:

Bagus. Kalau begitu - jangan bicara. Aku lebih suka mendengar kawan kita Mucius.

MUCIUS: (DENGAN ENGGAN)

Dengan segala senang hati, Caius.

CALIGULA:

Ceritakan sedikit pada kami perihal istrimu. Sebelum itu, suruh dia duduk di sini, di sebelah kananku
(ISTRI MUCIUS DUDUK DI SEBELAH CALIGULA). Nah, Mucius! Kami menunggu.

MUCIUS: (HAMPIR-HAMPIR TAK TAHU APA YANG MESTI DIKATAKAN).

Istriku. Aku cinta padanya. (YANG LAIN KETAWA).

CALIGULA:

Tentu, sahabatku, tentu. Alangkah tololnya kau. Apa tidak ada ucapan yang lebih cemerlang dari itu
lagi. (IA BERSANDAR KEPADA ISTRI MUCIUS LALU

MENGGELITIK BAHUNYA DENGAN SENANG DENGAN LIDAHNYA. CALIGULA YANG


MAKIN LAMA MAKIN SENANG, BERKATA). Sambil lalu, waktu tadi aku masuk, tuan-tuan
rupanya sedang merencanakan sebuah komplot. Suatu pemberontakan, hmm…manis, kan?

BANGSAWAN TUA:

Oh, Caius…..

CALIGULA:

Tidak apa, dik sayang. Usia yang lanjut akan dihormati. Aku tak akan gusar.

Tidak seorang pun diantara tuan-tuan yang punya kesanggupan untuk menajadi pahlawan…. Ah, aku
ingat, ada beberapa hal yang harus kubereskan.
Tapi sebelum itu, aku mau melepaskan hasrat tubuh dulu. (IA BERDIRI DAN

MENGAJAK ISTRI MUCIUS MASUK KE KAMAR SEBELAH.

MUCIUS BERDIRI DARI DUDUKNYA).


Adegan Keenam
CAESONIA: (DENGAN MANIS).

Oh, Mucius, tolong tuangkan buatku lagi anggur yang sedap itu (MUCIUS

MELAKUKAN APA YANG DIMINTA PADANYA; GERAKAN-GERAKAN HENDAK

MELAWAN YANG ADA PADANYA HILANG. SEMUA YANG HADIR TERCENGANG.

KURSI BERDERIK-DERIK. PERCAKAPAN DILANJUTKAN DENGAN SUARA YANG

KAKU. CAESONIA MENGHADAP PADA CHEREA). Cherea, coba ceritakan mengapa kalian tadi
berkelahi?

dari koleksi Teater Sae

32

CHEREA: (DINGIN).

Dengan segala senang hati, Caesonia. Percekcokkan kami timbul dari perdebatan apakah puisi
mestinya haus darah atau tidak.

CAESONIA:

Ah, masalah itu menarik sekali. Agak terlalu sulit buat otak perempuanku, tentu. Tapi masih juga aku
tercengang melihat kecintaan tuan-tuan kepada seni dapat - menimbulkan perkelahian.

CHEREA: (DENGAN SUARA YANG SAMA)

Itu aku dapat mengerti. Aku ingat ucapan Caligula baru-baru ini. Katanya, setiap kekhusukan selalu
mengandung keganasan.

CAESONIA: (SAMBIL MAKAN).

Itu ada juga benarnya. Bagaimana tuan-tuan?

BANGSAWAN TUA:

Tentu. Caligula punya pandangan yang tajam terhadap segi-segi rahasia dari hati manusia.

BANGSAWAN I:

Alangkah fasihnya ia waktu membicarakan semangat.

BANGSAWAN II:
Sebetulnya ia harus menuliskan pikiran-pikirannya itu. Tentu banyak sekali gunanya.

CHEREA:

Dan apa yang lebih penting lagi dari itu, ia dapat mengisi waktunya. Terang sudah ia memerlukan
sesuatu untuk mengisi waktu kosongnya.

CAESONIA: (SAMBIL MAKAN).

Tuan-tuan akan gembira mendengar bahwa Caligula sepikiran dengan tuan-tuan. Ia sedang
mengerjakan sebuah buku kini. Mungkin sekali sebuah buku yang besar.
Adegan Ketujuh
CALIGULA MASUK DIIRINGKAN ISTRI MUCIUS
CALIGULA:

Musicus, ini kukembalikan istrimu dengan ucapan terima kasih. Maafkan aku masih ada pekerjaan. (IA
KELUAR DENGAN CEPAT. MUCIUS JADI PUCAT DAN

BERDIRI).

33

dari koleksi Teater Sae


Adegan Kedelapan
CAESONIA: (KEPADA MUCIUS YANG MASIH BERDIRI).

Bukunya ini pasti sama tingkatnya dengan kita-kitab latin lama kita. Mucius, kau dengar apa yang
kukatakan?

MUCIUS: (PANDANGANNYA MASIH TERPAKU KE PINTU DARI MANA CALIGULA


KELUAR).

Ya, perihal apa buku itu, Caesonia?

CAESONIA: (DENGAN TAK PEDULI).

Oh, itu aku tak tahu.

CHEREA:

Apakah kiranya ia membicarakan kekuasaan berdarah dari puisi?

CAESONIA:

Ya, kira-kira begitulah.

BANGSAWAN TUA: (DENGAN RIANG).

Bagaimanapun juga, seperti dikatakan kawan kita Cherea, pekerjaan itu akan mengisi waktunya.

CAESONIA:

Ya, sayang. Tapi ada sesuatu yang barangkali tak kau suka pada buku itu.

Titelnya.

CHEREA:

Apa titelnya?

CAESONIA:

Baja dingin.

CALIGULA MASUK DENGAN CEPAT


Adegan Kesembilan
CALIGULA:
Maaf, tapi ada kepentingan negara yang lagi mendesak. (KEPADA BENTARA).

Bentara, semua lumbung-lumbung buat umum harus kau tutup. Perintah untuk itu sudah kutandatangani.
Boleh kau ambil di ruang kerjaku dari koleksi Teater Sae

34

BENTARA:

Tapi….

CALIGULA:

Besok, kelaparan akan mulai.

BENTARA:

Rakyat nanti akan berontak.

CALIGULA: (PERKASA DAN JELAS).

Kuulangi. Besok kelaparan mulai. Kita semua tahu apa arti kelaparan - suatu bencana. Besok akan
terjadi bencana, dan aku akan mengakhiri bencana ini kapan aku kusukai. (IA MENERANGKAN
KEPADA YANG LAIN). Padaku tak begitu banyak cara untuk membuktikan kebebasanku. Jika kita
mau bebas maka itu cuma bisa atas kerugian orang lain. Gila kedengarannya, tapi memang sudah
begitu. (DENGAN SUATU KILATAN KEPADA MUCIUS). Cobakanlah prinsip ini pada
kecemburuanmu - nanti kau akan mengerti lebih baik. (DENGAN SUARA KE DALAM). Sungguhpun
begitu alangkah buruknya cemburu itu! Suatu penyakit dari kekenesan dan angan-angan. Coba
bayangkan, istri kita sendiri…(MUCIUS MENGEPALKAN TINJUNYA DAN MEMBUKA MULUT
UNTUK

BICARA, TAPI CALIGULA MEMOTONG DENGAN CEPAT). Nah, tuan-tuan, sekarang kita
teruskan persantapan kita. Tahukah tuan-tuan bahwa kami dengan pertolongan Helicon telah bekerja
keras? Kami menyelesaikan sebuah tulisan kecil mengenai hukuman mati. Tentang ini tentu banyak
yang tuan-tuan mau katakan.

HELICON:

Coba, kami tanya pendapat kau..

CALIGULA:
Kau harus tahu basa-basi, Helicon. Antarkan mereka ke dalam rahasia-rahasia kecil kita. Ayolah,
berikan mereka sebuah contoh. Bagian ketiga, bab pertama.

HELICON: (BERDIRI MEMBACA DENGAN SUARA KERAS).

“Hukuman bunuh menentramkan dan membebaskan. Sifatnya universal, bersifat memperkuat, dan tepat
dalam pemakaiannya seperti dalam tujuannya.

Seorang manusia mati karena ia bersalah. Seseorang bersalah karena ia adalah rakyat Caligula.
Dengan begitu, maka semua orang bersalah dan harus mati.

Cuma soal waktu dan kesabaran”.

CALIGULA: (TERTAWA).

Bagaimana tuan-tuan? Kesabaran itu bagus juga dimasukkan, bukan?

Ketahuilah, yang paling aku senangi pada tuan-tuan ialah satu…kesabaran tuan-tuan. Sekarang tuan-
tuan dipersilakan pergi. Cherea tidak memerlukan kalian lagi. Caesonia, aku mau kau tinggal di sini.
Kau juga kau Lepidus. Juga 35

dari koleksi Teater Sae

sahabat kami Mereia. Saya mau bicara dengan tuan-tuan tentang rumah pelacuran nasional. Jalannya
tak begitu

Baik. Saya merasa khawatir perihalnya. (YANG LAIN KELUAR PERLAHAN.

CALIGULA MENGIKUTI MUCIUS DENGAN MATANYA).


Adegan Kesepuluh
CHEREA:
Dengan senang hati, Caius. Tapi apa sebabnya? Apakah pimpinannya tidak cukup pandai?

CALIGULA:

Bukan, tapi pendapatan mundur.

MEREIA:

Kalau begitu naikkan saja bayaran masuk.

CALIGULA:

Ha, Mereia, kau melepaskan kesempatan yang bagus sekali untuk menutup mulut. Kau tak tertarik pada
soal ini. Untuk itu kau terlalu tua. Aku tidak perlu pikiranmu.

MEREIA:

Kalau begitu, kenapa aku disuruh tinggal?

CALIGULA:

Karena, dengan segera aku akan memerlukan nasehat yang dingin dan tak terburu-buru. (MEREIA
MENGUNDURKAN DIRI).

CHEREA:

Kalau aku boleh mengutarakan pendapatku dengan nafsu, maka aku ingin menyatakan, bahwa salah
besar jika harga masuk dinaikkan.

CALIGULA:

Jelas sudah. Yang diperlukan adalah perputaran yang lebih besar. Aku telah menceritakan rencana
penganjuranku kepada Caesonia dan ia nanti akan menceritakannya kepada kau. Aku sendiri rupanya
terlalu banyak minum anggur. Aku mengantuk. (IA MEREBAHKAN DIRI. LALU MENUTUP
MATANYA).

CAESONIA:

Mudah sekali. Caligula telah menciptakan sebuah bintang jasa yang baru.

CHEREA:
Aku belum melihat hubungannya dalam soal ini.

dari koleksi Teater Sae

36

CAESONIA:

Belum? Ada hubungannya. Bintang ini akan dinamai bintang pahlawan sipil dan akan dihadiahkan
kepada mereka yang paling sering mengunjungi rumah pelacuran Caligula.

CHEREA:

Akal ini luarbisa sekali.

CAESONIA:

Memang. Oh, aku lupa mengatakan, bahwa bintang itu akan diberikan setiap bulan setelah
pemeriksaan kartu masuk. Setiap rakyat yang belum memperoleh bintang ini dalam 12 bulan akan
dibuang atau dibunuh.

CHEREA:

Mengapa “atau dibunuh”?

CAESONIA:

Karena Caligula mengatakan keduanya sama saja. Yang penting ialah bahwa ia punya hak memilih.

CHEREA:

Sabas! Perbendaharaan negara akan dapat mengatasi kekurangannya dalam sedikit waktu.

CALIGULA MEMBUKA MATANYA SEDIKIT DAN MEMPERHATIKAN MEREIA YANG

SUDAH TUA, BERDIRI DI SUDUT. IA MENGELUARKAN SEBUAH BOTOL KECIL

DAN MULAI MEMINUM ISI BOTOL ITU SEDIKIT-SEDIKIT.

CALGULA: (MASIH SAJA BERBARING)

Apa yang kau minum Mereia?

MEREIA :

Obat asma, Caius.

CALIGULA: (TEGAK DAN SAMBIL MENOLAKKAN YANG LAIN KESAMPING, PERGI KE


TEMPAT MEREIA LALU MEMBAUI MULUTNYA)

Bukan! Ini tangkal racun.

MEREIA:

Bukan, Caius. Kau main-main. Malam hari aku sering sesak napas dan aku sudah lama dalam rawatan
dokter.

CALIGULA:

Jadi kau takut diracun, kan?

37

dari koleksi Teater Sae

MEREIA:

Asmaku….

CALIGULA:

Dusta! Mengapa sembunyi-sembunyi. Kau takut aku meracuni kau. Kau curiga padaku. Kau mengintip-
intip aku.

MEREIA:

Tidak betul. Demi segala dewa-dewa.

CALIGULA:

Kau curiga padaku. Kau tak percaya padaku.

MEREIA:

Caius…!

CALIGULA: (KASAR).

Jawab! (DENGAN SUARA YANG DINGIN SEPERTI ORANG BERHITUNG). Jika kau minum
tangkal racun, artinya kau memberikan niat padaku untuk meracuni kau.

MEREIA:

Ya….maksudku….tidak.

CALIGULA:
Dan karena kau mengira aku akan meracuni kau, kau bersiap untuk menggagalkan maksudku. curiga
padaku, berartib kau siap menggagalkan maksudku. (IA DIAM, SEMENTARA ITU CAESONIA DAN
CHEREA TELAH

MUNDUR KE BAGIAN BELAKANG PANGGUNG. LEPIDUS MEMPERHATIKAN

MEREKA YANG SEDANG BICARA ITU DENGAN TAKUT). Itu berarti dua kesalahan, Mereia,
dan sebuah kesulitan yang tak dapat kau elakkan. Sekiranya aku tak bermaksud meracuni kau, dalam
hal ini dengan semena-mena kau telah mencurigai aku. Kaisarmu. Dan kalau sekiranya aku memang
menginginkan kematianmu, maka dalam hal ini kau telah berusaha menghalangi kemauanku. (DIAM
LAGI. CALIGULA MERENUNGI ORANG TUA ITU

DENGAN GELI). Bagaimana Mereia? Apa pikiranmu tentang logikaku ini?

MEREIA:

Kedengarannya….cukup….cukup masuk akal, Caius. Cuma tidak ada hubungannya dengan soal ini.

CALIGULA:

Kejahatan ketiga. Kau menganggap aku pandir. Duduklah dan dengarkan aku baik-baik. (KEPADA
LAPIDUS). Kau juga. (KEPADA MEREIA LAGI). Di antara ketiga kejahatan ini hanya satu yang
memberikan gengsi kau; yang kedua -

dengan menuduhku aku hendak melakukan sesuatu dan kemudian berusaha dari koleksi Teater Sae

38

menggagalkannya, berarti kau telah melawan aku. Kau seorang pemberontak, seorang pemimpin
revolusi. Dan ini berarti keberanian. (DENGAN SEDIH). Aku suka kepada kau Mereia. Karena itu
kau akan dihukum berdasarkan kejahatan nomor dua, dan bukan berdasarkan kedua yang lain. Kau
akan mati terhormat

– kematian seorang pemberontak. (SEDANG IA BICARA ITU, MEREIA TELAH

REMUK REDAM DALAM KURSINYA). Tak usah berterima kasih. Itu sudah galib.

Ini (IA MENGELUARKAN SEBUAH BOTOL KECIL. SUARANYA RAMAH). Minum racun ini.
(MEREIA MENGGELENGKAN KEPALANYA. IA MENANGIS. CALIGULA MENUNJUKKAN
TANDA-TANDA BAHWA IA TAK SABAR). Jangan menghilangkan waktu. Minum. Mereia.
(MEREIA MENCOBA MELEPASKAN DIRI DENGAN SIA-SIA. TAPI CALIGULA MELOMPAT
DAN MEMEGANG DI TENGA-TENGAH

PANGGUNG DAN SETELAH BERGUMUL SEBENTAR LALU MENEKANNYA KE ATAS

SEBUAH BANGKU RENDAH. DIA MEMAKSAKAN BOTOL ITU ANTARA BIBIR


MEREIA LALU IA PECAHKAN DENGAN PUKULAN TINJUNYA. SETELAH

MENGGELEPAR-GELEPAR SEBENTAR, LALU MENINGGAL. MUKANYA BERCUCURAN


DARAH DAN AIR MATA. CALIGULA BERDIRI, MENGGOSOKKAN

TANGANNYA DENGAN HAMPIR-HAMPIR TAK SADAR, LALU MEMBERIKAN BOTO

MEREIA KEPADA CAESONIA). Apa isinya? Tangkal racun, bukan?

CAESONIA: (TENANG).

Tidak Caligula. Obat asma.

CALIGULA: (SAMBIL MERENUNGI MEREIA)

Tidak apa. Akhirnya toh sama juga. Kini atau besok…..(IA KELUAR TERBURU-BURU MASIH
MENGGOSOK-GOSOKKAN TANGANNYA).

TANGANNYA
Adegan Kesebelas
LEPIDUS: (DENGAN SUARA GEMETAR).

Apa yang harus kita lakukan?

CAESONIA: (DINGIN).

Angkat mayat ini dulu. Tidak enak melihatnya. (CHEREA DAN LEPIDUS

MENGGOTONG MAYAT KELUAR SAMPING).

LEPIDUS: (KEPADA CHEREA).

Kita harus bertindak cepat.

CHEREA:

Kita perlu sekurang-kurangnya dua ratus orang. (SCIPION MUDA MASU.

SETELAH MELIHAT CAESONIA IA MEMPERLIHATKAN GELAGAT SEOLAH-OLAH

HENDAK PERGI).

39

dari koleksi Teater Sae


Adegan Keduabelas
CAESONIA:
Mari.

SCIPION:

Perlu apa?

CAESONIA:

Kemarilah. (DIANGKATNYA DAGU SCIPION. DIAM SEBENTAR. KEMUDIAN

DENGAN SUARA YANG TENANG TANPA RASA HARU). Telah ia bunuh ayahmu, kan?

SCIPION:

Ya.

CAESONIA:

Kau menaruh dendam padanya?

SCIPION:

Ya.

CAESONIA:

Kau mau membunuh dia?

SCIPION:

Ya.

CAESONIA: (SAMBIL MENARIK TANGANNYA).

Buat apa kau ceritakan padaku?

SCIPION:

Karena aku tak takut pada siapapun juga. Membunuh atau di bunuh sama saja.

Lagi pula kau tak akan mengkhianati aku.


CAESONIA:

Benar, aku tak akan mengkhianati kau. Tapi ada yang mau kuceritakan pada kau – atau lebih baiknya,
aku mau bicara hal yang terbaik yang ada dalam dirimu.

SCIPION:

Yang terbaik dalam diriku, ialah dendam.

CAESONIA:

dari koleksi Teater Sae

40

Dengarkan baik-baik apa yang mau kukatakan. Brangkali agak susah dipahami, tetapi sebetulnya ia
jelas seperti siang. Tapi, kalau didengarkan baik-baik ucapanku ini adalah suatu ucapan yang akan
dapat menyelesaikan satu-satunya revolusi terakhir dalam dunia ini.

SCIPION:

Cepat katakan.

CAESONIA:

Tunggu dulu. Coba gambarkan lukisan kematian ayahmu, kengerian dalam wajahnya waktu orang
merenggutkan lidahnya. Bayangkan darah yang mengalir dari mulutnya, dan dengarkan kembali
teriakannya, sebagai seekor hewan yang disiksa.

SCIPION:

Ya.

CAESONIA:

Sekarang, coba pikirkan Caligula.

SCIPION: (DENGAN SUARA YANG PENUH KEBENCIAN).

Ya.

CAESONIA:

Sekarang dengarkan. Coba maklumi dia. (CAESONIA KELUAR, MENINGGALKAN

SCIPION DENGAN TERCENGANG-CENGANG. HELICON MASUK).


Adegan Ketigabelas
HELICON:
Caligula segera datang kemari. Kau pergilah dulu makan, penyair.

SCIPION:

Helicon, tolonglah aku.

HELICON:

Berbahaya, merpatiku. Dan puisi tak berarti bagiku.

SCIPION:

Kau dapat menolong aku. Pengetahuan kau banyak.

HELICON:

Aku tahu bahwa hari lalu juga dan bahwa orang-orang muda harus makan pada waktunya. Aku juga
tahu kau mau membunuh Caligula…. dan ia tidak akan peduli. (CALIGULA MASUK, HELICON
KELUAR).

41

dari koleksi Teater Sae


Adegan Keempatbelas
CALIGULA:
Oh, kau?! (IA BERHENTI. KELIHATANNYA SEOLAH-OLAH IA AGAK BINGUNG).

Sudah lama kau tak kelihatan. (SAMBIL MENDEKATI SCIPION LAMBAT-LAMBAT). Apa kerjamu
selama itu? Masih menulis? Boleh kulihat karanganmu yang terakhir?

SCIPION: (KELIHATANNYA KIKUK. BIMBANG ANTARA KEBENCIAN DAN

PERASAAN YANG TAK BEGITU JELAS).

Aku menulis sajak, Caesar.

CALIGULA:

Tentang apa?

SCIPION:

Tidak tahu, Caesar. Tentang alam barangkali.

CALIGULA: (MERASA LEBIH BIASA)

Pokok yang bagus. Dan kuat. Dan apa yang telah dilakukan alam bagi kau?

SCIPION (MENGUMPULKAN SEGALA SEMANGATNYA, DENGAN SIKAP AGAK

IRONIS).

Ia tidak menghibur aku karena ia tidak menjadikan aku Caesar.

CALIGULA:

Betul? Jadi menurut hemat kau alam dapat menghiburku karena aku jadi Caesar.

SCIPION: (DENGAN SUARA YANG SAMA).

Mengapa tidak? Alam telah menyembuhkan luka yang lebih besar dari itu.

CALIGULA: (DENGAN SUARA YANG MUDA DAN DATAR).

Luka, kata kau? Dalam suaramu tersimpul kemarahan. Apa karena ayahmu kubunuh? Sekiranya tahu
kau betapa tepat kata yang kau pakai itu. Luka!
(MEROBAH LANGGAM BICARA). Ya, ya tak ada yang lebih baik untuk mengembangkan kecerdasa
daripada kebencian dan dendam.

SCIPION: (KAKU)

Aku menjawab tanyamu tentang alam.

CALIGULA DUDUK, IA MENATAP SCIPION, LALU MEMEGANG PERGELANGAN

TANGANYA DENGAN KASAR LALU MEMAKSA DIA UNTUK BERDIRI.

DIPEGANGNYA WAJAH ANAK MUDA ITU DI ANTARA KEDUA TANGANNYA.

dari koleksi Teater Sae

42

CALIGULA:

Bacakanlah sajakmu untukku.

SCIPION:

Jangan! Jangan suruh aku.

CALIGULA:

Mengapa tidak!?

SCIPION:

Aku tidak ingat.

CALIGULA:

Apa tidak bisa kau ingat-ingat?

SCIPION:

Tidak!

CALIGULA:

Ceritakan saja isinya.

SCIPION: (MASIH DENGAN RASA BERMUSUHAN DAN ENGGAN).

Aku menulis tentang semacam keselarasan….


CALIGULA: (MEMOTONG DENGAN SUARA MURUNG).

Antara bumi dan telapak kita.

SCIPION: (HERAN, BIMBANG, SEBENTAR KEMUDIAN MELANJUTKAN).

Ya, hampir serupa itu, dan juga tentang raut yang ikal dari bukit-bukit Roma dan getaran tiba-tiba dari
damai yang dibawakan senja padanya.

CALIGULA:

……Dan kicir-kicir burung layang-layang di udara hijau.

SCIPION: (MAKIN DIIKAT OLEH KEHARUANNYA).

Ya, ya. Dan saat yang indah waktu langit disirami dengan merah dan warna emas membalik dan
memperlihatkan seginya yang lain, bertaburkan bintang.

CALIGULA:

Dan bau yang redup dan asap dan pepohonan dan air yang bercampur dengan kabut yang menguap.

SCIPION: (DENGAN SEMACAM EKSTASE).

Ya, dan derik-derik jangrik, kenyamanan menyelundupi hawa panas, derak derik gerobak dan
teriakan-teriakan petani, anjing yang menyalak.

43

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA:

Dan jalanan tenggelam dalam bayangan berliku antara kebun-kebun zaitun.

SCIPION:

Ya, ya. Serupa itu betul! Bagaimana kau tahu?

CALIGULA: (SAMBIL MENARIK SCIPION KE DADANYA) Entahlah! Barangkali kita mencintai


kebenaran yang sama.

SCIPION: (GEMETAR KARENA TERHARU, MENEKANKAN KEPALANYA KE DADA


CALIGULA)

Ah, peduli apa. yang aku tahu betul ialah, bahwa segala yang kurasa atau kupikirkan akhirnya menjadi
cinta.
CALIGULA: (SAMBIL MENGELUS-ELUSNYA).

Itu, Scipion, adalah hak istimewa dari hati yang mulia. Ah, ingin aku menyertai kejernihan kau. Tapi
kesukaanku terhadap hidup terlalu besar. Tidak mungkin dipuaskan alam. Kau tak akan mengerti itu.
Dunia kau adalah dunia yang lain.

Arah kau semata-mata buat kebaikan; arahku semata-mata untuk kejahatan.

SCIPION:

Aku mengerti.

CALIGULA:

Tidak. Ada sesuatu dalam diriku, sebuah danau keheningan, sebuah lubuk air tak mengalir, tetumbuhan
yang busuk. (DENGAN LAGAK YANG TIBA-TIBA BERUBAH). Sajakmu itu memang bagus
kedengarannya. Tapi kau suka mendengarkan pendapatku yang sebenarnya….

SCIPION: (MASIH DENGAN SIKAP TADI).

Ya.

CALIGULA:

Sajakmu itu kurang darah.

SCIPION: (MOMPAT TIBA-TIBA, SEOLAH-OLAH IA DIGIGIT ULAR, LALU

MEMANDANG DENGAN NANAR DAN DENGAN GUAS KEPADA CALIGULA.

DENAN PARAI IA BERTERIAK)

Oh, buasnya!!! Makhluk buas yang menjijikan! Kau menipu aku lagi. Aku tahu.

Kau mempermainkan aku. Dan kini kau puas.

CALIGULA: (DENGAN SUARA MURUNG).

Ada juga benarnya apa yang kau katakan itu. Aku memang tadi bermain.

SCIPION: (DENGAN SUARA SAMA).

dari koleksi Teater Sae

44

Alangkah kotor dan hitamnya hatimu. Alangkah besarnya deritamu dibuatkan oleh kejahatan dan
kebencianmu itu!
CALIGULA: (LEMBUT).

Sudahlah.

SCIPION:

Jijiknya aku. Kasihan aku melihat kau!

CALIGULA: (MARAH)

Cukup, kataku!

SCIPION:

Alangkah getirnya kesunyian seperti kesunyianmu ini.

CALIGULA: (DENGAN AMARAH TIBA-TIBA, SAMBIL MEMEGANG LEHER BAJU

SCIPION, LALU MENGGONCANG-GONCANGKANNYA).

Kesunyian! Apa kau tahu tentang itu? Cuma kesunyian penyair dan segala orang yang lemah. Kau
mengoceh tentang kesunyian, tapi kau tidak tahu manusia tidak pernah sendiri. Kita selalu diikuti oleh
beban yang sama dari kelampauan dan keakanan. Mereka yang kita bunuh selalu bersama kita. Tapi
mereka bukanlah halangan yang besar. Justru orang yang kita cintai, yang mencintai kita dan orang
yang tidak kita cintai. Justru itu sesal, rindu, getir, kemanisan lonte dan segala rombongan dewa-
dewa. Selalu, selalu mengikuti kita (IA MELEPASKAN SCIPION DAN MUNDUR KE
TEMPATNYA TADI). Sendiri!

Ah, sekiranya dalam kesunyian ini, dalam belantara yang dirasuki hantu, sekiranya dalam hal ini aku
dapat

mengenal, biarpun untuk sesaat, keheningan sebenarnya, kesunyian sebenarnya, kesunyian pohon yang
mendenyutkan! (DUDUK SEPERTI KELELAHAN). Sunyi? Tidak, Scipion. Ia penuh dengan gertak-
gertak gigi, mengerikan karena suara dan bunyi yang memekik-mekik. Jika aku bersama perempuan-
perempuan yang kumiliki, dan gelap melingkupi dan aku berpikir; kini tubuhku telah beroleh
kepuasan, sehingga aku merasa diriku punyaku sendiri, terombang-ambing antara hidup dan mati,
kesunyianku penuh dengan bau kenikmatan yang datang dari perempuan yang tergelimpang di
sampingku.

(DIAM. CALIGULA KELIHATANNYA SUSAH DAN GUNDAH. SCIPION BERGERAK

DI BELAKANGNYA DAN DATANG MENDEKAT DENGAN BIMBANG. DENGAN

PERLAHAN DIULURKANNYA TANGANNYA KE ARAH CALIGULA DARI BELAKANG, LALU


DILETAKKAN DI ATAS BAHU CALIGULA. DENGAN TIDAK MEMBALIK

KEBELAKANG, CALIGULA MELETAKKAN TANGANNYA DI ATAS TANGAN


SCIPION).

SCIPION:

Setiap manusia punya penghibur dalam hidupnya. Sebagai penopang dalam melanjutkan hidupnya. Ia
selalu kembali pada itu jika cobaan sudah terlalu besar.

45

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA:

Betul Scipion.

SCIPION:

Apakah kau tak punya yang seperti itu dalam hidupmu? Apa tidak ada tempat untuk lari, tidak adakah
perasaan yang membuat air mata mengalir keluar? Tak ada pembujuk?

CALIGULA:

Ada juga.

SCIPION:

Apa?

CALIGULA: (DENGAN TENANG)

Rasa anggapan rendah diri.

LAYAR – T UR UN

dari koleksi Teater Sae

46

B A B A K - III
Adegan Pertama
SEBELUM LAYAR DIANGKAT KEDENGARAN BUNYI GUNG, MUNG-MUNGAN DAN

GENDANG. WAKTU LAYAR DIANGKAT KELIHATAN SEBUAH BILIK KECIL YANG

DIBERI LAYAR SEDANGKAN DI DEPANNYA TERDAPAT SEBUAH PROCENIUM

KECIL. DI ATAS PANGGUNG INI DUDUK CAESONIA DAN HELICON DIDAMPINGI OLEH
PENABUH-PENABUH GUNG DAN MUNG-MUNG. DI ATAS BANGKU-BANGKU

DENGAN MEMBELAKANGI PENONTON DUDUK BEBERAPA BANGSAWAN DAN

SCIPION.

HELICON: (DENGAN SUARA SEPERTI ORANG MENJUAL OBAT).

Ke sini tuan-tuan! Ke sini! (BUNYI GUNG). Sekali lagi para dewa telah turun ke bumi. Caius, Kaisar
dan dewa, terkenal dengan nama Caligula, yang menjadi pemberi bentuk manusianya. Majulah ke sini,
hai makhluk berasal dari tanah.

Keajaiban dewata akan berlangsung di depan matamu. Sebagai hadiah keindahan, sebagai
keistimewaan pemerintah Caligula yang terpuji, rahasia-rahasia para dewa akan dibukakan di
depanmu. (GUNG).

CAESONIA:

Ayulah tuan-tuan. Pujalah dia dan jangan lupa memberikan derma. Ini hari keindraan dan segala
kerahasiaannya akan mempertontonkan diri. Bayaran disesuaikan dengan kesanggupan rakyat.

HELICON:

Olympus dengan segala rahasianya, kelicikannya dibukakan semua, ketelanjangannya dan kegilaannya.
Kemari! Kemari! Semua kebenaran tentang dewa-dewa, tuan-tuan. (GUNG).

CAESONIA:

Puja dan berikan derma, tuan-tuan. Maju tuan-tuan! Permainan segera dimulai.

(BUNYI GUNG. BUDAK-BUDAK MELETAKKAN PELBAGAI BENDA DI ATAS

PANGGUNG KECIL).

HELICON:

Penggambaran kembali dari kebenaran yang tak akan terlupakan, suatu pelaksanaan yang asli sampai
ke perincian sekecil-kecilnya. Kebesaran dan keagungan dewa-dewa dipertunjukkan untuk pertama
kalinya. Hiburan istimewa dan mewah: Kilat halilintar..! (BUDAK-BUDAK MEMBAKAR BUNGA
API), Guntur..! (ORANG-ORANG MENGGERAK-GERAKKAN SEBUAH TONG BERISI BATU).
Kejadian-kejadian dewata dalam perjalanan kebesarannya. Datanglah menyaksikan. (IA MENARIK
LAYAR KE SAMPING. DENGAN BERDANDAN

SEPERTI VENUS, CALIGULA TURUN DARI SEBUAH TEMPAT BERDIRI).

47

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA: (DENGAN NADA DIMANIS-MANISKAN).

Ini hari aku jadi Venus.

CAESONIA:

Pemujaan mulai. Semua tunduk! (SEMUANYA TUNDUK KECUALI SCIPION). Dan ucapkan do’a
suci kepada Caligula-Venus: “Dewi duka dan kenikmatan….”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Dewi duka dan kenikmatan….”

CAESONIA:

“Terlahir di laut, getir dan terang karena busa….”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Terlahir di laut, getir dan terang karena busa….”

CAESONIA:

“Ya, dewi yang mengurniakan tawa dan sesal…..”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Ya, dewi yang mengurniakan tawa dan sesal…..”

CAESONIA:

“Dendam dan gairah….”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Dendam dan gairah….”


CAESONIA:

“Tunjuki kami ketidak-pedulian yang menyalakan cinta kembali….”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Tunjuki kami ketidak-pedulian yang menyalakan cinta kembali….”

CAESONIA:

“Ajarkan kepada kami kebenaran tentang dunia ini. Kebenaran yang sebetulnya tidak ada…..”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Ajarkan kepada kami kebenaran tentang dunia ini. Kebenaran yang sebetulnya tidak ada…..”

CAESONIA:

“Dan berilah kami kekuatan untuk hidup menurut kebenaran dari segala kebenaran….”

dari koleksi Teater Sae

48

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Dan berilah kami kekuatan untuk hidup menurut kebenaran dari segala kebenaran….”

CAESONIA:

Sekarang istirahat.

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

Sekarang istirahat.

CAESONIA: (SETELAH DIAM SEBENTAR).

“Kayakanlah kami dengan pemberianmu, dan siram wajah kami dengan sinar kebengisanmu yang tak
berpihak dalam kebencianmu yang sewenang-wenang.

Bukalah di atas mata kami tanganmu yang penuh bunga dan pembunuhan……”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

‘……tanganmu yang penuh bunga dan pembunuhan……”

CAESONIA:
“Terimalah kembali anak-anakmu yang telah mengembara ke dalam tempat suci cintamu yang tak kenal
hati dan tak kenal terimakasih. Berikan kepada kami nafsu yang tak bertujuan, kekesalan yang tak
punya sebab, dan kegairahanmu yang tak punya tujuan….”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“…….kegairahanmu yang tak punya tujuan….”

CAESONIA: (DENGAN SUARA LEBIH TINGGI).

“Wahai dewi, begitu kosong toh begitu bersemangat, begitu gaib toh begitu bersifat duniawi.
Mabukkan kami dengan anggur kesama hargaanmu. Dan kenyangkan kami untuk selama-lamanya.
Dalam kegelapan payau hatimu…..”

BANGSAWAN-BANGSAWAN:

“Mabukkan kami dengan anggur kesama hargaanmu. Dan kenyangkan kami untuk selama-lamanya.
Dalam kegelapan payau hatimu…..”

SETELAH BANGSAWAN-BANGSAWAN MENGUCAPKAN KALIMAT TERAKHIR INI, MAKA


CALIGULA YANG SAMPAI SAAT INI TAK BERGERAK SEDIKITPUN JUGA, MENDENGUS
DAN BERDIRI.

CALIGULA: (DENGAN SUARA KERAS).

Setuju, setuju anak-anakku. Doa kalian sudah dikabulkan. (IA DUDUK BERSILA DI ATAS SEBUAH
BANTAL. SEORANG DEMI SEORANG BANGSAWAN-BANGSAWAN MENUNJUKKAN
KEKHIDMATANNYA, MEMBERIKAN DERMA, LALU

KELUAR BERBARIS KE SEBELAH KANAN. YANG TERAKHIR LUPA MEMBERIKAN

DERMANYA. CALIGULA TEGAK). Hei, hei! Tunggu dulu, nak. Berdoa memang 49

dari koleksi Teater Sae

bagus, tapi memberikan derma lebih bagus lagi. Terimakasih. Kami sedia berdamai lagi. Ah, kalau
dewa-dewa tidak punya kekayaan lain kecuali cinta yang kalian tunjukkan kepada mereka, tentu
mereka akan sama melarat pula seperti Caligula. Siarkanlah di luar negeri berita tentang keajaiban
yang telah tuan-tuan persaksikan. Kalian telah melihat Venus, kalian melihatnya dengan mata kepala
sendiri dan Venus sendiri telah bicara kepada kalian. Pergilah tuan-tuan yang telah dikaruniai.
(BANGSAWAN-BANGSAWAN ITU BERGERAK UNTUK

PERGI). Sebentar. Kalau mau keluar, lebih baik keluar ke sebelah kiri. Aku telah menempatkan
perajurit-perajurit di sebelah kanan itu dengan perintah untuk memenggal kepala tuan-tuan.

BANGSAWAN-BANGSAWAN ITU KELUAR DENGAN CEPAT KE SEBELAH KIRI.


AGAK KACAU BALAU. BUDAK-BUDAK DAN PEMAIN MUSIK MENINGGALKAN

PANGGUNG.
Adegan Kedua
HELICON: (SAMBIL MENUNJUK DENGAN JARINYA PADA SCIPION).

Tingkah kau seperti tingkah anarkis lagi, Scipion.

SCIPION: (KEPADA CALIGULA).

Kau telah berbuat murtad, Caius.

CALIGULA:

Murtad? Apa itu?

SCIPION:

Kau telah menghina langit setelah mendarahi bumi.

HELICON:

Anak muda memang suka kata-kata besar!

IA BERBARING DI ATAS SEBUAH DIVAN.

CAESONIA: (DENGAN TENANG).

Kau sebaiknya hati-hati, Buyung! Saat ini di Roma orang bisa mati karena mengucapkan perkataan
yang tidak sekeras itu.

SCIPION:

Barangkali. Tapi aku telah memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Caligula.

CAESONIA:

dari koleksi Teater Sae

50

Kau dengar itu Caligula? Ini yang masih kurang dalam pemerintahanmu.

Seorang moralis muda yang berani.

CALIGULA: (SAMBIL MENGILASKAN MATA PADA SCIPION DENGAN PENUH

PERHATIAN).
Apa betul kau yakin pada Tuhan, Scipion?

SCIPION:

Tidak.

CALIGULA:

Kini aku lebih tidak mengerti. Kalau kau tidak yakin mengapa kau marah orang berlaku murtad?

SCIPION:

Seseorang mungkin tidak merasa perlu untuk mengotorinya ataupun juga meniadakan hak seseorang
untuk yakin, biar pun seseorang itu adalah orang yang ingkar.

CALIGULA:

Itu rendah hati namanya, itu tidak lain dari rendah hati. Ah, Scipion yang baik, alangka puasnya aku
dengan keadaan engkau. Bahkan sedikit iri hati lagi, kau tahu. Rendah hati adalah satu-satunya rasa
yang tidak pernah kumiliki.

SCIPION:

Kau bukan irihati padaku, tapi pada Tuhan.

CALIGULA

Kalau kau tak keberatan, itu akan tetap tinggal rahasia kami – teka-teki yang besar dari pemerintahan
kami. Kau tahu, jika orang mau menyalahkan aku, orang hanya dapat menyalahkan aku karena satu hal
saja, aku telah melangkah selangkah lebih maju lagi diatas jalan kemerdekaan. Bagi seseorang yang
mencintai kekuasaan, persaingan Tuhan memang agak mengganggu.

Tapi aku telah membuktikan kepada dewa-dewa yang tak ada, bahwa setiap manusia dengan tidak
usah mendapat latihan lebih dulu, jika ia pergunakan pikirannya untuk itu, akan dapat memainkan
peranan dewa-dewa yang edan ini sampai sempurna.

SCIPION:

Itulah, Caius, yang kumaksud dengan murtad.

CALIGULA:

Bukan, Scipion. Itu pikiran yang terang namanya. Aku telah menyadari berkali-kali, hanya ada satu
jalan untuk menyamai dewa-dewa ini. Orang harus berlaku bengis seperti mereka.

51
dari koleksi Teater Sae

SCIPION:

Orang harus bertidak sebagai seorang zalim?

CALIGULA:

Coba katakan, sahabat baik. Apa sebetulnya yang dimaksud dengan orang zalim itu?

SCIPION:

Suatu jiwa yang buta!

CALIGULA:

Belum tentu, Scipion. Seorang zalim adalah seorang yang mengorbankan rakyat dan negara untuk
kepentingan cita-cita dan angan-angannya sendiri.

Tapi aku tidak punya cita-cita. Dan bagiku tak ada yang ingin kucapai dengan pertolongan kekuasaan
dan kebesaran. Jika kekuasaanku kupergunakan, maka itu hanyalah untuk mengimbangi.

SCIPION:

Mengimbangi apa?

CALIGULA:

Kedunguan dan kebencian para dewa.

SCIPION:

Benci tidak dapat mengimbangi benci. Kekuasaan bukan peyelesaian. Menurut hematku hanya ada satu
cara untuk mengimbangi keseteruan bumi ini.

CALIGULA:

Apa?

SCIPION:

Kemiskinan.

CALIGULA: (MEMBUNGKUK MELIHAT KAKINYA).

Aku juga harus coba itu.

SCIPION:
Sementara itu mayat bergelimpangan juga di sekeliling kau.

CALIGULA:

Ah, itu keliwatan. Cuma berapa? Kau tahu berapa kali aku menghindarkan peperangan?

SCIPION:

Tidak.

dari koleksi Teater Sae

52

CALIGULA:

Tiga. Kau tahu mengapa kuhindarkan?

SCIPION:

Karena bagimu kebesaran nama tidak berarti sama sekali.

CALIGULA:

Bukan. Karena hormatku pada jiwa manusia.

SCIPION:

Kau berolok-olok, Caius.

CALIGULA:

Atau setidak-tidaknya, aku lebih menghormati itu dari pada kemenangan-kemenangan militer. Tetapi
memang benar, hormatku terhadap jiwa manusia tidak melebihi hormatku kepada jiwaku sendiri. Jika
aku menganggap membunuh orang satu hal mudah, maka itu adalah karena aku tidak takut mati. Tidak.
Makin kupikirkan hal itu, makin jelas, bahwa aku bukanlah seorang yang zalim.

SCIPION:

Apa bedanya, jika korban yang harus kami berikan sama banyaknya jika kau betul seorang zalim.

CALIGULA: (AGAK KURANG SABAR).

Kalau kau mengerti angka-angka sedikit saja, kau akan melihat bahwa peperangan yang bagaimana
kecilpun juga yang dilakukan seorang zalim, bagaimana sehatpun pikirannya, akan meminta korban
beribu kali lebih banyak dari tingkah – begitulah kita namakan dulu – dari segala tingkah pikiranku.

SCIPION:
Mungkin. Tetapi peperangan adalah sesuatu yang punya tujuan. Dan yang dapat dimengerti.

CALIGULA:

Orang tidak mengerti nasib. Karena itu aku memainkan peranan nasib. Aku pakai wajah jahat dan
ajaib semi seorang dewa dalam dinas. Itulah yang dipuja oleh semua lelaki yang tadi hadir bersama
kau disini SCIPION:

Dan itu adalah kemurtadan, Caius.

CALIGULA:

Bukan, Scipion. Itu yang dinamakan seni drama. Kesalahan manusia ialah menganggap drama itu
bukan sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh. Jika hal ini dipahami, setiap manusia akan dapat
menjadi peran utama dalam sandiwara 53

dari koleksi Teater Sae

dewa-dewa ini dan kemudian menjadi dewa. Caranya, ia harus mengebalkan hatinya.

SCIPION:

Kau mungkin benar, Caius. Tapi jika ini benar, maka kau telah melakukan segala usaha yang
diperlukan untuk mengerahkan sepasukan dewa-dewa manusia menentang kau, yang gelisah seperti
kau, yang akan menenggelamkan dalam darah, kedewaanmu yang berumur sesaat itu.

CAESONIA:

Scipion!

CALIGULA: (DENGAN SUARA YANG TEGAR DAN TETAP).

Biarkan dia, Caesonia. Ya, Scipion, kau barangkali tak tahu telah menerka suatu kebenaran. Aku telah
melakukan segala usaha ke arah itu. Susah bagiku untuk menggambarkan kejadian yang kau bicarakan
itu. Tapi aku sering memimpikannya. Dan segala wajah yang muncul dari gelap yang amarah itu, penuh
dengan takut dan benci, aku melihat dan aku gembira karena telah melihatnya, satu-satunya dewa yang
kupuja di atas dunia ini. Buruk dan dena bagai hati manusia. Sekarang pergilah. Sudah cukup lama kau
disini, lebih dari cukup. (DENGAN SUARA YANG BEROBAH). Aku harus menginai jari kakiku.

Waktuku mendesak. (SEMUA PERGI KECUALI HELICON. IA BERPUTAR-PUTAR

SEKELILING CALIGULA YANG SEDANG ASYIK MEMERAHKAN KUKU KAKINYA).


Adegan Ketiga
CALIGULA:
Helicon!

HELICON:

Ya?

CALIGULA:

Bagaimana pekerjaan kau?

HELICON;

Pekerjaan apa?

CALIGULA:

Tentang itu…. Bulan.

HELICON:

Ah, betul juga. Bulan! Soal waktu dan kesabaran. Aku ingin bicara sedikit dengan kau.

dari koleksi Teater Sae

54

CALIGULA:

Barangkali aku cukup sabar untuk mendengarkan, tapi waktuku mendesak.

Asal singkat saja.

HELICON:

Seperti kukatakan, aku akan berusaha sekuatnya. Tapi terlebih dahulu ada sesuatu yang mau
kukabarkan. Kabar penting.

CALIGULA: (SEOLAH-OLAH IA TAK MENDENGARKAN UCAPAN HELICON).

Ingat, ia pernah kudapat!

HELICON:
Siapa?

CALIGULA:

Bulan.

HELICON

Oh, tentu, tentu. Begini! Apa kau tahu orang-orang membuat komplot untuk memusnahkan kau?

CALIGULA:

Lebihnya lagi, aku memiliki dia seluruhnya. Tapi Cuma dua atau tiga kali. Tapi bagaimanapun juga
aku pernah memilikinya.

HELICON:

Sudah lama aku hendak menyampaikan ini kepada kau.

CALIGULA:

Ini terjadi musim panas lalu. Aku tatap ia begitu lama, dan begitu sering ia kuelus-elus di tiang-tiang
marmer di kebun sehingga akhirnya ia mengerti.

HELICON

Jangan main-main juga lagi, Caius. Biarpun kau tak ingin mendengarkannya, adalah kewajibanku untuk
menyampaikannya pada kau. Sia-sia jika kau mencoba menutup telingamu.

CALIGULA: (SAMBILMENGGINCUI KUKU KAKINYA).

Ah, gincu ini tidak baik. Tapi bicara kembali perihal bulan, …waktu itu adalah malam bulan Agustus
yang jernih. (HELICON MERUBAH ARAH PANDANGNYA DAN BERDIAM DIRI). Ia
kelihatannya tersipu-sipu. Aku sudah beradu. Mula-mula ia merah darah, rendah di tepi langit.
Kemudian ia mulai naik, makin lama makin cepat, makin lama makin terang. Makin tinggi makin pucat
kelihatannya.

Hingga akhirnya ia tak ubahnya sebuah kolam susu di tengah hutan kelam, gemerisik karena bintang.
Perlahan, dengan agak malu ia menghampir, lewat 55

dari koleksi Teater Sae

udara malam yang panas, lembut, ringan tak bertara dan telanjang. Ia langkahi ambang pintu kamarku,
meluncur ke dalam ranjangku, lalu dituangkannya dirinya ke dalamku dan akhirnya direndamnya aku
dengan senyumnya…..Aaah, gincu ini betul-betul tidak beres….! Jadi kau tahu Helicon, dengan tidak
menyombong aku dapat mengatakan, bahwa aku pernah memilikinya.
HELICON:

Maukah kau mendengarkan dan menyadari bahaya apa yang sedang mengancam kau?

CALIGULA: (BERHENTI MENGURUS KAKINYA, DAN MEMANDANG HELICON

DENGAN NANAP).

Aku cuma inginkan bulan, Helicon. Selanjutnya aku tahu sudah dari dulu apa yang mengancamku.
Belum lagi kuhabiskan segala yang dapat membuat aku dapat hidup terus. Itu makanya aku inginkan
bulan. Dan kau tak usah kembali ke sini sebelum bulan kau peroleh untukku.

HELICON:

Baiklah……! Tapi aku akan melakukan kewajibanku dan mengatakan padamu apa yang kuketahui.
Sebuah komplotan sedang disusun untuk menentang kau.

Pemimpinnya Cherea. Aku menemukan dokumen ini, dimana dituliskan segala yang harus kau ketahui.
Kuletakkan di sini. (IA LETAKKAN DOKUMEN ITU DI ATAS SALAH SEBUAH KURSILALU
PERGI).

CALIGULA:

Kau mau kemana, Helicon?

HELICON: (DARI AMBANG PINTU).

Mencari bulan untuk kau.


Adegan Keempat
DI PINTU SEBERANG TERDENGAR BUNYI GEMERISIK SEPERTI SUARA TIKUS.

CALIGULA BERBALIK LALU MELIHAT BANGSAWAN TUA.

BANGSAWAN TUA: (DENGAN BIMBANG).

Maaf, Caius.

CALIGULA: (DENGAN TAK SABAR).

Masuklah. (SAMBIL MANATAPINYA). Bagaimana, sayang. Kepingin lihat Venus lagi?

BANGSAWAN TUA:

dari koleksi Teater Sae

56

Bukan itu. Eeeh! Maaf Caiaus, maksudku….Aku sebetulnya sangat setia pada kau. Satu-satunya
kenginanku ialah mengakhiri hidupku dalam segala ketenangan.

CALIGULA:

Cepat..! Cepat..!

BANGSAWAN TUA:

Begini….(DENGAN CEPAT). Soal ini sangat penting.

CALIGULA:

Tidak. Tidak penting.

BANGSAWAN TUA:

Apa maksudmu, Caius?

CALIGULA:

Kita bicara perkara apa, manis?

BANGSAWAN TUA: (MEMANDANG DENGAN GELISAH SEKELILINGNYA).

Maksudku…(IA GERAH DAN AKHIRNYA KELUAR JUGA). Orang bikin komplotan menentang
kau, Caius.
CALIGULA:

Nah, kan! Seperti kukatakan tadi, tidak penting sama sekali.

BANGSAWAN TUA:

Caius,mereka mau bunuh kau.

CALIGULA: (DATANG MENDEKAT LALU MEMEGANG BAHUNYA).

Tahu kau, mengapa aku tidak percaya pada kau?

BANGSAWAN TUA: (MENGANGKAT TANGAN SEOLAH-OLAH MAU BERSUMPAH).

Demi para dewa, Caius.

CALIGULA: (DENGAN TEGAS TAPI RAMAH MENDORONGNYA KEMBALI KE

PINTU).

Jangan bersumpah. Dengarkan baik-baik. Misalkan saja apa yang kau beritakan ini betul. Jadi boleh
kuanggap kau telah mengkhianati kawan-kawanmu sendiri.

Begitu bukan!?

BANGSAWAN TUA: (DENGAN SUARA KECIL).

Maksudku, Caius, karena kasihku pada kau…..

CALIGULA: (DENGAN SUARA TAK BEROBAH).

57

dari koleksi Teater Sae

Itu tidak mungkin masuk akalku. Aku begitu benci kepada sikap pengecut seperti ini, sehingga aku
tidak pernah dapat menahan diri untuk menjatuhkan hukuman mati pada pengkhianat-pengkhianat
macam kau. Tapi aku kenal kau, kawan baik. Dan aku yakin kau tak ingin mati, juga tak ingin
berkhianat.

BANGSAWAN TUA:

Tentu, Caius. Tentu..!

CALIGULA:

Kau lihat sendiri. Pada tempatnya betul aku tak mempercayai kau. Kau bukan orang pengecut, ya kan?
BANGSAWAN TUA:

Tidak, oh tentu tidak…

CALIGULA:

Juga bukan pengkhianat?

BANGSAWAN TUA:

Kau sendiri tahu, Caius.

CALIGULA:

Jadi, kalau begitu tidak ada komplotan sama sekali. Yang kau ceritakan itu hanya olok-olok, kan?

BANGSAWAN TUA: (DENGAN LEMAH).

Ya, ya. Hanya olok-olok. Olok-olok…?

CALIGULA:

Jadi tidak ada orang yang mau membunuh aku, ya?

BANGSAWAN TUA:

Tidak ada. Tidak ada sama sekali.

CALIGULA: (MENGAMBIL NAFAS BESAR DAN BICARA LAMBAT-LAMBAT).

Kalau begitu, pergilah sayang. Seorang lelaki yang punya kehormatan sekarang ini adalah seekor
hewan yang begitu jarang kelihatan, sehingga aku tak tahan melihatnya lama-lama. Aku ingin
bersendiri menikmati pengalaman yang luar bisa ini.
Adegan Kelima
CALIGULA MEMANDANG NANAR DENGAN TAK BERGERAK BEBERAPA dari koleksi Teater
Sae

58

SAAT LAMANYA KE ARAH DOKUMEN ITU. KEMUDIAN DIAMBILNYA, LALU IA


BACANYA. KEMUDIAN IA MENARIK NAFAS PANJANG. SESUDAH ITU IA PANGGIL

PENGAWAL ISTANA.

CALIGULA:

Bawa Cherea kemari. (PENGAWAL ITU PERGI). Sebentar. (PENGAWAL ITU

BERHENTI). Perlakukan ia dengan sopan. (PENGAWAL ITU KELUAR. CALIGULA MONDAR-


MANDIR, MENDEKATI CERMIN). Jadi kau telah memutuskan untuk berpikir logis, dungu! Logis
untuk selama-lamanya. Soalnya kini: Kemana kau akan sampai dengan ini? (IRONIS). Jika bulan
dapat dibawa kemari, maka segalanya akan lain. Begitu ‘kan? Lalu yang mustahil akan jadi mungkin.
Dalam sekejap mata semuanya akan berubah. Mengapa tidak, Caligula? Siapa tahu.

(IA MEMANDANG SEKELILING). Makin lama makin sedikit orang di sekitarku.

Aku heran, kenapa bisa begitu? (BERBICARA KEPADA KACA, DENGAN SUARA DITEKAN).
Kebanyakan yang mati. Ini yang membuat kosong. Tetapi tidak, biarpun aku beroleh bulan, aku tak
akan dapat lagi mengulangi jalanku. Bahkan biarpun segala mereka yang mati menggetar kembali di
bawah belaian matahari, si pembunuh tak akan masuk tanah karena itu (DENGAN SUARA MARAH).
Logika, Caligula….! Ikutkan dia terus. Kekuasaan sampai ke akhir-akhirnya. Keinginan tiada batas.
Tidak, tidak ada jalan kembali. Aku harus terus, terus sampai sempurna.
Adegan Keenam
CALIGULA DUDUK DIKURSINYA, SAMBIL MENYELIMUTI DIRINYA DENGAN

MANTEL.

CHEREA:

Kau memanggil aku, Caius?

CALIGULA: (DENGAN SUARA LUNAK).

Ya, Cherea. (DIAM SEBENTAR).

CHEREA:

Ada yang mau kau katakan?

CALIGULA:

Tidak, Cherea. (DIAM LAGI)

CHEREA: (DENGAN SUARA AGAK JENGKEL).

Tapi kau tahu betul kau memerlukan kehadiranku di sini.

CALIGULA:

59

dari koleksi Teater Sae

Ya, Cherea. (DIAM LAGI. KEMUDIAN, SEOLAH-OLAH IA MENEMUKAN DIRINYA


KEMBALI). Maaf bahasaku kelihatannya agak kasar. Aku lagi mengikuti pikiranku. Duduklah! Kita
bercakap-cakap. Aku ingin betul bercakap-cakap dengan seorang cendekia. (CHEREA DUDUK.
UNTUK PERTAMA KALINYA SEJAK

SANDIWARA INI DIMULAI, CALIGULA MEMPERLIHATKAN SEOLAH-OLAH IA BERADA


DALAM PIKIRANNYA YANG SESUNGGUHNYA). Cherea, apa kau percaya dua orang yang sama
sifat dan keangkuhannya, akan dapat berbicara dari hati ke hati? Biarpun hanya untuk sekali?
Dapatkah mereka membuka diri seluruhnya, mengenyampingkan prasangka mereka, kepentingan diri
sendiri dan segala dusta yang jadi modal hidupnya?

CHEREA:

Ya, Caius, kukira mungkin saja. Tapi kau tak akan sanggup melakukan itu.
CALIGULA:

Kau benar, Cherea. Aku Cuma ingin tahu apa kau sependapat dengan aku.

Kalau begitu, mari kita pakai topeng kita kembali, dan kita siapkan segala dusta kita. Dan kita akan
bciara seperti dua orang panglima berkelahi.

Dilindungi dengan perisai di segenap bagian tubuhnya. Cherea, mengapa kau tidak suka padaku?

CHEREA:

Karena tidak ada yang dapat disukai darimu, Caius. Perasaan seperti itu tidak dapat dipesan. Dan
karena kau kupahami betul. Seseorang tidak mungkin menyukai suatu sifat dari orang itu sendiri yang
selama ini selalu ia coba sembunyikan.

CALIGULA:

Tapi mengapa kau benci padaku?

CHEREA:

Kau salah sangka, Caius. Aku tidak benci pada kau. Aku menganggap kau jahat dan bengis, cuma
sayang pada diri sendiri dan sombong. Tapi aku tak mungkin membenci kau. Aku tak yakin kau
berbahagia. Dan aku tak dapat menghina kau, karena aku tahu kau bukan pengecut

CALIGULA:

Kalau begitu, mengapa kau mau bunuh aku?

CHEREA

Telah aku katakan mengapa. Karena menagnggap kau merusak. Aku memerlukan dan menginginkan
ketentraman. Bahagian terbesar dari manusia adalah seperti aku. Orang tidak bisa hidup dalam satu
dunia dimana pada satu saat sebuah pikiran yang edan bisa menjadi kenyataan – dimana ia selalu
mungkin memasuki kehidupan mereka, seperti sebuah belati ke dalam jantung.

dari koleksi Teater Sae

60

Akupun seperti mereka. Aku tidak suka hidup dalam dunia seperti itu. Aku ingin tahu di mana aku
berada dan aku inginkan keamanan.

CALIGULA:

Keamanan dan logika itu tidak sejalan.


CHEREA:

Itu benar. Memang tidak sesuai dengan logika, tapi dapat diterima akal.

CALIGULA

Terus?

CHEREA

Tidak ada lagi. Aku tidak bisa tertolong oleh logikamu itu. Pendapatku tentang kewajibanku sebagai
manusia berbeda sama sekali. Tapi aku tahu sebagian besar rakyatmu sependapat denganku. Perasaan
mereka yang dalam telah kau perkosa. Sudah pada tempatnya sekali jika kau…enyah!

CALIGULA:

Semuanya itu cukup jelas dan cukup masuk akal. Kuakui, untuk sebagian besar manusia hal itu adalah
wajar. Tapi kau. Kau orang pintar. Karena beroleh kepintaran ini orang harus membuat pilihan. Satu
diantara dua: membayar harga kepintarannya itu atau melepaskannya sama sekali. Kalau aku, aku
membayarnya. Tapi kau, mengapa kau tak suka membayar dan tak suka melepaskannya?

CHEREA:

Karena yang kuinginkan hanya hidup dan kebahagiaan. Menurut hematku, adalah juga tidak mungkin,
jika orang mendorongkan keedanan itu sampai ke keputusannya yang logis. Seperti kau lihat aku
adalah manusia bisa. Memang, pada saat-saatnya, supaya aku bebas dari mereka, kuinginkan kematian
dari orang-orang yang kucintai, atau aku menginginkan perempuan yang sebetulnya tak boleh kujamah
karena hubungan-hubungan keluarga. Sekiranya logika mutlak sifatnya, maka pada saat itu aku tentu
akan membunuh. Tapi aku menganggap pikiran-pikiran sesat itu tidak penting sama sekali. Jika setiap
orang menurutkannya, maka dunia ini tidak akan dapat didiami, dan kebahagiaanpun juga tidak akan
pernah ada. Inilah, kukatakan sekali lagi, yang kuanggap penting.

CALIGULA:

Jadi, kalau aku tak salah, kau yakin pada azas-azas lebih agung?

CHEREA:

Ya. Aku percaya bahwa suatu perbuatan, lebih tinggi martabatnya – misalnya –

dari perbuatan yang lain.

61

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA:
Dan aku percaya, semua orang berada di kedudukan yang sama.

CHEREA:

Itu aku tahu, Caius. Karena itu aku tak benci pada kau. Aku mengerti, bahkan sampai batas tertentu,
aku sependapat dengan kau. Tapi kau mendatangkan celaka dan karena itu kau harus pergi.

CALIGULA:

Itu benar. Tapi mengapa kau korbankan nyawamu dengan menceritakan ini padaku.

CHEREA:

Karena orang lain akan menggantikan aku, dan karena aku tak suka berdusta.

(DIAM SEBENTAR).

CALIGULA:

Cherea!

CHEREA:

Ya, Caius.

CALIGULA:

Percayakah kau, bahwa dua orang yang sama sifat dan kebanggaannya, biarpun hanya untuk sekali
dalam hidup mereka, dapat bicara dari hati ke hati?

CHEREA:

Kiraku, itulah yang baru ini kita lakukan.

CALIGULA:

Ya, Cherea. Tapi kau mengira aku tak sanggung melakukannya.

CHEREA:

Aku khilaf, Caius. Kuakui itu. Terimaksih. Kini kutunggu hukumanku.

CALIGULA: (DENGAN AGAK HERAN).

Hukuman? Ah, aku mengerti…. (IA KELUARKAN DOKUMEN ITU DARI SAKU

MANTELNYA). Kau tahu ini Cherea?


CHEREA:

Aku tahu ia berada di tangan kau.

CALIGULA:

Kau tahu ia berada di tangaku!? Jadi terus terangmu itu hanya sekedar sandiwara belaka. Kedua
sahabat ini tidak membukakan hatinya masing-masing. Ya, ya! Tapi itu tidak penting. Sekarang, kita
berhenti main terus dari koleksi Teater Sae

62

terang dan mulai hidup atas dasar yang lama kembali. Tapi terlebih dulu ada sesuatu yang kuminta
pada kau. Berusahalah supaya bersabar lebih lama dengan segala tingkah lakuku dan ketiadaan
kebijaksanaanku. Begini, Cherea.

Dokumen ini adalah satu-satunya bukti yang ada.

CHEREA:

Caius, lebih baik aku pergi. Aku sudah bosan dengan lelucon seperti ini. Aku kenal betul padanya,
dan aku sudah muak.

CALIGULA: (DENGAN SUARA YANG SAMA DAN TELITI).

Jangan. Tunggu, Cherea! Dokumen ini satu-satunya bukti, jelas?

CHEREA:

Bukti? Setahuku kau tak memerlukan itu untuk menyuruh membunuh seseorang.

CALIGULA:

Betul. Tapi untuk pertama kalinya aku ingin membantah diriku sendiri. Tidak ada orang yang akan
keberatan. Sekali-kali enak juga membantah diri sendiri.

Rasa aku beristirahat. Aku perlu istirahat, Cherea.

CHEREA:

Aku tidak mengerti. Lagipula aku tidak suka dengan teka-teki seperti ini CALIGULA:

Aku tahu Cherea, …aku tahu. Kau manusia bisaa. Kau tak ingin hal-hal luar bisa. (KETAWA). Kau
ingin hidup dan berbahagia. Cuma itu!

CHEREA:

Sudahlah, Caius! Cukup sekian saja.


CALIGULA:

Belum. Sabar sedikit. Kau lihat ini, dokumen bukti itu? Aku telah menentukan pendirian, bahwa aku
tak dapat menjatuhkan hukuman atas engkau tanpa bukti ini. Ini pikiranku dan istirahatku. Nah, kau
lihat apa jadinya dengan sebuah tanda bukti dalam tangan seorang maharaja. (DIHADAPKANNYA
DOKUMEN ITU PADA SEBUAH DIAN. CHEREA MENDEKAT. DIAN ITU BERADA DIANTARA
MEREKA. DOKUMEN ITU MULAI TERBAKAR). Kau lihat, pemberontak! Dokumen ini mulai
hancur. Sedang ia berangkat hancur itu suatu pandangan kesucian bercahaya di wajahmu. Alangkah
indahnya keningmu, Cherea. Dan alangkah indahnya dan susahnya ditemui wajah seseorang yang tak
berdosa! Kagumilah kekuasaanku. Bahkan para dewa tidak bisa mengembalikan kesucian dengan
tidak menghukum lebih dulu. Tapi Kaisarmu hanya memerlukan sebuah dian untuk membersihkan kau
dan memberikan harapan baru. Teruskan Cherea. Teruskan ajaran yang baru kami dengar tadi, 63

dari koleksi Teater Sae

biarpun sampai kemana kau ia bawa. Sementara itu Kaisarmu menunggu istirahatnya. Ini caranya
hidup dan berbahagia.

CHEREA MEMANDANG DENGAN TERCENUNG, HERAN, PADA CALIGULA. IA


MEMPERLIHATKAN GERAKAN YANG SAMAR, RUPA-RUPANYA MENGERTI KEMUDIAN
MEMBUKA MULUTNYA UNTUK BICARA DAN PERGI DENGAN TIBA-TIBA. TERSENYUM
SAMBIL MENGACUNGKAN DOKUMEN ITU KE API DIAN, CALIGULA MENGIKUTI TOKOH
YANG PERGI ITU DENGAN PANDANGANNYA.

LAYAR – T UR UN

dari koleksi Teater Sae

64

B A B A K - IV
Adegan Pertama
PANGGUNG SETENGAH GELAP MASUK CHEREA DAN SCIPION. CHEREA
MENYEBERANG KE KANAN KEMUDIAN KEMBALI KE KIRI KEPADA SCIPION.

SCIPION: (DENGAN LAGAK YANG TEGAS)

Apa yang kau inginkan?

CHEREA:

Waktu mendesak. Kita harus tegas mengenai yang akan kita lakukan.

SCIPION:

Siapa yang mengatakan aku tak tegas.

CHEREA:

Kemarin kau tidak datang mengunjungi pertemuan kita.

SCIPION: (MENGALIH PANDANG)

Itu betul, Cherea.

CHEREA:

Scipion, aku lebih tua dari kau. Bukan kebisaaanku untuk minta pertolongan orang lain. Tapi kali ini
aku perlu kau. Pembunuhan ini harus disokong oleh orang-orang terhormat. Di antara mereka yang
martabatnya dirusakkan oleh ketakutan yang keji, hanya kita berdua yang punya alasan-alasan yang
bersih.

Jika kau membelakangi kami kau akan tutup mulut. Tapi bukan itu soalnya.

Yang kuinginkan adalah supaya kau ikut kami.

SCIPION:

Aku mengerti. Tapi itu, tidak bisa kulakukan.

CHEREA:

Jadi kau sebelah dia?

SCIPION:

Bukan. Aku tidak bisa menentang dia. (DIAM. KEMUDIAN DENGAN SUARA LEMBUT). Biarpun
ia kubunuh, hatiku masih tetap akan bersama dia.

CHEREA:

Ia telah membunuh ayahmu!

SCIPION:

Ya, pada waktu itulah semua ini mulai dan waktu itu juga segalanya berakhir.

65

dari koleksi Teater Sae

CHEREA:

Ia mengingkari apa yang kau yakini. Ia injak-injak segala apa yang kau anggap suci.

SCIPION:

Aku tahu Cherea. Tapi sesuatu dalam diriku tetap lekat padanya. Api yang sama, menyala dalam hati
kami berdua.

CHEREA:

Ada masa-masanya kita harus memilih. Aku sendiri telah membisukan segala yang ada dalam hatiku,
yang mungkin membuat aku lekat pada dia.

SCIPION:

Tapi aku tidak bisa memilih. Aku punya kesedihan sendiri, tetapi bersama dia aku juga ikut menderita.
Aku menyertai kesakitannya. Aku maklum segala itu.

Itu kesulitanku.

CHEREA:

Jadi begitu. Kau telah memilih pihaknya.

SCIPION: (DENGAN PENUH NAFSU)

Tidak, Cherea. Aku minta, kau jangan kau kira aku begitu. Aku tidak mungkin lagi memilih pihak
siapapun juga.

CHEREA: (DENGAN EMOSI MENDEKATI SCIPION).

Tahu kau, aku lebih membencinya lagi karena ia telah menjadikanmu seperti sekarang ini.
SCIPION:

Ya, ia mengajari aku untuk menerima segala apa dalam hidup ini.

CHEREA

Bukan, Scipion. Ia telah mengajarkan kau berputus asa. Meracuni suatu jiwa yang masih muda dengan
putus asa adalah kejahatan yang lebih busuk dari kejahatan yang sampai kini ia lakukan. Scipion, itu
saja sudah cukup untuk membenarkan aku membunuhnya. (IA PERGI KE PINTU. HELICON MASUK)
Adegan Kedua

HELICON:

Aku mencari-cari kau kemana-mana, Cherea. Caligula mau mengadakan kumpulan di sini. Hanya buat
sahabat-sahabat karibnya saja. Ia mengharapkan kau hadir. (KEPADA SCIPION). Kau tidak diundang,
nak. Pergilah!

dari koleksi Teater Sae

66

SCIPION: (PERGI SAMBIL MEMANDANG KEPADA CHEREA).

Cherea…

CHEREA: (DENGAN RAMAH).

Ya, Scipion.

SCIPION:

Cobalah maklumi.

CHEREA: (DENGAN SUARA YANG LUNAK SEPERTI TADI).

Tidak, Scipion. (SCIPION DAN HELICON KELUAR).


Adegan Ketiga
SUARA PEDANG DI BELAKANG LAYAR. DUA ORANG PRAJURIT MASUK DARI KAKAN,
MENGGIRING BANGSAWAN TUA DAN BANGSAWAN I. KEDUANYA TAMPAK KETAKUTAN

BANGSAWAN I: (KEPADA SALAH SEORANG PRAJURIT ITU DENGAN SUARA YANG


DIUSAHAKANNYA SUPAYA TIDAK GEMETAR). …Per….perlu apa dia pada kami pada diwaktu
yang begini larut?

PENGAWAL:

Duduk di sana. (LALU MENUNJUK KE SEBUAH KURSI YANG TERLETAK DI SEBELAH


KANAN).

BANGSAWAN I:

Kalau ia cuma mau membunuh kami seperti yang lain-lain, buat apa persiapan seperti ini.

PENGAWAL:

Duduk, keledai!

BANGSAWAN TUA:

Lebih baik kau turuti perintahnya. Dia tidak tahu apa-apa.

PENGAWAL:

Ya, cintaku, jelas sekali. (PERGI).

BANGSAWAN I:

Kita harus bertindak lebih pagi, seperti yang sering kukatakan. Kini yang kita dapat cuma siksaan lagi.

PERAJURIT ITU KEMBALI LAGI DENGAN CHEREA, LALU PERGI LAGI.

67

dari koleksi Teater Sae


Adegan Keempat
CHEREA: (DUDUK DAN TENANG).

Apa yang terjadi?

BANGSAWAN TUA:

Komplotan kita ketahuan.

CHEREA:

O? Lalu?

BANGSAWAN TUA:

Kini kita akan disiksa.

CHEREA: (MASIH SAJA TENANG).

Aku ingat, sekali waktu Caligula menghadiahkan uang sebanyak 81.000

Sesterces kepada seorang budak, karena ia mau mengakui pencurian yang telah ia lakukan, biarpun ia
disiksa setengah mati.

BANGSAWAN I:

Boleh juga hiburan begitu.

CHEREA:

Bagaimanapun juga kejadian itu membuktikan bahwa ia hormat pada ketabahan. Yang bagusnya lagi
waktu ditanya “mengapa 81.000 sesterces?”. Ia menjawab “..dan mengapa harus 80.000 atau
79.000?”. (KEPADA BANGSAWAN

TUA). Dengan hormat, sudikah kau menghentikan gemeletuk gigi kau itu?

Bunyi itu aku paling tidak suka.

BANGSAWAN TUA:

Maaf….

BANGSAWAN I

Jangan main-main. Nyawa kita sekarang terancam.


CHEREA: (DINGIN).

Tahu kau ucapan apa yang paling disukai Caligula?

BANGSAWAN TUA: (SEDANG AIR MATANYA SUDAH HENDAK KELUAR).

Ya, ia katakan pada algojo: “Bunuh dia perlahan, supaya tahu ia bagaimana rasanya mati!”

CHEREA

dari koleksi Teater Sae

68

Bukan, bukan itu. Ada lagi yang lebih bagus. Setelah suatu pembunuhan, ia menguap lalu berkata
dengan sungguh-sungguh: “Yang paling kukagumi ialah kekebalan perasaanku”.

BANGSAWAN I:

Apa itu? (TERDENGAR BUNYI SENJATA).

CHEREA:

Ucapan itu menunjukan suatu kelemahan rencananya.

BANGSAWAN TUA:

Aku minta dengan hormat supaya kau berhenti berfilsafat. Itu pekerjaan yang paling kubenci.
(SEORANG HAMBA MASUK LALU MELETAKKAN SEBILAH PISAU

DI ATAS SEBUAH BANGKU).

CHEREA: (YANG TAK MELIHAT KEJADIAN ITU).

Filsafat? Susah untuk memberikan nama filsafat padanya. Tapi bagaimana pun juga, tidak bisa
diingkari pengaruh orang ini atas siapa saja yang berhubungan dengan dia. Ia memaksa seseorang
untuk berpikir. Ia memaksa seluruh dunia ini berpikir. Ketidak-pastian: Tidak ada yang lebih bisa
merangsang orang untuk berpikir selain itu. Karena itu ia begitu dibenci.

BANGSAWAN TUA: (DENGAN TELUNJUK YANG GEMETAR).

Lihat!!

CHEREA: (MELIHAT PISAU-PISAU ITU: SUARANYA SEDIKIT BEROBAH).

Barangkali kau benar.

BANGSAWAN I:
Ya, sebetulnya kita tidak boleh menunggu. Kita harus bertindak segera.

CHEREA:

Ya, sesal itu selalu kemudian datangnya.

BANGSAWAN TUA:

Tapi ini gila namanya! Aku tidak mau mati.

IA TEGAK LALU MENCOBA UNTUK LARI. DUA ORANG PERAJURIT DATANG, DAN

SETELAH MENAMPAR MUKANYA LALU MEMAKSA DIA DUDUK KEMBALI.

BANGSAWAN I GELISAH DI ATAS KURSINYA. CHEREA MENGUCAPKAN

BEBERAPA PATAH KATA YANG TIDAK KEDENGARAN. TIBA-TIBA MUSIK YANG

AJAIB KEDENGARAN DI BELAKANG LAYAR, BUNYI KECAPI DAN GUNG.

BANGSAWAN-BANGSAWAN ITU SALING BERPANDANGAN DENGAN DIAM.

DENGAN BERBENTUK BAYANG-BAYANG KELIHATAN CALIGULA, MENARI LALU

KEMUDIAN MENGUNDURKAN DIRI. IA MEMAKAI ROK YANG BIASA DIPAKAI PENARI


BALET DAN KEPALANYA DIMAHKOTAI DENGAN BUNGA. TAK LAMA 69

dari koleksi Teater Sae

KEMUDIAN SEORANG PERAJURIT BERSERU DENGAN SUARA BERAT: “TUAN-TUAN


PERTUNJUKAN SUDAH SELESAI”. SEMENTARA ITU DENGAN DIAM-DIAM

CAESONIA MASUK DI BELAKANG BANGSAWAN-BANGSAWAN YANG ASYIK

MENONTON ITU. IA BICARA DENGAN SUARA BIASA, TAPI MEREKA ITU MASIH

JUGA KAGET KARENANYA.


Adegan Kelima
CAESONIA:
Caligula memerintahkan kepadaku untuk mengatakan kepada tuan-tuan, bahwa jika ia selama ini
mengumpulkan tuan-tuan untuk kepentingan negara, hari ini tuan-tuan ia undang untuk menyertainya
dalam suatu keharuan seni.

(DIAM SEBENTAR. KEMUDIAN IA LANJUTKAN DENGAN SUARA SAMA).

Selanjutnya ia menambahkan, bahwa siapa yang tidak ikut menyertai akan dipenggal kepalanya.
(MEREKA DIAM). Maafkan jika aku mendesak, tapi aku harus menanyakan apakah tuan-tuan suka
pada tarian yang baru tuan-tuan lihat ini?

BANGSAWAN I: (SETELAH SANGSI SEBENTAR)

Suka, e…suka sekali, Caesonia!

BANGSAWAN TUA: (DENGAN PENUH PERSAAN)

Indah. Indah bukan main.

CAESONIA:

Kau Cherea?

CHEREA: (DENGAN DINGIN)

Seni yang bermutu.

CAESONIA

Baik. Sekarang kusampaikan kepada Caligula. (IA KELUAR).


Adegan Keenam
CHEREA:
Kita harus bertindak sekarang. Tuan-tuan tinggal dulu di sini. Sebelum fajar, sudah harus ada 200
orang di sini. (IA KELUAR).

BANGSAWAN TUA:

Jangan, biar aku yang pergi. (MENGHIRUP UDARA). Di sini bau mayat.

BANGSAWAN I:

dari koleksi Teater Sae

70

Dan dusta. (SEDIH). Aku mengatakan tarian itu bagus.

BANGSAWAN TUA: (DENGAN NADA TAWAKAL)

Dilihat dari satu sudut, ….memang asli.

BEBERAPA ORANG BANGSAWAN DAN KESATRIA MASUK.


Adegan Ketujuh
BANGSAWAN II:
Ada apa, hah? Kaisar memanggil kami kemari.

BANGSAWAN TUA: (DENGAN LENA)

Untuk melihat tarian barangkali.

BANGSAWAN II:

Tarian apa?

BANGSAWAN TUA:

Maksudku, keharuan seni.

BANGSAWAN III:

Kudengar Caligula sakit keras.

BANGSAWAN I:

Ia sakit sekali, memang.

BANGSAWAN III:

Sakit apa? (DENGAN SUARA GEMBIRA). Demi Tuhan, apa ia akan mati?

BANGSAWAN I:

Kukira tidak. Penyakitnya berbahaya cuma untuk orang lain.

BANGSAWAN TUA:

Ya, itu benar.

BANGSAWAN II:

Aku mengerti. Apa tidak ada penyakitnya yang lain, yang agak kurang parah tapi yang lebih
menguntungkan kita?

BANGSAWAN I:

Tidak. Penyakit yang ia derita itu tidak ada tandingannya. Maaf, aku mau lihat Cherea sebentar. (IA
KELUAR).

71

dari koleksi Teater Sae

CAESONIA MASUK. DIAM.


Adegan Kedelapan
CAESONIA: (DENGAN SUARA TAK PEDULI).

Jika tuan-tuan ingin tahu, Caligula sekarang sakit perut. Sebentar ini ia muntah darah.
(BANGSAWAN-BANGSAWAN ITU BERKUMPUL SEKELILINGNYA).

BANGSAWAN II:

Ya, Tuhan. aku berjanji akan mendermakan 200.000 sesterces kepada perbendaharaan, sebagai tanda
syukur jika ia sembuh.

BANGSAWAN III: (SECARA BERLEBIHAN).

Jupiter, ambilah nyawaku sebagai ganti nyawanya.

CALIGULA MASUK DAN MENDENGARKAN SEBENTAR APA YANG MEREKA UCAPKAN.

CALIGULA: (SAMBIL MENDEKATI BANGSAWAN II).

Dermamu kuterima Lucius. Terimakasih banyak. Bendaharaku besok akan datang ke rumahmu.
(MENDEKATI BANGSAWAN III LALU MEMELUKNYA). Aku sangat terharu, sangat terharu.
(DIAM SEBENTAR. KEMUDIAN DENGAN NADA SAYANG). Jadi begitu benar cintamu
kepadaku, Cassius?

BANGSAWAN III: (DENGAN PENUH EMOSI).

Wahai Caesar, tidak ada di dunia ini yang tak akan kukorbankan untuk kepentingan kau.

CALIGULA: (MEMELUKNYA LAGI).

Ini terlalu tinggi, terlalu mulia. Aku tidak patut menerima cinta yang begitu besar. (CASSIUS
MENUNJUKKAN GERAKAN HENDAK MEMPROTESNYA). Betul, aku tidak pantas, pemberian
itu terlalu tinggi. (IA MEMANGGIL DUA ORANG

PRAJURIT). Bawa dia! (KEPADA CASSIUS DENGAN MANIS) Pergilah, sahabat mulia dan jangan
lupa, Caligula telah jatuh hati padamu.

BANGSAWAN III: (DENGAN SANGSI DAN GELISAH).

Mau dibawa kemana aku?

CALIGULA

Ah, ketiang gantungan tentu. Tawaranmu yang mulia itu diterima dan kini aku sembuh. Bahkan rasa
anyir darah di lidahkupun sudah hilang. Kau yang telah menyembuhkan aku, Cassius. Mujarab sekali.
Alangkah bangganya rasa hatimu kini, karena telah mengorbankan nyawamu untuk kepentingan seorang
dari koleksi Teater Sae

72

sahabat. Apalagi kalau sahabat itu bernama Caligula! Kau lihat kini aku sudah segar kembali dan siap
untuk menghadiri satu malam gembira.

BANGSAWAN III: (BERTERIAK, WAKTU IA DIGIRING KELUAR).

Tidak. Tidak! Aku tidak mau mati. Kau berolok-olok, Caius.

CALIGULA: (DENGAN SUARA MERENUNG, DIANTARA TERIAKAN BANGSAWAN

III).

Segera jalan di pesisir pantai laut akan diselimuti mimosa. Perempuan-perempuan akan memakai
pakaian mereka yang paling tipis. Dan langit terang dan cerah, Cassius. Itulah seyum kehidupan.
(CASSIUS SUDAH SAMPAI KE

DEKAT PINTU. CALIGULA MEMBANTU MENDORONGKANNYA DENGAN SAYANG.

TIBA-TIBA SUARANYA MENJADI SUNGGUH-SUNGGU). Kehidupan ini, sahabat baik, adalah


sesuatu yang harus dicintai. Kau tak akan mempermainkannya begitu mudah, kalau cintamu padanya
cukup besar.

(CASSIUS DIBAWA PERGI. CALIGULA KEMBALI KE DEKAT MEJA). Yang kalah harus
membayar. Tidak ada jalan yang lain. (DIAM SEBENTAR). Mari Caesonia.

(IA MENGARAH KEPADA YANG LAIN). Kebetulan aku beroleh pikiran yang baik.

Begitu baik, sehingga aku ingin tuan-tuan juga tahu. Sampai saat ini pemerintahanku terlalu
berbahagia. Tidak ada bencana penyakit, tidak ada perburuan agama, bahkan pemberontakan tak ada –
pendeknya tidak ada yang dapat membuat kami patut diperingati. Baik tuan-tuan tahu, karena itu
makanya aku mencoba menghilangkan kejahatan nasib. Maksudku – hmm, aku tidak tahu – apakah
tuan-tuan sudah mengerti. Maksudku (DENGAN SENYUM

SEDIKIT), akulah yang menggantikan bencana yang tidak ada itu. (DENGAN

MERUBAH SUARA). Sekian saja. Kulihat Cherea datang. Gilranmu kini, Caesonia. (CALIGULA
KELUAR. CHEREA DAN BANGSAWAN I MASUK).
Adegan Kesembilan
CAESONIA BERGEGAS KE ARAH CHEREA
CAESONIA:

Caligula telah mangkat. (IA BERPALING SEOLAH-OLAH HENDAK

MENYEMBUNYIKAN AIR MATANYA. MEMANDANG NANAP KEPADA YANG LAIN.

YANG HADIR DIAM. SEMUANYA KELIHATAN TAKUT, TAPI KARENA SEBAB LAIN).

BANGSAWAN I:

Kau…. Kau tahu betul kemalangan ini? Mustahil! Baru sebentar ini ia masih menari.

CAESONIA:

73

dari koleksi Teater Sae

Justru karena itu. Rupanya terlalu berat untuk dia (CHEREA BERJALAN DARI SEORANG KE
SEORANG. TAK SEORANGPUN YANG BICARA). Tak adakah yang mau kau katakan Cherea?

CHEREA: (DENGAN LEMBUT).

Kemalangan besar, Caesonia. (CALIGULA MASUK DENGAN KASAR, DAN PERGI KEPADA
CHEREA).

CALIGULA:

Bagus, bagus sekali Cherea! (IA BERPUTAR DAN MEMANDANG YANG LAIN

DENGAN KESAL) Sial! Yang diharapkan tak terjadi. (KEPADA CAESONIA) Jangan lupa apa yang
kukatakan. (IA KELUAR).
Adegan Kesepuluh
CAESONIA MEMANDANG SEDIH KEPERGIANNYA DENGAN TAK MENGUCAPKAN

KATA SEPATAHPUN.

BANGSAWAN TUA:

Apa ia sakit Caesonia?

CAESONIA: (DENGAN PANDANGAN TAK SENANG).

Tidak, cintaku. Tapi kau tak tahu bahwa tidurnya tidak lebih dari dua jam.

Selebihnya ia menjalani seluruh gang-gang istana ini sepanjang malam. Hal lain yang kau juga belum
tahu dan barangkali tak pernah kau pikirkan; pikiran apa yang bisa muncul dalam dirinya pada jam-
jam getir antara tengah malam dan fajar. Sakit? Tidak. Tidak sakit - kecuali jika kau punya nama dan
obat untuk bisul hitam yang bersarang di dalam jiwanya CHEREA: (RUPA-RUPANYA TERHARU
OLEH KATA-KATA CAESONIA).

Betul, Caesonia. Kita semua tahu, Caius….

CAESONIA: (DENGAN CEPAT).

Ya, kau tahu. Tapi seperti mereka yang kekurangan jiwa. Kau tak mau menyokong mereka yang punya
jiwa terlalu banyak. Orang yang begitu mengganggu, bukan? Karena itu ia disebutkan penyakit: dengan
demikian semua mereka yang cerdik dapat dibenarkan dan merasa puas. (DENGAN

SUARA YANG LAIN). Cherea, cinta, apa itu ada artinya bagimu?

CHEREA: (TELAH BIASA KEMBALI).

Kita sekarang terlalu tua untuk menelaah itu kembali, Caesonia. Lagipula Caligula belum tentu akan
memberi kita cukup waktu.

CAESONIA: (YANG TELAH MENDAPATKAN KETENANGANNYA KEMBALI).

dari koleksi Teater Sae

74

Betul. (IA DUDUK). Oh, hampir aku lupa, Caligula menyuruhku menyampaikan sesuatu kepada tuan-
tuan. Tuan-tuan tahu bahwa hari ini adalah hari seni.

BANGSAWAN TUA:
Menurut penanggalan?

CAESONIA

Bukan! Menurut Caligula! Ia telah memanggil beberapa orang penyair. Ia akan meminta mereka
membawakan sajak berdasarkan tema yang diberikan.

Dan ia mengingini dengan sangat supaya penyair yang hadir di antara tuan-tuan hari ini akan ikut serta.
Ia terlebih-lebih menginginkan Scipion dan Mettelus.

METTELUS:

Tapi kami belum siap lagi.

CAESONIA: (DENGAN SUARA DATAR, SEOLAH-OLAH IA TAK MENDENGAR

UCAPAN ITU. Tak usah dikatakan, bahwa nanti akan diberikan hadiah. Juga akan ada hukuman.
(TERDENGAR SUARA-SUARA YANG GELISAH). Antara kita sama kita, dapat kukatakan,
hukuman itu tak begitu berat. (CALIGULA MASUK.

MUKANYA LEBIH MURUNG DARI BIASA).


Adegan Kesebelas
CALIGULA:
Semua siap?

CAESONIA:

Semua. (KEPADA SEORANG PERAJURIT). Suruh masuk para penyair.

MASUK, BERBARIS DUA-DUA, SELUSIN PENYAIR, MEREKA BERBARIS DI PANGGUNG


SEBELAH KANAN.

CALIGULA:

Dan yang lainnya?

CAESONIA:

Mattelus dan Scipion!

KEDUA MEREKA INI MENYEBERANGI PANGGUNG LALU MENGAMBIL TEMPAT DI


SAMPING PENYAIR-PENYAIR ITU. CALIGULA DUDUK DI BAGIAN BELAKANG

KIRI, BERSAMA CAESONIA DAN PARA BANGSAWAN. DIAM SEBENTAR.

CALIGULA:

75

dari koleksi Teater Sae

Acara: Maut. Waktu: Satu menit.

PENYAIR-PENYAIR MENULIS DENGAN BERGEGAS DI ATAS WARKAH MEREKA.

BANGSAWAN TUA:

Siapa yang jadi juri?

CALIGULA:

Aku sendiri. Apa itu belum cukup?

BANGSAWAN TUA:
Oh, tentu, tentu cukup.

CHEREA:

Mengapa kau sendiri tak ikut, Caius?

CALIGULA:

Tidak perlu. Sajak tentang ini sudah lama kutulis.

BANGSAWAN TUA: (ANTUSIAS).

Di mana sajak itu dapat diperoleh kini?

CALIGULA:

Tidak perlu dicari. Aku membacakannya setiap hari. Menurut caraku sendiri.

(CAESONIA MEMANDANG KEPADANYA DENGAN GELISAH. CALIGULA MELIHAT

KEPADANYA HAMPIR-HAMPIR DENGAN LIAR). Apa ada kau lihat sesuatu dariku yang tak
menyenangkan hatimu?

CAESONIA: (DENGAN MANIS).

Maaf.

CALIGULA:

Dengan segala hormat, jangan merendah diri. Demi segala-galanya, janganlah merendahkan dirimu,
Caesonia. Seperti kau sekarang ini, kau sudah cukup menyusahkan. (CAESONIA MENGUNDURKAN
DIRI DENGAN TENANG. CALIGULA MEMANDANG KEPADA CHEREA). Kulanjutkan. Sajak
itu adalah satu-satunya yang pernah kubuat. Tapi ini telah membuktikan bahwa di Roma ini akulah
satu-satunya seniman sejati. Percayalah, aku adal satu-satunya yang telah mengawinkan pikiran
dengan perbuatan.

CHEREA:

Soalnya di sini apa kita punya kekuasaan atau tidak.

CALIGULA:

dari koleksi Teater Sae

76

Tepat. Seniman-seniman yang lain mencipta untuk menimbangi ketiadaan kekuasaan mereka. Aku tidak
perlu menciptakan suatu hasil seni: aku menghidupinya. (DENGAN KASAR). Apa semuanya selesai?
METTELUS:

Kiraku sudah.

YANG LAIN:

Sudah.

CALIGULA:

Bagus. Sekarang dengar baik-baik. Seorang demi seorang harus meninggalkan barisan dan tampil
dihadapanku. Aku akan meniup peluit. Lalu nomer satu mulai membacakan sajaknya. Kalu peluit
kutiup ia harus berhenti. Lalu yang berikutnya. Demikian seterusnya. Penyair yang sajaknya tidak
diputus oleh bunyi peluit, itulah yang menang. Siap…! (SAMBIL MENGHADAP KEPADA
CHEREA. IA BERBISIK). Kau lihat, organisasi diperlukan buat segalanya, bahkan buat. (IA
MENIUP PELUIT).

PENYAIR I:

Maut, di belakang pantaimu gelap…(BUNYI PELUIT. PENYAIR ITU MUNDUR KE

KIRI, YANG LAIN MELAKUKAN PROSEDUR YANG SAMA. GERAKAN-GERAKAN

HARUS DIBUAT DENGAN SUATU PROSESI YANG MEKANIS).

PENYAIR II:

Dalam gaunmu, ketiga adik kakak….(PELUIT)

PENYAIR III:

Kupanggil kau maut….(PELUIT. PENYAIR IV MAJU DAN MEMBUAT GERAKAN

YANG DRAMATIS. TAPI SEBELUM IA MEMBUKA MULUT PELUIT SUDAH

BERBUNYI).

PENYAIR V:

Kala aku masih budak kecil.

CALIGULA: (BERTERIAK).

Stop! Apapula hubungan masa budak seorang dungu dengan acara yang kuadakan ini? Hubungannya
apa?

PENYAIR V:
Aku baru saja mau mulai, Caius… (PELUIT).

PENYAIR VI: (DENGAN SUARA TINGGI).

Gelisah ia jalani…. (PELUIT)

PENYAIR VII: (DENGAN MISTERIUS).

77

dari koleksi Teater Sae

Ucapan rahasia dan menyebar… (PELUIT MEMOTONG).

SCIPION MAJU DENGAN TAK MEMEGANG APA-APA.

CALIGULA:

Mana catatan?

SCIPION:

Aku tidak memerlukan.

CALIGULA:

Cobalah! (KELIHATAN IA MENGUNYAH-NGUNYAH PELUITNYA).

SCIPION: (BICARA DEKAT-DEKAT PADA CALIGULA DAN MENGUCAPKAN

SAJAKNYA DENGAN TAK MELIHAT PADA CALIGULA).

Perburuan bahaya yang memurnikan hati,

Langit karut-marut karena cahaya,

Pesta luar biasa dan liar,

Keadaan tanpa harapan……!

CALIGULA: (DENGAN LEMBUT).

Cukup begitu. Yang lain tak usah lagi bertanding. (KEPADA SCIPION). Umur kau masih terlalu muda
untuk mengetahui pelajaran yang dapat kita peroleh dari maut.

SCIPION: (NANAP MEMANDANG KEPADA CALIGULA).

Aku masih terlalu muda waktu ayahku dibunuh orang.


CALIGULA: (MENGALIHKAN WAJAHNYA DENGAN CEPAT).

Yang lain baris! Seorang penyair yang palsu adalah siksaan terlalu berat bagiku.

Sampai saat ini aku masih berniat menjadikan kalian serikatku. Kadang-kadang kubayangkan
bagaimana sekumpulan penyair-penyair yang berani melindungi aku di pertahanan terakhir. Satu
impian lagi hilang. Kalian terpaksa kuanggap musuh. Nah, jadi penyair pun kini menjadi musuhiku.
Artinya, segalanya berakhir sudah. Sekarang, baris dengan teratur! Waktu kalian melintas di depanku
kalian harus menjilati tulisan kalian sampai bersih. Siap!

Maju…jalan! (MENIUP PELUITNYA MENURUT IRAMA-IRAMA PENDEK. SAMBIL

BERBARIS TERATUR KE KANAN, PARA PENYAIR ITU MENJILAT TULISAN

MEREKA. CALIGULA KEMUDIAN MENGATAKAN DENGAN SUARA RENDAH).

Sekarang tuan-tuan boleh pergi.

DI PINTU WAKTU MEREKA KELUAR, CHEREA MENJAMAH BAJU BANGSAWAN I, LALU


BERBISIK KE TELINGANYA.

CHEREA:

Masanya telah datang.

dari koleksi Teater Sae

78

SCIPION YANG MENDENGAR ITU, BERHENTI DI AMBANG PINTU LALU PERGI PADA
CALIGULA.

CALIGULA: (DINGIN).

Apa kau tak bisa membiarkan aku sendiri, seperti yang telah dilakukan ayahmu?
Adegan Keduabelas
SCIPION:
Tak ada gunanya, Caius. Aku tahu kini kau telah menentukan pilihanmu.

CALIGULA:

Biarkan aku.

SCIPION:

Ya aku akan pergi. Aku akan meninggalkan kau karena kini aku telah mengerti kau. Tidak ada jalan
lain buat kita – kau dan aku, aku yang begitu menyerupai kau dalam banyak hal. Aku akan pergi jauh
mencari makna dari segala hal ini.

(IA MEMANDANG CALIGULA BEBERAPA SAAT. KEMUDIAN DENGAN EMOSI).

Selamat tinggal, Caius. Jika semua telah berakhir, jangan lupa, aku sayang pada kau (IA PERGI.
CALIGULA MEMBUAT GUNDAM YANG SAMAR. KEMUDIAN, HAMPIR TIBA-TIBA
DIKUMPULKANNYA KEKUATANNYA LALU MELANGKAH KE

ARAH CAESONIA).

SCIPION: (SAMBIL PERGI).

Kau telah memilih, Caligula

CAESONIA:

Apa katanya?

CALIGULA:

Kau tak akan mengerti.

CAESONIA:

Apa yang kau pikirkan?

CALIGULA:

Dia. Dan kau. Tapi sama saja.

CAESONIA:
Mengapa dia?

79

dari koleksi Teater Sae

CALIGULA: (SAMBIL MEMANDANG CAESONIA).

Scipion telah pergi. Habis dengan segala persahabatan. Tapi kau, aku bertanya, mengapa kau masih
ada di sini….?

CAESONIA:

Karena aku suka pada kau.

CALIGULA:

Tidak. Barangkali aku bisa mengerti kalau kau kubunuh.

CAESONIA:

Ya, itu baik sekali. Lakukanlah….! (DIAM. LALU TIBA-TIBA). Mengapa, mengapa kau tidak bisa
tenang barang sesaat dan hidup bebas, tanpa tertekan?

CALIGULA:

Telah bertahun-tahun aku lakukan hidup bebas itu CAESONIA:

Maksudku bukan kebebasan seperti kau artikan. Maksudku, apakah tidak bisa kau hidup dan bercinta
dalam kemurnian hati?

CALIGULA:

Kemurnian hati yang kaubicarakan - setiap orang memperolehnya dengan caranya sendiri. Kemurnian
hatiku ialah untuk mengikuti hal-hal yang azazi sampai ke ujung-ujungnya benar. Sungguhpun begitu
aku tak merasa terhalang untuk membunuh kau. (TERTAWA). Ia akan membulatkan kehidupanku. Satu
puncak yang sempurna. (IA BERDIRI LALU DITARIKNYA CERMIN KE ARAH

DIRINYA. KEMUDIAN IA BERJALAN MENGITAR, MEMBIARKAN LENGANNYA


TERGANTUNG. HAMPIR TAK BERGERAK; ADA SESUATU YANG LIAR PADA
LANGKAHNYA ITU. IA BICARA TERUS SAMBIL BERJALAN). Aneh! Jika aku tak membunuh,
aku merasa sendiri. Yang hidup rupanya tak sanggup meramaikan hidupku dan menghilangkan
keisenganku. Rasanya aku merasa kosong benar, jika kau dan yang lain itu hadir di sini. Mataku hanya
menampak udara yang hampa. Tidak. Aku cuma senang jika dikawani orang-orang yang kubunuh (IA
MENGHADAP PENONTON, AGAK MEMBUNGKUK SEDIKIT KE DEPAN. IA LUPA BAHWA
CAESONIA HADIR DI SITU). Hanaya mereka yang telah mati yang betul-betul nyata. Mereka
segolongan dengan aku. Kulihat mereka menunggu aku, menggamit ke arahku. Percakapanku panjang
sekali dengan lelaki ini..atau itu…yang berseru kepadaku, supaya diampuni. Lidah mereka kemudian
kupotong.

CAESONIA:

Kemarilah! Baring dekat aku. Letakkan kepalamu di pangkuanku. (CALIGULA MENGIKUTI


PERMINTAAN ITU). Begitu lebih baik. Sekarang tenanglah.

(BEBERAPA SAAT KEMUDIAN). Senyap betul di sini.

dari koleksi Teater Sae

80

CALIGULA:

Senyap? Kau terlalu melebih-lebihkan, sayang. Dengarlah! (KEDENGARAN

SUARA BESI SENJATA DAN BAJU ZIRAH DARI JAUH). Kau dengar bunyi halus yang beribu
banyaknya di sekeliling kita? Dendam sedang menyebar benih!

(BUNYI GEMERISIK ORANG BERJALAN DAN RENGUNG-RENGUNG SUARA MANUSIA).

CAESONIA:

Tidak ada yang berani…

CALIGULA:

Ada. Kebodohan.

CAESONIA:

Kebodohan tidak membunuh. Ia memperlambat manusia bertindak.

CALIGULA:

Ia bisa berbahaya sekali, Caesonia. Seorang dungu tidak bisa dihalangi jika ia merasa martabatnya
tersinggung. Bukan mereka yang ayahnya atau anaknya telah kubunuh yang akan membunuhku. Mereka,
bagaimanapun juga cukup mengerti. Mereka di pihakku. Mereka mengecap rasa yang sama di mulut
mereka. Tapi yang lain. Yang telah kujadikan buah tertawaan. Aku tidak bisa bertahan terhadap
kekenesan mereka yang tersinggung.

CAESONIA: (DENGAN SEMANGAT).

Kami akan membela kau. Yang mencintai kau masih banyak.

CALIGULA:
Kalian makin hari makin sedikit. Tidak heran. Akulah yang jadi sebab. Lagi pula, secara terus terang,
bukan saja kebodohan yang menentang aku sekarang. Tapi juga keberanian dan keyakinan manusia
yang bersahaja untuk beroleh kebahagiaan.

CAESONIA: (DENGAN SUARA YANG SAMA).

Tidak, mereka tidak akan membunuh kau. Jika mereka coba juga, api akan turun dari langit dan akan
menghanguskan mereka sebelum kau dapat mereka singgung.

CALIGULA:

Langit!? Langit tidak ada, cintaku yang malang. (IA DUDUK). Tapi mengapa kau tiba-tiba jadi saleh?
Kalau aku tidak salah, ini tidak termasuk dalam perjanjian kita.

CAESONIA: (BERDIRI DAN BERJALAN MEMUTAR. MUNDAR-MANDIR).

81

dari koleksi Teater Sae

Belum cukupkah buat kau lagi? Melihat kau membunuh orang, sedang aku tahu bahwa kaupun akan
dibunuh orang? Belum cukupkah aku merasakan dirimu yang keras dan bengis, meluap karena
kegetiran, jika aku sedang memangku engkau? Menciumi bau pembunuhan jika kau meniduri aku? Hari
demi hari kulihat kemanusiaan yang ada pada dirimu mati sedikit demi sedikit. (IA BERBICARA
KEPADANYA). Oh, ya. Aku tahu, aku tahu sudah tua dan kecantikanku habis. Tapi kau, hanya kau
yang kuruhkan sekarang. Bagitu rupa hingga aku tidak lagi memikirkan apakah kau cinta padaku atau
tidak. Aku Cuma ingin supaya kau sehat kembali. Kau masih budak. Hidup yang akan kau hadapi
masih panjang. Coba katakan, apakah yang berharga lagi dari seluruh kehidupan?

CALIGULA: (BERDIRI DAN MEMANDANG NANAP).

Kau sudah lama sekali bersama aku.

CAESONIA:

Betul. Tapi kau tak akan melepaskan aku, bukan?

CALIGULA:

Aku tidak tahu. Aku cuma tahu, jika kau sekarang masih bersamaku, maka itu adalah karena malam-
malam yang kita alami bersma. Malam kemikmatan yang tak mengandung kegembiraan. Karena hanya
kau yang tahu bagaiamana sebenarnya aku. (IA PANGKU CAESONIA, LALU
DITENGADAHKANNYA KEPALANYA SEDIKIT KE BELAKANG DENGAN TANGAN
KANANYA). Umurku kini 29 tahun. Masih belia sekali. Tapi hari ini jika nyata bahwa umurku hanya
sampai segitu, yang penuh oleh goresan dan tarikan masa lampau, begitu lengkap dengan kejadian, kau
akan tetap tinggal sebagai saksi terakhir. Aku tak bisa mencegah diriku untuk merasakan semacam rasa
sayang terhadap seorang perempuan yang tak lama lagi akan jadi tua.

CAESONIA:

Katakan kau masih menginginkan aku, sayang.

CALIGULA:

Aku tidak tahu. Yang aku tahu cuma perasaan sayang ini – bagaimanapun memalukan rasanya - adalah
satu-satunya rasa jujur yang diberikan hidupku padaku. (CAESONIA MELEPASKAN DIRI DARI
PANGKUAN CALIGULA. CALIGULA MENGIKUTI DIA. CAESONIA MENEKANKAN
BADANNYA KE DADA CALIGULA.

DAN CALIGULA MELINGKARKAN TANGANNYA KE TUBUH CAESONIA). Apakah tidak lebih


baik jika saksi terakhir juga menghilang?

CAESONIA:

Itu tidak penting. Ucapan kau membuat aku bahagia. Tapi mengapa aku tak dapat lagi membagikan
kebahagiaanku dengan kau?

CALIGULA:

dari koleksi Teater Sae

82

Siapa yang mengatakan aku tidak bahagia?

CAESONIA:

Bahagia sifatnya baik, ia tidak merusak

CALIGULA:

Kalau begitu, bahagia ada dua macam. Dan aku telah memilih bahagia yang membunuh. Karena
dengan membunuh aku jadi bahagia. Ada masanya aku mengira telah mencapai puncak dari keperihan.
Tapi tidak, orang bisa pergi lebih jauh lagi. Dibalik batas keperihan itu terbentang bahagia yang indah
tapi tak hidup. Pandanglah aku. (CAESONIA MENGARAH KEPADANYA). Aku mau tertawa
rasanya, Caesonia, jika melihat bagaimana seluruh Roma menghindarkan untuk mengucapkan nama
Drusilla. Seluruh Roma sudah salah terka. Cinta tidak cukup bagiku. Waktu itu telah kusadari. Ini
haripun kusadari lagi, jika aku memandangi wajahmu. Mencintai seseorang berarti kita bersedia
menjadi tua di samping seseorang itu. Cinta seperti ini ada di luar susunanku.

Lebih baik Drusilla mati daripada melihat ia menajdi tua. Kebanyakan orang mengira bahwa
seseorang menderita karena oleh kematian baru direnggutkan pada perempuan yang kita cintai. Tapi
penderitaannya yang sebenarnya lebih banyak mempunyai arti. Derita ini datangnya dari penemuan
bahwa kesedihan pun tak panjang umurnya. Juga kesedihan adalah suatu kekenesan. Kau lihat, tak ada
yang dapat kujadikan alasan: Bukan bayangan dari suatu cinta yang murni, juga bukan kegetiran, juga
bukan penyesalan yang jujur. Tak ada yang dapat dijadikan alasan untuk melepaskan diri. Tapi hari-
hari ini kau lihat aku lebih merdeka - dari tahun-tahun yang sudah. Merdeka dari kenangan dan
harapan. (IA TERTAWA DENGAN PAHIT). Aku tahu, tahu bahwa tidak ada yang berlangsung
selamanya. Alangkah besar artinya pengetahuan ini. Dalam sejarah hanya ada dua yang betul-betul
mencapai kemerdekaan ini, kau telah melihat sebuah drama yang jarang sekali terjadi. Sudah
waktunya layar diturunkan buat kau

IA BERDIRI DI BELAKANG CAESONIA KEMBALI, SAMBIL MEMAGUTKAN

LENGANNYA KELILING LEHER CAESONIA.

CAESONIA: (DENGAN TAKUT).

Tidak. Tidak mungkin. Bagaimana kau dapat menyebut kemerdekaan yang bengis ini, kebahagiaan..???

CALIGULA: (YANG MAKIN LAMA MAKIN MEMPERKERAS PAGUTAN LENGANNYA PADA


LEHER CAESONIA).

Itu adalah kebahagiaan, Caesonia. Aku tahu apa yang kau ucapkan. Karena kemerdekaan ini aku jadi
manusia yang puas. Hanya berkat itu aku dapat merebut pencerahan dewata dari kesunyian.
(KEGEMBIRAAN BERTAMBAH

BESAR SEDANGKAN LENGANNYA SEMAKIN KERAS MENGEPIT LEHER CAESONIA


YANG TIDAK MENCOBA MEMBELA DIRI, TAPI MEMBIARKAN DIRI DAN

TANGANNYA. SAMBIL MEMBUNGKUKKAN KEPALANYA, CALIGULA TERUS

83

dari koleksi Teater Sae

BICARA KE TELINGA CAESONIA). Aku hidup, aku membunuh dengan penuh nafsu kekuasaan
seorang perusak. Kekuasaan jika dibandingkan dengan kuasa sang pencipta, maka yang terakhir ini
tidak lebih dari mainan anak-anak. Dan ini, inilah kebahagian. Tidak ada lagi yang lain – pembebasan
yang tak dapat dibiarkan ini, penghinaan yang menghancurkan, darah, dendam di sekelilingku.
Penyisihan besar dari seorang laki-laki yang selama hidupnya mengelus-elus dan mengasyiki
kegembiraan, yang tak dapat dikatakan dari seorang pembunuh yang tak dihukum. Logika yang gelisah
yang menghancurkan hidup manusia. (IA KETAWA). Yang menghancurkan hidupmu juga, Caesonia.
Sehingga akhirnya sempurna kesunyian yang dikehendaki hatiku.

CAESONIA: (MENGGELEPAR DENGAN LEMAH).

Caius..!

CALIGULA: (MAKIN LAMA MAKIN BERNAFSU).


Jangan, jangan..! Jangan jadi lemah! Aku harus selesaikan ini. Waktu mendesak, Caesonia sayang!
(CAESONIA TERENGAH-ENGAH, LALU MATI.

CALIGULA MEMBAWANYA KE DIVAN DAN MENJATUHKANNYA DI SANA. IA


MEMANDANG DENGAN LIAR KEPADANYA; SUARANYA JADI GARAU DAN

BERDERAK). Kau juga, berdosa. Tapi pembunuhan bukan penyelesaian.


Adegan Ketigabelas
CALIGULA BERPUTAR DAN MEMANDANG NANAR DENGAN LIAR KEPADA KACA.

CALIGULA:

Caligula! Kau juga, kau juga berdosa. Tidak apa – sedikit banya sedikit kurang?

Kini siapa yang bisa mengutuki aku di dunia ini dimana tidak ada hakim, dimana semua orang
berdosa? (IA DEKATKAN MATANYA KEPADA BAYANGAN

MUKANYA). Kau lihat, kawan yang malang. Helicon telah meninggalkan kau.

Aku tak akan memperoleh bulan. Tidak kapanpun juga. Pahit sekali mengetahui segala ini dan
mejalani segala penyelesaiannya. Dengarr! Bunyi senjata! Yang tak berdosa mengangkat senjata dan
yang tak berdosa akan menang. Mengapa aku tidak di sana bersama mereka? Apa aku takut? Ini yang
paling celaka, setelah menghina orang kemudian mengetahui diri sama pengecutnya dengan mereka.
Ah, tidak apa. Ketakutanpun punya akhir. Segera akan kuperoleh kekosongan yang mengatasi segala
pengertian. Di mana hati dan jiwa dapat beristirahat. (IA MUNDUR BEBERAPA LANGKAH,
KEMUDIAN

KEMBALI KE CERMIN. IA KELIHATANNYA LEBIH TENANG. WAKTU BERBICARA


KEMBALI SUARANYA TERDENGAR MANTAP DAN TETAP). Sebetulnya sangat mudah. Jika
kudapat bulan, jika cinta cukup, semuanya tidak akan seperti sekarang. Tapi dimana dapat kulepaskan
dahaga ini? Hati manusia yang mana, dewa yang mana, yang akan memberikan padaku kedalaman
sebuah danau?

dari koleksi Teater Sae

84

(BERLUTUT, LALU MENANGIS). Tidak ada di dunia ini atau dunia sana yang sesuai dengan aku.
Dan kini aku tahu, kau pun tahu. (SAMBIL MENANGIS, DIJANGKAUKANNYA TANGANNYA KE
KACA). Yang kuperlukan hanya yang tak mungkin, yang mustahil. Aku telah mencarinya di setiap
sudut dunia, dalam liku-liku rahasia hatiku. Kuulurkan tanganku….(SUARANYA MENAJDI
TERIAKAN). Lihat, kuulurkan tanganku tapi selalu kau yang kujumpai. Cuma kau, yang menghadapi
aku. Aku pada kau! Aku telah memilih jalan yang salah.

Jalan yang tak mengantarkan aku kemana-mana. Kemerdekaanku, bukanlah kemerdekaan yang
sebenarya….. Belum…! Belum apa-apa lagi. Wahai…, beratnya kegelapan ini. Helicon tidak datang.
Kita akan selalu berdosa. Udara malam ini berat sekali seperti diisi dengan jumlah segala kesedihan
manusia.

LAGA-LAGA SENJATA DAN BISIK-BISIK KEDENGARAN DI BALIK LAYAR.

CALIGULA TEGAK. IA AMBIL SEBUAH KURSI LALU IA KEMBALI KE KACA LAGI.


SAMBIL BERNAPAS DENGAN BERAT, IA RENUNGKAN DIRINYA SENDIRI.

MELOMPAT SEDIKIT KE DEPAT DAN SAMBIL MEMPERHATIKAN GERAKANNYA DI KACA


ITU, DIPUKULKANNYA KURSI ITU PADA KACA, SAMBIL BERTERIAK.

CALIGULA:

Masuki sejarah, Caligula….! (KACA PECAH DAN PADA SAAT ITU PARA PEMBERONTAK
MASUK. MEREKA BERSENJATA. CALIGULA BERBALIK LALU

MENGHADAPI MEREKA DENGAN KETAWA YANG GILA. SCIPION DAN CHEREA YANG
BERADA DI DEPAN MENYERBU LALU MENIKAM MUKA CALIGULA. KETAWA ITU
BERTUKAR JADI SUARA TERENGAH-ENGAH. SEMUANYA MENIKAM DAN

MEMUKUL TAK BERATURAN. DALAM TERENGAH-ENGAH, KETAWA DAN

KESESAKAN NAFAS, CALIGULA MEMEKIK).

CALIGULA:

Aku masih hidup…..!!!!

LAYAR – T UR UN

SELESAI

85

dari koleksi Teater Sae

Anda mungkin juga menyukai