Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU

ALTRUISME DI KOTA PEKANBARU


HALAMAN JUDUL

PROPOSAL

Diajukan Ke Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Politik Universitas Abdurrab


Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

HARDIANSYAH SAPUTRA
1873201022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan fase perubahan dari anak-anak sebulum dewasa. Remaja

juga sering disebut dengan Adolescense yang berasal dari bahasa latin yang berarti

“bertumbuh atau tumbuh agar mencapai kematangan.(Ali& Asrori,2009). Remaja

mempunyai peran penting dalam membentuk identitas dirinya dan menentukan apa

yang dibutuhkan dan apa yang diperoleh. (Yuris et al., 2019). Usia remaja dimulai

dari usia anak-anak dan dewasa yang matang, terjadi perkembangan pesat, termasuk

perkembangan emosional dan psikologis serta perilaku altruisme (Nurwanti,2018)

Altruisme, sebagai bentuk perilaku pro-sosial, telah menjadi fokus perhatian

dalam kajian psikologi sosial dan sosiologi. Altruisme merujuk pada tindakan

sukarela yang dilakukan individu untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan

imbalan atau manfaat pribadi sebagaimana yang didefinisikan dalam literatur.

Perilaku altruisme merupakan perilaku monolong yang dilakukan tanpa tekanan atau

kewajiban maupun terdorong norma tertentu. (taufik,2012). Sementara itu, status

sosial ekonomi mengacu pada posisi relatif individu dalam hierarki sosial

berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan atribut-

atribut lainnya. Hubungan antara altruisme dan status sosial ekonomi menjadi
perhatian karena dapat memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi niat dan perilaku membantu di berbagai konteks sosial.

Status sosial ekonomi dapat diartikan sebagai bentuk dari kedudukan seseorang

di masyarakat yang menghubungkan dengan orang lain dalam lingkup pergaulan,

prestasi dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya sumber daya.

(Ahmadi,2016). Status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam suatu

kelompok yang dibagi oleh aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis

tempat tinggal, atau jabatan dalam organisasi (Abdul,2012).

Perdebatan terkait apakah status sosial ekonomi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku altruistik telah menjadi tema penting dalam penelitian.

Beberapa pandangan mengklaim bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang

lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya,

sehingga memungkinkan mereka untuk lebih sering berpartisipasi dalam tindakan

altruistik seperti memberikan sumbangan atau bantuan finansial. Namun, pandangan

lain menunjukkan bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah

mungkin juga memperlihatkan perilaku altruistik, terutama ketika mereka merasa

empati terhadap orang lain yang mengalami kesulitan serupa.

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel altruisme dan variabel

status sosial ekonomi telah memberikan wawasan yang beragam tentang hubungan

antara kedua konsep ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan

status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki lebih banyak sumber
daya dan kemampuan untuk membantu orang lain, baik dalam bentuk donasi,

dukungan emosional, atau partisipasi dalam kegiatan sukarela. Misalnya, penelitian

oleh Dunn, Aknin, & Norton (2008) menemukan bahwa individu dengan pendapatan

yang lebih tinggi cenderung lebih untuk memberikan donasi dan membantu orang

lain dalam berbagai situasi.

Namun, temuan lain menggarisbawahi adanya faktor lain yang mempengaruhi

hubungan ini. Penelitian oleh (Piff et al. 2010) menunjukkan bahwa individu dengan

status sosial ekonomi yang lebih rendah mungkin lebih mungkin untuk menunjukkan

perilaku altruistik dalam beberapa konteks, seperti memberikan bantuan kepada orang

lain yang membutuhkan. Studi ini menemukan bahwa individu dari kelompok sosial

yang lebih rendah cenderung lebih empatik dan peka terhadap perasaan orang lain,

yang dapat memotivasi perilaku altruistik.

Penelitian empiris sebelumnya telah memberikan gambaran awal mengenai

hubungan ini, tetapi terdapat keragaman temuan yang mungkin dipengaruhi oleh

faktor budaya, konteks sosial, dan metode penelitian yang digunakan. Oleh karena

itu, penelitian yang lebih mendalam dan kontekstual diperlukan untuk lebih

memahami dan mengklarifikasi hubungan antara altruisme dan status sosial ekonomi.

Dengan mengeksplorasi variabilitas dalam persepsi dan perilaku altruistik di antara

individu dengan berbagai tingkat status sosial ekonomi, penelitian ini bertujuan untuk

memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman tentang dinamika sosial yang

melibatkan tindakan membantu sesama.


Selain itu, penelitian juga telah mencoba untuk mengidentifikasi variabel

mediasi atau moderasi yang dapat mempengaruhi hubungan antara altruisme dan

status sosial ekonomi. Misalnya, beberapa studi menunjukkan bahwa faktor-faktor

budaya, norma sosial, dan orientasi nilai dapat memodifikasi bagaimana individu

dengan berbagai status sosial ekonomi merespons peluang untuk membantu orang

lain.

Meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan dalam bidang ini, terdapat

perbedaan dalam metodologi, sampel, dan konteks penelitian yang dapat

menyebabkan hasil yang bervariasi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih

lanjut untuk mendalamkan pemahaman kita tentang bagaimana hubungan antara

altruisme dan status sosial ekonomi dapat bervariasi di berbagai populasi dan situasi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Altruisme Di Kota Pekanbaru

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka runusan masalah dalam penelitian ini

yaitu Apakah Ada Hubungan Perilaku Altruisme Dengan Status Sosial Ekonomi Di

Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan_dari_penelitian_ini_adalah_untuk mengetahui adakah_Hubungan

Perilaku Altruisme Dengan Status sosial ekonomi Di Kota Pekanbaru


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dampak perilaku altruisme terhadap status sosial ekonomi sendiri

diharapkan menjadi fokus penelitian ini, yang diharapkan dapat memajukan

psikologi sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1 Bagi remaja

Remaja yang menyadari pentingnya perilaku altruisme dan mengambil

manfaat dari penelitian ini.

2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang psikologi,

khususnya psikologi sosial dan penentuan nasib sendiri remaja.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai

referensi yang membahas tentang pengaruh status sosial terhadap perilaku altruisme,

penelitian yang digunakan sebagai pembanding adalah:

1.5.1 Keaslian Topik

Referensi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini diantaranya

penelitian Hamdan(2019) yang berjudul “Altruisme Mahasiswa Psikologi

Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Penelitian

Ajeng(2017) yang berjudul “Empati Dengan Perilaku Altruisme Mahasiswa”.


Penelitian Dian dan Siti(2019) yang berjudul “Status Sosialekonomi dan

Lingkungan Keluarga pada Perilaku Altruistik Remaja Jakarta Selatan”.

Penelitian Jailani(2019) yang berjudul “Hubungan Status Sosial Ekonomi

Orang tua Terhadap Motivasi Anak Untuk Berwirausaha”.

Sedangkan penelitian ini berjudul “Hubungan Status Sosial Ekonomi

dengan Perilaku Altruisme di Pekanbaru”

1.5.2 Keaslian Teori

Teori tentang determinasi diri yang digunakan oleh peneliti sebelumnya,

yaitu: penelitian Hamdan (2019) menggunakan teori dari Mussen (2015),

penelitian Ajeng (2017) menggunakan teori Mussen (2015 ), penelitian Dian

dan siti (2020) menggunakan teori Sudarsono(1990), penelitian Jailani

(2019) menggunakan teori Soerjono (1990).

Sedangkan penelitian ini, peneliti menggunakan teori Mussen (2015)

1.5.3 Keaslian Subjek

Pada penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa

universitas negeri dan swasta di Pekanbaru yang sebelumnya tidak pernah

digunakan untuk penelitian korelasi dengan variabel yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Altruisme

2.1.1 Definisi Perilaku Altruisme

Perilaku altruisme merupakan kata yang berasal dari bahasa Spanyol

memiliki arti orang lain. Dalam bahasa latin altruisme berasal dari kata atler

yang memiliki arti yang lain atau lain (Agustin, 2010). Altruisme dalam bahasa

Inggris disebut juga dengan altruism yang berarti kepentingan orang lain.

Altruisme juga memiliki arti sebuah pandangan yang tertuju pada kewajiban

manusia untuk memberikan pengabdian, kasih sayang, saling menolong kepada

orang lain (Bagus, 2005).

Altruisme dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebuah sikap

yang sudah ada pada diri manusia. Altruisme bersifat naluri yang berbentuk

dalam sebuah tindakan untuk memberi bantuan pada orang lain. Perilaku

altruisme merupakan perilaku menolong yang dilakukan dengan secara suka

rela dan tidak terikat pada norma tertentu(Taufik, 2012)

Perilaku altruistik didefinisikan sebagai tindakan sukarela yang

memberikan keuntungan bagi orang lain, salah satu cara melalui pengorbanan

diri(Li, Kirkman, dan Porter, 2014). Perilaku altruistik dinilai sebagai norma

prososial, ketika individu gagal berperilaku altruistik maka dianggap


disfungsional dan merusak kelompok sosial yang mengakibatkan isolasi

kelompok ataupun sanksi dari masyarakat.(Ward dan Durrant, 2013).

2.1.2 Aspek-Aspek Perilaku Altruisme

Menurut Mussen(rini, 2015) ada beberapa aspek altruisme diantaranya yaitu:

1. Cooperative (kerjasama)

Kegiatan yang dilakukan bersama-sama

2. Sharing(berbagi)

Keinginan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain

3. Helping(menolong)

Menolong orang lain dengan cara mengurangi beban baik secara fisik

atau psikologis orang lain

4. Genereocity(bederma)

Keinginan secara suka rela untuk memberikan barang pribadi kepada

orang lain

5. Honesty(kejujuran)

Keinginan untuk melakukan sesuatu tanpa adanya kebohongan dengan

mengutamakan kejujuran

Myers (2012) menyatakan bahwa seseorang dapat memiliki

kecenderungan altruisme bila di dalam dirinya terkandung komponen –

komponen sebagai berikut:


1. Memberi pertolongan kepada orang lain dengan dimotivasi rasa empati.

2. Sukarela, yaitu tidak ada keinginan untuk mendapatkan imbalan.

Tindakan ini semata-mata dilakukan untuk kepentingan orang lain,

bahkan rela mengorbankan nilai-nilai kejujuran dan keadilan yang ada

pada dirinya.

3. Keinginan untuk memberi bantuan orang lain yang membutuhkan

meskipun tidak ada yang mengetahui bantuan yang telah diberikannya,

baik berupa materi maupun waktu.

Berdasarkan pemaparan beberapa peneliti diatas aspek-aspek

digunakan, yaitu: Sharing, Cooperative, Helping, Honesty, Generosity.

Alasan peneliti menggunakan aspek-aspek tersebut karena dari penelitian-

penelitian terdahulu banyak yang menggunakan aspek-aspek ini dan

disamping itu, berdasarkan masalah yang sedang diselidiki oleh peneliti

dengan subjek remaja.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Altruisme

Menurut Myers (2012) altruisme dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu

1. Faktor situasional

Faktor situasional menggambarkan situasi, suasana hati,

pencapaian reward perilaku sebelum dan pengamatan langsung

terhadap kebutuhan serta orang yang akan dittolong serta adanya


pertimbangan yang akan mengatur dinamika diri sendiri untuk

melakukan tindakan altruistik.

2. Faktor interpersonal

Faktor yang mencakup jenis kelamin, kesamaan karakteristik,

kedekatan hubungan serta daya tarik antara penolong dengan yang

ditolong.

3. Faktor personal

Faktor yang berasal dari diri sendiri yang punya niat untuk

menolong, hal ini mencakup perasaan dan religiusitas subjek.

Seseorang melakukan tindakan altruisme dipengaruhi oleh faktor

situasional yang bisa mendukung atau menghambat perilaku

menolong yaitu daya tarik, atribusi menyangkut tanggung jawab

korban serta model-model prososial (Baron, Byrne, 2005)

2.2 Status sosial ekonomi

2.2.1 Definisi Status sosial ekonomi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia status memiliki arti sebagai

keberadaan atau kedudukan seseorang dalam lingkup masyarakat. Status

sosial adalah kedudukan seseorang dalam suatu kelompok yang dibagi oleh

aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis tempat tinggal, atau

jabatan dalam organisasi.(Abdul,2012).


Status sosial merupakan kedudukan seseorang di masyarakat berkaitan

dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestatsinya dan hak-

hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya (Ahmadi,

2016)

Untuk mengukur status sosial seseorang secara rinci dapat dilihat dari

beberapa hal yakni; tingkat pendidikannya, tingkat pendapatnnya dan tingkat

pekerjaaannya(Suyanto, 2013). menjelaskan bahwa status sosial adalah

kedudukan seseorang dalam kelompok individu yang ditentukan oleh jenis

aktivitas ekonomi, pendapatan, tingakat pendidikan, jenis tempat tinggal dan

jabatan dalam organisasi(Abdul, 2012)

Dari pemaparan tentang status sosial ekonomi di atas, dapat diartikan

bahwa status sosial merupakan tinggi rendahnya kewibawaan yang dimiliki

seseorang dari segi pekerjaan untuk memnuhi kebutuhan dalam bermasyarkat

yang diukur melalui materi dan lainnya yang dapat menunjukkan status sosial

ekonomi individu tersebut.

2.2.2 Aspek-Aspek Status Sosial Ekonomi

Indikator tentang penilaian seseorang mengenai kedudukan seseorang

dalam lapisan sosial di masyarakat antara lain


1. Bentuk ukuran rumah, keadaan perawatan, tata kebun, dan

sebagainya,

2. Wilayah tempat tinggal, apakah bertempat di kawasan elite atau

kumuh,

3. Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang,

4. Sumber pendapatan. Total penghasilan, pengeluaran, simpanan

dan kepemilikan harta yang bernilai ekonomis merupakan

indikator untuk menentukan tingkat kondisi ekonomi seseorang

(Abdul, 2012).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang juga dapat dilihat dari beberapa faktor

yang mempengaruhi, yaitu:

1. Pekerjaan ,manusia adalah makhluk yang berkembang dan

makhluk yang aktif. Manusia disebut sebagai makhluk yang suka

bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya

yang terdiri dari pakaian, sandang, papan, serta memenuhi

kebutuhan sekunder seperti pendidikan tinggi, kendaraan, alat

hiburan dan sebagainya(Wijayanto dan Farida, 2016). Jadi, untuk

menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan,

maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:


a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik

dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu

instansi baik pemerintah maupun swasta , tenaga

administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus seedang, yaitu pekerjaan

dibidang penjual dan jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator

alat angkut atau bengkel

2. Pendidikan, pendidikan berperan penting dalam kehidupan

manusia, pendidikan dapat bermanfaat seumur hidup manusia.

3. Pendapatan, pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang

yang diterima seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga laba

dan lain sebagainya.

4. Jumlah tanggungan orang tua, proses pendidikan anak dipengaruhi

oleh keadaan keluarga

5. Pemilikan Pemilikan barang-barnag yang berharga dapat

digunakan untuk ukuran tersebut.

6. Jenis tempat tinggal, untuk mengukur tingkat sosial ekonomi

seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari(Svalastoga, 2004):

a. Status rumah yang ditempati.

b. Kondisi fisik bangunan.


c. Besarnya rumah yang ditempati.

2.3 Hubungan Status Sosial Dengan Perilaku Altruisme

Perilaku altruisme dapat disebut sebagai investasi status sosial bagi individu

daripada pertukaran materi. Jika seseorang melakukan perilaku altruisme, maka

individu tersebut menjadi populer dan menaikkan status sosialnya (Egilmez dan

Tincknell, 2017).

Individu dengan status sosial ekonomi rendah memiliki perilaku altruisme lebih

tinggi jika dibandingkan dengan individu dengan status ekonomi tinggi. Hal ini

dikarenakan individu dengan status sosial ekonomi rendah sering bergantung pada

orang sekitar dan masyarakat tempat tinggalnya. Karena itu mereka memiliki perilaku

alturisme yang tinggi(Kraus dan Ketlner, 2009)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan positif dari lingkungan

kerluarga terhadap perilaku altruistik (Josua, 2019). Penelitian mengenai kepribadian

dan perilaku altruistik menyatakan bahwa individu yang berorientasi pada keluarga

dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan anggota keluarga, akan meningkatkan

perilaku altruistik terhadap anggota keluarga lainnya (Oda, et al, 2013).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan alur dengan kerangka

berfikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Aspek-aspek Status Sosial Ekonomi:
Status 1. Bentuk ukuran rumah
Sosial Altruisme
2. Wilayah tempat tinggal
Ekonomi 3. Pekerjaan
4. Sumber pendapatan

Keterangan:

: Memiliki

: Berhubungan

2.4 Hipo tesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan’antara

status sosial dengan.perilaku altruisme remaja Pekanbaru. Arah hubungan yang

positif, yaitu: semakin tinggi status sosial, maka semakin tinggi pula perilaku

altruisme, sebaliknya semakin rendah status sosial, maka akan semakin rendah pula

perilaku altruisme.
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah”semua halnyang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh

peneliti untuk dipelajari, sehingga ditemukan berbagai informasi dan kemudian

ditarik kesimpulannyan(Sugiyono, 2017). Jenis variabel penelitian terbagi dua,

yaitu:nvariabel bebas (x) dannvariabelnterikatn(y). Variabel bebas (x) merupakan

variabel yang dapatnmempengaruhi ataupun menyebabkan variabel-variabel lain.

Sedangkannvariabelnterikat (y) ialahnvariabelnyangndipengaruhinolehnvariabel

bebas (x). Adapun variabelndalamnpenelitiannini, yaitu:

VariabelnBebas (x): Status Sosial

Variabel Terikat (y): Perilaku Altruisme

1.2 Definisi Operasional

1.2.1 Perilaku Altruisme

Altruisme adalah tindakan sukarela yang dilakukan secara cuma-Cuma dengan

tujuan untuk mengutamakan kepentingan orang lain tanpa mengharapkan balas budi.

Skor total dari perilaku altruisme menunjukkan tinkat altruisme pada remaja.

Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala altruisme, maka semakin tinggi pula

perilaku altruisme pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan

dalam skala altruisme, maka semakin rendah juga perilaku altruisme pada remaja.
1.2.2 Status sosial

Status sosial dapat dinilai dari barang kepemilikan yang dimiliki mulai dari

tingkat pendidikan tingkat pendapatnnya dan tingkat pekerjaaannya(Suyanto, 2013).

Status sosial adalah kedudukan seseorang dalam kelompok individu yang ditentukan

oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingakat pendidikan, jenis tempat tinggal

dan jabatan dalam organisasi(Abdul, 2012).

Skor total dari skala status sosial menunjukkan tingkat status sosial pada

remaja. Semakin tinggi skor yang didapatkan dalam skala status sosial, maka semakin

tinggi pula status sosial pada remaja. Sebaliknya, jika skor yang didapatka rendah,

maka semakin rendah juga status sosial pada remaja.

1.3 Subjek Penelitian

1.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah area generalisasi yang terdiri dari benda-benda atau orang-

orang dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang telah dipilih oleh para

ilmuwannuntuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannyan(Sugiyono, 2017).

Populasi pada penelitian ini ialah remaja Pekanbaru dan peneliti akan membatasi

populasi yang akan diambil menjadi sampel. Populasi pada penelitian ini adalah

1.711.240 jiwa (BPS, 2022).

1.1.1 Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakter populasi (Sugiyono, 2017).

Tujuan dari mengambil sejumlah bagian dari populasi adalah dikarenakan luasnya

populasi, serta keterbatasan waktu, dan keterlibatan peneliti.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Crocker dan Algina

(2008) yang menyatakan demi kestabilan minimal diperlukan jumlah sampel 200

responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini berjumlah 322 responden.

1.1.1 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel adalah cara pengambilan sampel untuk pemilihan

sampel penelitian. Beberapa teknik sampling digunakan (Sugiyono, 2017). Penelitian

ini menggunakan teknik pengambilan sampling yaitu quota sampling. Quota

sampling ialah metode yang digunakan dalam menetapkan sampel dari populasi yang

memiliki ciri-ciri khusus hingga jumlah kuota yang ditentukan (Sugiyono, 2017).

Sampel yang digunakan peneliti, ya itu: remaja yang berdomisili di wilayah provinsi

Riau dengan rentang usia 12-21 tahun (Hurlock, 2003).

1.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif. Karena data penelitian berupa

angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik, maka metode ini disebut sebagai

metode kuantitatif (Sugiyono, 2017). Pengumpulan data dalam penelitian ini

memakai alat ukur skala. Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa skala pengukuran

adalah persetujuan yang dipakai menjadi rujukan yang digunakan untuk menetapkan

panjang pendeknya interval yang ada di dalam suatu alat ukur. Penelitian ini
digunakan dua skala yaitu skala status sosial dan skala perilaku altruisme. Skala

Likert adalah jenis skala yang digunakan. Sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau kelompok terhadap lingkungan sosial dapat diukur dengan menggunakan skala

Likert. (Sugiyono, 2012). Nilai skala likert ini mempunyai 5 alternatif pilihan

jawaban. Skor 1 dinilai untuk “sangat tidak setuju”, 2 untuk “tidak setuju”, 3 untuk

“netral”, 4 untuk “setuju”, dan 5 untuk “sangat setuju”.

3.5 Validitas alat ukur

3.5.1 Validitas alat ukur

Validitas berasal dari validity yaitu seberapa akurat dan benar suatu alat ukur

dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2012). Untuk mengetahui sesuai dengan

tujuan dan pendekatan validasi perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas yang

digunakan adalah validitas isi. Validitas isi adalah tes yang digunakan untuk

memeriksa seberapa cocok item dengan indeks atribut yang diukur, kelayakan suatu

item dapat ditentukan dari hasil penilaian (judgment) (Azwar, 2012). Dalam

penelitian ini profesional judgment adalah dosen pembimbing skripsi, yaitu: Rini

Hartati, M.Psi., Psikolog dan Nurul Aiyuda, M.A

3.5.2 Daya Diskriminasi Item

Daya diskriminasi item adalah sejauh mana suatu item dapat dibandingkan

sendiri antara individu atau kelompok individu dengan dan tanpa atribut yang diukur.

Adapun standar yang digunakan dalam menentukan validitas dalam penelitian ini
adalah nilai daya diskriminasi item > 0,30. Jika nilai daya diskriminasi item < 0,30,

maka item dinyatakan gugur (Sugiyono, 2017).

3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang menghasilkan data yang dapat

dipercaya sehingga membawa data agar lebih reliable. Instrumen yang reliabel

digunakan untuk mengukur objek yang sama, yang akan menghasilkan data yang

sama (Sugiyono, 2017). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diamati dengan

menggunakan teknik Alpha Cronbach. Reliabilitas dinyatakan sebagai koefisien

dengan nilai dalam rentang 0 hingga 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati 1,00

menunjukkan reliabilitas yang tinggi. Sebaliknya, koefisien yang rendah mendekati 0,

yang berarti reliabilitas lebih rendah. (Azwar, 2012).

3.6 Metode Analisa Data

3.6.1 Uji Asumsi

Sebelum mengetahui uji hipotesis penting untuk melakukan dahulu uji asumsi

yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.

1, Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan bertujuan ingin mengetahui apakah data penelitian

yang berasal dari populasi sebarannya normal (Sugiyono, 2017). Pengujian ini

bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi. Kaidah yang dipakai jika P > 0,05

berarti sebarannya normal dan begitu sebaliknya apabila P < 0,05 berarti sebarannya

tidak normal. Teknik yang digunakan adalah skeuwnes-kurtosis.


2. Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui skor variabel dalam penelitian

dengan memperhatikan klasifikasi atau mengetahui kesamaan varian (Sugiyono,

2017). Teknik analisa data yang digunakan yaitu teknik test of linearity. Linieritas

menyatakan bahwa hubungan antara variabel yang hendak dianalisa itu mengikuti

garis lurus. Kaidahnya dengan melihat jika p < 0,05 maka hubungan linear. Namun

jika p > 0,05 maka hubungan anara keduanya tidak linear.

3.6.2 Uji Hipotesis

Hubungan antara status sosial ekonomi dengan perilkau altruisme dapat

diketahui dengan cara melakukan uji hipotesis. Teknik analisa data yang digunakan

merupakan Pearson Product Moment. Tujuannya untuk mengetahui hubungan kedua

variabel tersebut dan menguji apakah korelasi signifikan atau tidak signifikan

(Sugiyono, 2017). Uji korelasi product moment pearson dengan interpretasi P value <

0,05.

Anda mungkin juga menyukai