Anda di halaman 1dari 15

Soal UTS

PPS UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Gasal 2023-2024


Psikologi Pendidikan Kontemporer
Kelas A dan B
DP: Dr. Esti Zaduqisti, M.Si.
Petunjuk:
Sebelum membuat tugas UTS, mahasiswa diwajibkan untuk menyimak
materi International Guest Lecture Departemen Psikologi Universitas Brawijaya
(UB) 2023, dengan tema: "The Psychology of Giving and Receiving Help".
Soal:
1. Resume materi dari kegiatan tersebut di atas!
2. Berikan analisis Anda materi resume tersebut dengan kajian psikologi Pendidikan
kontemporer
3. Sertakan analisis Anda dengan referensi yang relevan (boleh dari buku atau
jurnal). Semakin banyak referensi akan semakin ideal.
4. Gunakan sistematika sebagai berikut:
A. Pendahuluan
B. Hasil
C. Analisis
D. Kesimpulan
E. Daftar referensi
Selamat mengerjakan!!!
INTERNATIONAL GUEST LECTURE 2023: THE PSYCHOLOGY OF
GIVING AND RECEIVING HELP

muhammadprisandiaditya@gmail.com

BAB I
PENDALULUAN
Psikologi pemberi dan penerima bantuan merupakan psikologi yang
bertujuan untuk mempererat hubungan bak antar sesama manusia, di lingkungan
masyarakat supaya dapat terjalin dengan baik hingga sampai kapan pun. Akan
tetapi, semua kembali kepada pribadi masing-masing manusia itu sendiri, bahwa
setiap individu ingin untuk selalu menerapkan kebersamaan ataukah enggan?.
Pemberi bantuan kepada manusia merupakan suatu hal yang perlu kita
salurkan, yang dikarenakan setiap manusia tentunya akan meminta bantuan, hal
tersebut yang perlu kita garis bawahi bahwa kita perlu memberikan bantuan
kepada setiap makhluk, salah satunya manusia yang ada di sekitar kita. Jika kita
telah menyalurkan bantuan kepada orang lain, diharapkan agar kita tidak meminta
imbalan kepada orang yang kita mintai bantuan.
Sebagai penerima bantuan, sebaiknya jika suatu hal yang akan kita mintai
bantuan kepada orang lain, sebaiknya kita berusaha terlebih dahulu sebelum
meminta bantuan. Dan sekiranya kita perlu dan sangat mendesak untuk meminta
bantuan kepada orang lain, maka kita hendaknya supaya meminta bantuan kepada
orang lain dengan cara yang baik dan sekiranya orang tersebut telah membantu
kita, maka kita dianjurkan untuk berterima kasih kepada orang tersebut. Serta jika
kita mampu membalas perbuatan baik tersebut, maka balaslah perbuatan baik
orang tersebut tanpa pamrih.
Tidak ada makhluk sosial di dunia ini yang tidak akan memberi dan
menerima bantuan, karena tentunya semua orang tersebut akan merasakan
memberi dan menerima bantuan. Oleh karena itu, kita diharapkan supaya tidak
menyombongkan diri atas hal-hal yang kita lakukan tanpa campur tangan dari
orang lain. Jadikanlah semua yang berinteraksi dengan kita, menjadi hal yang
dapat kita pelajari dan evaluasi untuk kehidupan kita di masa yang akan datang.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian mengenai Eksperimental
Penelitian jenis ini mencari hubungan sebab akibat antara variable bebas
dengan variable terikat, yang mana variable bebas dikontrol serta dikendalikan
agar dapat menentukan pengaruh yang timbul karena sebab variable terikat.
Penelitian eksperimental adalah salah satu pendekatan utama dalam penelitian
bahasa kedua. Penelitian ini banyak dipakai oleh banyak orang yang dikarenakan
dapat memperoleh bahasa kedua dan para linguis terapan.
Tujuan utama dari penelitian eksperimental adalah untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara dua fenomena. Peneliti berkeinginan untuk
menentukan bahwa satu variable yaitu variable bebas yang menyebabkan
perubahan pada variable lainnya, yaitu variable terikat. Karakteristik pada
penelitian eksperimental adalah peneliti dapat mengkontrol variable bebas, dalam
arti bahwa peneliti mendesain dan mengatur perlakuan kelompok eksperimental
dan kelompok kontrol.
Banyak variable bebas dan terikat yang diteliti dalam penelitian
eksperimental Bahasa kedua komparatif, karena variable bebas bias saja program,
tugas, Teknik umpan balik atau respon, jenis intruksi strategi, dan jenis input
linguistic. Variable terikat bias saja berupa berbagai aspek pemahaman produksi,
penggunaan proses dan strategi, dan hasil efektif. Seorang peneliti berusaha
menghilangkan atau mengkontrol efek dari variable lainnya yang mungkin
mempengaruhi hasil.1
Metode penggunaan penelitian eksperimental pada penelitian sosial dan
pendidikan akan dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut subjek
penelitian. Dalam halini, penggunaan metode eksperimental ini akan menjadi
sangat rumit mengingat objek yang diteliti menyangkut interaksi manusia dengan
lingkungan, atau interaksi antar manusia itu sendiri. Selain itu, tidak mudah untuk
mencari orang yang bersedia dengan sukarela menjadi subjek dari penelitian
eksperimental ini.2

1
Ni Made Ratminingsih, “Penelitian Eksperimental dalam Pembelajaran Bahasa Kedua”, Jurnal Prasi
UNDIKSHA Singaraja Vol. 6 No. 11, 2010, hal 1-4
2
Amat Jaedun, Metodologi Penelitian Eksperimen, Fakultas Teknik UNY, 2011, hal 5

2
Penelitian eksperimental jika saya kaitkan dengan kajian psikologi
Pendidikan maka tentunya akan digunakan oleh seorang pendidik ataupun peneliti
untuk menguji keabsahan dan kecermatan suatu kesimpulan yang dihasilkan dari
temuan penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang lain, yang dapat
menimbulkan keraguan dan masalah yang baru. Akan tetapi, dapat menciptakan
situasi buatan dalam Pendidikan dan Teknik pelaksanaannya disesuaikan dengan
data yang akan diangkat.
B. Sisi instrumental dan Psikologis bantuan
Psikologis bantuan atau dukungan instrumental merupakan dukungan
yang berupa bantuan baik itu secara langsung dan juga secara nyata seperti
memberi ataupun meminjamkan uang. Dukungan emosional adalah dukungan
dari ekspresi seperti perhatian, empati dan juga turut prihatin kepada orang lain.
Sikap negatif banyak dilaporkan menjadi penyebab kurangnya perilaku
mencari bantuan psikologis. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa terdapat
empat factor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk mencari bantuan,
ketika dihadapkan dengan permasalahan psikologis.
1. Faktor kesadaran dan kesehatan mental dan sumber daya
Adanya suatu kesadaran akan layanan psikologis yang tersedia bisa
saja menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk mencari bantuan mental.
2. Faktor stigma
Faktor ini menjadi tanggapan negatif yang diberikan oleh
lingkungan terkait perilaku mencari bantuan psikologis yang dilakukan
oleh setiap individu.
3. Faktor dukungan teman sebaya
Dukungan teman sebaya sangat berarti dalam mengembangkan
psikologis bantuan, karena dengan adanya bantuan dari teman sebaya,
tentunya akan semakin mempermudah proses dalam mengemban bantuan.
4. Faktor kampanye yang dilakukan pihak perguruan tinggi
Kampanye yang dimaksudkan adalah suatu fasilitas psikologis
universitas yang mengangkat topik mengenai pentingnya pertolongan
terhadap isu kesehatan mental serta mempromosikan keberadaan dan
layanan yang dimilikinya.3

3
Nurfadilah, “Profil Sikap Mencari Bantuan Layanan Psikologis pada Mahasiswa”, Jurnal Masalah-masalah
Sosial Volume 12, No. 1 2021, hal 6

3
Jika kita kaitkan antara psikologis bantuan atau dukungan
instrumental dengan kajian mengenai behaviorisme, yang mana
behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental. Maka jika kita pahami secara mendalam, maka behaviorisme akan
kurang sesuai dengan psikologis bantuan, yang dikarenakan behaviorisme
itu tidak mengedepankan aspek mental, justru menghilangkan rasa
kemanusiaan. Maka behaviorisme menurut saya tidak sesuai jika dikaitkan
dengan psikologis bantuan.
C. Empati
Empati sangat berperan penting dalam membangun dan menjaga
hubungan antara sesama manusia. Salah satunya dengan menghibur orang lain
yang sedang bersedih dengan menjadi teman curhat baik itu di dunia nyata
maupun di dunia maya. Empati berbeda dengan simpati, simpati merupakan suatu
bentuk persetujuan, sedangkan empati merupakan suatu hal yang tidak
berhubungan dengan persetujuan, melainkan pemahaman sepenuhnya dan secara
mendalam terhadap orang lain, baik secara intelektual mauun secara emosional.
Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun masih
tetap menjaga beberapa keterpisahan. Empati berarti dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, tanpa harus kehilangan jati diri. Untuk itu, dibutuhkan
kemampuan menanggapi secara tepat kebutuhan orang lain, tanpa dipengaruhi
olehnya. Orang yang empatik, dapat merasakan kepedihan perasaan orang lain,
tetapi perasaanya tidak ikut terluka.4
Sikap empati yang mesti diterapkan atau tumbuh kembangkan sejak dini
pada anak, pada kenyataannya sangat berbeda dengan yang sering ditemui pada
konteks kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahannya adalah masih sangat
menonjolnya sikap anak yang belum berkembang yang dapat dilihat dari segi
empatinya atas dasar kebiasaan anak pada kehidupan sehari-hari, salah satunya
masih seringnya berbuat jahil pada temannya.
Ada lagi sikap yang kurang terpuji dari anak-anak, yaitu membully,
mengejek, kurangnya bersosialisasi dengan teman sebayanya, kurangnya rasa
berbagi dengan temannya, dan lain sebagainya. Hal ini sangat mungkin terjadi

4
Darmiyati, “Empati dan Keterampilan Sosial”, Cakrawala Pendidikan No. 1, 2013, hal 10-11

4
yang disebabkan karena kurangnya guru yang dapat membimbing anak menjadi
orang yang lebih baik akhlaknya untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Faktor guru yang bijak untuk mengatasi dan membimbing anak-anak
menjadi yang lebih baik, akan mendorong anak untuk senantiasa berempati
kepada teman sebayanya ataupun dengan siapapun itu. Akan tetapi, guru pun juga
dituntut untuk memiliki ilmu yang tinggi mengenai masalah empati ini, karena
jika gurunya pun kurang memiliki dan mempelajari tentang empati, maka akan
sulit juga untuk diterapkan kepada anak-anak.5
Empati jika kita kaitkan dengan psikologi kontemporer yaitu dengan teori
kognitivisme, maka akan sesuai, karena secara bahasa bahwa teori ini memiliki
arti mengetahui. Empati merupakan suatu kepedulian yang mana kognitivisme ini
sangat mengetahui peran, akhlak, maupun pribadi masing-masing manusia. Oleh
karena itu jika kita kaitkan kajian psikologi pendidikan komtemporer antara
empati dengan kognitivisme, maka akan sesuai dan berjalan dengan baik.
D. Merasa bersalah
Perasaan bersalah akan timbul pada jiwa seseorang. Meskipun tidak
bersalah, tatkala berinteraksi kepada manusia lain, tentunya akan menjadikan
setiap individu akan merasakan hal yang kurang mengenakkan. Dari hal tersebut,
tentunya perasaan bersalah akan semakin timbul pada diri seseorang. Rasa
bersalah atas segala sesuatu, tentunya akan menjadikan setiap manusia akan
menyadari hal yang tadinya kurang baik, menjadi baik.
Salah satu tindakan yang sering dialami seorang remaja pada masanya
adalah tatkala seorang remaja terjerat pada konteks kenakalan remaja, yang pada
akhirnya akan menjadikan remaja tersebut akan berurusan dengan pihak berwajib
karena melanggar norma-norma yang berlaku. Oleh karena itu, rasa bersalah
harus ditanamkan oleh setiap individu yang terkhusus pada saat masih muda.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab cukup banyaknya remaja melakukan
suatu tindakan criminal adalah karena pergaulan yang cukup bebas, kurang
dekatnya dengan orang tua, kurangnya moralitas agama sejak kecil, dan
kurangnya kesadaran diri yang pada akhirnya menjadikan seorang remaja tidak
merasa bersalah atas hal-hal kriminal yang diperbuatnya.

5
Wiwin Winangsih, “Meningkatkan Sikap Empati melalui Metode Mendongeng pada Anak Usia Dini”,
Jurnal Setia Vol. 1 No. 3, 2018, hal 3

5
Jadi, dapat disimpulkan bahwa rasa bersalah adalah emosi negatif yang
muncul dari kesadaran diri, refleksi diri dan evaluasi terhadap suatu tindakan yang
tidak seharusnya dan memunculkan perilaku negatif karena adanya
ketidaksesuaian antara tindakan dengan nilai, norma dan moral yang berlaku
dalam masyarakat dan pada akhirnya dapat mendorong individu untuk
memperbaiki perilakunya.6
Jika kita kaitkan antara rasa bersalah dengan humanisme, yang mana
humanisme telah memberikan sumbangannya di media Pendidikan alternatif yang
sering kita kenal dengan sebutan pendidikan humanistik. Humanistik juga dapat
disebut kesetiaan. Oleh karena itu, jika kita kaitkan antara perasaan bersalah
dengan humanisme, maka akan sesuai dan dapat berjalan dengan baik, karena
keduanya saling keterkaitan satu sama lainnya.
E. Norma
Norma merupakan suatu kebiasaan yang secara umum ataupun adanya
aturan yang menjadi pedoman perilaku dan sudah ada dalam suatu kelompok
masyarakat serta memiliki batasan wilayah tertentu. Batas norma sosial adalah
perilaku yang pantas bagi suatu kelompok masyarakat, sehingga juga dapat
disebut sebagai kaidah sosial ataupun peraturan sosial. Suatu persoalan yang tidak
dapat lepas dari kehidupan manusia, senantiasa melandasi perbuatan serta
merupakan orientasi segenap kegiatan dalam suatu kehidupan.
Norma masyarakat merupakan perwujudan nilai, ukuran baik dan buruk
suatu pedoman, pendorong perbuatan manusia di dalam kehidupan bersosial.
Untuk mencapai tujuan Bersama, maka dalam kehidupan bermasyarakat berbuat
kebaikan sangat ditekankan, karena dengan berbuat kebaikan, maka tatanan dalam
ruang lingkup masyarakat akan semakin terjalin dengan baik antara sesama
manusia.
Norma moral sangat jelas tidak memiliki sanksi secara formal, akan tetapi
berupa sanksi moral. Akan tetapi, dalam bermasyarakat juga akan mendapatkan
pujian yang cukup baik jika melakukan kebaikan yang cukup luar biasa.
Hubungan antara norma masyarakat dengan norma keluarga, akan terjalin dengan
erat dan berpengaruh yang cukup signifikan, di antaranya sebagai berikut:
1. Dari keluarga terhadap masyarakat

6
Retno Istiasih Utami, “Konsep diri dan rasa bersalah pada anak didik Lembaga Pemasyarakatan anak
kelas II A Kutoarjo”, Jurnal Indigenous Vol. 1, 2016, hal 2

6
Norma keluarga tentunya akan memberi dampak yang luar biasa kepada
norma masyarakat, karena dalam aspek masyarakat tentunya dibutuhkan dari hal
yang terkecil terlebih dahulu, salah satunya adalah keluarga, RT, RW, dan
kemudian akan timbul pada tatanan masyarakat yang baik dan bijak.

Norma keluarga juga menjadi pembeda dan pembaharu yang baik,


misalnya saja di kalangan suatu keluarga ada yang memiliki pangkat yang lebih
baik, maka orang tersebut akan mendongkrak tatanan masyarakat yang memiliki
budi pekerti yang tinggi. Oleh karena itu, tatanan pada norma keluarga sangat
berperan penting dalam pembangunan norma masyarakat.

2. Dari masyarakat kepada keluarga

Dalam adanya hidup bersosial, maka tatanan masyarakat juga sangat


penting dalam mendukung norma di masyarakat, salah satunya tatkala ada orang
yang meninggal dunia, tentunya masyarakat sangat berperan penting dalam
pengurusan jenazah, dan hal tersebut sangat membutuhkan berbagai orang-
orang yang cukup mengerti akan hal tersebut.

Norma masyarakat akan memberikan kontribusi yang menjadikan suatu


motivasi dan inspirasi akan semakin berkembang pesat untu generasi-generasi
ke depannya. Dengan harapan akan mencerdaskan masyarakat tentang nilai
akhlak yang baik dan dapat menjadikan tatanan bermasyarakat semakin kuat
untuk anak cucu kita nanti.7

Norma jika kita kaitkan dengan teori psikologi Pendidikan kontemporer


transpersonal maka akan cukup baik dan menjadikan norma akan semakin baik
untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari, karena gerakan transpersonal dalam
psikologi akan dianggap sebagai kelanjutan dari psikologi humanistik, karena
sisi-sisi manusiawi seperti kasih saying, makna hidup akan timbul dan
menjadikan norma akan semakin lebih baik lagi bagi kehidupan manusia.

F. Stereotip
Stereotip biasanya dibentuk atas dasar perilaku, kebiasaan, dan budaya
yang berbeda. Kecenderungan manusia untuk membagi dunia dengan kategori,
seperti kita dan mereka. Hal tersebut menjelaskan adanya suatu gap antara kita

7
Sidi Gazalba, “Nilai dan Norma Masyarakat”, Jurnal Filsafat No. 23, 1995, hal 7

7
dan mereka, karena merasa paling benar. Stereotip adalah suatu etika pada suatu
individu ataupun kelompok yang memiliki penilaian yang buruk terhadap
individu ataupun kelompok lain.
Salah satu faktor terjadinya stereotip adalah faktor bahasa. Sebagaian
bahasa terdengar keras, padahal sudah memang benar-benar normal digunakan
dalam segala hal dalam kehidupan sehari-hari. Adapun faktor yang kedua ialah
karena pengetahuan, factor tersebut sangat penting karena pada dasarnya
penyampaian orang tua kepada anak terhadap realita lingkungan sosial dapat
mempengaruhi terhadap pemikiran suatu individu.
Negara kita terkenal karena kebudayaannya yang cukup beragam.
Keberagaman ini terkadang menimbulkan konflik. Oleh karenanya dengan
mempelajari stereotip merupakan suatu hal yang dapat menghindarkan atau
mengurangi prasangka buruk yang dilakukan oleh setiap individu maupun
kelompok lain tanpa adanya fakta lapangan yang nyata. Kebudayaan yang
beragam ini diharapkan dapat teratasi dengan hal yang positif dan mengurangi
adanya potensi terjadinya konflik.8
Stereotip jika kita kaitkan dengan teori inteligensi, maka akan memiliki
hal baik dalam segi perilaku, karena inteligensi juga merupakan kecerdasan
Bahasa dan stereotip juga memiliki faktor yang berkaitan dengan bahasa, maka
keduanya jika dipadukan akan memiliki karakteristik kecerdasan yang dapat
beragam dalam ruang lingkup hidup manusia.
G. Strategi Bermedia Sosial
Media sosial menjadi popular di zaman sekarang, karena kita hidup di
masa milenial dan tidak terlepas dari yang namanya gadget. Oleh karenanya, kita
perlu membentengi diri kita dengan hal-hal yang baik di media sosial. Bermedia
sosial merupakan suatu hal yang sangat lumrah, yang dikarenakan cukup
banyaknya platfrom ataupun aplikasi bermedia sosial, seperti Facebook,
Instagram, Tiktok, Youtube, Whats App, Twitter, dan lain sebagainya.
Ternyata tidak hanya itu saja, bermedia sosial di zaman yang serba
canggih ini, sekarang juga ada wadah ataupun aplikasi untuk jual beli secara
online, seperti Lazada, Shopee, Bukalapak, Tokopedia, Olx.com, dan lain
sebagainya yang menjadikan semangat untuk mencari pundi-pundi rupiah dari

8
Amanda Rosetia, “Stereotip dan dampaknya di tengah Kehidupan Sosial Masyarakat”, E-ISSN: 2714-8599
Volume 2 No. 1, 2020, hal 1-2

8
jualan online. Adapun pembeli dari aplikasi tersebut juga sangat terbantu atas
adanya wadah tersebut yang dikarenakan setiap konsumen dapat memilih barang
dan harga sesuai yang diinginkan dan harga dapat terjangkau, setelah itu tinggal
mentransfer uang, dan barang diantar oleh kurir.
Adapun bermedia sosial seperti gojek, grab dan lain sebagainya yang
merupakan wadah khusus yang dapat membantu perekonomian masyarakat
dengan hanya bermodalkan motor dengan jenis tertentu dan KTP, maka seseorang
dapat mendaftarkan dirinya sebagai pengemudi ojek online di wilayah tertentu.
Hal semacam ini memang menjadikan suatu masalah menjadi ringan. Orang yang
tidak punya motor pun juga akan terasa terbantu dengan hanya membuka
aplikasinya, setelah itu memesan orderan, dan pengemudi ojek online pun datang
dan langsung mengantar orang tersebut selamat sampai ke tujuan.
Perkembangan yang cukup pesat teknologi, informasi, dan komunikasi
telah mengubah gaya hidup manusia, yang dulunya gaptek dengan kurangnya
pemahaman teknologi, namun sekarang dapat diakses oleh berbagai kalangan usia
dengan memberikan informasi, komunikasi dalam waktu yang singkat dan juga
tidak terbatas. Pengguna media sosial secara tidak disadari telah membentuk suatu
komunitas virtual di kalangan masyarakat.9
Bermedia sosial memiliki dua hal yang berbeda dalam menyikapinya. Ada
hal yang positif dan negatif. Kedua hal tersebut tentunya tergantung pada setiap
individu masing-masing. Bermedia sosial jika kita kaitkan dengan teori memori
pada psikologi pendidikan kontemporer, maka akan memiliki timbal balik yang
baik, karena tujuan memori adalah sebagai pengingat, yang mana jika kita kaitkan
dengan bermedia sosial tersebut, maka akan senantiasa menjadikan kita akan
selalu memilih dan memilah dengan hal-hal yang baik.
H. Pencari Bantuan
Dalam dunia psikologi, pentingnya mencari bantuan untuk menjadikan
diri kita terlepas dari beban masalah yang sedang dihadapi, maka perlu namanya
interaksi yang baik dengan orang lain. Kita semua hidup dalam keberagaman
budaya dan adat istiadat, oleh karenanya, diperlukan suatu manfaat dalam
bersosialisasi dalam ruang lingkup bermasyarakat. Di saat orang lain

9
Sri Hapsari Wijayanti, “Bentuk-bentuk Etika Bermedia Sosial Generasi Milenial”, Jurnal Komunikasi
Volume 16, No. 2, 2022, hal 2

9
membutuhkan bantuan dari kita, maka kita hendaknya supaya hadir dan
menyalurkan bantuan yang kita mampu.
Tidak akan mungkin di antara kita yang tidak mencari bantuan kepada
orang lain, karena sesungguhnya kita memerlukan bantuan orang lain, manakala
kita butuh bantuan orang lain. Tujuan mencari bantuan tidak lain agar
mendapatkan gambaran tentang perilaku mencari bantuan kepada orang lain.
Dengan kata lain, yag dilakukan seseorang tatkala meminta bantuan kepada orang
lain meminta dengan cara yang baik, ramah, setelah itu pasrahkan ataupun
berdo’a kepada Tuhan.
Tatkala orang lain tidak dapat menyelesaikan masalah kita, maka
hendaknya kita mencoba menyelesaikannya sendiri dengan semaksimal mungkin,
ataupun kita juga dapat meminta bantuan orang terdekat kita yang dapat dipercaya
untuk dimintai bantuan, seperti teman, kerabat, atau bahkan keluarga. Dengan
kata lain, meminta bantuan kepada orang lain tidak perlu malu, karena semua
manusia memerlukan bantuan orang lain.10
Pencari bantuan jika kita kaitkan dengan psikoanalisis akan menjadikan
kepribadian setiap individu akan semakin baik yang dikarenakan akan
mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian,
dinamika kepribadian dan juga pengembangan kepribadian. Dari ketiga pokok
pembahasan tersebut memang sudah benar-benar sesuai dan dapat kita kaitkan
dengan psikologi pendidikan kontemporer dengan teori psikoanalisis.
I. Menerima Bantuan
Ketika sebuah masalah sudah mengganggu, maka kita memerlukan
bantuan dari orang lain, karena dengan kita meminta bantuan orang lain, maka
secara tidak langsung kita berinteraksi dengan baik dan menjadikan hal yang sulit
menjadi lebih ringan dan dapat dievaluasi untuk ke depannya. Menerima bantuan
sebenarnya hampir sama dengan pencari bantuan, karena orang yang menerima
bantuan, tentunya ada suatu sebab di saat dia meminta bantuan kepada orang lain.
Makhluk sosial tentunya memberikan bantuan kepada yng membutuhkan
bantuan, oleh karenanya diperlukan menerima bantuan dari orang lain dengan
tujuan mempererat tali persaudaraan antar sesama manusia khususnya di
lingkungan masyarakat. Sebagai penerima bantuan, diharapkan jika telah dibantu

10
Diany Ufieta Syafitri, “Perilaku meminta Bantuan Psikologis pada Mahasiswa Universitas Islam Sultan
Agung Semarang”, UMSIDA Vol 1, No. 1, 2023, hal 5

10
oleh orang lain, maka hendaknya mengucapkan terima kasih kepada yang
memberikan bantuan kepada kita. Hal tersebut karena sepantasnya memang harus
dilakukan.
Mencari bantuan secara psikologis dapat didefinisikan sebagai setiap
upaya untuk mencari bantuan terhadap masalah kesehatan mental baik itu bersifat
formal yang diberikan oleh konselor dan psikolog professional ataupun dukungan
informal yang diberikan oleh orang terdekat, seperti teman, kerabat, ataupun
keluarga.11
Begitu juga dengan menerima bantuan jika kita kaitkan dengan psikologi
teori psikoanalisis, maka akan semakin kuat kepribadian manusianya, yang mana
teori tidak dapat dianggap teori ilmu pengetahuan, karena yang muncul pertama
kalinya ialah dengan hubungannya gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.
Gangguan yang dimaksud adalah kepribadian yang berbeda dengan
lainnya, yang terkadang orang lain enggan membantu orang lain. Akan tetapi teori
psikoanalisis justru akan membedakan dengan teori yang lain, karena akan
membantu orang lain disaat susah maupun senang. Oleh karena itu, teori ini
sangat sesuai dengan mencari bantuan.
J. Teori Kepercayaan Publik
Suatu kepercayaan adalah perilaku setiap individu yang mengharapkan
seseorang agar memberi manfaat yang positif. Adanya kepercayaan karena
individu yang dipercaya dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain atau
ruang lingkup masyarakat. Publik merupakan ruang lingkup yang cukup luas,
karenanya dengan kita memahami ruang lingkup publik, maka kita akan semakin
luas pemahaman dan wawasan kita dalam bermasyarakat.
Bermasyarakat di ruang lingkup yang cukup luas seperti lembaga instansi,
salah satunya kelurahan yang menjadikan seseorang memiliki hal yang berbeda
dalam berlogikanya dan memiliki jam terbang yang luas dan hal tersebut dapat
berdampak lebih baik untuk dirinya sendiri dan juga orang lain dalam hal yang
positif dan menjadi tolak ukur atas perolehan pada diri sendiri yang pernah
dilakukan kepada orang lain.
Persepsi publik juga tentunya akan timbul karena adanya akibat dari
tindakan pemerintah, karena sifatnya yang cukup beragam tergantung bagaimana

11
Riska Azza Amellia, “Ketakutan Mendapat Bantuan Psikologis Pada Mahasiswa yang Mengalami Stress
Belajar”, Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, 2023, hal 11

11
publik menyerap kebijakan dan tindakan pemerintah terhadap suatu hal dan
kemudian menanggapinya dengan bentuk sikap dan perilaku yang diberikan
publik terhadap kebijakan pemerintah tersebut, apakah menerima ataupun
menolak kebijakan pemerintah tersebut.12
Teori kepercayaan publik jika kita kaitkan dengan teori motivasi pada
psikologi pendidikan kontemporer, maka akan sesuai, yang dikarenakan
kepercayaan publik akan membutuhkan motivasi dari orang lain, karena setiap
individu butuh partner untuk mencurahkan isi hatinya dan pemikirannya kepada
orang lain. Serta kepercayaan publik juga harus memperhatikan siapa yang akan
menyampaikan motivasi dan mendengarkan motivasi dari orang lain.

BAB III
KESIMPULAN
Dengan kita mempelajari psikologi, maka interaksi sosial kita dengan
orang lain, akan terasa lebih baik. Apalagi jika kita kaitkan psikologi tersebut
dengan konteks keagamaan islam, maka akan semakin kuat lagi. Orang-orang
yang beriman kepada Allah swt. Dan Rasul-Nya, tentunya akan memiliki pola
kehidupa yang sehat dan cerdas, serta tidak gampang menyalahkan pendapat

12
Chaerunisa, “Kepercayaan Publik Terhadap Pemerintah: Studi Tentang Persepsi dan Kepatuhan
Masyarakat terhadap Pemerintah dalam Penanganan Covid-19 di Desa Waru, Kecamatan Parung”,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022, hal 17

12
orang lainmeskipun kurang tepat. Akan tetapi, pendapat orang lain akan
diperbaiki dan dievaluasi untuk kehidupan bersosial di masa yang akan datang.
Adanya pembelajaran psikologi Pendidikan ini, diharapkan dapat
menjadikan seseorang memiliki pemahaman dan juga pola pikir yang cukup
terbuka, karena konteks kehidupan sosial bermasyarakat tentunya kita juga harus
berdampingan dengan masyarakat yang lain. Tanpa kita sadari, hal tersebut juga
memerlukan kinerja yang cukup tinggi, karena kita terkadang lupa akan
pentingnya bersosialisasi di lingkungan masyarakat.
Tidak hanya dalam konteks dunia nyata saja, namun ada konteks dunia
maya, yang mana kita juga harus saling menjaga hubungan baik kita dengan
orang lain di lingkungan sekitar kita termasuk publik di media sosial. Oleh karena
itu, kita harus saling support apaun yang terjadi pada hidup kita dengan senantiasa
berbuat kebaikan. Dengan senantiasa berbuat baik, maka orang lain juga akan
menilai kita dengan nilai yang baik pula.
Tapi, kita diharapkan jika menolong orang lain, tanpa meminta balasan
kepada orang yang kita tolong. Biarkanlah orang lain berpendapat atas kebaikan
yang kita lakukan. Jika dibalas ya berarti kita bersyukur dan jika tidak dibalas, ya
berarti kita tidak usah mengharapkan balasan kepada orang lain. Biarkanlah
Tuhan yang membalas semuanya, karena balasan dari Tuhan, tentunya lebih baik
dari apapun yang kita minta.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Amellia, R. A. (2023). Ketakutan Mendapat Bantuan Psikologis Pada Mahasiswa


yang Mengalami Stress Belajar. Fakultas Psikologi Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya.

Chaerunisa. (2022). Kepercayaan Publik Terhadap Pemerintah: Studi Tentang


Persepsi dan Kepatuhan Masyarakat terhadap Pemerintah dalam

13
Penanganan Covid-19 di Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Darmiyati. (2013). Empati dan Keterampilan Sosial. Cakrawala Pendidikan No. 1.

Gazalba, S. (1995). Nilai dan Norma Masyarakat. Jurnal Filsafat No. 23.

Jaedun, A. (2011). Metodologi Penelitian Eksperimen. Fakultas Teknik UNY.

Nurfadilah. (2021). Profil Sikap Mencari Bantuan Layanan Psikologis pada


Mahasiswa. Jurnal Masalah-masalah Sosial Volume 12, No. 1.
Ratminingsih, N. M. (2010). Penelitian Eksperimental dalam Pembelajaran
Bahasa Kedua. Jurnal Prasi UNDIKSHA Singaraja Vol. 6 No. 11.

Rosetia, A. (2020). Stereotip dan dampaknya di tengah Kehidupan Sosial


Masyarakat. E-ISSN: 2714-8599 Volume 2 No. 1.
Syafitri, D. U. (2023). Perilaku meminta Bantuan Psikologis pada Mahasiswa
Universitas Islam Sultan Agung Semarang. UMSIDA Vol 1, No. 1.
Utami, R. I. (2016). Konsep diri dan rasa bersalah pada anak didik Lembaga
Pemasyarakatan anak kelas II A Kutoarjo. Jurnal Indigenous Vol. 1.

Wijayanti, S. H. (2022). Bentuk-bentuk Etika Bermedia Sosial Generasi Milenial.


Jurnal Komunikasi Volume 16, No. 2.
Winangsih, W. (2018). Meningkatkan Sikap Empati melalui Metode Mendongeng
pada Anak Usia Dini. Jurnal Setia Vol. 1 No. 3.

14

Anda mungkin juga menyukai