Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK :

SOSIALISASI

A. Latar Belakang

Manusia merupakan satu kesatuan yang atau antara fisik dan jiwa tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, untuk mencapai keadaan
yang sehat dalam menghadapi kehidupannya sebagai mahluk social tentu saja
tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu


dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuart & Larasa : 2010). Kelompok dapat dijadikan wadah untuk praktek dan
area uji coba kemampuan berhubungan dengan orang lain yang dirawat
dirumah sakit jiwa yang merupakan kelompok orang yang tidak dapat lepas
dari adanya interaksi satu sama lain, sebagian mereka perlu untuk saling
mengenal dan bersosialisasi.

Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan


atas kelompok tertentu atau bersama – sama dengan berdiskusi satu sama lain
yang dilakukan oleh seorang therapis. Salah satu kegiatan dalam terapi
aktivitas kelompok adalah bagaimana bersosalisasi.

Sosialisasi adalah terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan


sejumlah klien dengan masalah berhubungan sosial (Purwaningsih, 2010).

Penatalaksanaan pasien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan


salag satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktifitas Kelompok
Sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan
aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh sebagian besar pesserta. Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan pasien
dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis
tertarik membuat melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi
pada pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.

B. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok ( TAK) sosialisasi yaitu kemampuan untuk
mengikuti permainan kelompok dengan bertanya dan meminta dengan
kebutuhan pada orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai
dengan permintaan .
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat memiliki kemapuan melakukan sosialisasi dengan orang
lain melalui permainan sosialisasi kelompok.
2. Tujuan Khusus
A. Klien mempu bertanya dan meminta sesuai kebutuhan pada orang lain.
B. Klien mampu menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan
permintaan .
C. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat seluruh kegiatan
TAK yang dilakukan .
3. Tujuan
a. Klien dapat berbincang-bincang dengan orang lain
b. Klien mampu menanyakan masalah pribadi kepada satu orang anggota
kelompok.
c. Klien mampu menjawab masalah pribadi
d. Klien mampu berespon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien
lain yang sedang berbicara.

D. BAB II TEORI
1. DEFINISI ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial yaitu keadaan individu mengalami ketidakmampuan
berkomunikasi serta ketidakmampuan individu dalam berinteraksi dengan
individu di lingkungan sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Keliat, 2011).
Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami seseorang dan
memiliki persepsi dimana orang lain serta lingkungan sekitar dapat
mengancam kehidupannya (Sukaesti, 2018).
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) isolasi sosial merupakan ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka dan interdependen dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi dengan
orang lain yang disebabkan pikiran negatif dan mengancam. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu
keadaan dimana seseorang individu tidak mampu membina suatu
hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.
2. Tanda dan gejala
Menurut Yosep (2009)tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat dari
dua cara
yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien
dengan isolasi sosial:
a. Gejala subjektif
1. Klienmenceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Klienmerasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Respons verbal kurang dan sangat singkat.
4. Klienmengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5. Klienmerasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6. Klientidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7. Klienmerasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
1. Klienbanyak diam dan tidak mau bicara.
2. Tidak mengikuti kegiatan.
3. Klienberdiam diri di kamar.
3. Etiologi isolasi Sosial
Isolasi sosial : menarik diri dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2019) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah
isolasi sosial yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan


yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung


terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

3) Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat


menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.

4) Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia
yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

b. Faktor presipitasi

Menurut Hermawan, (2015), terjadinya gangguan hubungan sosial juga


dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stress
orpresipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:

1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan


oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat


kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas
ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
tidak terpenuhi kebutuhan individu.

3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan isolasi sosial adalah:

1. Terapi farmakologi

2. Electri Convulsive Therapi Electri Convulsive Therapi (ECT) atau yang


dikenal dengan electroshock adalah suatu terapi psikiatri yang
menggunakan energy shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya
ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon
kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
3. Terapi Kelompok Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan
gangguan interpersonal.

4. Terapi lingkungan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan


sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitanya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologi seseorang.

E. KRITERIA KLIEN
 Klien tidak mengalami gangguan fisik
 Klien dapat berinteraksi, kooperatif, dan tenang
 Nama klien :
F. PENGORGANISASIAN
 Tim Therapis
1. Leader
Tugas :
a. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
b. Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengepresikan perasaannya
c. Mengarahkan proses terapi aktivitas kelompok kearah tujuan dengan
cara memotivasi anggota kelompok untuk terlibat
d. Menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok
e. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
2. Co leader
Tugas :
a. Membantu leader menjalankan tugasnya
b. Mengambil alih tugas leader, bila leader bloking, dan mengarahkan
kembali kepada leader bila sudah mampu
3. Fasilitator
Tugas :
a. Mengarahkan keikutsertaan klien dalam kegiatan
b. Memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap jalannya kegiatan
d. Membantu meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
sebagai peserta.
4. Observer
Tugas :
a. Mengamati dan mencatat jumlah anggota yang hadir, topic diskusi,
anggota yang aktif dan kurang aktif, respon verbal dan non verbal
peserta dan kegiatan penting selama proses terapi aktivitas kelompok
b. Mengidentifikasi strategi teoritis yang digunakan leader
c. Memberikan umpan balik terhadap proses kegiatan mulai dari
persiapan sampai dengan selesai
 Alat/Media
Media yang digunakan dalam metode ini adalah :
1. Handphone/ musik
2. Kursi
3. Kartu
4. Spidol
5. Bola
 Setting

Keterangan :

: Leader : Co leader

: Pasien : Fasilitator

: Observer

 Program Antisipasi
Apabila ada klien semula bersepakat mau ikut TAK pada pelaksanaan
yang akan dimulai ternyata klien tersebut tidak hadir maka langkah-
langkah yang diambil untuk menghadapi masalah adalah :
- Sebelumnya telah dipersiapkan adanya klien cadangan yang
bertanya telah diseleksi bila ada peserta kelompok yang melakukan
tindakan kekerasan leader meredam kelompok.
- Jika ada peserta kelompok yang diam leader memberikan motivasi
agar bicara bila ada peserta yang tidak mau mengikuti kegiatan
maka leader berusaha memotivasi peserta agar mau mengikuti
kegiatan TAK.

G. PROSES PELAKSANAAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Fase Persiapan :
a. Perawat menjelaskan kontrak dengan peserta TAK
b. Perawat mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c. Memberikan dan membantu klien memasang Name tag
d. Mobilisasi Klien
2. Fase Orientasi (10 menit)
a. Salam terpeutik
Leader mengucapkan salam kepada peserta TAK
Leader Memperkenalkan seluruh tim Terapis
b. Evaluasi/Validasi
Leader Menanyakan perasaan klien saat ini (gunakan pertanyaan
terbuka)
Leader Menanyakan apakah klien sudah latihan bercakap-cakap
tentang topik atau hal tertentu dan menceritakan masalah dengan
orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis/leader menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu permainan
dalam kelompok.
2. Terapis/leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut :
- Peserta bersedia mengikuti TAK
- Peserta wajib hadir 5 menit sebelum TAK dimulai
- Anggota wajib memberi tahu leader jika tidak hadir
- Anggota berpakaian rapih dan sudah mandi
- Setiap peserta yang ingin ke kamar mandi harus meminta izin
kepada leader
- Setiap peserta tidak boleh makan, minum, dan merokok
selama kegiatan TAK berlangsung
- Setiap anggota tidak boleh membuat keributan atau
kekacauan
3. Fase Kerja (15 Menit)
a. Leader memperilakan Co- Leader untuk memimpin yel-yel
b. Co- Leader memimpin Yel-yel semangat .
c. Leader menjelaskan cara menyampaikan tujuan TAK
mencontohkan cara bermain.
d. Co - Leader memutar musik ,bola diedarkan saat musik berhenti
maka peserta terakhir memengang bola harus mengocok kertasnya.
e. Leader meminta peserta untuk mengambil kertas dan membanca
petunjuk .
4. Fase Terminasi (5 Menit)
a.Evaluasi

b. Menanyakan perasaan dan manfaat klien mengikuti TAK.

c. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

d. Rencana Tindak Lanjut

e. Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta,


menjawab danmemberi sesuai kebutuhan pada kehidupan sehari-hari.

f. Memasukan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian setiap


peserta.

g. Kontrak yang Akan Datang

h. Menyepakati kegiatan berikutnya.


i. Menyepakati waktu dan tempat.

j. Memberi salam penutup

H. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Tim berjumlah 7 orang, terdiri atas 1leader , 1co-leader , 4
fasilitator , dan 1observer
 Lingkungan tenang.
 Peralatan lengkap.

b. Evaluasi Proses
 Minimal 75% klien dapat mengikuti permainan dan dapat
mengikuti kegiatan dariawal sampai selesai.
 Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c. Evaluasi hasil
 Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
 Minimal 75% mampu meminta dan memberi sesuatu sesuai dengan
permintaan dankebutuhan kelompok.
 Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAKS.2
d. Dokumentasi
Form dokumentasi TAK
I. ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
 Memanggil klien.
 Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klienyang lain.
 Memberi pandu positif pada klien.
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
 Panggil nama klien.
 Tanya alasan klien meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwaklien dapat melaksanakan
keperluannya, setelah itu klien. boleh kembali lagi.
3. Bila ada klien lain ingin ikut
 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih.
 Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti olehklien tersebut.
 Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut

Anda mungkin juga menyukai