Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN JIWA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama Preceptee : Hendro Handayano


NPM : 20210940100199

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
A. LATAR BELAKANG
Skizofrenia adalah suatu kondisi yang ada di semua budaya dan di semua budaya
kelompok sosial ekonomi. Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari total
populasi. Menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi
dan kecemasan pada usia 15 tahun mencapai 14 juta orang. Angka ini setara dengan
6% penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia mencapai 400 ribu. 6 hingga 7 dari 100 rumah tangga mengalami
skizofrenia atau gangguan psikosis di Indonesia. Skizofrenia memiliki gejala positif
dan gejala negatif. Gejala negatif termasuk harga diri rendah. Menurut Morton et al.
harga diri yang rendah dapat menjadi konsekuensi dari gangguan kesehatan mental
(seperti depresi, kecemasan dan kepanikan) atau dapat menjadi faktor kerentanan
untuk berkembangnya masalah tersebut (Pardede, Keliat, & Wardani, 2020).

Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan


isolasi sosial. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan
orang lain. Dampak perilaku pasien isolasi sosial menunjukan dengan menarik diri,
tidak ada kontak mata, asyik dengan pikirannya sendiri, sedih, afek tumpul, perilaku
bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak kesulitan membina hubungan di
lingkungannya, menghindari orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak
dimengerti orang lain. (Keliat, 2014; dalam Suwarni & Rahayu, 2020).

Berdasarkan kondisi diatas menggambarkan prevalansi masalah isolasi sosial dan


membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan. Penatalaksanaan
keperawatan pasien dengan isolasi sosial selain dengan pengobatan psikofarmaka juga
dengan pemberian terapi modalitas. Pasien isolasi sosial dapat dilakukan dengan
memberikan asuhan keperawatan dan tindakan terapi. Aktivitas digunakan sebagai
terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan keperawatan (Yoseph, 2011;
dalam Suwarni & Rahayu, 2020). Sedangkan pada terapi ada beberapa terapi untuk
pasien isolasi sosial salah satunya dengan upaya tindakan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi
interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok akan
terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat pasien
berlatih perilaku yang adaptif untuk memeperbaiki perilaku lama yang maldaptif
(Suwarni & Rahayu, 2020). Beberapa peneliti mengenai pengaruh terapi aktivitas
kelompok pada pasien isolasi sosial seperti peneliti yang dilakukan Dalami dkk
(2009) dari hasil melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada pasien isolasi
sosial terhadap kemampuan interaksi sosial berpengaruh pada pasien isolasi sosial di 3
Universitas Muhammadiyah Magelang Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam
jurnal (Dalami, 2009; dalam PUTRA, 2015). Kemudian dari penelitian Vivin dkk
(2015) dari hasil melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada pasien
berpengaruh pada pasien isolasi sosial di RSJD Jambi (Vivin, 2015; dalam Saswati &
Sutinah, 2018).

Terapi aktivitas kelompok dapat mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien


dalam waktu yang sama. TAK ini perlu dilakukan agar para anggota
kelompok (pasien) mampu melakukan interaksi sosial yaitu dengan cara sosialisasi
yang dapat memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal klien, yang dapat di
mulai dari saling mengenal dengan orang lain dan menciptakan hubungan harmonis
dengan orang lain (RI, 2000).

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi modalitas keperawatan yang


ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama. Oleh sebab itu, terapi
aktivitas kelompok (TAK) perlu dimasukan dalam rencana tindakan keperawatan
pada masalah keperawatan tertentu. Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya
berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Sedangkan tujuan dari aktivitas adalah sebagai terapi dan tujuan
kelompok adalah sebagai asuhan. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan
adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori dan orientasi realitas (Keliat
dan Pawirowiyono, 2015).

Manfaat terapi aktivitas kelompok bertujuan agar klien dapat belajar kembali
bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya.
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat: Umum: Meningkatkan kemampuan
menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau
dari orang lain, membentuk sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis, yaitu
meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi, membangkitkan
motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. Khusus:
Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan
keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari, bersifat rehabilitatif:
meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri,
kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan pemecahannya.

Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan yaitu promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Pada peran promotif, perawat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan atau menurunkan angka kesakitan dengan cara memberikan penyuluhan
tentang kesehatan, preventif, perawat biasanya mengidentifikasi perilaku khusus 5
menghindari kegagalan peran, kuratif, perawat menyediakan lingkungan yang
kondusif dengan menginstrusikan atau mengikutsertakan klien dalam kelompok,
mendorong tanggung jawan klien terhadap lingkungan dan melatih keterampilan klien
sehingga isolasi sosial dapat terkontrol dengan baik.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan tentang TAKS
yang telah dilakukan.(Eko prabowo, 2014: 240)
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN
SESI 2

A. Topik : Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan


dengan anggota kelompok

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mempraktekan cara berkenalan
dengan anggota kelompok

C. Landasan Teori
Manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan harus
membina hubungan interpersonal yang positif. Bila dalam hubungan interpersonal yang
dimiliki individu kurang maka seseorang akan menarik dirinya dari lingkungan sekitar
(Stuart dan Sundeen, 1998). Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan disekitarnya secara wajar dan hidup pada khayalan sendiri yang tidak
realistik. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin
sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam
mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Nasution, 2004).

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan terapi modalitas yang ditujukan pada
kelompok klien dengan masalah yang sama, yang dalam hal ini adalah isolasi sosial.
Terapi modalitas ini merupakan terapi yang dikembangkan pada kelompok klien yang
merupakan tanda bahwa asuhan keperawatan jiwa adalah asuhan keperawatan
spesialistik namun tetap holistic.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Dalam kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak dapat diatasi
dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.

Terapi aktivitas kelompok yang ditujukan untuk masalah dalam interaksi sosial adalah
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi
merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi klien dengan masalah
hubungan sosial. Sehingga klien diharapkan mampu berinteraksi dan meningkatkan
aspek positif dirinya. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap TAK Sosialisasi,
menunjukkan bahwa TAK sosialisasi memberi dampak pada kemampuan klien dalam
bersosialisasi

Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi perilaku kekerasan dibagi dalam 5
sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mampu memperkenalkan diri
2. Sesi II : Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Sesi III        : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Sesi IV : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
5. Sesi V      : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
6. Sesi VI : Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7. Sesi VII : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAKS yang telah dilakukan

D. Klien
1. Kriteria klien
a. Klien yang sudah kooperatif.
b. Klien yang dapat berkomunikasi dengan perawat.         
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi : menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam
kelompok.

E. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 13 Juni 2022
b. Waktu              : Pkl. 16.00 – 16.30 WIB
c. Alokasi waktu   : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
1. Terapi kelompok (20 menit)
2. Penutup (5 menit)
d. Tempat              : RSIJ Klender
e. Jumlah klien     : 5 orang

2. Tim Terapi
a. Leader         : Hendro Handayano
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi.

b. Co-leader : Didik Amirul Mukminin


Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas

c. Observer     : Syahril
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
denga evaluasi kelompok

d. Fasilitator   :   
 Krisna Anisa
 Dwi Merdika
 Danda
 Irvan
Uraian tugas            :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

e. Dokumentasi:
1) Dwi Januardiati
Uraian tugas:
1) Mendokumentasikan selama jalannya TAK

3. Metode dan Media


a. Metode
Metode yang digunakan modifikasi permainan dengan lagu ampar-ampar
pisang untuk menentukan urutan dalam berkenalan.
b. Media
1. Kertas karton
2. Bola
3. Spidol
4. Lembar Observasi
5. Bola
4. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan :
L : Leader O : Observer
C : Co Laader F : Fasilitator K : Klien

F. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer, dokumentasi berperan sebagaimana
mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Mempraktikkan kegiatan fisik pertama untuk mencegah perilaku kekerasan.
b. Mempraktikkan kegiatan fisik kedua untuk mencegah perilaku kekerasan.

G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien.
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain.
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien.
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih.
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien
tersebut.
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini.

H. Proses Pelaksanaan
A. Langkah-Langkah Kegiatan
Persiapan :
 Terapis Menyiapkan tempat dan alat untuk kegiatan TAK
 Terapis mengingatkan kontrak klien TAK
 Memberikan dan membantu klien memasang name tag

Orientasi :
1. Salam terapeutik
 Leader mengucapkan salam terapeutik, memulai kegiatan dengan do’a
 Leader memperkenalkan seluruh tim Terapis
2. Evaluasi/Validasi
 Leader menanyakan perasaan klien saat ini
 Leader menanyakan apakah sudah berkenalan dengan teman lainnya.
3. Kontrak
 Leader menjelaskan tujuan kegiatan
 Leader membuat kontrak waktu kegiatan TAK selama 45 menit
 Leader menjelaskan aturan main yaitu :
 Setiap klien harus mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin pada
pemimpin TAK
Tahap Kerja
 Leader menjelaskan dan meminta klien membentuk lingkaran dengan bantuan
fasilitator
 Leader memimpin klien untuk menyanyikan lagu cuklak-cublak suweng sambil
memutar bola ke arah kiri
 Klien yang memegang bola saat lagu berhenti mendapat giliran untuk berkenalan
dengan anggota kelompok yang adadi sebelah kanannya dengan cara:
o Memberi salam
o Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
o Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
o Dimulai oleh leader sebagai contoh
 Ulangi tahap diatas hingga semua klien mendapat giliran
 Beri pujian untuk setiap keberhasilan dengan memberi tepuk tangan.

Tahap Terminasi
1. Evaluasi :
 Leader mengemukakan kesimpulan setelah kegiatan selesai
 Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana Tindak Lanjut :
 Menganjurkan tiap klien untuk berlatih berkenalan dengan orang lain di
kehidupan sehari-hari
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri ke dalam jadwal harian klien
3. Kontrak yang akan datang :
 Leader mengakhiri kegiatan dengan membuat kontrak waktu untuk pertemuan
berikutnya
 Leader menutup kegiatan dengan berdo’a
 Leader mengucapkan salam

I. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Anda mungkin juga menyukai